Anda di halaman 1dari 9

DINAMIKA KEPENDUDUKAN

INDONESIA
Dinamika Kependudukan Indonesia adalah perubahan yang terjadi pada perubahan jumlah suatu
pendidik di wilayah tertentu di Indonesia yang disebabkan oleh angka kelahiran (natalitas),
kematian (mortalitas), dan perpindahan (migrasi) (Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 38). Indonesia
memiliki potensi sumber daya manusia yang sangat besar. Jumlah populasi penduduk Indonesia
mencapai 271,7 juta jiwa (WPDS, 2020). Hal tersebut disebabkan oleh dinamika kependudukan.
Memaksimalkan sumber daya manusia yang ada sangatlah penting untuk memastikan semua
penduduknya mendapatkan kesejahteraan yang pastinya selalu didambakan oleh semua populasi.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui dinamika kependudukan Indonesia.

1. JUMLAH PENDUDUK INDONESIA


Indonesia memiliki jumlah penduduk yang sangat besar. Berdasarkan Data
Kependudukan Dunia tahun 2015, jumlah penduduk Indonesia menempati urutan
keempat di dunia setelah Cina (1.372 juta jiwa), India (1.314 juta jiwa), dan Amerika
Serikat (321 juta jiwa). Jumlah penduduk Indonesia mencapai 256 juta jiwa. Bahkan pada
tahun 2020 jumlah penduduk di Indonesia bertambah menjadi 271,7 juta jiwa (WPDS,
2020).
Berikut adalah Peringkat Jumlah Penduduk di Dunia pada tahun 2020

Peringka Nama Negara Penduduk (Juta


Jiwa)
t
1 Cina 1402,1
2 India 1400,1
3 Amerika Serikat 329,9
4 Indonesia 271,7
(WPDS, 2020)
Namun, jumlah penduduk yang tinggi memiliki kelebihan dan kekurangan. Di satu sisi
hal ini dapat menjadi keuntungan bagi Indonesia dengan jumlah penduduk usia produktif
yang berlimpah. Namun di sisi lain justru malah bisa menjadi kerugian apabila jumlah
penduduk yang besar itu memiliki kualitas yang rendah, dilihat dari pendidikan,
kesehatan, dan kesejahteraan.
Tanpa diimbangi dengan peningkatan kualitas, jumlah penduduk yang meningkat justru
dapat membawa kesengsaraan. Apalagi jika persebarannya juga tidak merata dan
menumpuk di satu wilayah saja. Kesenjangan ekonomi juga akan mengiri.

2. PERSEBARAN PENDUDUK
Distribusi Penduduk atau persebaran penduduk adalah bentuk penyebaran penduduk di
suatu wilayah atau negara, apakah penduduk tersebut tersebar merata atau tidak (Tim
Kemdikbud, 2017, hlm. 39). Persebaran penduduk dapat dikenali dari kepadatan
penduduk. Kepadatan penduduk merupakan indikator atau tanda adanya perbedaan
sumber daya yang dimiliki suatu wilayah.
Wilayah yang memiliki sumber daya yang lebih baik, baik sumber daya fisik, alam,
maupun manusianya, akan cenderung lebih dipadati oleh penduduk. Kepadatan penduduk
juga memberikan informasi berharga kepada pemerintah mengenai pemerataan
pembangunan. Wilayah yang penduduknya jarang menunjukkan pembangunan belum
sampai dengan merata ke wilayah tersebut atau wilayah lainnya.
Sayangnya, persebaran penduduk di Indonesia masih kurang merata. Hal ini ditunjukkan
dengan wilayah yang masih sedikit penduduknya seperti Papua yang kepadatan penduduk
rata-ratanya hanya 4 jiwa per kilometer persegi. Sementara itu pulau Jawa kepadatan
penduduknya mencapai 945 jiwa per kilometer persegi.
Bahkan pulau-pulau lain di Indonesia yang memiliki luas berkali lipat dari pulau Jawa
jika dijumlahkan seluruh penduduknya tidak akan mencapai jumlah penduduk yang
tinggal di Pulau Jawa. Kondisi persebaran penduduk yang tidak merata indikasi dan
masalah dan penghambat pelaksanaan pembangunan.

a. PENYEBAB TIDAK MERATANYA PERSEBARAN PENDUDUK


INDONESIA
Pulau Jawa adalah daerah yang sangat subur dan telah lama berkembang dengan
pertanian tradisional. Pada masa lalu, masyarakat masih mengembangkan pola
ekonomi tradisional berupa pertanian. Lokasi Pulau Jawa yang sebagian besar
wilayahnya mudah terjangkau menjadi salah satu penyebab persebaran penduduk
di Pulau Jawa terus terjadi.
Selain itu, Pulau Jawa juga merupakan pusat perkembangan politik pada masa
pengaruh Hindu, Buddha, Islam, dan masa penjajahan. Bahkan saat ini juga pusat
pemerintahan (Jakarta) berada di Pulau Jawa, kota-kota besar Indonesia lainnya
juga kebanyakan berada di Pulau Jawa. Tidak mengherankan apabila masyarakat
Indonesia lebih memilih tinggal atau berpindah ke Pulau Jawa karena sarana dan
prasarana di Pulau Jawa lebih lengkap dari wilayah lainnya di Indonesia.
b. CARA MEMERATAKAN PERSEBARAN PENDUDUK INDONESIA
Oleh karena itu perlu dilakukan upaya pemerataan penduduk agar menjadi
seimbang, sehingga potensi penduduk Indonesia dapat dikembangkan secara
optimal. Salah satu cara untuk memeratakan jumlah penduduk di Indonesia adalah
melalui perpindahan penduduk dari daerah yang padat ke daerah yang jarang
penduduknya.
Perpindahan penduduk tersebut tentu dapat dilakukan dengan keinginan sendiri,
yakni dengan melakukan pembangunan infrastruktur di daerah-daerah yang masih
sepi. Bisa juga melalui program pemerintah, seperti program transmigrasi yang
menawarkan lahan dan bantuan lain bagi masyarakat yang bersedia berpindah ke
daerah yang lebih jarang penduduknya

3. KOMPOSISI PENDUDUK
Komposisi penduduk adalah pengelompokan penduduk berdasarkan usia, jenis kelamin,
mata pencaharian, agama, bahasa, pendidikan, tempat tinggal, jenis pekerjaan, dan lain-
lain (Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 42). Data dan analisis terhadap komposisi penduduk
diperlukan dalam suatu negara karena dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan
ataupun penentuan kebijaksanaan dalam pelaksanaan pembangunan.
Salah satu contohnya adalah kenyataan bahwa setiap penduduk pasti memiliki usia dan
jenis kelamin yang berbeda, sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda
pula. Berdasarkan informasi tersebut pemerintah dapat menyusun strategi dan kebijakan
yang tepat dalam memaksimalkan potensinya komposisi penduduk yang dimilikinya.

a. KOMPOSISI PENDUDUK BERDASARKAN USIA


Komposisi penduduk berdasarkan umur atau usia dapat dibuat dalam bentuk usia
tunggal, seperti 0, 1, 2, 3, 4, sampai 60 tahun atau lebih. Selain itu komposisi
penduduk dapat juga dibuat berdasarkan interval usia tertentu, seperti:
1) 0–5 tahun (usia balita),
2) 6–12 tahun (usia SD),
3) 13–15 tahun (usia SMP),
4) 16–18 (usia SMA),
5) 19–24 tahun (usia Perguruan Tinggi),
6) 25–60 tahun (usia dewasa), dan
7) >60 tahun (usia lanjut).
Komposisi penduduk juga dapat dibuat berdasarkan usia produktif dan usia
nonproduktif, misalnya: usia 0–14 (usia belum produktif), 15–64 (usia produktif),
dan usia >65 (tidak produktif).

b. PERMASALAHAN KOMPOSISI PENDUDUK BERDASARKAN USIA


Berbagai permasalahan komposisi penduduk dapat muncul sebagai akibat dari
tidak meratanya komposisi usia. Permasalahan dalam komposisi penduduk
berdasarkan usia dapat terjadi apabila jumlah penduduk dengan usia di bawah 15
tahun dan usia di atas 65 tahun jumlahnya lebih besar jika dibandingkan usia
produktif, yakni 15 hingga 65 tahun.
Mengapa? Karena hal tersebut dapat menyebabkan penduduk usia produktif
kewalahan untuk menanggung hidup seluruh penduduk usia nonproduktif.
Sebaliknya, semakin kecil angka usia nonproduktif atau biasa disebut dengan
angka ketergantungan, maka semakin kecil pula beban usia produktif dalam
menopang kehidupan penduduk nonproduktif.

c. KOMPOSISI PENDUDUK BERDASARKAN JENIS KELAMIN


Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin juga penting untuk diketahui,
karena dapat digunakan dalam menghitung angka perbandingan jenis kelamin
(sex ratio). Perbandingan tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan bentuk
pemberdayaan penduduk sebagai sumber daya manusia agar sesuai dengan
karakteristiknya.
Bentuk pemberdayaan tersebut misalnya berkenaan dengan pekerjaan, tanggung
jawab, serta bentuk pengembangan pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan
potensi dan kemampuan penduduk. Hal tersebut terjadi karena jenis kelamin yang
berbeda biasanya memiliki karakter dan kemampuan yang berbeda pula, bukan
berarti tidak sama tingkatnya.
Pada zaman dulu, kaum laki-laki lebih dominan dalam bekerja dan
mempertahankan diri. Alasannya adalah karena teknologi yang belum canggih,
sehingga hanya penduduk yang memiliki tenaga dan kemampuan fisik yang kuat
yang dapat bekerja melalui pekerjaan kasar.
Hal tersebut karena pada dasarnya kebanyakan laki-laki memiliki fisik dan tenaga
yang lebih besar jika dibandingkan dengan perempuan. Akan tetapi, setelah
teknologi berkembang dengan pesat pada zaman modern, perempuan memiliki
lebih banyak kesempatan untuk bekerja.
Selain itu, pada zaman dahulu sempat terjadi miskonsepsi mengenai peran wanita
dalam dunia kerja. Hanya karena fisiknya, banyak yang menganggap wanita tidak
dapat mengerjakan pekerjaan pria. Namun hal tersebut kini sudah mulai memudar
sejalan dengan berkembangnya prinsip emansipasi wanita pula. Pada
kenyataannya, saat ini hampir seluruh jenis pekerjaan yang biasa dikerjakan oleh
kaum laki-laki dapat dikerjakan oleh kaum perempuan pula.

4. PERTUMBUHAN DAN KUALITAS PENDUDUK


Pertumbuhan penduduk adalah keseimbangan dinamis antara kekuatan yang menambah
dan kekuatan yang mengurangi jumlah penduduk (Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 43). Ada
tiga faktor yang memengaruhi pertumbuhan penduduk, yakni: kelahiran, kematian, dan
migrasi.
Kelahiran dan kematian termasuk faktor alami, sedangkan migrasi disebut faktor
nonalami. Kelahiran bersifat menambah, sedangkan kematian bersifat mengurangi jumlah
penduduk. Sementara itu, migrasi dapat bersifat menambah atau mengurangi. Migrasi
yang bersifat menambah disebut imigrasi atau migrasi masuk, sedangkan migrasi yang
bersifat mengurangi disebut emigrasi atau migrasi keluar.
Tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia termasuk dalam kategori sedang. Pada
periode 2010-2014, angka pertumbuhan penduduk Indonesia mencapai 1,40% per tahun.
Untuk menurunkan tingkat pertumbuhan yang tinggi, pemerintah Indonesia
melaksanakan program Keluarga Berencana (KB). Melalui program KB, penduduk
Indonesia telah mengalami penurunan dari yang awalnya 2,31% pada periode 1971-1980
menjadi 1,49% pada periode 1990-2000-an.
Struktur penduduk Indonesia lebih banyak pada penduduk usia muda. Hal ini diakibatkan
oleh masih tingginya tingkat kelahiran. Persentase penduduk usia 0 – 14 tahun pada tahun
1980 mencapai 40,3% dan pada tahun 1985 sedikit menurun menjadi 39,%. Jumlah
penduduk usia muda ini turun lagi hingga 37,7% – 34% pada tahun 2000-an.

a. DAMPAK PERTUMBUHAN PENDUDUK YANG CEPAT


Menurut Tim Kemdikbud (2017, hlm. 44) pertumbuhan penduduk yang terlalu
cepat dapat menyebabkan beberapa hal berikut ini.
1) Pertumbuhan penduduk usia muda yang cepat menyebabkan tingginya
angka pengangguran.
2) Persebaran penduduk tidak merata.
3) Komposisi penduduk kurang menguntungkan karena banyaknya
penduduk usia muda yang belum produktif sehingga beban
ketergantungan tinggi.
4) Arus urbanisasi tinggi, sebab kota lebih banyak menyediakan lapangan
kerja.
5) Menurunnya kualitas dan tingkat kesejahteraan penduduk.
b. PERMASALAHAN KUALITAS PENDUDUK DI INDONESIA
Permasalahan kualitas penduduk di Indonesia pada umumnya masih bernaung
pada siklus pendidikan, sumber daya manusia, dan pendapatan. Ketiga aspek
tersebut saling berhubungan satu sama lain. Sederhananya, pendidikan akan
menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, saat seseorang memiliki
sumber daya tinggi maka ia juga akan memiliki pendapatan yang tinggi.

c. SUMBER DAYA MANUSIA, PENDIDIKAN & PENDAPATAN


Masalah kependudukan Indonesia dalam hal kualitas adalah masalah pada
kemampuan sumber daya manusianya. Hal tersebut dipengaruhi oleh masih
rendahnya tingkat pendidikan dan kesejahteraan yang kemudian berpengaruh
pada pendapatan per kapita masyarakat tersebut.
Rendahnya pendapatan perkapita pada masyarakat dapat menyebabkan orang tua
tidak mampu menyekolahkan anaknya, sehingga banyak anak yang putus sekolah
atau berhenti sekolah sebelum tamat. Hal ini akan terus berulang dalam siklus
yang sama jika tidak dilakukan perbaikan.
Pemerintah Indonesia telah berusaha keras untuk meningkatkan mutu pendidikan
penduduk melalui berbagai program. Program pemerintah di bidang pendidikan
tersebut meliputi program beasiswa, adanya bantuan operasional sekolah (BOS),
program wajib belajar, dan sebagainya.
Meskipun begitu, karena banyaknya hambatan yang dialami, hingga saat ini
tingkat pendidikan bangsa Indonesia masih tergolong rendah. Hal ini menjadi
bahan evaluasi bagi kita semua baik dari sisi pemerintah maupun dari sisi
masyarakat untuk terus berusaha memperbaikinya.

d. TINGKAT KESEHATAN PENDUDUK


Tingkat kesehatan juga merupakan salah satu penentu dari kualitas penduduk.
Keadaan tingkat kesehatan suatu negara dapat dilihat dari besarnya angka
kematian bayi dan usia harapan hidup penduduknya. Usia harapan hidup
maksudnya adalah sampai usia berapa kira-kira seseorang dapat bertahan hidup,
misalnya ternyata kebanyakan masyarakat suatu negara kebanyakan hanya dapat
bertahan hidup hingga umur 70-an.
Jika angka kematian bayi besar dan angka harapan hidup rendah, maka dapat
dipastikan bahwa tingkat kesehatan di negara tersebut masih rendah. Pada negara
maju, angka kematian bayi akan lebih kecil dan usia harapan hidupnya lebih
tinggi.

e. MATA PENCAHARIAN
Mata pencaharian adalah salah satu dari beberapa tolok ukur kualitas penduduk.
Pertambahan penduduk yang tinggi berpotensi menyebabkan jumlah angkatan
kerja meningkat. Jika pertambahan itu tidak diimbangi dengan mata pencaharian
yang memadai, maka akan timbul masalah pengangguran.
Hal ini kurang menguntungkan usaha pembangunan secara nasional karena
golongan muda kurang produktif tersebut merupakan beban. Masalah tenaga kerja
dan kesempatan kerja merupakan masalah yang harus ditangani secara serius
karena sangat peka terhadap ketahanan nasional.
Mayoritas penduduk Indonesia bermata pencaharian sebagai petani, berbeda
dengan di negara maju yang sebagian besar mata pencaharian penduduknya
berada di sektor Industri. Meskipun begitu, kini Indonesia juga tengah
menghadapi perpindahan dari mata pencaharian utama bertani ke sektor industri.

5. KERAGAMAN ETNIK DAN BUDAYA MASYARAKAT


Indonesia terdiri dari masyarakat yang memiliki suku bangsa dan budaya yang sangat
beragam. Istilah “suku bangsa” sering juga disebut dengan “etnik”. Menurut
Koentjaraningrat (dalam Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 46) suku bangsa adalah
sekelompok manusia yang mempunyai kesatuan budaya dan terikat oleh kesadaran
budaya tersebut, sehingga menjadi identitas.
Kesadaran dan identitas suku bangsa biasanya dikuatkan oleh kesatuan bahasa. Jadi, suku
bangsa adalah gabungan sosial yang dibedakan dari golongan-golongan sosial sebab
mempunyai ciri-ciri paling mendasar dan umum berkaitan dengan asal-usul dan tempat
asal serta kebudayaan.
Ciri-ciri suku bangsa yakni memiliki kesamaan kebudayaan, bahasa, adat istiadat, dan
nenek moyang. Berkaitan dengan itu, ciri-ciri mendasar yang membedakan suku bangsa
satu dengan lainnya, antara lain bahasa daerah, adat istiadat, sistem kekerabatan, kesenian
daerah, dan tempat asal.
Keberagaman bangsa Indonesia terbentuk oleh jumlah suku bangsa yang mendiami
berbagai lokasi yang tersebar. Setiap suku bangsa mempunyai ciri atau karakter
tersendiri, baik dalam aspek sosial atau budaya.
Menurut penelitian Badan Pusat Statistik (BPS) yang dilaksanakan tahun 2010, di
Indonesia terdapat 1.128 suku bangsa. Antarsuku bangsa di Indonesia mempunyai
berbagai perbedaan dan itulah yang membentuk keanekaragaman di Indonesia.
Keragaman sosial dan budaya Indonesia dipengaruhi faktor lingkungan. Masyarakat yang
tinggal di daerah pegunungan lebih banyak menggantungkan kehidupannya dari
pertanian, sehingga berkembang kehidupan sosial budaya masyarakat petani. Sementara
itu, daerah pantai akan memengaruhi masyarakatnya untuk menjadi nelayan dan
berkembanglah kehidupan sosial masyarakat nelayan.
Keragaman bangsa Indonesia tampak pula dalam seni sebagai hasil kebudayaan daerah di
Indonesia, misalnya dalam bentuk tarian dan nyanyian. Hampir semua daerah atau suku
bangsa mempunyai tarian dan nyanyian yang berbeda. Begitu juga dalam hasil karya,
setiap daerah mempunyai hasil karya yang berbeda dan menjadi ciri khas daerahnya
masing-masing.
Keragaman budaya Indonesia dapat diketahui melalui bentuk-bentuk pakaian adat, lagu
daerah, tarian daerah, rumah adat, upacara adat dan lain sebagainya.

a. RUMAH ADAT
Indonesia kaya akan budaya yang beraneka ragam dan tersebar di berbagai
provinsi pada umumnya. Salah satunya adalah rumah adat yang di setiap daerah
memiliki keunikannya masing-masing. Berikut adalah beberapa contoh rumah
adat di setiap daerah di Indonesia.
Nama Daerah Nama Rumah Adat
Bali Rumah adat Gapura Candi Bentar
Kalimantan Tengah Betang
Kalimantan Timur Rumah adat Lamin
Kalimantan Selatan Banjar atau Betang
Nanggroe Aceh Darussalam Krong Bade
Nusa Tenggara Timur Musalaki
Papua Rumah adat Honai
Papua Honai
Sulawesi Utara Rumah adat Istana Buton
Sumatra Barat Rumah Gadang
Yogyakarta Rumah Joglo

b. PAKAIAN ADAT
Pakaian adat tradisional di Indonesia begitu banyak dan beragam, ini merupakan
nilai-nilai budaya Indonesia yang tak ternilai harganya. Berikut adalah pakaian-
pakaian adat yang ada di Indonesia.
Nama Daerah Nama Pakaian Adat
Aceh Ulee Balang
Bali Payas Agung
Bangka Belitung Paksian
Banten Pangsi
Bengkulu Rejang Lenong
DI Yogyakarta Kebaya Kesatrian
DKI Jakarta Sadariah
Gorontalo Biliu dan Makuta
Jambi Baju Kurung Tanggung
Jawa Barat Bedahan
Jawa Tengah Kebaya
Jawa Timur Pesa’an
Kalimantan Barat King Baba atau King Tompang
Kalimantan Selatan Babaju Kun Galung Pacinan
Kalimantan Tengah Sangkarut
Kalimantan Timur Kustin
Kalimantan Utara Ta’a dan Sapei Sapaq
Kepulauan Riau Kebaya Laboh dan Teluk Belanga
Lampung Tulang Bawang
Maluku Cele
Maluku Utara Manteren Lamo dan Kimun Gia
Nama Daerah Nama Pakaian Adat
Nusa Tenggara Rimpu
Barat
Nusa Tenggara Baju Adat Sabu, Helong, Rote, dan Dawan
Timur
Papua Holim (Koteka) dan Rok Rumbai
Papua Barat Ewer
Riau Teluk Belanga dan Kebaya Labuh
Suamtera Barat Bundo Kanduang, Limpapeh Rumah Nan Gadang
Sulawesi Barat Pattuqduq Towaine
Sulawesi Selatan Bodo
Sulawesi Tengah Nggembe
Sulawesi Tenggara Babu Nggawi
Sulawesi Utara Laku Tepu
Sumatera Selatan Aesan Gede
Sumatera Utara Ulos

c. TARIAN DAERAH
Tari daerah di berbagai daerah Indonesia memiliki ciri khasnya tersendiri. Tarian
ini juga biasanya memiliki makna dan simbol tertentu yang terkandung
didalamnya. Berikut adalah tarian-tarian daerah yang ada di Indonesia.
Nama Daerah Nama Tarian Adat
Bengkulu Tari Andun, Tari Bidadari Teminang Anak
Sulawesi Tenggara Tari Balumpa, Tari Dinggu, Tari Malulo
Nusa Tenggara Tari Batunganga, Tari Mpaa Sampari
Barat
Lampung Tari Cangget, Tari Bedana, Tari Malinting
Nusa Tenggara Tari Gareng Lameng, Tari Bidu
Timur
Kalimantan Timur Tari Kancet Papatai, Tari Gong
Bali Tari Kecak dan Tari Legong
Sulawesi Selatan Tari Kipas, Tari Bosara
Maluku Tari Lenso, Tari Cakalele
Sulawesi Utara Tari Maengket, Tari Tidi Lo Polopalo
Kalimantan Barat Tari Momong, Tari Tandak Sambas
Maluku Utara Tari Perang, Tari Nabar Illa
Sulawesi Tengah Tari Peulu Cinde, Tari Pamonte
Suamtera Barat Tari Piring, Tari Payung, Tari Tabuik
Kalimantan Selatan Tari Radab Rahayu, Tari Baksa Kembang
Jawa Timur Tari Remo, Tari Reog Ponorogo
Jambi Tari Sekapur Sirih, Tari Rangguk
Papua Tari Selamat Datang, Tari Musyoh
Sumatera Utara Tari Serampang Dua Belas, Tari Tor Tor, Tari
Manduda
DI Yogyakarta Tari Serimpi Sangupati, Tari Bedaya, Tari Merak,
Tari Lawung Agung
Jawa Tengah Tari Serimpi, Tari Bambangan Cakil, Tari
Kendalen
Aceh Tari Seudati, Tari Saman, Tari Pukat
Papua Barat Tari Suanggi, Tari Perang
Kalimantan Tengah Tari Tambun dan Bungai, Tari Balean Dadas
Kepulauan Riau Tari Tandak Riau, Tari Joged Lambak
Sumatera Selatan Tari Tanggai, Tari Bekhusek
Jawa Barat Tari Topeng Kuncaran, Tari Merak
DKI Tari Topeng, Tari Yapong
Riau Teluk Belanga dan Kebaya Labuh

6. REFERENSI
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Ilmu Pengetahuan Sosial SMP/MTs
Kelas VII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Anda mungkin juga menyukai