DASAR-DASAR KINETIKA
REAKSI KIMIA
Dosen Pengampu:
Siti Diyar Kholisoh, Endang Sulistyawati
d c b
dengan: A 1 Tabel stoik dalam MOL!!!
a a a
jika A sebagai basis perhitungan
Coba Anda ulangi (penyusunan tabel
stoikiometri tersebut), jika konversi reaksi
dinyatakan terhadap B (XB)!
Basis perhitungan
dilakukan terhadap
limiting reactant
Konsentrasi STOIKIOMETRI REAKSI KIMIA
Molar!!! SISTEM BATCH-2
Konsentrasi setiap komponen yang dinyatakan dalam konversi:
nA n (1 XA )
CA A0
V V
b
b
nB 0 ( n A0 X A ) nA0 B X A
nB a CB a
CB atau: V
V V
c c
nC 0 ( nA0 X A ) nA0 C X A
nC a CC a
CC atau:
V V V
d d
nD 0 ( n A0 X A ) n A0 D X A
nD a CD a
CD atau:
V V V
n
dengan: i n
i0
A0
(Sistem operasi
batch) V = V0 V V0
dapat dijabarkan dengan memanfaatkan:
Tabel stoikiometri reaksi
Pendekatan keadaan ideal (reaksi fasa gas)
Konsentrasi ni
zat i: Ci
V
ni 0
paling kecil
i
(dengan: i reaktan)
Pahami konsep-konsep berikut ini
dengan baik:
Sistem reaksi dengan operasi secara batch
Limiting reactant vs excess reactant
Reactant mixture: stoichiometric, equimolar,
perbandingan mol tertentu
Pendekatan keadaan gas ideal
Tekanan parsial vs tekanan total
Focus on: homogeneous reactions [liquids, gases]
Pendekatan Keadaan Gas
Ideal
Total: P V nt R T
Parsial (komponen i): pi V ni R T
Pada kondisi awal/ mula-mula (t = 0):
Total: P0 V0 nt 0 R T0
Parsial (komponen i): pi 0 V0 ni 0 R T0
Maka, konsentrasi dapat dinyatakan sebagai:
(extent of reaction)
Xi (konversi reaksi)
(konversi reaktan i)
Tanpa melihat komponen reaktan tertentu
sebagai limiting reactant,
extent of reaction, , dapat selalu digunakan.
STOIKIOMETRI REAKSI KIMIA
SISTEM BATCH (dalam Extent of Reaction)
Untuk reaksi homogen tunggal: a A + b B cC+dD
dan pada sistem batch, dapat disusun tabel stoikiometrinya
(sesudah tercapai tingkat reaksi sebesar ) sbb:
Komponen Mol awal Mol terbentuk Mol tersisa
A nA0 -a nA = nA0 - a
B nB0 -b nB = nB0 - b
C nC0 +c nC = nC0 + c
D nD0 +d nD = nD0 + d
Inert (I) nI0 0 nI = nI0
Jumlah nt0 (c+d-a-b) nt
Example 4-1 & 4-2
(Fogler, 2016, 5th edition):
Reaksi saponifikasi fasa-cair antara soda kaustik dan gliseril
stearat:
3 NaOH + [C17H35COO]3C3H5 3 C17H35COONa +
C3H5(OH)3
atau: 3 A + B 3 C + D
dilangsungkan dalam reaktor secara batch.
(a) Susun tabel stoikiometri reaksi ini dengan mengambil NaOH
(A) sebagai basis perhitungan!
(b) Jika mula-mula: CA0 = 10 mol/dm3; CB0 = 2 mol/dm3; CC0 =
CD0 =0, berapakah konsentrasi gliserin (D) dan gliseril
stearat (B) pada saat:
(i) XA = 20%, dan
(ii) XA = 90% Berikan komentar Anda…!!!
Contoh Soal:
Untuk reaksi homogen fasa gas:
A+2B 3R+S
yang berlangsung isotermal dalam sebuah reaktor sistem
batch bervolume tetap, jabarkanlah hubungan antara
tekanan parsial A (pA), B (pB), R (pR), dan S (pS) sebagai
fungsi tekanan totalnya (P) setiap saat.
Campuran awal reaksi terdiri atas: A – 25%-mol, B – 40%-
mol, R – 5%-mol, dan sisanya berupa gas inert.
Gas-gas diasumsikan berkelakuan ideal
Hubungan antara Tekanan Parsial dan Tekanan Total pada Sistem Reaksi
Lanjutan (Contoh Soal
Sebelumnya):
Ulangi, dengan menjabarkan persamaan yang
menghubungkan antara:
(a) tekanan total (P) gas,
(b) tekanan parsial tiap komponen (pi), dan
(c) konsentrasi tiap komponen (Ci)
sebagai fungsi konversi.
Problem:
Set up a stoichiometric table for the following
reaction and express the concentration of each
species in the reaction as function of conversion
evaluating all constants.
C2H4 + ½ O2 CH2(O)CH2
The initial mixture: at 6 atm and 260oC, and is a
stoichiometric mixture of air and ethylene. (Fogler,
1992)
Reaksi fasa gas: Contoh Soal:
C2H4 + ½ O2 CH2(O)CH2
Mula-mula: terdapat campuran stoikiometrik antara
reaktan2-nya (O2 direaksikan dalam bentuk udara
kering); P0 = 6 atm; T0 = 260oC
(a) Manakah limiting reactant?
(b) Susun tabel stoikiometri reaksi ini.
(c) Jika reaksi berlangsung pada P dan T tetap, apakah
sistem reaksi ini dapat digolongkan constant-
density system?
(d) Fraksi mol etilena mula-mula = …?
(e) Konsentrasi etilena mula-mula = …?
Contoh Soal:
Kecepatan reaksi-reaksi fasa gas sering kali
ditentukan dengan cara mengukur perubahan
tekanan sistem reaksi sebagai fungsi waktu.
Pada reaksi manakah cara ini tidak dapat
digunakan (diterapkan)?
A. 2 NO (g) + H2 (g) N2O (g) + H2O (g)
B. CH3COCH3 (g) C2H6 (g) + CO (g)
C. H2 (g) + I2 (g) 2 HI (g)
D. 2 N2O5 (g) 4 NO2 (g) + O2 (g)
Multiple Reactions
dengan:
ij koefisien stoikiometri komponen i pada
(persamaan) reaksi ke-j
Stoikiometri Multiple
Reactions
Misal, ada 2 reaksi secara simultan:
aA+bBcC+dD … (1)
gA+fCeE … (2)
dalam reaktor sistem batch.
Bentuk Hukum r
Untuk reaksi homogen: aA+b B cC+dD
Pangkat:
persamaan laju reaksinya dapat dituliskan: r = k CA CB
dengan: CA, CB konsentrasi reaktan A, B
, orde reaksi terhadap A, B
k konstanta atau tetapan laju reaksi
[Hal ini berlaku untuk setiap arah reaksi. Silakan diterapkan
jika reaksi di atas dituliskan secara reversible.]
Contoh persamaan laju reaksi
non-hukum-pangkat:
(Hill, 1977)
KEMOLEKULAN, ORDE, DAN KONSTANTA LAJU REAKSI-1
Untuk model persamaan kecepatan (atau kinetika) reaksi
yang berbentuk hukum pangkat, persamaan laju reaksi
homogen dapat dituliskan sebagai fungsi konsentrasi
reaktan-reaktannya, atau:
r = f (Ci) atau: r = f (k, Ci)
Persamaan ini lazim dituliskan sebagai: r = k CA CB CC ....
Untuk reaksi: a A + b B r cC+dD
persamaan laju reaksinya dapat dituliskan: r = k CA CB
dengan: CA, CB konsentrasi reaktan A, B
, orde reaksi terhadap A, B
k konstanta atau tetapan laju reaksi
Istilah orde reaksi muncul dalam persamaan
kinetika berbentuk hukum pangkat.
Pada reaksi fasa gas, dan reaksi berlangsung pada volume tetap
(V = V0) secara isotermal (T = T0), laju reaksi kadang-kadang
dinyatakan sebagai perubahan tekanan per satuan waktu.
1 dni
Recall laju reaksi intensif (untuk reaksi homogen): ri
V dt
Pendekatan keadaan gas ideal:
pi V ni R T
Parsial (komponen i):
ni pi
atau:
V RT
1 dpi
maka: ri NB:
R T dt Harus bisa membedakan antara
tekanan parsial (pi) dengan
tekanan total (P)
KEMOLEKULAN, ORDE, DAN KONSTANTA LAJU REAKSI-2
Concentration
dependent term
PENGARUH SUHU TERHADAP KONSTANTA LAJU REAKSI
Secara sederhana, pengaruh suhu terhadap sebagian besar
reaksi kimia dapat didekati melalui korelasi yang disampaikan
oleh Arrhenius, yakni:
Ea Jika T makin besar, maka
k A exp k juga makin besar
RT
dengan:
k konstanta laju reaksi
A faktor frekuensi tumbukan reaksi (atau disebut juga
faktor pre-eksponensial)
Ea energi atau tenaga aktivasi (= pengaktifan) reaksi
R konstanta gas universal (R = 8,314 J/mol.K = 1,987
kal/mol.K = 82,06 cm3.atm/mol.K)
T suhu absolut
exp(-Ea/R/T) faktor eksponensial
Gambaran Energi Aktivasi (Ea) dan Panas
Reaksi (H) untuk Kasus Reaksi Sederhana
Tingkat energi molekul pada keadaan Tingkat energi molekul pada keadaan
aktif/transisi aktif/transisi
Energi aktivasi
Tingkat Energi
Tingkat Energi
reaksi balik Energi aktivasi
Energi aktivasi
Energi produk Energi reaktan reaksi (Ea) reaksi balik
rata-rata rata-rata
Energi aktivasi
reaksi (Ea)
Energi reaktan Panas reaksi (H) Panas reaksi (H) Energi produk
rata-rata rata-rata
k k1 k2 k3 k4 k5 …
Ea 1
ln k ln A
R T
Pengaruh suhu terhadap laju
reaksi yang digambarkan
tersebut di atas tidak berlaku
untuk kasus reaksi-reaksi
biokimia (enzimatik) dan reaksi
peledakan.
T1 T2
Jika hanya tersedia 2 data:
k1 k2
Ea
maka: k1 A exp
R T1
k1 Ea 1 1
Ea exp
k2 A exp
k2 R T1 T2
R T2
k1 Ea 1 1
sehingga: ln
k2 R T1 T2
Note: Silakan me-review matematika pada materi
linierisasi. Nilai-nilai konstanta/ parameter a0 dan a1 dari
model persamaan linier: y = a0 + a1 x dapat ditentukan
secara grafik maupun dengan teknik least-squares
Contoh Soal:
Reaksi dekomposisi:
2HI(g) H2(g) + I2(g)
memiliki tetapan laju sebesar 9,51 x 10-9
L/mol/s pada 500 K dan 1,10 x 10-5 L/mol/s
pada 600 K.
Hitunglah energi pengaktifan reaksi ini!
Contoh Soal: Problem P3-5B
(Fogler, “Elements of Chemical
Reaction Engineering”, 3rd Edition)
Problem:
Harga k yang teramati untuk reaksi fasa gas:
2 HI H2 + I2
pada 356oC dan 443oC masing-masing adalah 3,02 x
10-5 dan 2,53 x 10-3 mol-1 dm3 s-1.
Jika perubahan entalpi reaksinya (dianggap tetap
pada rentang suhu yang ditinjau) adalah H = 16,32
kJ/mol, berapakah besarnya energi aktivasi reaksi ini
dalam arah maju (forward) maupun kebalikannya
(reverse)?
Problem:
Sebuah reaksi homogen mempunyai energi
pengaktifan sebesar 65 kJ mol-1. Pada suhu 100oC
reaksi ini mempunyai laju sebesar 7,8 x 10-2 mol
liter-1 detik-1.
a. Pada suhu berapakah lajunya menjadi 1/10 kali
laju pada 100oC?
b. Berapakah laju reaksi pada 20oC, jika data yang
lain tetap?
Problem:
Ada dua reaksi homogen berorde dua
dengan konstanta laju sebesar k1 dan k2 serta
Ea1 > Ea2. Jika suhu reaksi dinaikkan dari T1
ke T2, maka:
k1 (T2 ) ?
...........
k2 (T2 )
k1 (T1 ) k2 (T1 )
Latihan Soal (Hill, 1977):
Eksperimen pengukuran tetapan laju reaksi pada
berbagai suhu untuk reaksi fasa gas:
N2O5 N2O4 + ½ O2
menghasilkan data sbb:
T (oC) k x 105 (detik-1) a) Berapakah orde reaksi
15 1,04 ini? Jelaskan.
25 3,38 b) Tentukan nilai parameter
40 24,7 Arrhenius dari data
50 75,9 tersebut (tuliskan
65 487 beserta satuannya)