Anda di halaman 1dari 24

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Demokrasi merupakan salah satu bentuk atau mekanisme sistem
pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat atau
negara yang dijalankan oleh pemerintah. Semua warga negara memiliki hak yang
setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka.

Indonesia adalah salah satu Negara yang menjunjung tinggi demokrasi.


Dalam praktek penyelenggaraanya, sejak awal kemerdekaan hingga saat ini
ternyata paham demokrasi perwakilan yang di jalankan Indonesia terdiri dari
beberapa model demokrasi yang berbeda satu sama lainnya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian demokrasi dan apa  prinsip-prinsip demokrasi?
2. Bagaimana pemahaman demokrasi di Indonesia?
3. Bagaimana pelaksanaan demokrasi di Indonesia?

1
BAB II PEMBAHASAN
PEMAHAMAN DAN PENERAPAN DEMOKRASI DI INDONESIA
1. PEMAHAMAN TENTANG DEMOKRASI INDONESIA
Demokrasi berasal dari bahasa yunani. Yakni kata “Demos” berarti
rakyat atau penduduk suatu tempat dan “cratein” atau “demos” yang berarti
kekuasaan atau kedaulatan, dengan demikian maka demokrasi dapat diartikan
kekuasaan atau kedaulatan rakyat.

Pengertian demokrasi menurut Ahli


1) Abraham Lincoln, Demokrasi adalah pemerintahan dari, oleh dan untuk
rakyat.
2) Kranemburg, Demokrasi berasal dari kata Yunani demos dan kratos. Demos
(rakyat) dan kratos (pemerintahan). Jadi, demokrasi berarti cara memerintah
dari rakyat.
3) Harris Soche, Demokrasi  adalah pemerintahan rakyat karena itu kekuasaan
melekat pada rakyat.

Ciri-Ciri Sistem Demokrasi


Ciri-ciri sistem demokrasi dimaksudkan untuk membedakan
penyelenggaraan pemerintahan Negara yang demokratis, yaitu:
1. Memungkinkan adanya pergantian pemerintahan secara berkala;
2. Anggota masyarakat memiliki kesempatan yang sama menempati kedudukan
dalam pemerintahan untuk masa jabatan tertentu, seperti; presiden, menteri,
gubemur dsb;
3. Adanya pengakuan dan anggota masyarakat terhadap kehadiran tokoh-tokoh
yang sah yang berjuang mendapatkan kedudukan dalam pemerintahan;
sekaligus sebagai tandingan bagi pemerintah yang sedang berkuasa;
4. Dilakukan pemilihan lain untuk memilih pejabat-pejabat pemerintah tertentu
yang diharapkan dapat mewakili kepentingan rakyat tertentu;

2
5. Agar kehendak masing-masing golongan dapat diketahui oleh pemenntah atau
anggota masyarakat lain, maka harus diakui adanya hak menyatakan pendapat
(lisan, tertulis, pertemuan, media elektronik dan media cetak, dsb);
6. Pengakuan terhadap anggota masyarakat yang tidak ikut serta dalam
pemilihan umum.

Ciri-ciri kepribadian yang demokratis:


(1) Menerima orang lain;
(2) terbuka terhadap pengalaman dan ide-ide baru;
(3) bertanggungjawab;
(4) Waspada terhadap kekuasaan;
(5) Toleransi terhadap perbedaan-perbedaan;
(6) Emosi-emosinya terkendali;
(7) Menaruh kepercayaan terhadap lingkungan

Nilai-Nilai dan Prinsip Demokrasi


1. Nilai-Nilai Demokrasi
Nilai-nilai dan demokrasi membutuhkan hal-hal sebagai berikut:
1) Kesadaran akan puralisme. Masyarakat yang hidup demokratis harus menjaga
keberagaman yang ada di masyarakat. Demokrasi menjamin keseimbangan
hak dan kewajiban setiap warga Negara.
2) Sikap yang jujur dan pikiran yang sehat
3) Demokrasi membutuhkan kerjasama antarwarga masyarakat dan sikap serta
itikad baik.
4) Demokrasi membutuhkan sikap kedewasaan. Semangat demokrasi menuntut
kesediaan masyarakat untuk membenkan kritik yang membangun,
disampaikan dengan cara yang sopan dan bertanggung jawab untuk
kemungkinan menerima bentuk-bentuk tertentu.
5) Demokrasi membutuhkan pertimbangan moral. Demokrasi mewajibkan
adanya keyakinan bahwa cara mencapai kemenangan haruslah sejalan dengan
tujuan dan berdasarkan moral serta tidak menghalalkan segala cara.

3
2. Prinsip Demokrasi
Ada beberapa prinsip demokrasi yang harus ada dalam system
pemerintahan Negara demokrasi, yaltu:
1) Adanya kontrol atau kendali atas keputusan pemerintah. Pemerintah dalam
mengambil keputusan dikontrol oleh lembaga legislative (DPR dan DPRD).
2) Adanya pemilihan yang teliti dan jujur. Demokrasi dapat berjalan dengan baik
apabila adanya partisipasi aktif dan warga Negara dan partisipasi tersebut
dilakukan dengan teliti dan jujur.Warga Negara diberi informasi pengetahuan
yang akurat dan dilakukan dengan jujur.
3) Adanya hak memilih dan dipilih. Hak untuk memilih, yaitu memberikan hak
pengawasan rakyat terhadap pemerintahan, serta memutuskan pilihan terbaik
sesuai tujuan yang ingin dicapai rakyat. Hak dipilih yaitu memberikan
kesempatan kepada setiap warga Negara untuk dipilih dalam menjalankan
amanat dari warga pemilihnya.
4) Adanya kebebasan menyatakan pendapat tanpa ancaman. Demokrasi
membutuhkan kebebasan dalam menyampaikan pendapat, bersenkat dengan
rasa aman.
5) Adanya kebebasan mengakses informasi. Dengan membutuhkan informasi
yang akurat, untuk itu setiap warga Negara harus mendapatkan akses
informasi yang memadai. Setiap keputusan pemerintah harus disosialisasikan
dan mendapatkan persetujuan DPR, serta menjadi kewajiban pemenntah untuk
memberikan inforrnasi yang benar.
6) Adanya kebebasan berserikat yang terbuka. Kebebasan untuk berserikat ini
memberikan dorongan bagi warga Negara yang merasa lemah, dan untuk
memperkuatnya membutuhkan teman atau kelompok dalam bentuk serikat.

Demokrasi dapat kita pandang sebagai suatu mekanisme dan cita-cita


hidup kelompok yang ada di dalam UUD 1945 disebut kerakyatan. Demokrasi
dapat diartikan merupakan pola hidup berkelompok didalam organisasi Negara,
sesuai dengan keinginan orang-orang yang hidup berkelompok tersebut.

4
Demokrasi Indonesia adalah pemerintahan rakyat yang berdasarkan niai-
nilai falsafah Pancasila atau pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat
berdasarkan sila-sila pancasila. Ini berarti bahwa :
1. Demokrasi atau pemerintahan rakyat yang digunakan oleh pemerintah
Indonesia adalah sistem pemerintahan rakyat yang dijiwai dan dituntun oleh
nilai-nilai pandangan hidup bangsa Indonesia (Pancasila) 
2.  Demokrasi Indonesia pada dasarnya adalah transformasi nilai-nilai falsafah
Pancasila menjadi suatu bentuk dan sistem pemerintahan khas Pancasila.
3. Demokrasi Indonesia yang dituntun oleh nilai-nilai pancasila adalah
konsekuensi dari komitmen pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara
murni dan konsekuen di bidang pemerintahan atau politik.
4. Pelaksanaan demokrasi Indonesia dengan baik mensyaratkan pemahaman dan
penghayatan nilai-nilai falsafah pancasila.
5. Pelaksanaan demokrasi Indonesia dengan benar adalah pengamalan pancasila
melaui poitik pemerintahan.

Berdasarkan pengertian tentang Demokrasi Indonesia, kita dapat


menyimpulkan bahwa Demokrasi Indonesia adalah penting dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah popular. Hukum yang tertinggi dijabarkan
secara formal menjadi hukum dasar tertulis yang disebut UUD atau konstitusi.
Paham yang dianut dalam sistem kenegaraan Republik Indonesia adalah Negara
kesatuan/uni, Negara Kesatuan Republik Indonesia. Penyelenggara kekuasaan
adalah rakyat yang membagi kekuatan menjadi enam, yaitu :
1. Kekuasaan tertinggi diberikan oleh rakyat kepada Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR) yang disebut Lembaga Konstitutif.
2. Dewan Pewakilan Rakyat (DPR) sebagai pembuatan Undang-undang disebut
Lembaga Legislatif.
3. Presiden sebagai penyelenggara pemerintahan disebut Lembaga Eksekutif.
4. Dewan Pertimbangan Agung (DPA) sebagai pemberi saran kepada
penyelenggara pemerintah disebut Lembaga Konsultatif. 

5
5.  Mahkamah Agung (MA) sebagai Lembaga peradilan dan penguji undang-
undang disebut Lembaga Yudikatif.
6.  Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai Lembaga yang mengaudit
keuangan Negara disebut Lembaga Auditatif.

2. PENERAPAN DEMOKRASI DI INDONESIA


A. DEMOKRASI LIBERAL (1945-1959)
Pada masa ini, awal mulanya diterapkan demokrasi dengan sistem
kabinet presidensial yaitu para menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung
jawab kepada presiden, sehingga yang berhak memberhentikannya adalah
presiden. Namun setelah dikeluarkannya Maklumat Wakil Presiden No. X yang
menyatakan BP KNIP menjadi sebuah lembaga yang berwenang sebagaimana
lembaga negara, kemudian diperkuat dengan Maklumat Pemerintah tanggal 3
Nopember 1945 yang menyatakan diperbolehkannya pembentukan multipartai,
serta Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945 yang menegaskan
tanggung jawab adalah dalam tangan menteri. Lahirlah sistem pemerintahan
parlementer yang pada prinsipnya menegaskan pertanggung jawaban menteri-
menteri kepada parlemen. Masa demokrasi liberal yang parlementer presiden
sebagai lambang atau berkedudukan sebagai Kepala Negara bukan sebagai kepala
eksekutif. Masa demokrasi ini peranan parlemen, akuntabilitas politik sangat
tinggi dan berkembangnya partai-partai politik. Pemberlakuan UUDS 1950
menegaskan berlakunya sistem parlementer dengan multipartai.
Berdasarkan UUD tersebut pemerintahan yang dilakukan oleh kabinet
sifatnya parlementer, artinya kabinet bertanggung jawab pada parlemen. Jatuh
bangunnya suatu kabinet bergantung pada dukungan anggota parlemen.
Ciri utama masa Demokrasi Liberal adalah sering bergantinya kabinet. Hal ini
disebabkan karena jumlah partai yang cukup banyak, tetapi tidak ada partai yang
memiliki mayoritas mutlak. Setiap kabinet terpaksa didukung oleh sejumlah partai
berdasarkan hasil usaha pembentukan partai ( kabinet formatur ). Bila dalam
perjalanannya kemudian salah satu partai pendukung mengundurkan diri dari
kabinet, maka kabinet akan mengalami krisis kabinet. Presiden hanya menunjuk

6
seseorang ( umumnya ketua partai ) untuk membentuk kabinet, kemudian setelah
berhasil pembentukannya, maka kabinet dilantik oleh Presiden.
Suatu kabinet dapat berfungsi bila memperoleh kepercayaan dari
parlemen, dengan kata lain ia memperoleh mosi percaya. Sebaliknya, apabila ada
sekelompok anggota parlemen kurang setuju ia akan mengajukan mosi tidak
percaya yang dapat berakibat krisis kabinet. Selama sepuluh tahun (1950-1959)
ada tujuh kabinet, sehingga rata-rata satu kabinet hanya berumur satu setengah
tahun. Kabinet-kabinet pada masa Demokrasi Parlementer adalah :
1) Kabinet Natsir (7 September 1950-21 Maret 1951)
2) Kabinet Soekiman (27 April 1951-23 Februari 1952)
3) Kabinet Wilopo (3 April 1952-3 Juni 1953)
4) Kabinet Ali-Wongso ( 1 Agustus 1953-24 Juli 1955 )
5) Kabinet Burhanudin Harahap
6) Kabinet Ali II (24 Maret 1957)
7) Kabinet Djuanda ( 9 April 1957-10 Juli 1959 )
Program kabinet pada umumnya tidak dapat diselesaikan. Mosi yang
diajukan untuk menjatuhkan kabinet lebih mengutamakan merebut kedudukan
partai daripada menyelamatkan rakyat. Sementara para elit politik sibung dengan
kursi kekuasaan, rakyat mengalami kesulitan karena adanya berbagai gangguan
keamanan dan beratnya perekonomian ysng menimbulkan labilnya sosial-
ekonomi. Adapun gangguan-gangguan keamanan tersebut antara lain :
pemberontakan Kahar Muzakar, pemberontakan di Jawa Tengah, pemberontakan
di Aceh, dan usaha pembunuhan terhadap Kepala Negara dan pemberontakan
PRRI dan Semesta.
Pada masa berlakunya Demokrasi Parlementer (1945-1949),
kehidupan politik dan pemerintahan tidak stabil, sehingga program pembangunan
dari suatu pemerintahan tidak dapat dilakukan dengan baik dan berkeseimbangan.
Salah satu penyebab ketidaktsabilan tersebut ialah sering bergantinya
pemerintahan yang bertugas sebagai pelaksana pemerintahan. Hal ini terjadi
karena dalam negara demokrasi dengan sistem pemerintahan parlementer,
kedudukan negara berada dibawah DPR dan keberadaanya sangat bergantung

7
kepada dukungan DPR, dan pemerintahan lain adalah timbulnya perbedaan
pendapat yang sangat mendasar diantara partai politik yang ada saat itu). Namun
demikian, berbagai kabinet yang jatuh-bangun pada masa itu telah
memperlihatkan berbagai ragam pribadi beserta pemikiran mereka yang
cemerlang dalam memimpin namun mudah dijatuhkan oleh parlemen dengan
mosi tidak percaya sehingga Demokrasi parlementer gagal karena (1) dominannya
politik aliran, sehingga membawa konsekuensi terhadap pengelolaan konflik; (2)
basis sosial ekonomi yang masih sangat lemah;(3) persamaan kepentingan antara
presiden Soekarno dengan kalangan Angkatan Darat, yang sama-sama tidak
senang dengan proses politik yang  berjalan.
Namun demikian praktik demokrasi pada masa ini dinilai gagal disebabkan :
 Dominannya partai politik
 Landasan sosial ekonomi yang masih lemah
 Tidak mampunya konstituante bersidang untuk mengganti UUDS 1950
Atas dasar kegagalan itu maka Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli
1959:
 Bubarkan konstituante
 Kembali ke UUD 1945 tidak berlaku UUD S 1950
 Pembentukan MPRS dan DPAS

Masa Demokrasi Parlementer merupakan masa kejayaan demokrasi di


Indonesia, hampir semua elemen demokrasi dapat kita temukan dalam
perwujudannya dalam kehidupan politik di Indonesia.
1. Lembaga perwakilan rakyat atau parlemen memainkan peranan yang sangat
tinggi dalam proses politik yang berjalan.  Perwujudan kekuasaan parlemen
ini  diperlihatkan dengan adanya sejumlah mosi tidak percaya kepada pihak
pemerintah yang mengakibatkan kabinet harus meletakkan jabatan.
2. Akuntabilitas pemegang jabatan dan politisi pada umumnya sangat tinggi. Hal
ini dapat terjadi karena berfungsinya parlemen dan juga sejumlah media massa
sebagai alat kontrol sosial.

8
3. Kehidupan kepartaian boleh dikatakan memperoleh peluang yang sangat besar
untuk berkembang secara maksimal. Dalam periode ini, indonesia menganut
sistem banyak partai. Ada hampir 40 partai politik yang terbentuk dengan
tingkat otonomi yang sangat tinggi dalam proses rekruitmen, baik pengurus
atau pimpinan partainya maupun para pendukungnya.
4. Sekalipun pemilihan umum hanya dilaksanakan satu kali pada tahun 1955,
tetapi pemilihan umum tersebut benar-benar dilaksanakan dengan prinsip
demokrasi.
5. Masyarakat pada umumnya dapat merasakan bahwa hak-hak dasar mereka
tidak berkurang sama sekali, sekalipun tidak semua warga negara dapat
memanfaatkannya dengan maksimal.
6. Dalam masa pemerintahan parlemeter, daerah-daerah memperoleh otonomi
yang cukup, bahkan otonomi yang seluas-luasnya dengan asas desentralisasi
sebagai landasan untuk berpijak dalam mengatur hubungan kekuasaan antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

B. DEMOKRASI TERPIMPIN (1959—1965)


Masa demokrasi terpimpin (1957-1965) dimulai dengan tumbangnya
demokrasi parlementer atau demokrasi liberal yang ditandai pengunduran Ali
Sastroamidjojo sebagai perdana menteri dan pada 21 februari 1957 presiden
Soekarno mengeluarkan konsepsinya yang dikenal dengan “konsepsi Presiden”.
Soekarno mengatakan dan memperingatkan bahwa, jangan meniru bentuk politik
negara lain. Ia menolak gagasan Demokrasi Liberal karena Demokrasi tersebut
merupakan system barat yang tidak berdasarkan sifat dan jiwa bangsa Indonesia
sendiri. Namun   penegasan pemberlakuan demokrasi terpimpin dimulai setelah
dibubarkannya badan konstituante dan dikeluarkannya dekrit presiden 5 Juli 1959.
Isi Dekrit Presiden tersebut adalah sebagai berikut:
a)      Pembubaran konstituante
b)      Tidak berlakunya UUDS 1950 dan berlakunya kembali UUD 1945.
c)      Pembentukan MPRS dan DPAS

9
Setelah keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, maka UUD 1945
dinyatakan berlaku kembali, dan berakhirnya pelaksanaan demokrasi liberal.
Kemacetan politik yang terjadi pada masa itu dapat diselesaikan dengan
menggunakan demokrasi terpimpin, di mana dominasi kepemimpinan yang kuat
akan dapat mengendalikan kekuatan politik yang ada pada saat itu. Pada Masa
demokrasi terpimpin, Soekarno menjadi kekuatan politik yang hampir tidak
tergoyahkan. Bahkan pada saat itu beliau mencalonkan untuk menjadi presiden
seumur hidup. Pengertian demokrasi terpimpin menurut Tap MPRS No.
VII/MPRS/1965 adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan yang berintikan musyawarah untuk mufakat
secara gotong royong diantara semua kekuatan nasional yang progresif
revolusioner dengan berporoskan nasakom dengan ciri: Dominasi Presiden,
Terbatasnya peran partai politik, Berkembangnya pengaruh PKI
Pelaksanaan Demokrasi Terpimpin :
1. Kedudukan Presiden
Kedudukan presiden yang seharusnya berada di bawah MPR justru
sebaliknya, dan ini bertentangan dengan UUD 1945.
2. Pembentukan MPRS
Sesuai dengan diktum dekrit, maka Presiden Soekarno membentuk
Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara berdasarkan Penpres no.2 tahun
1959. Seluruh anggota MPRS tidak diangkat melalui pemilihan umum, tetapi
diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan 3 syarat, yaitu :
a) Setuju kembali kepada UUD 1945
b) Setia kepada perjuangan RI
c) Setuju kepada manifesto politik
Dalam sidang-sidangnya, MPRS telah mengeluarkan beberapa kebijakan penting
seperti :
a) Penetapan manifesto politik RI sebagai bagian dari GBHN
b) Penetapan Garis-garis Besar Pembangunan Nasional Berencana tahap 1
(1961-1969)
c) Menetapkan Presidan Soekarno sebagai Presiden seumur hidup

10
3. Pembubaran DPR dan Pembentukan DPR-GR
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) hasil pemilu tahun 1955 dibubarkan karena
DPR menolak RAPBN tahun 1960 yang diajukan pemerintah.
4. Pembentukan Dewan Pertimbangan Agung Sementara
5. Pembentukan Front Nasional
6. Front Nasional merupakan lembaga ekstra parlementer yang dibentuk dengan
tujuan :
a) Menyelesaikan revolusi nasional Indonesia
b) Melaksanakan pembangunan semesta nasional
c) Mengembalikan Irian Jaya ke wilayah RI
7. Pembentukan Kabinet Kerja
Kabinet kerja dipimpin oleh Presiden Soekarno sebagai Perdana
Menteri dan Ir. Juanda sebagai menteri pertama
8. Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
Penataan ini meliputi digabungkannya TNI dan Polri kedalam satu
wadah yaitu ABRI, sehingga dengan demikian ABRI terdiri dari Angkatan Darat,
Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan Angkatan Kepolisian
9. Penataan Kehidupan Partai Politik
10. Arah Politik Luar Negeri
a. Politik Konfrontasi Nefo dan Oldefo 
b. Politik Konfrontasi Malaysia
c. Politik Mercusuar
d. Politik Gerakan Non-Blok
e. Keluar Dari PBB
Pada tanggal 7 Januari 1965, Indonesia keluar dari keanggotaan PBB sebab
Malaysia diangkat menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.

11. Penyederhanaan Ekonomi


a. Pembentukan Depernas
b. Melakukan Devaluasi mata uang rupiah
c. Mengeluarkan peraturan dibidang ekspor-impor (peraturan 26 mei)

11
d. Mengeluarkan Deklarasi Ekonomi (Dekon)
e. Membentuk Badan Musyawarah Pengusaha Swasta Nasional (Bamunas)
Secara konsepsional, demokrasi terpimpin memiliki kelebihan yang
dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi masyarakat. Hal itu dapat dilihat dan
ungkapan Presiden Soekarno ketika memberikan amanat kepada konstituante
tanggal 22 April 1959 tentang pokok-pokok demokrasi terpimpin, antara lain;
1. Demokrasi terpimpin bukanlah dictator
2. Demokrasi terpimpin adalah demokrasi yang cocok dengan kepribadian dan
dasar hidup bangsa Indonesia
3. Demokrasi terpimpin adalah demokrasi disegala soal kenegaraan dan
kemasyarakatan yang meliputi bidang politik, ekonomi, dan social
4. Inti daripada pimpinan dalam demokrasi terpimpin adalah permusyawaratan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan.
5. Oposisi dalam arti melahirkan pendapat yang sehat dan yang membangun
diharuskan dalam demokrasi terpimpin.
Berdasarkan pokok pikiran tersebut demokrasi terpimpin tidak
bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945 serta budaya bangsa Indoesia.
Namun dalam praktiknya, konsep-konsep tersebut tidak direalisasikan
sebagaimana mestinya, sehingga seringkali menyimpang dan nilai-riilai Pancasila,
UUD 1945, dan budaya bangsa. Penyebabnya adalah selain terletak pada presiden,
juga karena kelemahan legislative sebagai patner dan pengontrol eksekutiI serta
situasi social poltik yang tidak menentu saat itu. Adapun karakteristik yang utama
dari perpolitikan pada era Demokrasi Terpimpin adalah :
1) Mengaburnya sistem kepartaian. Kehadiran partai-partai politik, bukan untuk
mempersiapkan diri dalam kerangka kontestasi politik untuk mengisi jabatan
politik di pemerintahan  (karena Pemilihan Umum tidak pernah dijalankan), tetapi
lebih merupakan elemen penopang dari tarik menarik anatara Presiden Soekarno,
Angkatan Darat, dan Partai Komunis Indonesia.
2) Dengan terbentuk DPR-GR, peranan lembaga legislatif dalam sistem politik
nasional menjadi semakin lemah. Sebab DPR-GR kemudian lebih merupakan
instrumen politik Presiden Soekarno.

12
3) Masa Demokrasi Terpimpin adalah masa puncak dari semangat anti-kebebasan
pers. Sejumlah surat kabar dan majalah diberangus oleh Soekarno.
4) Sentralisasi kekuasaan semakin dominan dalam proses hubungan antara
pemerintah Pusat dengan pemerintah Daerah. Daerah-daerah memiliki otonomi
yang terbatas.

C. DEMOKRASI PANCASILA PADA ORDE BARU (1965—1998)


Orde baru merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk
memisahkan antara kekuasaan masa Sukarno(Orde Lama) dengan masa Suharto.
Sebagai masa yang menandai sebuah masa baru setelah pemberontakan PKI tahun
1965. Orde baru lahir sebagai upaya untuk mengoreksi total penyimpangan yang
dilakukan pada masa Orde Lama, penataan kembali seluruh aspek kehidupan
rakyat, bangsa, dan negara Indonesia dan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945
secara murni dan konsekuen serta menyusun kembali kekuatan bangsa untuk
menumbuhkan stabilitas nasional guna mempercepat proses pembangunan
bangsa.
Latar belakang lahirnya Orde Baru :
a) Terjadinya peristiwa Gerakan 30 September 1965.
b) Keadaan politik dan keamanan negara menjadi kacau karena peristiwa
Gerakan 30 September 1965 ditambah adanya konflik di angkatan darat yang
sudah berlangsung lama.
c) Keadaan perekonomian semakin memburuk dimana inflasi mencapai 600%.
d) Sidang Paripurna kabinet dalam rangka mencari solusi dari masalah yang
sedang bergejolak tak juga berhasil. Maka Presiden mengeluarkan Surat Perintah
Sebelas Maret 1966 (SUPERSEMAR) yang ditujukan bagi Letjen Suharto guna
mengambil langkah yang dianggap perlu untuk mengatasi keadaan negara yang
semakin kacau dan sulit dikendalikan.
Pada tanggal 23 Februari 1967, MPRS menyelenggarakan sidang istimewa
untuk mengukuhkan pengunduran diri Presiden Sukarno dan mengangkat Suharto
sebagai pejabat Presiden RI. Dengan Tap MPRS No. XXXIII/1967 MPRS
mencabut kekuasaan pemerintahan negara dan menarik kembali mandat MPRS

13
dari Presiden Sukarno .Pada 12 Maret 1967 Jendral Suharto dilantik sebagai
Pejabat Presiden Republik Indonesia. Peristiwa ini menandai berakhirnya
kekuasaan Orde Lama dan dimulainya kekuasaan Orde Baru. Pada Sidang Umum
bulan Maret 1968 MPRS mengangkat Jendral Suharto sebagai Presiden Republik
Indonesia.
Pelaksanaan demokrasi pada masa orde baru yaitu :
1. Penataan Kehidupan pada Masa Orde Baru
a) Pembentukan Kabinet Pembangunan.
Setelah MPRS pada tanggal 27 Maret 1968 menetapkan Soeharto
sebagai presiden RI untuk masa jabatan lima tahun, maka dibentuklah Kabinet
Pembangunan dengan tugasnya yang disebut Panca Krida yang meliputi:
1) Menciptakan stabilitas politik dan ekonomi
2) Menyusun dan melaksanakan Pemilihan Umum
3) Mengikis habis sisa-sisa Gerakan 30 September
4) Membersihkan aparatur Negara di pusat dan daerah dari pengaruh PKI.
5) Pembubaran PKI dan Organisasi masanya
b) Penyederhanaan dan Pengelompokan Partai Politik
Setelah pemilu 1971 maka dilakukan penyederhanakan jumlah partai tetapi bukan
berarti menghapuskan partai tertentu sehingga dilakukan penggabungan (fusi)
sejumlah partai. Sehingga pelaksanaannya kepartaian tidak lagi didasarkan pada
ideologi tetapi atas persamaan program. Penggabungan tersebut menghasilkan tiga
kekuatan sosial-politik, yaitu :
1) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) merupakan fusi dari NU, Parmusi, PSII,
dan Partai Islam Perti yang dilakukan pada tanggal 5 Januari 1973 (kelompok
partai politik Islam)
2) Partai Demokrasi Indonesia (PDI), merupakan fusi dari PNI, Partai Katolik,
Partai Murba, IPKI, dan Parkindo (kelompok partai politik yang bersifat
nasionalis).
3) Golongan Karya (Golkar)

14
2. Pemilihan Umum
Selama masa Orde Baru telah berhasil melaksanakan pemilihan umum
sebanyak enam kali yang diselenggarakan setiap lima tahun sekali, yaitu: tahun
1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997.
3. Peran Ganda ABRI
Guna menciptakan stabilitas politik maka pemerintah menempatkan
peran ganda bagi ABRI yaitu sebagai peran hankam dan sosial. Sehingga peran
ABRI dikenal dengan Dwifungsi ABRI.
4. Pemasyarakatan P4
Pada tanggal 12 April 1976, Presiden Suharto mengemukakan
gagasan mengenai pedoman untuk menghayati dan mengamalkan Pancasila yaitu
gagasan Ekaprasetia Pancakarsa. Gagasan tersebut selanjutnya ditetapkan sebagai
Ketetapan MPR dalam sidang umum tahun 1978 mengenai “Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila” atau biasa dikenal sebagai P4. Guna
mendukung program Orde baru yaitu Pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945
secara murni dan konsekuen maka sejak tahun 1978 diselenggarakan penataran P4
secara menyeluruh pada semua lapisan masyarakat. Tujuan dari penataran P4
adalah membentuk pemahaman yang sama mengenai demokrasi Pancasila
sehingga dengan pemahaman yang sama diharapkan persatuan dan kesatuan
nasional akan terbentuk dan terpelihara. Melalui penegasan tersebut maka opini
rakyat akan mengarah pada dukungan yang kuat terhadap pemerintah Orde Baru.
Pelaksanaan Penataran P4 tersebut menunjukkan bahwa Pancasila telah
dimanfaatkan oleh pemerintahan Orde Baru. Hal ini tampak dengan adanya
himbauan pemerintah pada tahun 1985 kepada semua organisasi untuk
menjadikan Pancasila sebagai asas tunggal. Penataran P4 merupakan suatu bentuk
indoktrinasi ideologi sehingga Pancasila menjadi bagian dari sistem kepribadian,
sistem budaya, dan sistem sosial masyarakat Indonesia.

5. Penataan Politik Luar Negeri


Pada masa Orde Baru, politik luar negeri Indonesia diupayakan
kembali kepada jalurnya yaitu politik luar negeri yang bebas aktif. Untuk itu maka

15
MPR mengeluarkan sejumlah ketetapan yang menjadi landasan politik luar negeri
Indonesia. Dimana politik luar negeri Indonesia harus berdasarkan kepentingan
nasional, seperti permbangunan nasional, kemakmuran rakyat, kebenaran, serta
keadilan.
1) Kembali menjadi anggota PBB sejak tanggal 28 Desember 1966.
2) Normalisasi hubungan dengan beberapa negara
3) Pemulihan hubungan dengan Singapura
4) Pemulihan hubungan dengan Malaysia
5) Pendirian ASEAN(Association of South-East Asian Nations)

6. Penataan Kehidupan Ekonomi


Program pemerintah diarahkan pada upaya penyelamatan ekonomi
nasional, terutama stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi. Yang dimaksud dengan
stabilisasi ekonomi berarti mengendalikan inflasi agar harga barang-barang tidak
melonjak terus. Dan rehabilitasi ekonomi adalah perbaikan secara fisik sarana dan
prasarana ekonomi. Langkahnya adalah Mendobrak kemacetan ekonomi dan
memperbaiki sektor-sektor yang menyebabkan kemacetan. Program stabilsasi ini
dilakukan dengan cara membendung laju inflasi. Dan pemerintah Orde Baru
berhasil membendung laju inflasi pada akhir tahun 1967-1968, tetapi harga bahan
kebutuhan pokok naik melonjak.

7. Kerja Sama Luar Negeri


Keadaan ekonomi Indonesia pasca Orde Lama sangat parah,
hutangnya mencapai 2,3-2,7 miliar sehingga pemerintah Indonesia meminta
negara-negara kreditor untuk dapat menunda pembayaran kembali utang
Indonesia. Pemerintah mengikuti perundingan dengan negara-negara kreditor di
Tokyo Jepang pada 19-20 September 1966 yang menanggapi baik usaha
pemerintah Indonesia bahwa devisa ekspornya akan digunakan untuk pembayaran
utang yang selanjutnya akan dipakai untuk mengimpor bahan-bahan baku.
Perundingan dilanjutkan di Paris, Perancis dan dicapai kesepakatan sebagai
berikut.

16
a) Utang-utang Indonesia yang seharusnya dibayar tahun 1968 ditunda
pembayarannya hingga tahun 1972-1979.
b) Utang-utang Indonesia yang seharusnya dibayar tahun 1969 dan 1970
dipertimbangkan untuk ditunda juga pembayarannya.
Perundingan dilanjutkan di Amsterdam, Belanda pada tanggal 23-24
Februari 1967. Perundingan itu bertujuan membicarakan kebutuhan Indonesia
akan bantuan luar negeri serta kemungkinan pemberian bantuan dengan syarat
lunak yang selanjutnya dikenal dengan IGGI (Inter Governmental Group for
Indonesia). Melalui pertemuan itu pemerintah Indonesia berhasil mengusahakan
bantuan luar negeri. Indonesia mendapatkan penangguhan dan keringanan syarat-
syarat pembayaran utangnya.

8. Pembangunan Nasional
Dilakukan pembagunan nasional pada masa Orde Baru dengan tujuan
terciptanya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD
1945. Arah dan kebijaksanaan ekonominya adalah pembangunan pada segala
bidang. Pedoman pembangunan nasionalnya adalah Trilogi Pembangunan dan
Delapan Jalur Pemerataan. Isi Trilogi Pembagunan adalah sebagai berikut:
a. Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
b. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
c. Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.
Pelaksanaannya pembangunan nasional dilakukan secara bertahap yaitu,
1) Jangka panjang mencakup periode 25 sampai 30 tahun.
2) Jangka pendek mencakup periode 5 tahun (Pelita/Pembangunan Lima Tahun),
merupakan jabaran lebih rinci dari pembangunan jangka panjang sehingga tiap
pelita akan selalu saling berkaitan/berkesinambungan.
Selama masa Orde Baru terdapat 6 Pelita, yaitu :
a) Pelita I
Dilaksanakan pada 1 April 1969 hingga 31 Maret 1974 yang menjadi
landasan awal pembangunan Orde Baru.

17
Tujuan Pelita I : Untuk meningkatkan taraf hidup rakyat dan sekaligus meletakkan
dasar-dasar bagi pembangunan dalam tahap berikutnya.
Sasaran Pelita I : Pangan, Sandang, Perbaikan prasarana, perumahan rakyat,
perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani.
Titik Berat Pelita I : Pembangunan bidang pertanian sesuai dengan tujuan untuk
mengejar keterbelakangan ekonomi melalui proses pembaharuan bidang
pertanian, karena mayoritas penduduk Indonesia masih hidup dari hasil pertanian.

b) Pelita II
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1974 hingga 31 Maret 1979.
Sasaran utamanya adalah tersedianya pangan, sandang,perumahan, sarana dan
prasarana, mensejahterakan rakyat dan memperluas kesempatan kerja.
Pelaksanaan Pelita II cukup berhasil pertumbuhan ekonomi rata-rata mencapai 7%
per tahun. Selanjutnya pada tahun keempat Pelita II, inflasi turun menjadi 9,5%.

c) Pelita III
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1979 hingga 31 Maret 1984. Pelita
III pembangunan masih berdasarkan pada Trilogi Pembangunan dengan
penekanan lebih menonjol pada segi pemerataan yang dikenal dengan Delapan
Jalur Pemerataan, yaitu:
a. Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, khususnya sandang, pangan,
dan perumahan.
b. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan.
c. Pemerataan pembagian pendapatan
d. Pemerataan kesempatan kerja
e. Pemerataan kesempatan berusaha
f. Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi
generasi muda dan kaum perempuan
g. Pemerataan penyebaran pembagunan di seluruh wilayah tanah air
h. Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.

18
d)Pelita IV
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1984 hingga 31 Maret 1989. Titik
beratnya adalah sektor pertanian menuju swasembada pangan dan meningkatkan
industri yang dapat menghasilkan mesin industri sendiri. Terjadi resesi pada awal
tahun 1980 yang berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia. Pemerintah
akhirnya mengeluarkan kebijakan moneter dan fiskal sehingga kelangsungan
pembangunan ekonomi dapat dipertahankan.

e) Pelita V
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1989 hingga 31 Maret 1994. Titik
beratnya pada sektor pertanian dan industri. Indonesia memiki kondisi ekonomi
yang cukup baik dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,8 % per tahun. Posisi
perdagangan luar negeri memperlihatkan gambaran yang menggembirakan.
Peningkatan ekspor lebih baik dibanding sebelumnya.

f) Pelita VI
Dilaksanakan pada tanggal 1 April 1994 hingga 31 Maret 1999. Titik
beratnya masih pada pembangunan pada sektor ekonomi yang berkaitan dengan
industri dan pertanian serta pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya
manusia sebagai pendukungnya. Sektor ekonomi dipandang sebagai penggerak
utama pembangunan.
Pada periode ini terjadi krisis moneter yang melanda negara-negara
Asia Tenggara termasuk Indonesia. Karena krisis moneter dan peristiwa politik
dalam negeri yang mengganggu perekonomian menyebabkan rezim Orde Baru
runtuh.

9. Perkembangan Revolusi Hijau


Kebijakan modernisasi pertanian pada masa Orde baru dikenal dengan
sebutan Revolusi Hijau. Revolusi Hijau merupakan perubahan cara bercocok
tanam dari cara tradisional ke cara modern. Revolusiini jugaberdampak pada

19
Perkembangan teknologi yang memberikan pengaruh positif bagi Indonesia
khususnya bagi peningkatan industri pangan:
a) Digunakannya pupuk buatan dan zat-zat kimia untuk memberantas hama
penyakit sehingga produksi pertanianpun meningkat.
b) Proses pengolahan lahanpun menjadi cepat dengan digunakan traktor
c) Proses pengolahan hasil menjadi cepat dengan adanya alat penggiling padi

D. DEMOKRASI PANCASILA PADA ERA ORDE REFORMASI


Setelah berakhirnya pemerintah Soeharto 1998, Indonesia sedang
berusaha menuju kepada sistem politik yang demokratis dengan melakukan
reformasi struktural yang mendukung berkembangnya pemerintah
demokrasi.Sekalipun kabinet presiden Habibie telah diberi nama “Kabinet
reformasi”, namun pemerintah reformis belum dapat diwujudkan, sekalipun
sudaah banyak melakukuan perubahan-perubahan.
Beberapa perubahan yang telah dilakukan oleh Kabinet Habibie sesuai
dengan tuntutan reformasi antara lain:
(1) Membenarkan tahanan politik
(2) Memberikan kebebasa berserikat, berkumpul, berpolitik, seperti berdirinya
partai-partai secara mudah dan menghidupkan kembali asas kemajemikan partai,
diberi hak berdemonstrasi, unjjuuk rasa dan lain-lain.
(3) Adanya kebebasan pers dan media masa, dengan mencabut lembaga SIUPP.
(4) Mengeluarkan undang-undang otonomi daerah dan perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat dan daaerah
(5) Memberikan peranan yang luas kepada DPR untuk mengimbangi kekuasaan
pemerintah, seperti ketua-ketua lembaga tinggi negara dipilih oleh DPR.
(6) Melaksanakan pemilu yang luber dan “jurdil” tahun 1999 dengan
penyelenggaraannya adalah oleh partai-partai (ketuanya dari partai) dan
pemerintah, independensi pegawai negri, hari pencoblosan “hari llibur”,
penndaftaran warga negara bersifat aktif.
(7) Melaksanakan jajak pendapat Tim Tim (30 Agustus 1999) sebagai tuntutan
masyarakat internasional dan demokratisasi.

20
Penyimpangan kehidupan bernegara era Orde Baru sampai kepada
puncaknya dengan muncul Krisis Moneter yang berakibat jatuhnyya Sueharto
yang telah berkuasa selama 32 tahun. Untuk menyelamatkan negara dari
kehancuran, maka MPR telah mengeluarkan ketetapannya antara lain:
1. Ketetapan MPR NO. VIII/MPR/1993 tentang pencabutan ketetapan MPR
tentang referendum.
2. Ketetapan MPR NO. X/MPR/1998 tentang pokok-pokok reformasi
pembangunan dalam rangka penyelamatan dan normalisasi kehidupan
nasional sebagai haluan negara.
3. Tap MPR NO. XI/MPPR/1998 tentang pembatasan masa jabatan presiden dan
wakil presiden Indonesia. Tap.. MPR NO.XVI/MPR/1998 tenhteng politik
ekonomi dalam rangka demokrasi ekonomi.
4. Tap. MPR NO XVIII/MPR/1998 tentang pencabutan P-4 dan penegasan
Pancasila sebagai dasar negara.
5. Sekalipun MPR telah mengeluarkan ketetapannya, namun permasalahan yang
ditinggalkan oleh pemerintah orde baru bukanlah sedikit, sehingga
merumutkan bagi pemerintah transisi atau pemerintah era reformasi untuk
keluar daari permasalahan tersebut. Maka oleh sebab itu MPR melalui
ketetapan NO. V/MPR/2000 telah mengeluarkan ketetapan tentang
Pemantapan Persatuan dan Kesatuan Nasional.
Globalisasi dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya
dapat memberikan keuntungan dapat memberikan keuntungan bagi bangsa
Indonesia, tetapi jika tidak diwaspadai, dapat memberikan dampak negatif
terhadap kehidupan berbangsa. Pada masa era global, telah tiga kali pergantian
presiden, yaitu presiden B.J. Habibie dalam kabinet reformasi pembangunan,
psesiden Abdurrahman Wahid sebagai presiden hasil pemilu tahun 1999 dengan
kabinet persatuan nasional, namun presiden Abdurraman Wahid diperhentikan
oleh MPR karena melanggar haluan negara, kemudian dipergantikan olehpresiden
Megawati dengan kabinet gotong royong. Pada masa era global ini pembangunan
nasional dilaksanakan tidak lagi seperti orde baru yang dikenal dengan nama
Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita), melainkan dengan nama Program

21
Pembangunan Nasional (Propenas). Propenas yang telah disusun oleh Bappenas,
berlaku untuk tahun 2000-2004. Propenas tesebut meliputi berbagai bidang.
Setelah pemilihan umum 2004 pembangunan nasional berdasarkan kepada
program yang telah disampaikan oleh presiden/wakil presiden terpilih yang
ditawarkan kepada rakyat dalam kampanye pemilihan presiden, sehingga dengan
terpilihnya presiden berarti rakyat telah menyetujui program presiden terpilih
sebagai program pembangunan nasional. Inilah konsekwensi pemilihan presiden
secara langsung.
Demokrasi dijalankan pada era reformasi ini masih tetap demokrasi
Pancasila. Perbedaannya terletak pada aturan pelaksanaan dan prakrik
penyelenggaraan. Untuk mewujudkan praktik demokrasi yang sesuaim dengan
tuntutan refornasi, harus dimulai dari pembentukan peraturan. Hal ini dapat
mendorong terjadinya demokratisasi dalam berbagai bidang kehidupan.
Sedangkan dinamika demokrasi pada masa reformasi dapat dilihat berdasarkan
aktifitas kenegaraan sebagai berikut.
1. Dikeluarkanya Undang-Undang No. 31 tahun 2002 tentang Partai Politik,
memberikan ruang dan gerak lebih luas untuk mendirikan partai politik yang
memungkinkan berkembangnya multipartai. Hal ini dapat dilihat dalam
Undang-Undang No. 31 Tabun 2002 Pasal 2 ayat 1 yang menyatakan “partai
politik didirikan dan dibentuk oleh sekurang-kurangnya 50 orang warga
negara Indonesia yang telah berusia 21 tahun dengan akta notaris”.
2. Undang-Undang No.12 tahun 2003 tentang Pemilu memberikan kebebasan
kepada warga negara untuk menggunakan hak pilihnya secara langsung untuk
memilih anggota DPR, DPRD provinsi, DPRD kabupaten/kota maupun DPD.
Bahkan pemilihan presiden dan wakilnya juga dilaksanakan secara langsung.
3. Upaya untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dari KKN, berwibawa
dan bertanggung jawab dibuktikan dengan keluarnya ketetapan MPR
No.IX/MPR/1998 dan ditindak lanjuti dengan Undang-Undang No. 30 Tahun
2002 tentang pembentukan Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan
sebagainya.

22
4. Lembaga tertinggi negara MPR berani mengambil langkah-langkah politik
dengan adanya sidang tahunan dan menuntut kepada pemerintah dan lembaga
negara lain untuk menyampaikan laporan kemajuan.
5. Adanya kebebasan media massa tanpa ada rasa takut untuk dicabut surat ijin
penerbitannya.
6. Adanya pembatasan masa jabatan presiden, yaitu jabatan presiden paling lama
adalah 2 periode masa kepemimpinan.
Demokrasi yang dijalankan pada masa reformasi ini masih tetap
demokrasi pancasila. Namun perbedaanya terletak pada aturan pelaksanaan.
Berdasarkan peraturan perundang-undangan dan praktik pelaksanaan demokrasi,
terdapat beberapa perubahan pelaksanaan demokrasi pancasila dari masa orde
baru pelaksanaan demokrasi pada masa orde reformasi sekarang ini yaitu :
1) Pemilihan umum lebih demokratis
2) Partai politik lebih mandiri
3) Lembaga demokrasi lebih berfungsi
4) Konsep trias politika (3 Pilar Kekuasaan Negara) masing-masing bersifat
otonom penuh.
Adanya kehidupan yang demokratis, melalui hukum dan peraturan yang
dibuat be\rdasarkan kehendak rakyat, ketentraman dan ketertiban akan lebih
mudah diwujudkan. Tata cara pelaksanaan demokrasi Pancasila dilandaskan atas
mekanisme konstitusional karena penyelenggaraan pemeritah Negara Republik
Indonesia berdasarkan konstitusi. Demokrasi pancasila hanya akan dapat
dilaksanakan dengan baik apabila nilai-nilai yang terkandung didalamnya dapat
dipahami dan dihayati sebagai nilai-nilai budaya politik yang mempengaruhi
sikap hidup politik pendukungnya.

23
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Demokrasi Indonesia adalah pemerintahan rakyat yang berdasarkan niai-
nilai falsafah Pancasila atau pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat
berdasarkan sila-sila pancasila. Namun, dalam praktek penyelenggaraanya,
terdapat empat kali pergantian demokrasi :
1) Periode Berlakunya Demokrasi Liberal (1945-1959)
2) Periode Berlakunya Demokrasi Terpimpin (1959—1965)
3) Periode Berlakunya Demokrasi Pancasila pada Orde Baru (1965—1998)
4) Demokrasi Pancasila Pada Era Orde Reformasi

24

Anda mungkin juga menyukai