Anda di halaman 1dari 6

MODUL PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DAN NONLABA

A. Lingkup Pengukuran Kinerja

Apakah Pengukuran Kinerja dan Apa Yang Diukur?

Seorang pelatih basket memerlukan informasi skor pertandingan untuk menganalisis dan
selanjutnya mengubah taktik dan sumber daya agar timnya menang. Manajer organisasi juga
demikian, memerlukan suatu angka, layaknya skor pertandingan tersebut untuk mengevaluasi
strategi dan sumber dayanya. Bagi organisasi bisnis, skor pertandingan setara dengan profit dan
pangsa pasar. Informasi kos justru tidak banyak berguna. Kegiatan mengukur skor dan
menggunakannya untuk kepentingan perbaikan kinerja adalah inti dari pengukuran kinerja.

Pengukuran kinerja didefinisikan sebagai kegiatan mengukur berdasarkan capaian (hasil


capaian disebut pula outcome) dan efisiensi jasa atau program. Dengan demikian, ada dua hal
penting dalam definisi ini, yaitu: dasar hasil/outcome dan dasar efisiensi. Hal baru dari definisi ini
adalah pada fokus pada capaian/outcome.

Cara pengukuran dengan dasar capaian adalah dengan menelusuri (tracking) outcome atau
menelusuri bagaimana manfaat pelanggan /publik. Misalnya, Kegiatan polisi ditelusuri dari angka
kriminalitas; Dinas perhubungan dari angka kecelakaan lalu lintas, dsb. Jadi, karakteristik kunci
pengukuran kinerja adalah penelusuran outcome.

Keterbatasan Pengukuran Kinerja

1. Data kinerja tidak dapat dengan sendirinya menceritakan mengapa outcome muncul

Skor pertandingan tidak dapat menceritakan apa yang mesti dilakukan/diubah untuk
memperbaiki skor. Pelatih tetap perlu menonton kembali permainan dan mengidentifikasi
aspek-aspek strategi permainan yang akan diubah. Pengukuran kinerja dirancang untuk
menyediakan data outcome (seperti halnya skor). Meski demikian, sistem pengukuran kinerja
bertanggungjawab untuk menelusuri outcome yang relevan dan menggunakan informasi
tersebut untuk memperbaiki keputusan.

2. Tidak semua outcome dapat diukur

Diperlukan suatu indikator yang merefleksikan kecenderungan yang terjadi. Misalnya,


outcome: mencegah kriminalitas atau mengurangi pecandu minuman keras.

3. Informasi yang disajikan oleh pengukuran kinerja hanyalah bagian dari informasi manajer
yang diperlukan untuk pengambilan keputusan.
Jadi pengukuran kinerja tidak dapat menggantikan kemampuan manajerial, leadership, dan
kreativitas. Pengukuran kinerja hanya sediakan informasi saja.

Pengukuran Efisiensi Yang Berfokus Pada Outcome

Efisiensi diformulakan sebagai rasio jumlah input (rupiah, sdm, dll) terhadap jumlah produk/jasa
yang dihasilkan dari input tersebut. Singkatnya, efisiensi adalah input (Rp) dibagi output (unit).

Indikator ini akan menimbulkan peluang manipulasi yaitu meningkatkan rasio input-
outoput dengan mengurangi kualitas output. Oleh karena itu, disusunlah pengukuran efisiensi
yang berdasarkan pada outcome. Yaitu berapa rasio input-output setelah perbaikan
kondisi/program berjalan.

Misalnya, program pelatihan untuk membantu peserta berhenti merokok. Efisiensi yang
berdasarkan output adalah biaya per sesi, sedangkan efisiensi berdasarkan outcome adalah biaya
per peserta yang telah berhenti merokok. Coba Anda rasakan bedanya.

Semua organisasi baik besar maupun kecil, publik maupun privat memerlukan
pengukuran kinerja. Manajemen organisasi sektor publik dan nonlaba secara intensif akan sangat
memperhatikan kualitas, outcome, dan efisiensi layanan yang diberikan sehingga melakukan
pengukuran kinerja. Oleh sebab itu, baik organisasi besar maupun kecil akan menyediakan waktu
dan dana yang diperlukan untuk keperluan informasi outcome dan akan menggunakannya untuk
memperbaiki layanan.

Layanan macam apa yang cocok dengan pengukuran kinerja berbasis outcome? Layanan
di sektor publik dapat dibagai dua macam, yaitu layanan eksternal dan layanan internal atau
layanan pendukung. Pengukuran kinerja berbasis outcome dapat digunakan di semua jenis
layanan. Meskipun demikian, outcome layanan pendukung relatif sulit dibuat sebab tujuannya
internal organisasi. Berikut layanan eksternal dan internal:

Eksternal service Internal service


Layanan program lingkungan hidup Layanan pemeliharaan aset
Layanan pertahanan dan keamanan Layanan pengadaan barang dan jasa
Layanan pendidikan dasar Layanan kebersihan
Layanan pengentasan kemiskinan
Layanan ekonomi dan industri
Hubungan Pengukuran Kinerja dengan Aktivitas Evaluasi lainnya

1. Evaluasi Program dan Kajian Mendalam Lainnya

Evaluasi program adalah kegiatan yang lebih luas dan mendalam daripada pengukuran kinerja.
Evaluasi kinerja tidak hanay menentukan outcome program, namun juga mengidentifikasi
penyebab outcome dengan kajian mendalam. Pengukuran kinerja memberikan data pada evaluasi
kinerja.

2. Kaitan dengan Pengauditan Kinerja

Audit kinerja dilakukan oleh auditor atau inspektur jederal (irjend). Keduanya melakukan kajian
ad hoc dan berkaitan erat dengan kegiatan evaluasi program. Auditor kinerja mestinya tertarik
dengan sistem pengukuran kinerja, oleh sebab menyediakan data outcome yang digunakannya
dalam audit.

3. Analisis Planning, Budgeting dan Kebijakan

Pengukuran kinerja menyediakan informasi mengenai masa lalu. Budgeting, perencanaan


strategik dan analisis kebijakan berkaitan dengan masa yang akan datang. Data kinerja digunakan
sebagai dasar untuk keputusan apa yang akan terjadi di masa depan.

B. TIPE INFORMASI KINERJA YANG SEHARUSNYA DITELUSURI

Fungsi utama proses pengukuran kinerja adalah menyediakan data sebagai indikator kinerja
outcome. Namun demikian, pengukuran kinerja tidak membatasi pada indikator outcome saja, tapi
juga informasi lain yang dapat memberikan pandangan penyebab outcome.

Kategori Informasi Kinerja

Input

Sumber daya yang diperlukan untuk menghasilkan output dan outcome. Misalnya: jumlah dana,
waktu kerja, jumlah karyawan. Input menghasilkan indikator efisiensi/produktivitas.

Proses/Beban Kerja/Aktivitas

Jumlah pekerjaan yang ada dalam suatu program. Misalnya: bagian pelayanan pelangan, beban
kerja dinyatakan dengan jumlah pelanggan yang datang untuk dilayani; Dinas Pekerjaan Umum,
beban kerjanya adalah berapa kilometer jalan yang harus diperbaiki. Jumlah pekerjaann tidak
berkaitan dengan indikator kinerja, sebab tidak mengidikasikan berapa banyak produk dapat
dihasilkan oleh program. Informasi ini penting bila dipakai untuk menelusuri arliran pekerjaan.
Output

Jumlah produk dan jasa yang diselesaikan pada suatu periode. Misalnya jumlah mil jalan yang
telah diperbaiki, jumlah program pelatihan yang diselenggarakan, jumlah mahasiswa yang
menyelesaikan studi. Output tidak bercerita mengenai hasil yang dicapai, namun output dapat
memperkirakan outcome yang diharapkan terjadi. Output adalah sesuatu yang dilakukan personil
program.

Outcome

Kejadian, munculan, atau perubahan kondisi/perilaku/sikap yang mengindikasikan kemajuan yang


telah dicapai atas misi dan tujuan program. Outcome bukanlah program itu sendiri, tapi
konsekwensi dari program yang dibuat. Outcome dapat berupa sesuatu yang ingin dimaksimalkan,
misalnya; kenaikan wisatawan datang. Namun dapat pula sesuatu yang akan diminimalkan,
misalnya: tingkat kriminalitas.

Intermediate Outcome

Outcome yang diperkirakan muncul dan akhirnya membawa pada tujuan yang diinginkan.
Contoh: Warga kota melakukan food combaining sesuai anjuran depkes (diukur dengan survei).
Perubahan perilaku ini diperkirakan akan membawa warga menjadi lebih sehat, namun apabila hal
ini masih belum pasti, maka hal ini adalah intermediate outcome.

End Outcome

Hasil yang diharapkan tercapai dari program. Misalnya; mengurangi kejadian busung lapar,
memperbaiki skor UAN, mengurangi angka kriminalitas, dsb. Beberapa program menghasilkan
end outcome jangka pendek dan jangka panjang.

Impact

Data yang mengestimasikan apakah suatu outcome terjadi akibat program yang dijalankan.
Misalnya, jumlah ibu usia belasan yang mempunyai bayi sehat, akibat program pendampingan ibu
muda (tanpa program ini, kemungkinan angka kematian/cacat bayi tinggi).

Indikator yang sukar dikategorikan: Output & Outcome

Partisipasi Peserta

 Bila program wajib, jumlah partisipasi adalah informasi output.

 Bila program sukarela, partisipasi masuk ke intermediate outcome. Pada kasus ini justru
penyelesaian peserta adalah lebih penting daripada partisipasi.
 Bila program publik, seperti fasilitas rekreasi, perpustakaan, terminal, maka jumlah
partisipan adalah intermediate outcome.

Kepuasan Peserta

Dapat dikategorikan sebagai intermediate outcome sebab tidak dapat ditempatkan sebagai
pengukur kondisi aktual peserta setelah mendapat jasa. Namun untuk beberpaa jasa seperti;
aktivitas rekreasi, perpustakaan, konseling perkawinan, kepuasan peserta adalah end outcome.

Waktu respon atas jasa

Waktu respon sering dikategorikan output dan intermediate outcome.

Contoh 1 Rancangan Indikator Kinerja Dinas Pengairan

• Dinas Pengairan Kabupaten Sleman melakukan program pembangunan irigasi dengan


tujuan untuk meningkatkan dan melestarikan bangunan pengairan. Lokasi Proyek irigasi antara
lain di Wedomartani. Total biaya Rp 772.423.000,00 dengan sumber dana APBD Kabupaten
Sleman. Tolok ukur pelaksanaan program dan kegiatan, meliputi tiga kegiatan yaitu: (1)
Rehabilitasi Sumur Pompa, (2) Pembangunan Sumur Pompa, (3) Peningkatan Jaringan Irigasi.

KUALITATIF KUANTITATIF
Input Dana Program Rp 772.423.000
Proses Jumlah sumur yang diperbaiki 3 sumur
Panjang saluran irigasi 5 km
Output Terlaksananya rehap sumur pompa 3sumur berfungsi kembali,
dan saluran irigasi saluran irigasi mengairi 100
ha lahan sepanjang 5 km
Outcome Meningkatkan pemenuhan Lahan yang terpenuhi
kebutuhan air bagi petani meningkat 100%
Manfaat/ Meningkatnya produktivitas hasil Produktivitas panen naik
Intermediate pertanian 80%
Dampak/En Pendapatan petani meningkat Pendapatan petani naik
d 20%

Contoh 2. Rancangan Indikator Program Peningkatan Kemampuan Bahasa

• Jurusan Akuntansi UWM menyelenggarakan program khusus untuk meningkatakan


kemampuan bahasa inggris mahasiswa. Dibentuk student lounge dimana siswa yang masuk
harus bercakap bahasa inggris dan ada diskusi 2 x seminggu dibimbing native speaker. Di
ruang tersebut terdapat fasilitas audio visual untuk belajar bahasa inggris.
Kualitatif Kuantitatif
Input Student, Native Speaker, Dana 1200 mahasiswa, 1 Native speaker,
50.000.000
Proses Jumlah acara diskusi yang 2 x seminggu
diselenggarakan
Output Terlaksananya diskusi di SL dan 104 x diskusi
keterlibatan mahasiswa Akuntansi 1200 mahasiswa terlibat
Outcome Kemampuan mahasiswa berbahasa Rata-rata skor TOEFL 500
inggris meningkat
Manfaat/ Lulusan Akuntansi WM cepat terserap Waktu tunggu mendapatkan kerja 1
Intermediate di pasar kerja bulan
Dampak/End Lulusan Akt WM makmur. Rata-rata gaji pertama lulusan Rp
2.000.000

Referensi

Hatry, Hary. (1999). Perfomance Measurement : Getting Results. The Urban Institute Press:
Washington.

Anda mungkin juga menyukai