Anda di halaman 1dari 58

PENGUATAN PENGAWASAN DALAM RANGKA

PENINGKATAN KINERJA KEJAKSAAN 1

Disampaikan oleh
Dr. Barita Simanjuntak, S.H., M.H., CFrA
Pada Acara Rapat Kerja Teknis Bidang Pengawasan
Kejaksaan Republik Indonesia Tahun 2020

Jakarta, Kamis, 30 September 2020


Dr. Barita Simanjuntak, S.H., M.H., CFrA.

KETUA KOMISI KEJAKSAAN RI


Keputusan Presiden RI No 62/M Tahun 2019
tanggal 18 Oktober 2019

❑Doktor Ilmu Hukum (Universitas Indonesia 2007)


❑Magister Hukum (Universitas Indonesia 2000)
❑Sarjana Hukum (Universitas Sumatera Utara 1994)
❑Sertifikat Auditor Forensic (LSAF 2018)
"Power tends to
corrupt, and absolute
power corrupts
absolutely”.

-Lord Acton- 3
Perspektif Negara Hukum 4

HTN

LN
KEJAKSAAN FUNGSIONALISASI
HAN
ILMU KEKUASAAN
POLITIK

TEORI KEKUASAAN
ILMU NEGARA

MENCEGAH Lored Acton


Abuse of power “Power tends to corrupt, absolute power corrupts absolutely”

TEORI NEGARA HUKUM


“Penyelenggara pemerintahan yang baik diatur oleh Hukum, cara terbaik membatasi kekuasaan adalah melalui hukum”
Mencegah Abuse of Power 5

Good Governance

Asas Umum Pemerintahan


MENCEGAH ABUSE OF POWER Yang baik
NEGARA
HUKUM Clean Goverment

Peradilan Administrasi
MENCEGAH ANARKI
Tindakan rakyat yang dilakukan menurut
kehendak sendiri
NEGARA HUKUM
RECHTSTAAT; RULE OF LAW 6

Supermacy of Law Equality Before The Law Due Process of Law

1. Pembatasan Kekuasaan 1. Asas Legalitas dan Kepastian Hukum 1. Asas Legalitas (Due Process of Law, Miranda Rule,
Miranda Warning)

2. Peradilan Tata Usaha Negara 2. Asas Kesamaan di Hadapan Hukum 2. Asas Kewajiban Menjalankan Proses Hukum Tanpa
Kecuali
3. Penegak Hukum Bersifat Independen
3. Peradilan Tata Negara 3. Penegak Hukum Independen dan Berkewajiban
Menerapkan Prosedur Hukum Yang Sama Dan Berkeadilan
4. Peradilan Bebas Tidak Memihak
4. Perlindungan HAM
4. Peradilan Bebas Tidak Memihak
5. Perlindungan HAM
5. Demokratis
5. Perlindungan HAM
6.Terwujudnya Kesejahteraan
6.Transparansi Kontrol Sosial
SISTEM HUKUM DALAM PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN 7
LEGAL SUBSTANCE
KOMPOLNAS
UU 23 /2014
UU 30/2014 KKRI
PP 12 /2017 KOMITE ETIK
PERPRES 3 / 2016
INPRES 1 / 2016
KOMISI YUDISIAL

LEGAL SYSTEM LEGAL STRUCTURE


APH POLISI JAKSA KPK HAKIM
EKSEKUTIVE STRUKTURAL FUNGSIONAL APIP

LEGAL CULTURE
PREVENTIF
KORDINATIF
NEGARA HUKUM : CHECK & BALANCHES SYSTEM 8

NEGARA HUKUM
EKSEKUTIF

C&B C&B

LEGISLATIF C&B YUDIKATIF


PENCEGAHAN

TIDAK
EKSPOSE
KASUS
9
ITIKAD BAIK
SAMPAI
DENGAN
TUNTUTAN

Politik Hukum
POLITIK HUKUM
KERUGIAN
NEGARA
Percepatan
Proyek KOORDINASI
PEMERINTAHAN
KONKRIT
DAN NYATA Strategis
Nasional
JOKOWI-JK TENTANG
PERCEPATAN PROYEK
STRATEGIS NASIONAL
TEMUAN (19 Juli 2016)
BPK DISKRESI
KERUGIAN TIDAK
NEGARA 60 DIPIDANA
HARI
TINDAKAN
ADMINISTRATIF
TIDAK
DIPIDANA
SKEMA PENEGAKAN HUKUM INTERNAL 10

1. PEJABAT PEMERINTAH
CEO
Pencegahan
ADMINISTRASI
NEGARA
koreksi pengawasan Rehabilitasi mal administrasi
(khusus, sempit) monitoring evaluasi
Reward & Punishmen

2. APIP
Quasi Administratif Yudisial Proses
Peningkatan
dan
Kesinambungan
Dasar
Hukum

Visi &
Profil
Misi

Komisi
Kejaksaan
Hak RI Tugas

Kewa- Kewe-
Jiban nangan
Komisi Kejaksaan Republik Indonesia

Dasar Hukum
❖ UU No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik
Indonesia
❖ Perpres No. 18 tahun 2011 tentang Komisi Kejaksaan
Republik Indonesia
❖ MoU Komisi Kejaksaan – Kejaksaan Agung
Nomor: KEP-099/A/JA/05/2011 dan Nomor: NK-
001/KK/05/2011
Latar Belakang

• Berdasarkan Pasal 38 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang


Kejaksaan RI yang memberikan kewenangan kepada Presiden untuk
membentuk sebuah komisi yang susunan dan kewenangannya diatur
oleh Presiden. Tujuan pembentukan Komisi Kejaksaan adalah untuk
meningkatkan kualitas kinerja Kejaksaan. Presiden kemudian
mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 18 tahun 2005
tentang Komisi Kejaksaan RI pada tanggal 7 Pebruari 2005 yang
kemudian diubah dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 18 tahun
2011 pada tanggal 4 Maret 2011.
Profil
(Pasal 2, Pasal 15 – 17 Perpres No.18 tahun 2011)

• Merupakan lembaga non struktural


• Pelaksanaan tugas dan wewenangnya bersifat mandiri
• Bertanggungjawab langsung kepada Presiden
• Komisioner KK berasal dari:
– Enam orang unsur masyarakat;
– Tiga orang mewakili pemerintah.
• Komisioner Komisi Kejaksaan Periode 2011-2015 terdiri
dari:
– Satu orang ketua, merangkap anggota
– Satu orang wakil, merangkap anggota
– Satu orang sekretaris merangkap anggota
– Enam orang anggota
Komisi Kejaksaan RI

Visi Misi
1. Melakukan Penguatan
Menjadi Lembaga Mandiri dan Kelembagaan KKRI.
tepercaya yang 2. Meningkatkan kinerja
Bertanggungjawab kepada Kejaksaan RI yang Profesional
Presiden untuk Kejaksaan RI dan Modern
yang Profesional 3. Meningkatkan Partisipasi
dan Kepercayaan Publik.
Profe-
sional

Santun Integr
KODE
Integri-
itas
tas

Keber-
samaan
ETIK

KKRI
SPIKe
1 Menggerak-
2 Kemitraan
strategis dan
kan kemandirian
partisipasi
untuk
masyarakat
dan mewujudkan
komponen Kejaksaan
lain yang lebih
baik

Strategi KKRI
Tugas
(Pasal 3 Perpres No.18 Tahun 2011)

• Melakukan pengawasan, pemantauan, dan penilaian:


– Kinerja Jaksa dan pegawai Kejaksaan dalam melaksanakan tugas
kedinasannya
– Sikap dan perilaku Jaksa dan pegawai Kejaksaan baik di dalam
maupun di luar tugas kedinasan
• Melakukan pemantauan dan penilaian atas kondisi
organisasi, kelengkapan sarana dan prasarana, serta
sumber daya manusia di lingkungan Kejaksaan
• Menyampaikan masukan kepada Jaksa Agung atas hasil
pengawasan, pemantauan, dan penilaian untuk
ditindaklanjuti
Kewenangan
(Pasal 4 Perpres No.18 Tahun 2011 )

• Menerima laporan masyarakat tentang perilaku


Jaksa dan pegawai Kejaksaan dalam melaksanakan
tugas baik di dalam maupun di luar kedinasan
• Meminta informasi dari badan pemerintah,
organisasi, atau anggota masyarakat berkaitan
dengan kondisi dan kinerja di lingkungan Kejaksaan
atas dugaan pelanggaran peraturan kedinasan
Kejaksaan maupun berkaitan dengan perilaku Jaksa
dan pegawai Kejaksaan di dalam atau di luar
kedinasan
Kewenangan
(Pasal 4 Perpres No.18 tahun 2011)

• Memanggil dan meminta keterangan kepada Jaksa


dan pegawai Kejaksaan sehubungan dengan perilaku
dan/atau dugaan pelanggaran peraturan kedinasan
Kejaksaan
• Melakukan pemeriksaan ulang atau pemeriksaan
tambahan atas pemeriksaan yang telah dilakukan
oleh aparat pengawas internal Kejaksaan
• Mengambil alih pemeriksaan yang telah dilakukan
oleh aparat pengawas internal Kejaksaan
Kewenangan
(Pasal 4)

• Meminta informasi kepada badan di lingkungan Kejaksaan


berkaitan dengan kondisi organisasi, personalia, sarana,
dan prasarana
• Menerima masukan dari masyarakat tentang kondisi
organisasi, kelengkapan sarana, dan prasarana serta
sumber daya manusia di lingkungan Kejaksaan
• Membuat laporan, rekomendasi, atau saran yang
berkaitan dengan perbaikan dan penyempurnaan
organisasi serta kondisi lingkungan Kejaksaan, atau
penilaian terhadap kinerja dan perilaku Jaksa dan
pegawai Kejaksaan kepada Jaksa Agung dan Presiden
Kewajiban
(Pasal 11 – 14 Perpres No. 18 tahun 2011)

• Memberitahukan secara tertulis rencana


pengambilalihan pemeriksaan dan/atau pemeriksaan
ulang dan atau pemeriksaan tambahan dugaan
pelanggaran yang dilakukan oleh Jaksa dan/atau
pegawai Kejaksaan kepada aparat pengawasan internal
Kejaksaan
• Komisi Kejaksaan wajib melaporkan hasil
pemeriksaannya kepada:
– Kepolisian dalam hal terdapat dugaan tindak pidana
umum yang dilakukan oleh Jaksa dan/atau pegawai
Kejaksaan;
– Jaksa Agung, Kepolisian dan/atau Komisi Pemberantasan
Korupsi dalam hal terdapat dugaan tindak pidana korupsi
yang dilakukan oleh Jaksa dan/atau pegawai Kejaksaan.
Kewajiban
(Pasal 11 – 14)

• Komisi Kejaksaan memberitahukan hasil


pemeriksaannya kepada Pelapor/Pengadu
dalam hal dugaan pelanggaran Jaksa
dan/atau pegawai Kejaksaan berasal dari
pengaduan masyarakat
• Dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya, Komisi Kejaksaan wajib:
– Menaati norma hukum dan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
– Menjaga kerahasiaan keterangan yang karena
sifatnya merupakan rahasia yang diperoleh
berdasarkan kedudukannya sebagai anggota
komisi kejaksaan
Hak
(Pasal 10 Perpres No.18 tahun 2011)

1. Berhak mengikuti gelar perkara terhadap kasus-kasus yang


menarik perhatian publik yang dipimpin oleh jaksa agung;
2. Berhak mengikuti gelar perkara terhadap kasus-kasus
dan/atau perkara yang dilaporkan masyarakat kepada
komisi kejaksaaan;
3. Dapat diangkat menjadi anggota dalam majelis kode
perilaku jaksa.
Rekomendasi KK- RI
(Pasal 9 Perpres No.18 Tahun 2011)

1. Penyempurnaan organisasi dan tata kerja serta


peningkatan kinerja Kejaksaan;
2. Pemberian penghargaan kepada Jaksa dan/atau
pegawai Kejaksaan yang berprestasi dalam
melaksanakan tugas kedinasannya; dan/atau
3. Pemberian sanksi terhadap Jaksa dan/atau
pegawai Kejaksaan sesuai dengan pelanggaran
yang dilakukan sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010
tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, Kode Etik,
dan/atau peraturan perundang-undangan
MoU KK RI-Kejaksaan

• Dasar kemitraan strategis dalam melaksanakan


tugas-tugas pokok Komisi Kejaksaan

• Berdasarkan prinsip kesetaraan dan saling


menghormati

• Nomor: KEP-099/A/JA/05/2011 dan Nomor: NK-


001/KK/05/2011
Ruang Lingkup MoU

• Pengawasan, pemantauan, dan penilaian terhadap


kinerja dan perilaku Jaksa dan/atau pegawai
Kejaksaan;
• Pengawasan, pemantauan, dan penilaian terhadap
kinerja dan perilaku jaksa dan/atau pegawai
Kejaksaan baik di dalam maupun di luar tugas
kedinasan;
• Pemantauan dan penilaian kondisi organisasi, tata
kerja, kelengkapan sarana dan prasarana serta sumber
daya manusia di lingkungan kejaksaan;
• Pemeriksaan ulang atau tambahan;
Ruang Lingkup MoU

• Pengambilalihan proses pemeriksaan oleh aparat


internal;
• Rekomendasi hasil temuan atas lapdu dan lapmas
dari KK ke Kejaksaan Agung;
• Kedudukan anggota KK sebagai anggota Majelis Kode
Perilaku dan sebagai Majelis Kehormatan Jaksa;
• Pertemuan berkala antara KK dengan Jamwas;
• Pemberian penghargaan kepada satuan kerja,
Jaksa,dan/atau pegawai Kejaksaan yang berprestasi.
Dalam Nota Kesepahaman tersebut diatur mengenai tata kerja antara Kejaksaan RI dengan Komisi
Kejaksaan RI yaitu:

1. Pengawasan, pemantauan dan penilaian terhadap kinerja dan perilaku Jaksa dan/atau pegawai
Kejaksaan serta pemantauan dan penilaian kondisi organisasi, tata kerja, kelengkapan sarana dan
prasarana, serta sumber daya manusia di lingkungan Kejaksaan yang dilakukan oleh Komisi
Kejaksaan melalui: kunjungan ke daerah; permintaan data ke pihak internal Kejaksaan di pusat
dan daerah; dan dengan membuka akses secara luas kepada publik untuk berperan serta dalam
mendukung tugas-tugas tersebut, yang pelaksanaannya Komisi Kejaksaan dapat meminta
didampingi oleh aparat pengawasan Kejaksaan Agung.
2. Dalam penanganan Lapdu dan Lapmas, Komisi Kejaksaan melalui berbagai rangkaian tugas:

a) Lapdu/Lapmas yang disampaikan ke Komisi Kejaksaan perihal kinerja serta perilaku para Jaksa dan/atau
pegawai Kejaksaan akan diteliti/ditelaah oleh para komisioner dan kemudian akan dibahas dalam rapat
pleno untuk diambil keputusan sebagai tindak lanjut penyelesaian Lapdu/Lapmas tersebut.
b) Komisi Kejaksaan merekomendasikan kepada Jaksa Agung RI untuk menindaklanjuti Lapdu/Lapmas
sebagai hasil putusan rapat pleno.
c) Terhadap rekomendasi tersebut, Jamwas/Kajati menerbitkan surat perintah pemeriksaan dengan
tembusan kepada Komisi Kejaksaan.
d) Untuk pengaduan atau laporan masyarakat yang langsung dikirmkan kepada Kejaksaan Agung, Kejaksaan
Agung wajib mengirimkan salinannya kepada Komisi Kejaksaan untuk dipantau tindak lanjutnya.
e) Komisi Kejaksaan dapat meminta kelengkapan laporan hasil pemeriksaan (LHP) yang telah dikirimkan ke
Komisi Kejaksaan.
f) Dalam waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sejak diterimanya rekomendasi Komisi Kejaksaan oleh
Jaksa Agung RI (Jamwas), hasil pemeriksaan harus sudah dilaporkan kepada Komisi Kejaksaan.
g) Komisi Kejaksaan berhak mendapatkan tembusan atas hasil akhir tentang putusan penghukuman dari Jamwas ke
Jaksa Agung RI.
h) Jaksa Agung RI dapat meminta pendapat Komisi Kejaksaan sebelum menjatuhkan sanksi berupa hukuman disiplin
berat kepada Jaksa dan/atau pegawai Kejaksaan.
i) Kejaksaan memberitahukan kepada Komisi Kejaksaan, selambat-lambatnya dalam waktu 3 (tiga) hari sebelum hari
pelaksanaan, dalam hal:
1. Melakukan gelar perkara terhadap kasus-kasus yang menarik perhatian publik yang dipimpin oleh Jaksa Agung RI;
2. Melakukan gelar perkara terhadap kasus-kasus dan/atau perkara yang dilaporkan masyarakat kepada Komisi
Kejaksaan, yang menurut Komisi Kejaksaan dan/atau Jaksa Agung RI dianggap menarik perhatian masyarakat.
3. Pemeriksaan ulang atau pemeriksaan tambahan dilakukan oleh Komisi Kejaksaan, setelah secara nyata
ketentuan Pasal 5 ayat (1) huruf a dan/atau b Peraturan Presiden No. 18 Tahun 2011 dipenuhi dan
menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Jaksa Agung RI.
4. Pengambilalihan pemeriksaan dilakukan oleh Komisi Kejaksaan, setelah secara nyata ketentuan Pasal 5 ayat (1)
huruf a dan/atau b Peraturan Presiden No. 18 Tahun 2011 dipenuhi dan menyampaikan pemberitahuan secara
tertulis kepada Jaksa Agung RI.
Peraturan Pemerintah No.
53 Tahun 2010
Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil
Definisi
Pelanggaran Disiplin
• setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan PNS yang tidak
menaati kewajiban dan/atau melanggar larangan
ketentuan disiplin PNS, baik yang dilakukan di dalam
maupun diluar jam kerja

Ucapan
• setiap kata-kata yang diucapkan dihadapan atau
dapat didengar oleh orang lain, seperti dalam rapat,
ceramah, diskusi, melalui telepon, radio, televisi,
rekaman atau alat komunikasi lainnya
Definisi
Tulisan
• pernyataan pikiran dan/atau perasaan secara tertulis
baik dalam bentuk tulisan maupun dalam bentuk
gambar, karikatur, coretan dan lain-lain yang serupa
dengan itu

Perbuatan
• setiap tingkah laku, sikap atau tindakan yang
dilakukan oleh PNS atau tidak melakukan sesuatu
yang seharusnya dilakukan sesuai peraturan
Perundang-undangan
Maladministrasi

35
Pengertian maladministrasi

Perilaku atau perbuatan melawan hukum, 36


melampaui wewenang, menggunakan wewenang
untuk tujuan lain dari yang menjadi tujuan wewenang
tersebut, termasuk kelalaian atau pengabaian
kewajiban hukum dalam penyelenggaraan
pelayanan publik yang dilakukan oleh penyelenggara
negara dan pemerintah yang menimbulkan kerugian
materiil dan/atau immaterial bagi masyarakat dan
orang perseorangan.
Bentuk-bentuk maladministrasi 37

Tidak
Penundaan Penyalahgunaan Penyimpangan
memberikan Tidak kompeten
berlarut wewenang prosedur
pelayanan

Permintaan Konflik
Tidak patut Berpihak Diskriminasi
imbalan kepentingan
Pencegahan Maladministrasi 38

• Jaksa harus bertindak profesional sesuai dengan ketentuan


hukum yang berlaku
• Jaksa harus mematuhi kode perilaku sebagaimana diatur
dalam PERJA NOMOR: PER–014/A/JA/11/2012
• Jaksa harus patuh terhadap prosedur hukum acara dalam
penyelenggaraan persidangan.
Kode Perilaku Jaksa adalah
serangkaian norma penjabaran
dari Kode Etik Jaksa, sebagai
pedoman keutamaan mengatur
perilaku Jaksa baik dalam
Kode Perilaku menjalankan tugas profesinya,
menjaga kehormatan dan
martabat profesinya, maupun
dalam melakukan hubungan
kemasyarakatan di luar
kedinasan
39
Kewajiban Jaksa pada Negara (Pasal 3)

• Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang 40


Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
• Bertindak berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, mengindahkan norma
agama, kesopanan, kesusilaan yang hidup dalam
masyarakat dan menjunjung tinggi hak asasi
manusia
• Melaporkan dengan segera kepada pimpinannya
apabila mengetahui hal yang dapat membahayakan
atau merugikan negara
Kewajiban Jaksa pada Masyarakat (Pasal 6) 41

• Memberikan pelayanan prima dengan


menjunjung tinggi supremasi hukum dan hak
asasi manusia
• Menerapkan pola hidup sesuai dengan nilai-
nilai yang berlaku dalam masyarakat
Intergitas

Kemandirian
Nilai dalam
Kode Perilaku
Jaksa Ketidakberpihakan

Perlindungan

42
Problematika
Lapdu Yang
Diterima KKRI
43
LAPORAN TRIWULAN II
KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2020

61 57
66

MEI
APRIL JUNI

Penerimaan Laporan Pengaduan Masyarakat


Periode : April s/d Juni 2020
Status Laporan Pengaduan Masyarakat Tahun Triwulan II Tahun 2020
45
No. Laporan Pengaduan Jumlah No. Status Laporan Pengaduan Jumlah

1. Sisa Laporan pengaduan Triwulan I (Januari- 0 1. Diteruskan ke Kejaksaan RI, sebagai berikut:
Maret) Tahun 2020

2. Laporan Pengaduan yang diterima Triwulan II 184 a. Untuk dilakukan klarifikasi 19


(April - Juni) 2020
b. Untuk dilakukan Pemeriksaan 0

c. Untuk ditindaklanjuti segera 38

2. Diteruskan kepada:

a. Pelapor 18
b. Komisi Kepolisian Nasional 0

c. Komisi Yudisial 0
d. Komnas HAM 1
3. Diarsipkan 22
5. Dimonitor Perkembangannya 86

Jumlah 184 Jumlah 184


Wilayah dengan Laporan Pengaduan Tertinggi
Triwulan II Tahun 2020 46

30
25
20
15
27 26
22 21
10
17

5
0
SUMATERA UTARA JAWA TIMUR DKI JAKARTA JAWA BARAT SUMATERA SELATAN
Prosentase Tindak Lanjut Laporan Triwulan II Tahun 2020 47

Klarifikasi Lapangan / Langsung, 1.63% Rekomendasi Klarifikasi, 8.69%

Diteruskan ke Instansi Lain/Pelapor Minta Data, 10.87%

Rekomendasi Ditindaklanjuti Segera, 24.46%

Diarsipkan, 4.89%

Monitoring/Pemantauan, 49.46%

Rekomendasi Klarifikasi Rekomendasi Ditindaklanjuti Segera Monitoring/Pemantauan Diarsipkan Diteruskan ke Instansi Lain/Pelapor Minta Data Klarifikasi Lapangan / Langsung
Rekapitulasi Laporan Pengaduan Berdasarkan
Wilayah Triwulan II Tahun 2020 48
No. WILAYAH APRIL MEI JUNI TOTAL

1 ACEH 3 0 0 3
2 BALI 1 0 2 3
3 BANTEN 0 1 3 4
4 BANGKA BELITUNG 0 0 0 0
5 BENGKULU 0 0 0 0
6 DKI JAKARTA 6 8 8 22
7 DI YOGYAKARTA 2 0 0 2
8 GORONTALO 0 0 0 0
9 JAMBI 1 1 3 5
10 JAWA BARAT 10 6 5 21
11 JAWA TENGAH 0 1 5 6
12 JAWA TIMUR 9 9 8 26
13 KEJAKSAAN AGUNG 2 12 0 4
14 KALIMANTAN BARAT 1 0 1 2
15 KALIMANTAN TENGAH 0 1 1 2
16 KALIMANTAN SELATAN 2 2 2 6
17 KALIMANTAN TIMUR 2 1 2 5
18 KEPULAUAN RIAU 0 0 0 0
19 LAMPUNG 0 0 2 2
20 MALUKU 0 0 0 0
21 MALUKU UTARA 0 0 0 0
22 NUSA TENGGARA BARAT 0 0 0 0
23 NUSA TENGGARA TIMUR 2 1 0 3
24 PAPUA 0 0 1 1
25 RIAU 1 0 3 4
26 SUMATERA UTARA 10 6 11 27
27 SUMATERA BARAT 1 6 2 9
28 SUMATERA SELATAN 6 7 4 17
29 SULAWESI UTARA 0 0 0 0
30 SULAWESI TENGAH 1 2 0 3
31 SULAWESI TENGGARA 0 1 0 1
32 SULAWESI SELATAN 1 2 3 6
TOTAL 61 57 66 184
Rekapitulasi Laporan Pengaduan Berdasarkan
49
Kualifikasi Perbuatan Triwulan II Tahun 2020
NO. MATERI LAPORAN PENGADUAN JML KATEGORI
1. Diduga Tidak / lamban / keliru melaksanakan Putusan Pengadilan yang telah mempunyai Kekuatan Hukum Tetap (P-48)
6 KINERJA

2. Diduga tidak Profesional.


a. Berpihak kepada Tersangka 2
b. Tidak Prosedural dalam menetapkan kerugian Negara / tidak cermat dalam melakukan penyelidikan atau penyidikan tindak pidana korupsi
5

c. Tidak prosedural dalam melakukan prapenuntutan / P-18,P-19 ( Memberi petunjuk yang berlebihan atau tidak tepat, merekayasa berkas perkara)
7

d. Penanganan perkara yang berlarut-larut 6 KINERJA


e. Tidak cermat dalam membuat surat dakwaan, memberikan turunan surat dakwaan
0
f. Tidak mengambalikan barang bukti, mengembalikan BB tidak sesuai putusan pengadilan 4
g. Kejati / Kejari tidak menindaklanjuti lapdu / dugaan tipikor 1
h. sengaja / tidak sengaja menghadirkan saksi 1
i. Tuntutan tunda lebih dari 1 (satu) kali / Tuntutan ringan/ rekayasa/ disparitas 1
j. Tidak cermat (kurang 2 alat bukti) dalam menyatakan berkas perkara lengkap (P-21) 0
k. Tidak prosedural dalam kegiatan menahan tersangka 1
l. Tidak prosedural dalam kegiatan upaya hukum. 0
3. Diduga KKN dengan penegak hukum lain (Polri, Hakim, Pengacara)/ penyalahgunaan wewenang. 0 KINERJA
4. Diduga memaksakan perkara Perdata menjadi Pidana 2 KINERJA
5. Diduga deskriminatif / tebang pilih dalam penanganan perkara 1 KINERJA
6. Diduga memeras / meminta uang/ menerima pemberian 2 PERILAKU
7. Kedisiplinan/membolos kerja 0 PERILAKU
8. Berselingkuh/ melakukan tindak pidana kesusilaan 1 PERILAKU
9. Diduga mengintimidasi/menekan terdakwa atau pelapor/arogan 1 PERILAKU
10. Lainnya 126
TOTAL 184
Tidak Memberikan Salinan Berkas Perkara 50

• Tidak memberikan salinan berkas perkara padahal hal itu sudah diminta
oleh tersangka dan penasihat hukum, menjadi salah satu subtansi
laporan pengaduan mengenai kinerja Jaksa/Penuntut Umum yang sering
diadukan kepada Komisi Kejaksaan.
• Pasal 143 ayat (4) KUHAP: Turunan surat pelimpahan perkara beserta
surat dakwaan disampaikan kepada tersangka atau kuasanya atau
penasihat hukumnya dan penyidik, pada saat yang bersamaan dengan
penyampaian surat pelimpahan perkara tersebut ke pengadilan negeri.
Dalam penjelasannya, yang dimaksud "surat pelimpahan perkara" adalah
surat pelimpahan perkara itu sendiri lengkap beserta surat dakwaan dan
berkas perkara.
• Oleh karena pemberiaan berkas perkara bersifat wajib, maka
seharusnya Kejaksaan dapat menganggarkan penyediaan berkas perkara
tersebut, atau setidak-tidaknya mewajibkan kepada penyidik agar
menyerahkan 3 (tiga) rangkap berkas perkara pada saat pelimpahan dari
tahap penyidikan ke penuntutan.
Bolak Balik Berkas Perkara 51

• Bolak balik berkas perkara menjadi salah satu subtansi laporan


pengaduan yang paling sering diadukan masyarakat kepada Komisi
Kejaksaan.
• Permasalahan bolak balik berkas ini disebabkan oleh pengkotak-
kotakan proses peradilan pidana yang diatur dalam KUHAP.
• Untuk meminimalisir hal tersebut, Jaksa Peneliti dapat secara
proaktif untuk memberikan bimbingan (dalam ruang konsultasi)
kepada penyidik agar terjadi kesamaan pandangan dalam
penanganan perkara guna menghindari bolak-balik berkas perkara.
Penundaan Eksekusi 52

• Penundaan eksekusi pidana badan maupun barang bukti menjadi


salah satu subtansi laporan yang sering diadukan masyarakat
terkait dengan kinerja jaksa.
• Penundaan eksekusi ini tidak jarang mengakibatkan terdakwa
menjadi kehilangan hak-haknya seperti tidak mendapat hak
remisi, karena status belum menjadi terpidana.
• Para pejabat struktural perlu memberi perhatian serius, agar para
jaksa segera melaksanakan ekseksusi setelah putusan pengadilan
yang berkekuatan hukum tetap diterima.
Disparitas Penuntutan 53

• Disparitas penuntutan dalam perkara-perkara yang sejenis juga


menjadi salah satu subtansi laporan pengaduan yang sering
diadukan masyarakat kepada Komisi Kejaksaan.
• Tidak jarang disparitas penuntutan juga terjadi dalam perkara-
perkara yang displit karena penuntut umum yang menangani
perkaranya berbeda.
• Komisi Kejaksaan menyarankan agar penanganan perkara yang
displit penuntutannya ditangani oleh penuntut umum yang sama.
Problematika Terkait Perilaku 54

• Diduga memeras, meminta uang, menerima


pemberian
• Diduga selingkuh
• Diduga mengintimidasi/menekan terdakwa
atau pelapor/arogan
55
PRIORITAS PENGAWASAN
PERJA 15 Tahun 2020 tentang Penghentian
Penuntutan dengan RJ 56

• Komisi Kejaksaan menyambut baik dikeluarkannya Perja


penghentian penuntutan dengan alasan keadilan restoratif guna
mencegah kasus-kasus kecil naik ke persidangan, dan memberi
ruang partisipasi korban dalam proses peradilan pidana.
• Namun demikian, para Kajati dan Kajari harus benar-benar
melakukan kontrol terkait dengan pelaksanaan kewenangan itu,
karena kewenangan tersebut sangat berpotensi disalahgunakan.
• Jangan sampai peraturan ini disalahgunakan oleh oknum-oknum
yang tidak bertanggung jawab dan menjadi lahan industri hukum.
Pilkada Tahun 2020 57

• Jaksa/Pegawai Kejaksaan harus netral dalam penyelenggaraan


Pilkada Tahun 2020.
• Netralitas merupakan bagian dari kebijakan reformasi birokrasi
yang dicanangkan pemerintah.
• Bidang Pengawasan diharapkan dapat secara proaktif melakukan
pengawasan terhadap para jaksa/pegawai Kejaksaan agar tidak
terlibat dalam politik praktis yang akan merugikan institusi
Kejaksaan.
• Pengawasan harus dilakukan baik di ruang fisik maupun ruang-
ruang virtual (media sosial).
Terima kasih

58

Anda mungkin juga menyukai