Anda di halaman 1dari 72

KINETIKA DAN KATALISIS [1210233]

SEMESTER GASAL 2021-2022

DASAR-DASAR KINETIKA
REAKSI KIMIA

Dosen Pengampu:
Siti Diyar Kholisoh, Endang Sulistyawati

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S-1/ JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
Agustus-September 2021
OUTLINE (1)
• Penggolongan Reaksi (dan Contoh2)
• Definisi Kecepatan (Laju) Reaksi
• Stoikiometri Laju Reaksi
• Stoikiometri Reaksi (Limiting Reactant, Tabel
Stoikiometri Sistem Batch, Sistem Constant-
Density vs Variable-Density, Pernyataan
Konsentrasi)
• Pendekatan Keadaan Ideal untuk Gas (Tekanan
Total vs Tekanan Parsial)
• Konversi, Yield, Selektivitas; Pengenalan Molar
Extent of Reaction, Stoikiometri Multiple Reactions
OUTLINE (2)
• Persamaan Kinetika (Laju) Reaksi (Rate Law);
Persamaan Hukum Pangkat (Power Law) vs Non-
Hukum Pangkat
• Kemolekulan Reaksi
• Orde(r) Reaksi
• Reaksi Elementer vs Non-Elementer
• Konstanta Laju Reaksi (Laju Reaksi Spesifik)
• Faktor2 Penentu Laju Reaksi
• Pengaruh Suhu terhadap Laju Reaksi (Kualitatif
dan Kuantitatif); Persamaan Arrhenius, Energi
Aktivasi Reaksi
PENGGOLONGAN REAKSI-1
1. Berdasarkan banyaknya fasa yang terlibat dalam sistem reaksi
Reaksi homogen, reaksi heterogen
2. Berdasarkan keberadaan atau penggunaan katalis
Reaksi katalitik, reaksi non-katalitik
3. Berdasarkan mekanisme atau kompleksitasnya
Reaksi sederhana (reaksi tunggal searah atau ireversibel)
Reaksi kompleks (reaksi bolak-balik atau reversibel,
reaksi seri atau konsekutif atau berurutan, reaksi paralel,
reaksi seri-paralel, reaksi rantai, reaksi polimerisasi)
4. Berdasarkan kemolekulan reaksinya
Reaksi unimolekuler, reaksi bimolekuler, reaksi
trimolekuler atau termolekuler
5. Berdasarkan orde reaksinya
Reaksi berorde bilangan bulat, reaksi berorde bilangan
pecahan
PENGGOLONGAN REAKSI-2
6. Berdasarkan arah reaksinya
Reaksi reversibel (bolak-balik)
Reaksi reversibel merupakan reaksi bolak-balik; dalam
hal ini terjadi kesetimbangan.
Reaksi ireversibel (searah)
Reaksi ireversibel merupakan reaksi satu arah; tidak ada
keadaan setimbang, meskipun sesungguhnya tidak ada
reaksi kimia yang betul-betul tidak dapat balik. Banyak
kasus kesetimbangan berada sangat jauh di kanan
sedemikian sehingga dianggap ireversibel.
7. Berdasarkan jenis pengoperasian reaktornya
Sistem reaktor batch, sistem reaktor alir atau
kontinyu
8. Berdasarkan prosesnya (kondisi prosesnya)
Reaksi isotermal (pada volume tetap, pada tekanan
tetap), reaksi adiabatik, reaksi non-isotermal non-
adiabatik
Contoh-contoh Reaksi
Berorde 1:
Dekomposisi N2O5: N2O5  2 NO2 + ½ O2
Berorde 2:
Pembentukan HI: H2 + I2  2 HI
Berorde 3:
2 NO + O2  2 NO2
Berorde pecahan:
Pembentukan phosgene dari CO dan Cl2 (r = k (Cl2)3/2 CO)
Heterogen nonkatalitik:
C (s) + O2 (g)  CO2 (g)
Contoh-contoh Reaksi
Reaksi reversibel (bolak-balik):
Isomerisasi butana:
Hidrolisis metil asetat:
Reaksi ireversibel paralel:
Dehidrasi dan dehidrogenasi etanol:

Reaksi ireversibel seri:


Dekomposisi aseton 4
(seri terhadap ketena):
DEFINISI KECEPATAN (= LAJU) REAKSI
mol i terbentuk dni
Laju reaksi ekstensif: Ri  
satuan waktu dt
Laju reaksi intensif:
ri 
mol i terbentuk

1 dni (sistem reaksi
volume fluida  waktu  V dt homogen)
mol i terbentuk 1 dni
ri '  
massa pada tan  waktu  W dt
mol i terbentuk 1 dni
ri ' '   (sistem
luas permukaan waktu  S dt
reaksi
mol i terbentuk 1 dni
ri ' ' '   heterogen)
volume pada tan  waktu  Vs dt
mol i terbentuk 1 dni
ri ' ' ' '  
volume reaktor  waktu  Vr dt
Ri  V ri  W ri '  S ri ' '  Vs ri ' ' '  Vr ri ' ' ' '
Dalam sistem reaksi homogen: V = Vr
Contoh:
Kecepatan sebuah reaksi fasa gas: A  P yang
menggunakan katalis padat adalah sebesar 72
mmol A/(gram katalis.menit). Jika katalis padat
tersebut mempunyai luas permukaan spesifik
sebesar 90 m2/gram, berapakah kecepatan
reaksinya jika dinyatakan dalam satuan mmol
A/(m2 katalis.detik)?
STOIKIOMETRI
KECEPATAN (= LAJU) REAKSI KIMIA
Untuk sebuah reaksi tunggal, hubungan stoikiometrik antar
molekul-molekul dalam sistem reaksi dapat disajikan dalam
bentuk tabel stoikiometri reaksi.
Untuk reaksi homogen tunggal:
r
aA+bB cC+dD
hubungan stoikiometri kecepatan reaksinya dapat dituliskan:
 rA  rB r r ri
r   C  D atau, secara umum: r
a b c d i
ri menyatakan kecepatan reaksi homogen pembentukan komponen i
dan i menyatakan koefisien stoikiometri reaksi komponen i.

Jangan lupa bahwa:


positif (+) untuk produk atau hasil reaksi
Harga i negatif (-) untuk reaktan atau zat pereaksi
Problem:
Tuliskan hubungan stoikiometrik antara laju
reaksi berkurangnya reaktan dan laju reaksi
terbentuknya produk, untuk reaksi-reaksi sbb.:
a. 2 NOCl  2 NO + Cl2
b. H2O2 + H2  2 H2O
c. N2 + 3 H2  2 NH3
d. N2O5  2 NO2 + ½ O2
Problem:
Reaksi fasa gas:
4 NH3 + 3 O2  2 N2 + 6 H2O
berlangsung secara batch.
Jika pada suatu saat (t = t) gas N2
terbentuk dengan laju 175 mmol liter-1
detik-1, berapakah laju terbentuknya
komponen reaksi lainnya?
STOIKIOMETRI REAKSI KIMIA
Keberlangsungan reaksi dapat diindikasikan
melalui:
 Konversi
 Molar extent of reaction
 Yield
 Selektivitas
Klasifikasi reaksi:
 Single reaction (irreversible – reversible)
 Multiple reactions (parallel, series,
series-parallel)
Konversi Reaktan
Konversi sebuah reaktan A (XA):
mol A yang terkonversi mol A yang bereaksi
XA  
mol A awal mol A awal
n A ,0  n A
XA  (batch)
n A ,0
FA ,0  FA
XA  (alir)
FA ,0
C A ,0  C A
XA  (densitas tetap)
0  XA 1 C A ,0
Perolehan (Yield) Produk Reaksi
Perolehan sebuah produk P terhadap reaktan A (YP/A):
mol A yang bereaksi membentuk P
YP / A 
mol A awal
 A P nP  nP ,0
YP / A  (batch)
P nA ,0
 A P FP  FP ,0
YP / A  (alir)
P FA ,0
 A P CP  CP ,0
0  YP / A  1 YP / A  (densitas tetap)
P C A ,0
Selektivitas (Fractional Yield) Produk Reaksi
Selektivitas overall sebuah produk P terhadap reaktan A (SP/A):
mol A yang bereaksi membentuk P
SP / A 
mol A yang bereaksi
 A P nP  nP ,0
SP / A  (batch)
 P nA ,0  nA
 A P FP  FP ,0
SP / A  (alir)
 P FA ,0  FA
 A P CP  CP ,0
SP / A  (densitas tetap)
0  SP / A  1  P C A ,0  C A
Hubungan antara perolehan, konversi, dan selektivitas:
YP / A  X A . S P / A
Instantaneous fractional yield sebuah produk P terhadap
reaktan A (sP/A): laju pembentukan P rP
sP / A  
laju berkurangnya A  rA

Pada sebuah sistem


reaksi paralel:

moles of desired product formed n P  n P0


Selektivitas  
moles of undesired product formed n R  n R0
rdesired r
Selektivitas   P
rundesired rR
Single Reaction STOIKIOMETRI REAKSI KIMIA
SISTEM BATCH-1
Untuk reaksi homogen tunggal: a A + b B cC+dD
dan pada sistem batch, dapat disusun tabel stoikiometrinya
(sesudah tercapai konversi A sebesar XA) sebagai berikut:
Komponen Mol awal Mol terbentuk Mol tersisa (akhir)
A nA0  nA0 X A nA  nA0  nA0 X A
b b
B nB0  ( n A0 X A ) nB  nB 0  ( nA0 X A )
a c
ca
C nC0 ( nA0 X A ) nC  nC 0  ( n A0 X A )
a ad
d nD  nD 0  ( n A0 X A )
D nD0 ( n A0 X A )
a
a
Inert (I) nI0 0 nI  nI 0
Jumlah nt0 δ A nA 0 X A nt  nt 0  δ A nA 0 X A

d c b
dengan:  A    1 Tabel stoik  dalam MOL!!!
a a a
jika A sebagai basis perhitungan
Coba Anda ulangi (penyusunan tabel
stoikiometri tersebut), jika konversi reaksi
dinyatakan terhadap B (XB)!

Basis perhitungan
dilakukan terhadap
limiting reactant
Konsentrasi STOIKIOMETRI REAKSI KIMIA
Molar!!! SISTEM BATCH-2
Konsentrasi setiap komponen yang dinyatakan dalam konversi:
nA n (1 XA )
CA   A0
V V
 b 
b
nB 0  ( n A0 X A ) nA0  B  X A 
nB a CB   a 
CB   atau: V
V V
c  c 
nC 0  ( nA0 X A ) nA0 C  X A 
nC a CC   a 
CC   atau:
V V V
d  d 
nD 0  ( n A0 X A ) n A0  D  X A 
nD a CD   a 
CD   atau:
V V V
n
dengan:  i  n
i0

A0

(i menyatakan komponen-komponen sistem reaksi selain A)


STOIKIOMETRI REAKSI KIMIA
SISTEM BATCH-3
Sistem batch dengan volume reaksi tetap
Kondisi sistem volume reaksi konstan (tetap) dapat dicapai jika:
 Selama reaksi berlangsung, V tetap atau ρ tetap
 Dalam sistem batch fasa gas, reaktor dilengkapi dengan
instrumen pengatur suhu dan tekanan, sedemikian sehingga
V tetap.
 Jumlah mol produk reaksi = jumlah mol reaktan
Contoh: Reaksi gas CO dengan air pada proses gasifikasi
batubara: CO + H O CO2 + H2
2
2 mol 2 mol
(jika z-factor dianggap tetap)
 Reaksi fasa cair; ρ tetap sedemikian sehingga V tetap
STOIKIOMETRI REAKSI KIMIA
SISTEM BATCH-4
Pada sistem batch dengan sistem volume reaksi tetap:
V sistem setiap saat (t = t) sama dengan V sistem mula-mula,
atau: V = V0
Dengan demikian:
n A0 ( 1  X A )
CA   C A0 ( 1  X A )
V
 b 
n A0   B  X A 
CB   a   C   b X 
A0  B A 
V  a 
 c 
Dengan cara yang sama, CC  C A0  C  X A 
diperoleh:  a 
 d 
C D  C A0  D  XA
 a 
(Sistem batch dengan volume reaksi berubah (tidak tetap)
akan dipelajari dalam materi yang lain)
Tinjauan Pendekatan Sistem Reaksi

Volume tetap (= Volume berubah (= densitas


densitas tetap)  berubah)  variable/
constant-density system varying-density system

(Sistem operasi
batch) V = V0 V  V0
dapat dijabarkan dengan memanfaatkan:
 Tabel stoikiometri reaksi
 Pendekatan keadaan ideal (reaksi fasa gas)
Konsentrasi ni
zat i: Ci 
V
ni 0
paling kecil
i
(dengan: i  reaktan)
Pahami konsep-konsep berikut ini
dengan baik:
 Sistem reaksi dengan operasi secara batch
 Limiting reactant vs excess reactant
 Reactant mixture: stoichiometric, equimolar,
perbandingan mol tertentu
 Pendekatan keadaan gas ideal
 Tekanan parsial vs tekanan total
 Focus on: homogeneous reactions [liquids, gases]
Pendekatan Keadaan Gas
Ideal
Total: P V  nt R T
Parsial (komponen i): pi V  ni R T
Pada kondisi awal/ mula-mula (t = 0):
Total: P0 V0  nt 0 R T0
Parsial (komponen i): pi 0 V0  ni 0 R T0
Maka, konsentrasi dapat dinyatakan sebagai:

Total: Ct Parsial (komponen i): Ci


Ct0 Ci0
(Jangan lupa: Fraksi mol komponen i, yi = ni/nt)
Hubungan antara Konversi dan Tingkat
Reaksi (Molar Extent of Reaction)

Untuk reaksi tunggal pada sistem batch:

(extent of reaction)

Xi (konversi reaksi)
(konversi reaktan i)
Tanpa melihat komponen reaktan tertentu
sebagai limiting reactant,
extent of reaction, , dapat selalu digunakan.
STOIKIOMETRI REAKSI KIMIA
SISTEM BATCH (dalam Extent of Reaction)
Untuk reaksi homogen tunggal: a A + b B cC+dD
dan pada sistem batch, dapat disusun tabel stoikiometrinya
(sesudah tercapai tingkat reaksi sebesar ) sbb:
Komponen Mol awal Mol terbentuk Mol tersisa
A nA0 -a nA = nA0 - a 
B nB0 -b nB = nB0 - b 
C nC0 +c nC = nC0 + c 
D nD0 +d nD = nD0 + d 
Inert (I) nI0 0 nI = nI0
Jumlah nt0 (c+d-a-b)  nt
Example 4-1 & 4-2
(Fogler, 2016, 5th edition):
Reaksi saponifikasi fasa-cair antara soda kaustik dan gliseril
stearat:
3 NaOH + [C17H35COO]3C3H5  3 C17H35COONa +
C3H5(OH)3
atau: 3 A + B  3 C + D
dilangsungkan dalam reaktor secara batch.
(a) Susun tabel stoikiometri reaksi ini dengan mengambil NaOH
(A) sebagai basis perhitungan!
(b) Jika mula-mula: CA0 = 10 mol/dm3; CB0 = 2 mol/dm3; CC0 =
CD0 =0, berapakah konsentrasi gliserin (D) dan gliseril
stearat (B) pada saat:
(i) XA = 20%, dan
(ii) XA = 90% Berikan komentar Anda…!!!
Contoh Soal:
Untuk reaksi homogen fasa gas:
A+2B 3R+S
yang berlangsung isotermal dalam sebuah reaktor sistem
batch bervolume tetap, jabarkanlah hubungan antara
tekanan parsial A (pA), B (pB), R (pR), dan S (pS) sebagai
fungsi tekanan totalnya (P) setiap saat.
Campuran awal reaksi terdiri atas: A – 25%-mol, B – 40%-
mol, R – 5%-mol, dan sisanya berupa gas inert.
Gas-gas diasumsikan berkelakuan ideal
Hubungan antara Tekanan Parsial dan Tekanan Total pada Sistem Reaksi
Lanjutan (Contoh Soal
Sebelumnya):
Ulangi, dengan menjabarkan persamaan yang
menghubungkan antara:
(a) tekanan total (P) gas,
(b) tekanan parsial tiap komponen (pi), dan
(c) konsentrasi tiap komponen (Ci)
sebagai fungsi konversi.
Problem:
Set up a stoichiometric table for the following
reaction and express the concentration of each
species in the reaction as function of conversion
evaluating all constants.
C2H4 + ½ O2  CH2(O)CH2
The initial mixture: at 6 atm and 260oC, and is a
stoichiometric mixture of air and ethylene. (Fogler,
1992)
Reaksi fasa gas: Contoh Soal:
C2H4 + ½ O2  CH2(O)CH2
Mula-mula: terdapat campuran stoikiometrik antara
reaktan2-nya (O2 direaksikan dalam bentuk udara
kering); P0 = 6 atm; T0 = 260oC
(a) Manakah limiting reactant?
(b) Susun tabel stoikiometri reaksi ini.
(c) Jika reaksi berlangsung pada P dan T tetap, apakah
sistem reaksi ini dapat digolongkan constant-
density system?
(d) Fraksi mol etilena mula-mula = …?
(e) Konsentrasi etilena mula-mula = …?
Contoh Soal:
Kecepatan reaksi-reaksi fasa gas sering kali
ditentukan dengan cara mengukur perubahan
tekanan sistem reaksi sebagai fungsi waktu.
Pada reaksi manakah cara ini tidak dapat
digunakan (diterapkan)?
A. 2 NO (g) + H2 (g)  N2O (g) + H2O (g)
B. CH3COCH3 (g)  C2H6 (g) + CO (g)
C. H2 (g) + I2 (g)  2 HI (g)
D. 2 N2O5 (g)  4 NO2 (g) + O2 (g)
Multiple Reactions

Extent of Reaction (Lanjutan)


Untuk reaksi kompleks atau multiple reactions (dengan
N komponen dan terdapat R persamaan reaksi):

dengan:
ij  koefisien stoikiometri komponen i pada
(persamaan) reaksi ke-j
Stoikiometri Multiple
Reactions
Misal, ada 2 reaksi secara simultan:
aA+bBcC+dD … (1)
gA+fCeE … (2)
dalam reaktor sistem batch.

Coba susunlah tabel stoikiometri dalam:


A. Molar extent of reaction (1) dan (2)
 1 dan 2
B. Konversi reaksi
Tabel Stoikiometri - Batch
(dalam Molar Extent of Reaction)
Komponen Mula-mula Terbentuk Akhir (Sisa)
A nA0  a 1  g  2 nA
B nB0  b 1 nB
C nC0  c 1  f  2 nC
D nD0  d 1 nD
E nE0  e 2 nE
Inert (I) nI0 0 nI
c  d  a  b  1
Jumlah nt0  e  g  f   2 nt
Tabel Stoikiometri - Batch
(dalam Konversi Reaksi)
Cara ini dapat diterapkan untuk kasus multiple-
reaction di mana sebuah reaktan yang ditinjau
sebagai basis-perhitungan muncul (sebagai reaktan)
dalam semua tahap reaksinya.
Jika tidak, maka penyusunan tabel stoikiometri dalam
molar extent of reaction-lah yang bersifat lebih
general dan recommended.
NB: Artinya, setiap cara mempunyai keunggulan/
kelebihan dan keterbatasannya masing-masing.
Tabel Stoikiometri - Batch
(dalam Konversi Reaksi) (Lanjutan 1)
Recall sistem multiple-reaction sebelumnya!
Jika reaktan A dipilih sebagai basis perhitungan,
maka reaksi dapat dituliskan sbb:
A + b/a B  c/a C + d/a D … (1)
A + f/g C  e/g E … (2)
Definisikan: X  mol A terkonversi oleh reaksi (1)
mol A mula  mula
A1

mol A terkonversi oleh reaksi (2)


X A2 
mol A mula  mula
(Fogler, 1992)
Tabel Stoikiometri - Batch
(dalam Konversi Reaksi) (Lanjutan 2)
Komp. Mula2 Terbentuk Akhir
A nA0 - nA0 XA1 – nA0 XA2 nA
B nB0 - b/a nA0 XA1 nB
+ c/a nA0 XA1 – f/g nA0
C nC0 nC
XA2
D nD0 + d/a nA0 XA1 nD
E nE0 + e/g nA0 XA2 nE Artinya:
Inert nI0 0 nI
XA1 + XA2
(c+d-a-b)/a nA0 XA1 +
= XA
Jumlah nt0 nt
(e-f-g)/g nA0 XA2
Contoh Kasus:
(diadaptasi dari: Problem 5-11, Missen, 1999)
Reaksi fasa cair berlangsung batch isotermal:
2AB+C … (1)
A+B2D … (2)
Mula-mula hanya terdapat A, dengan: CA0 = 2,5 mol/liter.
Setelah waktu tertentu, diukur: CA = 0,45 mol/liter; CC =
0,75 mol/liter.
Berapakah:
(a) Konversi A
(b) Tingkat reaksi (1) dan (2), CB, CD
(c) XA1 dan XA2
(d) Selektivitas C/A dan D/A
(e) Yield C/A dan D/A
Test Yourself!
Consider the following pair of reactions:
A 2B (desired)
A C (undesired)
Suppose 100 mol of A is fed to a batch reactor and
the final product contains 20 mol of A, 140 mol of B,
and 10 mol of C. Calculate:
(a) The fractional conversion of A
(b) The extents of the first and second reactions
(c) The percentage selectivity of B & C relative to A
(d) The percentage yield of B & C relative to A
Yield & Selectivity in a
Dehydrogenation Reactor
Reaksi fasa-gas:
C2H6  C2H4 + H2 (1)
C2H6 + H2  2 CH4 (2)
Kondisi awal: 85%-mol etana and sisanya
inert (I).
Fractional conversion etana = 50%.
Yield (perolehan) etilena = 47,5%.
Calculate the molar
composition of the product
gas.
1 P Contoh Soal
Sistem reaksi paralel: A 2
Q + R
berlangsung dalam sebuah reaktor bervolume tetap yang
beroperasi secara batch. Jika:
# mula-mula hanya terdapat A dan Q dengan konsentrasi
masing-masing sebesar: CA0 = 0,5 mol/L dan CQ0 = 0,01 mol/L,
# selektivitas (overall fractional yield) terhadap pembentukan P
sebesar 80%,
# banyaknya A yang telah bereaksi pada suatu saat sebesar 35%,
maka berapa:
a) konsentrasi A, P, Q, dan R pada saat tersebut?
b) yield (atau perolehan) produk P pada saat tersebut?
PERSAMAAN KINETIKA (= KECEPATAN
= LAJU) REAKSI
Persamaan kinetika atau laju reaksi:
hubungan matematika yang menggambarkan besarnya
perubahan jumlah mol sebuah komponen reaksi i seiring
dengan perubahan waktu, sesuai dengan definisi laju reaksi di
bagian sebelumnya.
Data dan persamaan-persamaan laju
Bagaimana reaksi yang tersedia dari literatur
persamaan kinetika
sebuah reaksi dapat Metode-metode untuk memperoleh
diperoleh? data laju reaksi dari percobaan di
r = ...? laboratorium, menganalisisnya, dan
menginterpretasikannya.
Postulasi mekanisme reaksi untuk
memprediksi persamaan laju reaksi
(termasuk pendekatan teori)
Persamaan Kinetika atau Laju
Reaksi (rate law)
Bentuk umum: (1) Power law (hukum pangkat)
(2) Non hukum pangkat

Bentuk Hukum r
Untuk reaksi homogen: aA+b B cC+dD
Pangkat:
persamaan laju reaksinya dapat dituliskan: r = k CA CB
dengan: CA, CB  konsentrasi reaktan A, B
,   orde reaksi terhadap A, B
k  konstanta atau tetapan laju reaksi
[Hal ini berlaku untuk setiap arah reaksi. Silakan diterapkan
jika reaksi di atas dituliskan secara reversible.]
Contoh persamaan laju reaksi
non-hukum-pangkat:

(Hill, 1977)
KEMOLEKULAN, ORDE, DAN KONSTANTA LAJU REAKSI-1
Untuk model persamaan kecepatan (atau kinetika) reaksi
yang berbentuk hukum pangkat, persamaan laju reaksi
homogen dapat dituliskan sebagai fungsi konsentrasi
reaktan-reaktannya, atau:
r = f (Ci) atau: r = f (k, Ci)
Persamaan ini lazim dituliskan sebagai: r = k CA CB CC ....
Untuk reaksi: a A + b B r cC+dD
persamaan laju reaksinya dapat dituliskan: r = k CA CB
dengan: CA, CB  konsentrasi reaktan A, B
,   orde reaksi terhadap A, B
k  konstanta atau tetapan laju reaksi
Istilah orde reaksi muncul dalam persamaan
kinetika berbentuk hukum pangkat.
Pada reaksi fasa gas, dan reaksi berlangsung pada volume tetap
(V = V0) secara isotermal (T = T0), laju reaksi kadang-kadang
dinyatakan sebagai perubahan tekanan per satuan waktu.
1 dni
Recall laju reaksi intensif (untuk reaksi homogen): ri 
V dt
Pendekatan keadaan gas ideal:
pi V  ni R T
Parsial (komponen i):
ni pi
atau: 
V RT
1 dpi
maka: ri  NB:
R T dt Harus bisa membedakan antara
tekanan parsial (pi) dengan
tekanan total (P)
KEMOLEKULAN, ORDE, DAN KONSTANTA LAJU REAKSI-2

Kemolekulan (Molecularity) Reaksi:


banyaknya molekul zat pereaksi (reaktan) dalam sebuah
persamaan stoikiometri reaksi yang sederhana.
Kemolekulan reaksi selalu berupa bilangan bulat positif.
Contoh:  Reaksi: a A + b B  c C + d D
Kemolekulan reaksinya = a + b
 Reaksi: 2 A + B  3 C + 2 D
Kemolekulan reaksinya = 2 + 1 = 3
Reaksi dengan kemolekulan 1 (satu): reaksi unimolekuler.
Reaksi dengan kemolekulan 2 (dua): reaksi bimolekuler.
Reaksi dengan kemolekulan 3 (tiga): reaksi trimolekuler
atau termolekuler
KEMOLEKULAN, ORDE, DAN KONSTANTA LAJU REAKSI-3
Orde Reaksi (Reaction Order):
merupakan jumlah pangkat faktor konsentrasi reaktan-
reaktan di dalam persamaan laju (atau kinetika) reaksi.
Orde reaksi hanya dapat ditentukan berdasarkan interpretasi
data hasil percobaan di laboratorium.
Orde reaksi dapat berupa bilangan bulat positif, pecahan, atau nol.
Jika persamaan laju reaksi: a A + b B r cC+dD
adalah: r = k CA CB
maka:   orde reaksi terhadap A
  orde reaksi terhadap B
 +   orde reaksi keseluruhan (atau disebut orde reaksi saja).
Untuk reaksi elementer : orde reaksi = kemolekulan reaksi
Untuk reaksi non-elementer : orde reaksi  kemolekulan reaksi
NB: Elementer  “elementary as written”
KEMOLEKULAN, ORDE, DAN KONSTANTA LAJU REAKSI-4
Konstanta Laju Reaksi (Rate Constant) - 1
Disebut juga laju reaksi spesifik (specific rate)
Jika sebuah reaksi dengan reaktan tunggal A mempunyai laju
reaksi yang berorde n sebesar:
r  k CA
n
atau: r  k ' p A
n

maka reaksi tsb. mempunyai harga konstanta laju reaksi sebesar:


r r
k n atau: k '  n
CA pA
Karena dalam hal ini CA biasa dinyatakan dalam satuan mol A per
satuan volume reaksi dan r dalam satuan mol A per satuan
volume reaksi per satuan waktu, maka secara umum harga k
dapat dinyatakan dalam satuan:
1 n
 mol 
k   waktu 1 atau: k '     tekanan  waktu 
1 n 1

 volume 
KEMOLEKULAN, ORDE, DAN KONSTANTA LAJU REAKSI-5
Konstanta Laju Reaksi (Rate Constant) - 2
Berdasarkan satuan yang sangat spesifik untuk setiap orde reaksi
yang berlainan, harga k sebuah reaksi kimia secara tidak
langsung dapat mengindikasikan besarnya orde reaksi tersebut.
(Coba jabarkanlah satuan-satuan konstanta
laju reaksi yang berorde 0, 1, 2, 3, dan ½ )
Harga k sangat dipengaruhi oleh suhu. Pada reaksi fasa gas,
harga k juga dipengaruhi oleh katalis, tekanan total sistem,
dsb. Pada reaksi fasa cair, harga k juga dipengaruhi oleh
tekanan total sistem, kekuatan ion, pemilihan pelarut, dsb.
Namun demikian, pengaruh faktor-faktor ini biasanya
sangat kecil sehingga dapat diabaikan terhadap pengaruh
suhu.
Konstanta Laju Reaksi (Rate Constant) - 3
Note: Pada sejumlah literatur (pustaka), konstanta laju reaksi
dapat dinyatakan terhadap komponen reaksinya masing-masing.
Misal, jika reaksi homogen: 2 A + B  3 C
mempunyai persamaan laju sebesar: r = k CA CB
di mana dalam hal ini secara stoikiometri:
1 1
r   rA   rB  rC
maka: 2 3
–rA = 2 r = 2 k CA CB = kA CA CB
–rB = r = k CA CB = kB CA CB
rC = 3 r = 3 k CA CB = kC CA CB Contoh:
Missen, 1999
Contoh Soal:
Jika diketahui bahwa reaksi: A + 2 B  AB2
merupakan reaksi elementer, maka persamaan laju
reaksinya dapat dituliskan sebagai ....
A. r = (-rA) = 2 (-rB) = k CA CB2
B. r = (- rA) = (- rB) = k CA CB2
C. r = 2 (- rA) = (- rB) = k CA CB2
D. r = ½ (- rA) = (- rB) = k CA CB2
E. Bukan salah satu jawaban di atas
ORDE SEMU (PSEUDO ORDER)

Orde Semu = Orde Tidak-Sebenarnya


Jika persamaan laju reaksi: a A + b B r c C + d D
adalah: r = k CA CB
maka:  +   orde reaksi (sebenarnya).
Konsep orde semu:
jika (secara eksperimen) salah satu reaktan dibuat atau
dikondisikan sangat berlebih (misal: CA0 >>> CB0 atau
CB0 >>> CA0). Reaksi berorde  semu atau
berorde  semu.
Problem:
Laju reaksi homogen: A + B  C + D adalah:
r = k CA½ CB½
a. Berapakah orde reaksi ini?
b. Tuliskan salah satu contoh satuan konstanta laju
reaksinya.
c. Jika CA dinaikkan menjadi 4 kali lipat, menjadi
berapa kali lipatkah laju reaksinya?
Problem:
Sebuah reaksi homogen fasa gas pada 300oC
mempunyai nilai konstanta laju reaksi
sebesar 5 x 10-4 atm-1 s-1.
a. Berorde berapakah reaksi ini?
b. Berapakah nilai konstanta laju reaksinya
jika dinyatakan dalam kombinasi satuan:
molar (untuk konsentrasi) dan menit
(untuk waktu)
Contoh Soal:
Reaksi homogen: A + 2 B  2 P mempunyai
persamaan laju reaksi: r = k CA CB2
a) Orde terhadap A = …?
b) Orde terhadap B = …?
c) Orde reaksi keseluruhan = …?
d) Jika persamaan reaksi dituliskan dalam bentuk:
½A+BP
apakah: r = k’ CA½ CB …?
Jelaskan dengan singkat.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI
Beberapa faktor yang mempengaruhi laju reaksi:
1. Suhu (T)
2. Komposisi campuran reaksi (C)
3. Tekanan (P)
4. Keberadaan katalis atau inhibitor
5. Parameter-parameter yang berhubungan dengan proses
transfer secara fisik (misalnya: kondisi aliran, tingkat
pencampuran, parameter-parameter perpindahan massa
antarfasa, kesetimbangan fasa, luas bidang kontak antarfasa,
parameter-parameter perpindahan panas, dsb.
Pada reaksi homogen non-katalitik, hanya faktor (1), (2), dan
(3) yang mempengaruhi laju reaksi.
Pada reaksi katalitik, faktor (4) atau faktor katalis juga berperan
mempengaruhi laju reaksi.
Pada sistem reaksi heterogen (di mana problem yang dihadapi
menjadi jauh lebih kompleks dibandingkan dengan sistem
reaksi homogen), faktor (5) juga mempengaruhi laju reaksi.
Dua faktor utama yang dianggap paling dominan:
1. Suhu (T)
2. Komposisi campuran atau konsentrasi zat i (Ci)
Secara umum, jika persamaan laju sebuah reaksi:
r = f (k, Ci)
di mana: k  f (T)
maka: r = f (T, Ci)

Temperature dependent term

Concentration
dependent term
PENGARUH SUHU TERHADAP KONSTANTA LAJU REAKSI
Secara sederhana, pengaruh suhu terhadap sebagian besar
reaksi kimia dapat didekati melalui korelasi yang disampaikan
oleh Arrhenius, yakni:
 Ea  Jika T makin besar, maka
k  A exp    k juga makin besar
 RT 
dengan:
k  konstanta laju reaksi
A  faktor frekuensi tumbukan reaksi (atau disebut juga
faktor pre-eksponensial)
Ea  energi atau tenaga aktivasi (= pengaktifan) reaksi
R  konstanta gas universal (R = 8,314 J/mol.K = 1,987
kal/mol.K = 82,06 cm3.atm/mol.K)
T  suhu absolut
exp(-Ea/R/T)  faktor eksponensial
Gambaran Energi Aktivasi (Ea) dan Panas
Reaksi (H) untuk Kasus Reaksi Sederhana

Tingkat energi molekul pada keadaan Tingkat energi molekul pada keadaan
aktif/transisi aktif/transisi

Energi aktivasi
Tingkat Energi

Tingkat Energi
reaksi balik Energi aktivasi
Energi aktivasi
Energi produk Energi reaktan reaksi (Ea) reaksi balik
rata-rata rata-rata
Energi aktivasi
reaksi (Ea)
Energi reaktan Panas reaksi (H) Panas reaksi (H) Energi produk
rata-rata rata-rata

Koordinat Reaksi Koordinat Reaksi

(Kasus reaksi endotermik) (Kasus reaksi eksotermik)


Penentuan Energi Aktivasi Reaksi berdasarkan Percobaan
Ea sebuah reaksi dapat diketahui melalui percobaan kinetika
reaksi pada berbagai suhu T yang berbeda-beda.
T T1 T2 T3 T4 T5 …

k k1 k2 k3 k4 k5 …

Ea 1
ln k  ln A 
R T
Pengaruh suhu terhadap laju
reaksi yang digambarkan
tersebut di atas tidak berlaku
untuk kasus reaksi-reaksi
biokimia (enzimatik) dan reaksi
peledakan.
T1 T2
Jika hanya tersedia 2 data:
k1 k2
 Ea 
maka: k1  A exp  

 R T1
k1  Ea  1 1  
 Ea   exp     
k2  A exp  

k2  R  T1 T2  
 R T2
 k1  Ea  1 1 
sehingga: ln      
 k2  R  T1 T2 
Note: Silakan me-review matematika pada materi
linierisasi. Nilai-nilai konstanta/ parameter a0 dan a1 dari
model persamaan linier: y = a0 + a1 x dapat ditentukan
secara grafik maupun dengan teknik least-squares
Contoh Soal:
Reaksi dekomposisi:
2HI(g)  H2(g) + I2(g)
memiliki tetapan laju sebesar 9,51 x 10-9
L/mol/s pada 500 K dan 1,10 x 10-5 L/mol/s
pada 600 K.
Hitunglah energi pengaktifan reaksi ini!
Contoh Soal: Problem P3-5B
(Fogler, “Elements of Chemical
Reaction Engineering”, 3rd Edition)
Problem:
Harga k yang teramati untuk reaksi fasa gas:
2 HI  H2 + I2
pada 356oC dan 443oC masing-masing adalah 3,02 x
10-5 dan 2,53 x 10-3 mol-1 dm3 s-1.
Jika perubahan entalpi reaksinya (dianggap tetap
pada rentang suhu yang ditinjau) adalah H = 16,32
kJ/mol, berapakah besarnya energi aktivasi reaksi ini
dalam arah maju (forward) maupun kebalikannya
(reverse)?
Problem:
Sebuah reaksi homogen mempunyai energi
pengaktifan sebesar 65 kJ mol-1. Pada suhu 100oC
reaksi ini mempunyai laju sebesar 7,8 x 10-2 mol
liter-1 detik-1.
a. Pada suhu berapakah lajunya menjadi 1/10 kali
laju pada 100oC?
b. Berapakah laju reaksi pada 20oC, jika data yang
lain tetap?
Problem:
Ada dua reaksi homogen berorde dua
dengan konstanta laju sebesar k1 dan k2 serta
Ea1 > Ea2. Jika suhu reaksi dinaikkan dari T1
ke T2, maka:
k1 (T2 ) ?
...........
k2 (T2 )
k1 (T1 ) k2 (T1 )
Latihan Soal (Hill, 1977):
Eksperimen pengukuran tetapan laju reaksi pada
berbagai suhu untuk reaksi fasa gas:
N2O5  N2O4 + ½ O2
menghasilkan data sbb:
T (oC) k x 105 (detik-1) a) Berapakah orde reaksi
15 1,04 ini? Jelaskan.
25 3,38 b) Tentukan nilai parameter
40 24,7 Arrhenius dari data
50 75,9 tersebut (tuliskan
65 487 beserta satuannya)

Anda mungkin juga menyukai