Pemerintahan Desa
Struktur pemerintahan desa adalah:
Kepala desa adalah pemegang kekuasaan eksekutif yang dipilih melalui pemilihan kepala
desa dan menjabat selama 6 tahun. Kepala desa bertugas menyelenggarakan Pemerintahan
Desa, melaksanakan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
pemberdayaan masyarakat Desa. Dalam pelaksanaan tugasnya seorang kepala desa dapat
mengangkat perangkat desa. Menurut UU No 6 Tahun 2004, ada tiga jenis perangkat desa yaitu
sekretaris desa, pelaksana teknis dan pelaksana wilayah.
Sebagai pemegang kekuasaan legislatif adalah Badan Permusyawaratan Desa (BPD). BPD
terdiri dari 5-9 orang yang merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan
wilayah yang pengisiannya dilakukan secara demokratis. Fungsi BPD adalah: (a) membahas dan
menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa; (b) menampung dan
menyalurkan aspirasi masyarakat Desa; dan (c) melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa.
Hal-hal strategis menyangkut pemeritahan desa dilakukan melalui musyawarah desa.
Musyawarah desa merupakan forum permusyawaratan yang diikuti oleh Badan
Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat Desa untuk
memusyawarahkan hal yang bersifat strategis dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
Beberapa hal yang bersifat strategis adalah: a. penataan Desa; b. perencanaan Desa; c. kerja
sama Desa; d. rencana investasi yang masuk ke Desa; e. pembentukan BUM Desa; f.
penambahan dan pelepasan Aset Desa; dan g. kejadian luar biasa.
Pengaturan hal-hal strategis dituangkan dalam peraturan desa. Ada tiga macam
peraturan desa. Pertama, Peraturan Desa, peraturan ini ditetapkan oleh kepala desa setelah
dibahas dan disepakati bersama BPD. Peraturan desa ini diundangkan dalam lembaran desa
atau berita desa dan berlaku untuk desa setempat. Perkara yang memerlukan landasan hukum
Peraturan Desa adalah Anhggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes), pungutan, dan tata
ruang. Kedua, Peraturan Kepala Desa, merupakan peraturan pelaksanaan dari Peraturan Desa.
Artinya, Peraturan Desa baru dapat dilaksanakan setelah ada aturan dari pihak eksekutif yaitu
Kepala Desa. Ketiga, Peraturan Bersama Kepala Desa, merupakan peraturan yang dikeluarkan
oleh beberapa Kepala Desa dan mengikat Desa masing-masing.
Peraturan yang dikeluarkan oleh desa harus dikonsultasikan ke Kabupaten. Konsultasi
peraturan ini dalam rangka mengatasi tumpang tindih peraturan pusat dan daerah yang dalam
beberapa hal justru menjadi hambatan pelaksanaan pembangunan daerah. Misalnya saja
pungutan desa yang kontraproduktif dengan usaha memperbaiki iklim investasi nasional.