Anda di halaman 1dari 18

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA

PROGRAM STUDI FARMASI F-MIPA


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA I

PRAKTIKUM I
UJI MAKROSKOPIK DAN MIKROSKOPIK SAMPEL TUMBUHAN
PRAKTIKUM LAPANGAN

Disusun Oleh :

Nadya Agustina
J1E112086
Kelompok VII

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

2014

PRAKTIKUM I
UJI MAKROSKOPIK DAN MIKROSKOPIK SAMPEL TUMBUHAN
PRAKTIKUM LAPANGAN
KELOMPOK VII

Mengetahui Nilai Laporan Awal Nilai Laporan Akhir


Asisten,

Victoria M. Pebriasari Tanggal : 6 Oktober Tanggal : 6 Oktober


2014 2014

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

2014
PRAKTIKUM I
UJI PENDAHULUAN DAN MIKROSKOPIK SAMPEL TUMBUHAN
PRAKTIKUM LAPANGAN

I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui gambaran
makroskopik dan mikroskopik dari sampel tumbuhan praktikum lapangan asal
Desa Mandiangin Barat Kecamatan Karang Intan Kalimantan Selatan, yaitu
Tapak Liman (Elephantopus scaber ) dan Pajah - Pajah Api (Avicennia alba ).
II. DASAR TEORI
Indonesia merupakan salah satu negara pengguna tumbuhan obat terbesar di dunia
bersama negara lain di Asia seperti Cina dan India yang sangat erat kaitannya dengan
kekayaan sumber alam yang dimiliki dan keragaman budaya yang terpelihara sampai saat ini.
Kekayaan alam hutan tropis Indonesia menyimpan beribu-ribu tumbuhan berkhasiat obat dan
dihuni oleh berbagai suku dengan pengetahuan pengobatan tradisional yang berbeda-beda.
Adapun di Indonesia masih banyak jenis tumbuhan obat yang belum dibudidayakan sehingga
ketersediaannya masih tergantung pada alam. Pengambilan bahan yang meliputi bagian akar,
batang, daun, bunga, dan buah pada akhirnya akan mempercepat kepunahan jenis-jenis
tersebut (Syamsul, 2005).
Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia telah dilakukan oleh
nenek moyang kita sejak berabad-abad yang lalu terbukti dari adanya naskah lama pada daun
lontar Husodo (Jawa), Usada (Bali), Lontarak pabbura (Sulawesi Selatan), dokumen Serat
Primbon Jampi, Serat Racikan Boreh Wulang Dalem dan relief candi Borobudur yang
menggambarkan orang sedang meracik obat (jamu) dengan tumbuhan sebagai bahan bakunya.
Obat tradisional (herbal) telah diterima secara luas di hampir seluruh Negara di dunia. Menurut
World Health Organization (WHO), negara-negara di Afrika, Asia dan Amerika Latin
menggunakan obat tradisional (herbal) sebagai pelengkap pengobatan primer yang mereka
terima. Bahkan di Afrika, sebanyak 80% dari populasi menggunakan obat herbal untuk
pengobatan primer. Faktor pendorong terjadinya peningkatan penggunaan obat tradisional di
negara maju adalah usia harapan hidup yang lebih panjang pada saat prevalensi penyakit
kronik meningkat, adanya kegagalan penggunaan obat modern untuk penyakit tertentu
diantaranya kanker, serta semakin luas akses informasi mengenai obat tradisional di seluruh
dunia (Katno, 2002).
Pemanfaatan obat tradisional di Indonesia saat ini sudah cukup luas. Pengobatan
tradisional ini terus dikembangkan dan dipelihara sebagai warisan budaya bangsa yang terus
ditingkatkan melalui penggalian, penelitian, pengujian dan pengembangan serta penemuan
obat-obatan dengan pendekatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tumbuhan obat di Indonesia
jumlahnya cukup melimpah, baru sebagian kecil yang telah diteliti orang, namun sudah banyak
yang digunakan dalam pengobatan tradisional sehingga data ilmiah tumbuhan obat tersebut
belum diketahui dengan jelas serta efikasinya sebagai obat belum terbukti secara merata, maka
hingga sekarang belum dapat diterima dalam pengobatan modern (Endarwati, 2005).
Pengetahuan akan kandungan kimia suatu tumbuhan merupakan suatu langkah awal
pemahaman tumbuhan tersebut sebagai obat yang dapat digunakan untuk mengatasi
permasalahan penyakit yang berkembang di masyarakat, salah satunya adalah penyakit infeksi.
Saat ini penyakit infeksi masih menjadi masalah yang serius di Indonesia, ditambah lagi
dengan semakin meluasnya resistensi bakteri terhadap obat-obatan yang ada yang mendorong
pentingnya penggalian sumber obat-obat antibakteri dari bahan alam salah satunya dari
tumbuh-tumbuhan. (Sutomo et al, 2010).
2.1 Uraian Tanaman
2.1.1 Tapak Liman ( Elephantopus scaber L. )
2.1.1.1 Klasifikasi Tanaman
Klasifikasi tanaman Tapak Liman ( Elephantopus scaber L. )
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Elephantopus
Spesies : Elephantopus scaber L.
( Plantamor, 2012 )
2.1.1.2 Deskripsi Tanaman
Tanaman tapak liman tumbuh liar di lapangan rumput,
pematang, kadang - kadang ditemukan dalam jumlah banyak,
terdapat di dataran rendah sampai dengan 1.200 m di atas
permukaan laut. Terna tegak berumur panjang ini mempunyai
batang pendek dan kaku, tinggi 30-60cm, dan berambut kasar. Daun
tunggal berkumpul pada pemukaan tanh membentuk roset akar.
Daun berbentuk jorong, tepi melekuk dan bergerigi tumpul, ujung
tumpul, permukaan berambut kasar, perulangan menyirip, warnanya
hijau tua, Panjang 10-18 cm, lebar 3-5cm. Tangkai bunga keluar dari
tengah-tengah roset dengan tinggi 60-75 cm . Batang tangkai bunga
kaku dan liat, berambut panjang dan rapat, bercabang dan beralur.
Daun pada tangkai bunga kecil, letaknya jarang, panjang 3-9 cm,
lebar 1-3cm. Bunga majemuk berbentuk bongkol, letaknya di ujung
batang, berwarna ungu, mekar pada siang hari sekitar pukul satu
siang, dan menutup kembali pada sore hari. buah berupa buah
longkah yang besar, berambut berwarna hitam. Akarnya tunggang
yang besar, warnanya putih (Daniel, 2006).
2.1.1.3 Kandungan Kimia
Daun tanaman ini kaya dengan berbagai kandungan kimia yang
sudah diketahui yaitu antara lain : epifrielinol, lupeol, stiqmasterol,
triacontan-l-ol, dotriacontan-l-ol, lupeol acetat, deoxyelephantopin,
terpenoid, flavonoid dan isodeozyelephantopin. Dalam suatu studi
mengungkapkan kandungan minyak atsiri dari daun tapak liman
mengandung : asam heksadekanoat, 43,3%; tetrahydronaphthalelol
dimetil isopropyl, 14,1%, b-sesquiphellandrene, 8,3%, asam
octadecadienoic, 5,5% dan fitol, 5,2%. Herba daun tapak liman juga
mengandung metabolit sekunder terpenoid dan flevonoid yang
berperan sebagai antibacterial. Beberapa hasil penelitian
menunjukkan senyawa terpenoid memiliki aktivitas sebagai
antibakteri yaitu monoterpenoid linalool, diterpenoid (-) hardwicklic
acid, phytol, triterpenoid saponin dan triterpenoid glikosida (Daniel,
2006).
2.1.1.4 Khasiat dan Kegunaan
Jenis penyakit yang dapat diatasi dengan tapak liman antara
lain berbagai radang, seperti peradangan amandel, influenza, radang
tenggorok, radang mata, radang ginjal yang akut dan krinis, serta
radang rahim atau keputihan. Selain itu dapat juga digunakan untuk
untuk mengatasi perut kembung, hepatitis, beri-beri, disentri, gigitan
ular, batuk seratus hari, kurang darah, dan lain-lain (Wisnu, 2008).
2.1.2 Pajah - pajah Api ( Avicennia alba Blume )
2.1.2.1 Klasifkasi Tanaman
Klasifikasi tanaman Pajah - pajah Api ( Avicennia alba Blume
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Scrophulariales
Genus : Avicennia
Spesies : Avicennia alba Blume
(Plantamor, 2012).
2.1.2.2 Deskripsi Tanaman
Avicennia alba Blume. termasuk tingkatan pohon yang tumbuh
menyebar dengan ketinggian mencapai 25 m. Kumpulan pohon
membentuk perakaran horizontal dan akar nafas. Akar nafas biasanya
tipis, berbentuk jarum yang ditutupi oleh lentisel. Kulit kayu
berwarna keabu-abuan atau gelap kecoklatan, beberapa ditumbuhi
tonjolan kecil, sementara yang lain kadang-kadang memiliki
permukaan yang halus. Pada bagian batang tua, kadang-kadang
ditemukan serbuk tipis. Daun: permukaan halus, bagian atas hijau
mengkilat, bawahnya pucat, unitnya sederhana, letak berlawanan,
bentuk lanset kadang elips, ujung meruncing, panjang ± 16 cm dan
lebar ± 5cm. Bunga: seperti trisula dengan gerombolan bunga
(kuning) hampir di sepanjang ruas tandan, letak di ujung atau pada
tangkai bunga, formasi bulir (ada 10-30 bunga per tandan), daun
mahkota 4 warna kuning kekuningan, ukuran 4 x 2 cm (Daniel,
2006)
2.1.2.3 Kandungan Kimia
Ekstrak dan bahan mentah dari mangrove telah banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat pesisir untuk keperluan obat-obatan
alamiah. Campuran senyawa kimia dan bahan alam oleh para ahli
kimia dikenal sebagai Pharmacopoeia. Beberapa senyawa metabolit
ini dengan struktur kimia dan tergolong salah satu diversitas dari
’kelas-kelas kimia’ telah dikarakterisasi dari tumbuhan mangrove
dan tumbuhan asosiasinya. Diantara yang terbaru ditemukan dalam
gugus substansi dari getah dan perekat sampai senyawa alkaloid dan
saponin dan beberapa senyawa lain yang terkait dengan industri
obat-obatan, seperti halnya derifat: benzoquinone, naphthoquinone,
naphthofurans, flavonoid, polyfenol, rotenone, flavoglican,
sesquiterpene, di- dan triterpene, limonoid, minyak esensial, sterols,
karbohidrat, o-metil-inositol, gula, iridoid glikosida, alkaloid dan
asam amino bebas, feromon, giberellin, forbol ester, keterosiklik
oksigen, senyawa sulfur, lemak dan hidrokarbon, alkohol alipatik
rantai panjang dan lemak jenuh, asam lemak bebas termasuk asam
lemak tak jenuh ganda. Selain itu magrove kaya akan senyawa
steroid, saponin, flavonoid dan tannin (Daniel, 2006).
2.1.2.4 Khasiat dan Kegunaan
Bagian-bagian (organ) dari tumbuhan Api-api (Avicennia alba
Blume.) banyak dimanfaatkan oleh masyarakat antara lain,
batangnya dapat dijadikan kayu bakar dan bahan bangunan bermutu
rendah, getahnya dapat dimanfaatkan untuk mencegah kehamilan,
dan buahnya dapat diolah menjadi bahan makanan. Selain digunakan
sebagai obat dan makanan, secara lokal ada juga jenis-jenis yang
digunakan sebagai makanan ternak (Avicennia alba dan Sonneratia
caseolaris) (Daniel, 2009).

III. METODELOGI PRAKTIKUM


III.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat yang Digunakan
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini antara lain :
1) Bunsen
2) Kaca objek
3) Kaca penutup
4) Mikroskop
5) Penjepit kayu
6) Pipet tetes
7) Silet

3.1.2 Bahan yang Digunakan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain :


1) Larutan Fluoroglusin
2) Korek api
3) Sampel herbarium basah Tapak Liman
4) Sampel herbarium basah Pajah - Pajah Api
5) Tissue

III.2 Cara Kerja


III.2.1. Pengamatan Makroskopik Tapak Liman
Tanaman Tapak liman bagian akar, batang dan
daun

- Diamati bentuk masing-masing


bagiannya.
- Diamati organoleptik tapak liman
-Dicatat hasil pemeriksaan
mikroskopik.

Hasil

III.2.2. Pengamatan Mikroskopik Tapak Liman


Tanaman Tapak liman bagian akar, batang dan daun

- Dibuat preparat membujur dan


melintang bagian akar, batang, dan
daun menggunakan silet.
- Diletakkan masing-masing preparat
di atas object glass dan diberi satu
tetes fluoroglusin.
- Dipanaskan di atas lampu spiritus
tetapi jangan sampai hitam, dan
amati di bawah mikroskop.
- Dicatat hasil pemeriksaan
mikroskopik.

Hasil

III.2.3 Pengamatan Makroskopik Pajah-Pajah Api

Tanaman Pajah-Pajah Api bagian akar, batang


dan daun

- Diamati bentuk masing-masing


bagiannya.
- Diamati organoleptik pajah-pajah
api
- Dicatat hasil pemeriksaan
mikroskopik.

Hasil

III.2.3 Pengamatan Mikroskopik Pajah-Pajah Api


Tanaman Pajah-Pajah Api bagian akar, batang
dan daun
- Dibuat preparat membujur dan
melintang bagian akar, batang, dan
daun menggunakan silet.
- Diletakkan masing-masing preparat
di atas object glass dan diberi satu
tetes fluoroglusin.
- Dipanaskan di atas lampu spiritus
tetapi jangan sampai hitam, dan
amati di bawah mikroskop.
- Dicatat hasil pemeriksaan
mikroskopik.

Hasil

IV. HASIL
IV.1. Uji Makroskopik
No Nama
Bagian
. Tanaman Bau Warna Rasa Karakteristik Gambar
Tanaman

1. Tapak Liman Tidak


berasa
(Elephanthop
us scaber) Tidak
Akar Coklat Akar serabut
berbau

Daun Tidak Mula- Daun jorong,


berbau Hijau mula ujung
tidak runcing,
berasa permukaan
lama- daun berbulu
lama
agak
pahit
Batang
Tidak Tidak bundar dan
Batang Hijau
berbau berasa berbulu

Tidak Tidak
Akar Putih Akar serabut
berbau berasa

Pajah-Pajah
Api Tidak Permukaan
2. Daun Hijau Pahit
(Avicennia berbau daun kasar
alba)

Tidak Tidak Batang bulat


Batang Hijau
berbau berasa dan licin

IV.2. Uji Mikroskopik

No Nama Bagian Gambar Keterangan


. Tanaman Tanaman Melintang Membujur
- epidermis
- endodermis
- xilem
Akar
- floem
- perisikel.

- epidermis
- endodermis
Tapak Liman - xylem
1. (Elephanthopu Daun - floem
s scaber) - stomata

- epidermis
- endodermis
- xylem
Batang - floem
- perikambium

2. Pajah-Pajah - epidermis
Api (Avicennia
- endodermis
alba)
- xilem
Akar - floem
- perisikel

Daun - epidermis
- endodermis
- xilem
- floem
- stomata
- epidermis
- endodermis
- xilem
Batang - floem
- perikambium

V. PEMBAHASAN
Praktikum lapangan yang telah dilakukan mendapatkan dua buah
tanaman, pertama adalah tanaman Tapak Liman, bagian yang berkhasiat dari
tamnaman ini adalah daun, masyarakat desa setempat menggunakan daun
Tapak Liman sebagai obat belawa dengan cara mengambil 4 atau 5 lembar
daun lalu diremas atau dihaluskan sampai keluar airnya, kemudian
ditambahkan garam sedikit dan dioleskan ke bagian yang sakit. Pengobatan
belawa dengan daun tapak liman ini dilakukan 2 sampai 3 kali sehari secara
terus - menerus hingga sembuh. Jika olesan daun telah mengering maka
dioleskan kembali dengan yang baru. Tanaman kedua yaitu Pajah - Pajah Api
atau Api - Api, tanaman ini diambil daunnya dan digunakan masyarakat
setempat sebagai obat sakit perut bagi bayi dengan cara mengambil daun
secukupnya lalu diremas atau dihaluskan kemudian ditempelkan pada perut
bayi lalu diikat dengan kain agar tidak lepas. Pengobatan sakit perut dengan
Pajah - Pajah Api ini dilakukan hingga sembuh dan remasan daun diganti jika
sudah kering.
Tapak Liman memiliki nama ilmiah Elephantopus scaber L.. Daun
tanaman ini kaya dengan berbagai kandungan kimia yang sudah diketahui yaitu
antara lain : epifrielinol, lupeol, stiqmasterol, triacontan-l-ol, dotriacontan-l-ol,
lupeol acetat, deoxyelephantopin, terpenoid, flavonoid dan
isodeozyelephantopin. Dalam suatu studi mengungkapkan kandungan minyak
atsiri dari daun tapak liman mengandung : asam heksadekanoat, 43,3%;
tetrahydronaphthalelol dimetil isopropyl, 14,1%, b-sesquiphellandrene, 8,3%,
asam octadecadienoic, 5,5% dan fitol, 5,2%. Herba daun tapak liman juga
mengandung metabolit sekunder terpenoid dan flevonoid yang berperan
sebagai antibacterial. Beberapa hasil penelitian menunjukkan senyawa
terpenoid memiliki aktivitas sebagai antibakteri yaitu monoterpenoid linalool,
diterpenoid (-) hardwicklic acid, phytol, triterpenoid saponin dan triterpenoid
glikosida.
Tanaman Pajah - Pajah Api memiliki nama ilmiah Avicennia alba
Blume. Ditemukan bahwa dalam daun Pajah - Pajah api terdapat gugus
substansi dari getah dan perekat sampai senyawa alkaloid dan saponin dan
beberapa senyawa lain yang terkait dengan industri obat-obatan, seperti halnya
derifat: benzoquinone, naphthoquinone, naphthofurans, flavonoid, polyfenol,
rotenone, flavoglican, sesquiterpene, di- dan triterpene, limonoid, minyak
esensial, sterols, karbohidrat, o-metil-inositol, gula, iridoid glikosida, alkaloid
dan asam amino bebas, feromon, giberellin, forbol ester, keterosiklik oksigen,
senyawa sulfur, lemak dan hidrokarbon, alkohol alipatik rantai panjang dan
lemak jenuh, asam lemak bebas termasuk asam lemak tak jenuh ganda. Selain
itu juga kaya akan senyawa steroid, saponin, flavonoid dan tannin.
Uji makroskopik yang dilakukan terhadap kedua tanaman meliputi
pengamatan morfologi dan organoleptis dari keduanya. Morfologi dari
tanaman Tapak Liman yaitu memilki akar serabut, batang bundar dan berbulu,
dan daun tunggal, berbentuk jorong, ujungnya runcing dengan pemukaan daun
yang berbulu. Uji organoleptis Tapak Liman yaitu pada akar Tapak Liman
berwarna coklat, tidak berbau dan tidak berasa. Batang Tapak Liman berwarna
hijau, tidak berbau dan tidak berasa. Daun Tapak Liman berwarna hijau, tidak
berbau, dan rasanya mula - mula tidak ada namun lama - lama terasa pahit.
Tanaman Pajah - Pajah Api memilki morfologi berupa akar serabut, batang
bulat dan permukaannya licin, serta daun yang lurus dan permukaannya licin.
Hasil uji organoleptis yang dilakukan yaitu, pada akar berwarna putih, tidak
berbau dan tidak berasa. Batang Pajah - Pajah Api memilki warna hijau, tidak
berbau, dan tidak berasa. Daun Pajah - Pajah Api memilki warna hijau, tidak
berbau dan berasa pahit.
Uji mikroskopik yang dilakukan yaitu dengan melihat susunan
bagian bagian tanaman menggunakan bantuan mikroskop. Dalam uji ini
digunakan akar, batang dan daun dari setiap tanaman yang masing - masing
diiris secara melintang dan membujur. Masing - masing bagian tanaman yang
telah diiris tipis secara melintang dan membujur kemudian diletakkan diatas
kaca objek, lalu diteteskan 1-2 tetes fluoroglusin kemudian difiksasi diatas api
bunsen hingga kering dan ditutup dengan cover glass dan diamati dengan
mikroskop. Setiap bagian tanaman diiris tipis agar dapat dengan mudah terlihat
susunannya dalam mikroskop. Setiap bagian dari kedua tanaman diiris secara
melintang dan membujur agar dapat melihat susunan dari setiap bagian
tanaman secara melintang dan membujur. Penambahan Fluoroglusin bertujuan
untuk memperjelas fragmen yang akan diamati. Fiksasi dilakukan untuk
menguapkan cairan sehingga tidak mengganggu dalam pengamatan dengan
mikroskop.
Hasil uji mikroskopik yang dilakukan pada kedua tanaman dapat
diketahui susunan - susunan sel dari setiap bagiannya secara melintang dan
membujur. Tapak Liman yang diiris melintang dan membujur, pada akar
terlihat terdapat epidermis, endodermis, xilem, floem, dan perisikel ; pada daun
terlihat epidermis, endodermis, xylem , floem dan stomata ; dan pada batang
terlihat terdapat epidermis, endodermis, xylem, floem dan perikambium.. Pajah
- Pajah Api yang diiris secara melintang dan membujur, pada akar terlihat
terdapat epidermis, endodermis, xilem, floem dan perisikel ; pada daun terlihat
terdapat epidermis, endodermis, xilem, floem, stomata ; dan pada akar dapat
dilihat terdapat epidermis, endodermis, xilem, floem dan perikambium..
Uji pendahuluan yang dilakukan terdiri dari uji saponin, uji flavonoid
dan uji alkaloid yang dilaksanakan di laboratorium farmakognosi-fitokimia
setelah dilakukan praktikum lapangan. Pertama-tama, dilakukan uji saponin
dengan menghaluskan bahan sampel yang ingin diuji, kemudian ditambahkan
dengan aquades secukupnya dan dikocok kuat. Saponin diduga terkandung
dalam sampel apabila muncul busa stabil setelah pengocokan. Pada tanaman
Tapak Liman ( Elephantopus scaber L.) pada bagian akar dan batang tidak
menimbulkan busa, sehingga hasilnya negatif. Pada bagian daun menghasilkan
busa sehingga daun Tapak Liman positif mengandung saponin. Pada tanaman
Pajah - Pajah Api ( Avicennia alba Blume ) pada akar tidak mengahasilkan
busa, sehingga hasilnya negatif mengandung saponin. Pada batang dan daun
dengan uji saponin menghasilkan busa sehingga daun Pajah - Pajah api positif
mengandung saponin.
Identifikasi flavonoid dilakukan dengan cara menambahkan aquades
pada gerusan kulit batang sampel yang diuji, kemudian filtratnya diambil
sedikit dan diteteskan pada kertas saring, diangin-anginkan kemudian diuapkan
di atas ammonia. Hasil positif bila kertas saring berwarna kuning intensif.
Tumbuhan Tapak Liman ( Elephantopus scaber L.) dan Pajah - Pajah Api (
Avicennia alba Blume ) pada bagian akar, batang dan daun tidak menghasilkan
warna kuning intensif pada kertas saring sehingga hasil ketiganya negatif.
Identifikasi alkaloid dilakukan dengan menambahkan HCl ke dalam
mortir yang berisi gerusan sampel yang diuji. Campuran tersebut kemudian
diperas, lalu filtrat yang didapat dibagi menjadi 2 bagian dan masing-masing
diletakkan di dalam tabung reaksi. Salah satu tabung reaksi yang berisi filtrat
ditambahkan dengan reagen Meyer dengan hasil positif berupa endapan putih.
Tabung reaksi yang berisi dengan fitrat yang lain juga diperlakukan sama
tetapi dengan penambahan pereaksi Dragendorff. Hasil dikatakan positif
apabila terbentuk larutan jingga. Berdasarkan ketentuan tersebut maka
diperoleh tanaman Tapak Liman ( Elephantopus scaber L.) pada bagian akar,
batang dan daun yang ditambahkan reagen Dregendrof seluruhnya
menghasilkan endapan jingga sehingga hasilnya positif, sedangkan tabung
yang ditambahkan reagen Meyer hanya menghasilkan endapan putih pada
tabung yang mengandung bagian akar , sehingga hasil positif hanya didapat
pada bagian daun sedangkan akar dan batang memberikan hasil negatif dengan
reagen Meyer. Tanaman Pajah - Pajah Api ( Avicennia alba Blume. ) pada
bagian akar pada tabung yang ditambahkan reagen Dragendroff hasilnya
negatif karena tidak menghasilkan endapan jingga dan pada tabung yang
ditambahkan reagen Meyer tidak menghasilkan endapan putih sehingga
hasilnya negatif. Tanaman Pajah - Pajah Api pada bagian batang dan daun
pada tabung yang ditambahkan reagen Dregendroff menghasilkan endapan
jingga dan pada tabung yang ditambahkan reagen Meyer menghasilkan
endapan putih sehingga pada akar dan daun Pajah - Pajah Api positif
mengandung alkaloid.
VI. KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum ini adalah :
1. Morfologi dari tanaman Tapak Liman yaitu memilki akar serabut, batang
bundar dan berbulu, dan daun tunggal, berbentuk jorong, ujungnya runcing
dengan pemukaan daun yang berbulu.
2. Uji organoleptis Tapak Liman yaitu pada akar Tapak Liman berwarna
coklat, tidak berbau dan tidak berasa. Batang Tapak Liman berwarna hijau,
tidak berbau dan tidak berasa. Daun Tapak Liman berwarna hijau, tidak
berbau, dan rasanya mula - mula tidak ada namun lama - lama terasa pahit.
3. Tanaman Pajah - Pajah Api memilki morfologi berupa akar serabut, batang
bulat dan permukaannya licin, serta daun yang lurus dan permukaannya
licin.
4. Uji organoleptis yang dilakukan yaitu, pada akar berwarna putih, tidak
berbau dan tidak berasa. Batang Pajah - Pajah Api memilki warna hijau,
tidak berbau, dan tidak berasa. Daun Pajah - Pajah Api memilki warna hijau,
tidak berbau dan berasa pahit.
5. Hasil uji pendahuluan pada tanaman Tapak Liman menunjukkan saponin
hanya terdapat pada bagian daun; flavanoid tidak terdapat pada bagian akar,
batang dan daun; dan alkaloid terdapat pada bagian akar, batang dan daun.
6. Hasil uji pendahuluan pada tanaman Pajah - Pajah Api menunjukkan
saponin hanya terdapat pada bagian batang; flavanoid tidak terdapat pada
bagian akar, batang dan daun; dan alkaloid terdapat pada bagian batang dan
daun

VII. DAFTAR PUSTAKA


Daniel, M. (2006). Medicinal plants: chemistry and properties. Science
Publishers Enfield, New Hampshire

Endarwati. 2005. Tanaman Indonesia. EGC. Jakarta.

Katno & S. Pramono. 2002. Tingkat Manfaat dan Keamanan Tanaman Obat dan
Obat Tradisional. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Syamsul, H. 2005. Ramuan Tradisional Ala 12 Etnis Indonesia. Penebar
Swadaya, Jakarta.

Plantamor, 2012. Informasi Spesies.


http://www.plantamor.com
Diakses pada tanggal 1 Oktober 2014

Wisnu, S & Sri Agus S,. 2008. Potensi Analgesik dan Anti Inflamasi Dari
Ekstrak Tapak Liman (Elephantophus Scraber). Vol. 07. UNAIR. Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai