Anda di halaman 1dari 17

I.

URAIAN UMUM
1.1 Judul
“Perencanaan Sistem Drainase Kecamatan X, Kota Karawang.”

1.2 Identitas Mahasiswa


a. Nama lengkap : Trisha Ajeng Larasaty
b. NRP : 25-2015-116
c. Jurusan : Teknik Lingkungan
d. Telepon : 082214279856
e. E-mail : trishaajengl@gmail.com

1.3 Subjek Penelitian/Perencanaan


Perencanaan Penyaluran Sistem Drainase Kecamatan X, Kota Karawang

1.4 Periode Pelaksanaan/Perencanaan


Pelaksanaan perencanan akan dimulai pada bulan januari dan berakhir pada bulan
juni

1.5 Lokasi Perencanaa/Penelitian


Lokasi Penelitian : Kecamatan X, Kota Karawang

1.6 Hasil yang Ditargetkan


Hasil dari perencanaan ini adalah:
1. Menghasilkan sistem drainase yang terintergrasi;
2. Melakukan evaluasi terhadap kondisi eksisting sistem drainase di Kecamatan X,
Kota Karawang;
3. Mengetahui lokasi-lokasi rawan banjir dan genangan serta permasalahan lain
terkait sistem drainase di Kecamatan X, Kota Karawang;
4. Melakukan perencanaan sistem penyaluran drainase sebagai rekomendasi dan
pertimbangan terhadap pengelolaan sistem drainase perkotaan yang lebih baik.
1.7 Instansi yang Terlibat
- Pemerintah Kota Karawang
- Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Karawang
- Dinas Pekerjaan Umum dan Perencanaan Ruang (PUPR) Kota Karawang
- Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Karawang
- Badan Mateorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kota Karawang

II. LATAR BEAKANG


Kabupaten Karawang termasuk dalam wilayah pantai utara Pulau Jawa dengan luas
wilayah 1.753,27 km persegi atau 175.327 ha, dengan skala perbandingan dengan luas
Propinsi Jawa Barat 3,73 % serta memiliki laut seluas 4 mil x 57 Km. Secara administrasi
Kabupaten Karawang dibatasi oleh:
1. Sebelah Utara : Laut jawa
2. Sebelah Timur : Kab. Subang
3. Sebelah Tenggara : Kab. Purwakarta
4. Sebelah Selatan : Kab. Bogor dan Kab. Cianjur
5. Sebelah Barat : Kab. Bekasi.

Letak geografis Kabupaten Karawang berada pada 107002’-107040’ BT dan 5056’-


6034’ LS, termasuk daerah dataran yang relatif rendah, dengan kemiringan wilayah 0-2
persen (datar), 2-15 persen (bergelombang), 15-40 persen (curam) dan diatas 40 persen
(sangat curam) dengan suhu rata-rata 27 0 C. Kabupaten Karawang mempunyai variasi
kemiringan wilayah antara 0 – 1.279 meter di atas permukaan laut meliputi wilayah
dataran dan pantai yang luas terhampar di bagian utara dengan ketinggian antara 0 – 50
meter di atas permukaan laut.

Sistem drainase adalah rangkaian kegiatan yang membentuk upaya pengaliran air,
baik air permukaan (limpasan/run off), maupun air tanah (underground water) dari
suatu daerah atau kawasan.Sistem drainase merupakan bagian penting pada suatu
kawasan perumahan.Suatu kawasan perumahan yang tertata dengan baik haruslah juga
diikuti dengan penataan sistem drainase yang berfungsi untuk mengurangi atau
membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan sehingga tidak menimbulkan
genangan air yang dapat menganggu aktivitas masyarakat dan bahkan dapat
menimbulkan kerugian sosial ekonomi terutama yang menyangkut aspekaspek
kesehatan lingkungan permukiman.

Kota Karawang berada pada wilayah dengan sistem drainase perkotaan yang belum
tertata dengan baik. Pengembangan sebelumnya masih terkesan konvensional dan masih
belum bisa mengatasibanyaknya genangan dan berbagai masalah yang timbul di daerah
ini. Selain karena daerah ini berada pada kontur yang sangat landai, juga disebabkan
oleh daerah ini merupakan daerah tepi pantai yang banyak dibudi dayaka sebagai
tempat perikanan. Oleh karena itu perhatian terhadap pembangunan drainase yangbaik
di Kota Karawang masih sangat buruk. Akibatnya air limpasan hujan membuat banyak
sekali masalah seperti genangan, dll. Hal ini semakin memperparah adanya potensi rob
didaerah tersebut.

Menurut PerMen Pu Nomor 12/PRT/M/2014 Penyelenggaraan Sistem Drainase


Perkotaan adalah upaya merencanakan, melaksanakan konstruksi, mengoperasikan,
memelihara, memantau, dan mengevaluasi sistem fisik dan non fisik drainase perkotaan.

Secara umum drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang


berfungsi untuk mengurangi dan atau membuang kelebihan air di suatu kawasan ke
badan air dan atau bangunan resapan. Kegunaan saluran drainase antara lain ;
 Mengeringkan daerah becek dan genangan air sehingga tidak ada akumulasi air.
 Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal.
 Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada.
 Mengendalikan air hujan yang berlebihanm sehingga tidak terjadi genangan atau
banjir.
Penyebab banjir karena adanya air yang tergenang yang tidak dapat menyerap ke
dalam tanah pada saat musim penghujan dimana jumlah air akan semakin banyak. Air
yang tidak dapat menyerap ke dalam tanah tersebut akan menjadi air limpasan (run off)
yang akan mengalir di permukaan tanah. Hal ini disebabkan adanya pengerasan tanah
akibat jalan raya dan semakin berkurangnya tanaman yang digunakan untuk proses
penyerapan sehingga sistem drainasenya buruk.
Oleh karena itu, untuk menghindarkan masalah seperti itu diperlukanlah suatu
sistem penyaluran drainase yang baik dan tepat. Drainase merupakan suatu sistem
untuk menyalurkan air hujan. Sistem ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam
menciptakan lingkungan yang sehat, aman, nyaman, bersih, dan sehat. Dengan adanya
sistem drainase yang baik maka air limpasan dan aliran permukaan yang berdampak
terjadinya banjir dan erosi dapat dikurangi, selain itu pun sistem drainase dapat
membuang akumulasi yang berlebih pada permukaan tanah.

III. MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN/PERENCANAAN


2.1 Maksud
Maksud dari perencanaan penyaluran drainase yaitu mambuat suatu rencana
desain sistem drainase bagi masyarakat daerah sasaran sehingga dapat menunjang
kesejahteraan dan meminimasi terjadinya bajir dan rob di Kota Karawang. Dengan
adanya perencanaan sistem penyaluran drainase ini diharapkan masyarakat Kota
Karawang dapat memiliki lingkungan yang bebas banjir, genangan air dan kondisi
lingkungan yang sehat dan berkualitas sehingga diharapkan terjadi peningkatan
kesejahteraan masyarakat pada umumnya.

2.2 Tujuan
Tujuan dari perencanaan sistem penyaluran d air buangan ini , yaitu :
a. Mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan yang menyebabkan penyaluran air
hujan di Kota Karawang belum optimal.
b. Membuat perencanaan suatu sistem penyaluran air hujan yang aman sesuai dengan
kondisi eksisting Kota Karawang.
c. Mencegah pencemaran terhadap lingkungan dan meminimasi terjadinya banjir dan
rob di Kota Karawang.

IV. RUANG LINGKUP


Pembahasan penelitian ini akan difokuskan pada :
1. Menghitung data curah hujan pada daerah perencanaan;
2. Memperkirakan konsistensi dan homogenitas data curah hujan tersebut;
3. Menentukan jenis pengaliran dan jalur pengaliran yang sesuai dengan topografi
daerah perencanaan;
4. Menentukan kapasitas dan kecepatan pengaliran sesuai dengan tata guna lahan di
daerah perencanaan;
5. Menentukan jenis saluran, bahan saluran dan diameter saluran;
6. Merancang sistem drainase yang tepat pada daerah perencanaan.

V. STUDI PUSTAKA
Perencanaan suatu sistem drainase di perkotaan harus dibangun dengan
memperhatikan prasaran dan fungsi sistem drainase yang berbasis pada konsep
pembangunan berwawasan lingkungan. Sedangkan drainase berwawasan lingkungan
dapat diartikan sebagai upaya mengalirkan dan meresapkan sebagian air hujan yang
mengalir melewati saluran-saluran air hujan pada suatu kawasan atau lahan. Selain
fungsi lahan tersebut tidak terganggu akibat banjir, air yang meresap dapat dijadikan
cadangan sumber air.
Pembuatan sistem drainase direncanakan secara menyeluruh. Perencanaan detil
perlu dibuat sebelum pekerjaan konstruksi drainase perkotaan dilaksanakan. Dasar
perencanaan yang terbaik dilaksanakan melalui proses pengkajian dengan
mempertimbangkan aspek teknik, topogafi, hidrologi, geoteknik, tataguna lahan, social
ekonomi, dan lingkungan. Perencanaan drainase dilakukan untuk memenuhi fungsi
drainase sebagai berikut:
1. Merupakan tindakan teknis untuk memperbaiki daerah genangan air dan banjir.
2. Menurunkan permukaan air tanah yang tinggi. Jadi dalam pengertian umum,
perlunya drainase adalah untuk membuang akumulasi air yang berlebihan, baik
yang berada di atas maupun di bawah permukaan tanah.
3. Mengendalikan erosi, kerusakan jalan, dan kerusakan infrastruktur.
4. Mengelola kualitas air.
Pengaliran pada saluran drainase secara alamiah mengikuti topografi yang ada,
yaitu mengikuti kontur alamiah dari tanah. Pengaliran secara gravitasi tersebut dinilai
sangat menguntungkan karena dapat meminimalkan jumlah lahan urugan atau
pemotongan pada jalur tanah. Adapun beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam
prinsip pengaliran saluran drainase adalah sebagai berikut :
 Arah pengaliran sebisa mungkin mengikuti garis ketinggian permukaan tanah
sehingga pengaliran yang terjadi adalah secara alami menuju ke badan air penerima
terdekat
 Dasar permukaan sa;uran yang mempunyai kemiringan (slope) yang sangat kecil
memerlukan penanganan dengan mempertimbangkan kecepatan minimum yang
diijinkan. Kemiringan dasar saluran diusahakan tetap mengikuti kemiringan
permukaan tanah sejauh kemiringan tanah tidak memberikan aliran balik (water
back) menuju awal dimulai saluran
 Agar tidak terjadi penggerusan dinding saluran drainase, maka perlu diperhatikan
kecepatan saluran agar tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah dengan tujuan
mencegah terjadinya pendangkalan pada dasar saluran sehingga menyebabkan
penampang efektif saluran untuk mengalirkan air hujan semakin kecil dan
kemungkinan besar akan meluap. Dengan pengecualian pendangkalan bisa
diantisipasi dengan salah satu alternatifnya yaitu dengan menanam tumbuhan, maka
koefisien limpasan dapat diperkecil dan waktu konsentrasi semakin lama, sehingga
kecepatan penggerusan air di permukaan tanah semakin kecil dengan demikian
tanah tidak ikut masuk ke dalam saluran drainase.
Saluran drainase terbagi menjadi dua, yaitu drainase wilayah perkotaan (drainase
kota) dan drainase wilayah regional (drainase regional). Drainase kota dibagi menjadi
lima (Moduto. Drainase Perkotaan. 1998):
1. Saluran Drainase Induk Utama (DPS > 100 ha)
2. Saluran Drainase Induk Madya (DPS 50-100 ha)
3. Saluran Drainase Cabang Utama (DPS 25-50 ha)
4. Saluran Drainase Cabang Madya (DPS 5-25 ha) Saluran Drainase Tersier (DPS 0-5 ha)

Saluran drainase induk (utama dan madya dengan DPS > 50 ha) dapat
dikategorikan ke dalam sistem drainase mayor karena akibat kerusakan banjir dianggap
besar, sedangkan saluran drainase cabang utama dan seterusnya (DPS < 50 ha) dapat
dikategorikan ke dalam sistem drainase minor karena akibat kerusakan banjir dianggap
kecil.

a. Sistem Drainase Minor


Sistem drainase minor merupakan bagian dari sistem drainase yang menerima debit
limpasan maksimum dari mulai aliran awal, yang terdiri dari inlet limpasan
permukaan jalan, saluran dan parit drainase tepian jalan, gorong-gorong, got air
hujan, saluran air terbuka dan lain-lain, yang didesain untuk menangani limpasan
banjir minor sampai DPS sama dengan 50 ha. Saluran drainase minor didesain untuk
Periode Ulang Hujan (PUH) 2-10 tahun, tergantung dari tata guna lahan di sekitarnya
(Moduto. Drainase Perkotaan. 1998).
b. Sistem Drainase Mayor
Selain untuk menerima limpasan banjir minor, sarana drainase harus dilengkapi
dengan suatu saluran yang dapat mengantisipasi terjadinya kerusakan-kerusakan
besar akibat limpasan banjir yang mungkin terjadi setiap 25-100 tahun sekali. Sarana
sistem drainase mayor meliputi saluran alami dan buatan, daerah banjir, dan jalur
saluran drainase pembawa aliran limpasan besar serta bangunan pelengkapnya
(Moduto. Drainase Perkotaan. 1998).
VI. METODELOGI
Diagram alir perencanaan dapat dilihat pada Gambar 1.1

Mulai

Persiapan
Studi Pustaka :
1. Arifin, M. 2009. Evaluasi Kinerja Sistem Drainase Perkotaan di Wilayah.
Purwokerto. Yogyakarta: Fakultas Teknik, Universitas Gadjah
2. SNI 02-2406-1991 tentang Tata Cara Perencanaan Umum Drainase
Perkotaan
3. Permen PU No. 12 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Sistem
Drainase Perkotaan

Pengumpulan Data
Data Primer dan Data Sekunder

Pengolahan Data
Data Yang diolah yaitu :
1. Penentuan Jumlah Populasi
2.. Penentuan Curah Hujan Rencana
3. Analisa Frekuensi Curah Hujan Rencana
4. Penentuan FIntensitas Curah Hujan Rencana
5. Mendesain jalurperencanaan
6. Penentuan Debit Rencana Banjir
7. Desain dan Detail Sistem drainase perkotaan

Perencanaan Teknis
1. Menentukan jalur pembuangan drainase
2. Menghitung dimensi pipa pembuangan
3. Menghitung kapasitas pompa
4. Menggambar denah, detail dan isometrik

Simpulan

Selesai
Gambar 1.1 Diagram Alir Metode Perencanaan
(Sumber : Perencanaan, 2018)
Metodologi pelaksanaan perencanaan ini dilakukan dengan studi pustaka dan
pengumpulan data.

1. Studi Pustaka
Melakukan studi pustaka mengenai teori-teori dan mempelajari referensi yang
berhubungan dengan perencanaan sistem drainase untuk mendapatkan data,
gambaran dan keterangan yang lebih lengkap.
2. Observasi lapangan
Observasi lapangan dilakukan dengan cara mengamati langsung ke lapangan
untuk melakukan peninjauan mengenai jenis topografi dan geografi dari daerah
perencanaan agar dapat diketahui keadaan yang sebenarnya.
3. Pengumpulan Data
Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data primer dan
sekunder yang dibutuhkan dalam pembuatan laporan.
a. Data Primer
 Kondisi daerah perencanaan secara umum → observasi, wawancara
 Kondisi badan air penerima → observasi
 Dimensi eksisting saluran drainase → observasi
 Permasalahan drainase di daerah perencanaan → observasi, wawancara

b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data tambahan yang digunakan dalam perencanaan
sistem drainase yang sifatnya menunjang data primer. Data sekunder
didapatkan dari instansi terkait yang berhubungan dengan evaluasi dan
perencanaan ulang sistem drainase.
 Data curah hujan wilayah perencanaan 30 tahun ataun minimal 10 tahun
terakhir
 Tata guna lahan wilayah perencanaan
 Peta topografi wilayah perencanaan tahun terakhir
 RTRW wilayah perencanaan tahun terakhir
 Peta genangan wilayah perencanaan tahun terakhir
 Profil wilayah perencanaan tahun terakhir
 Harga satuan daerah untuk material dan aksesoris bangunan sistem
drainase

4. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan cara mengidentifikasi perencanaan sistem
drainase dengan
a. Penentuan Curah Hujan Rencana
Data curah hujan yang digunakan dalam analisa terhadap alternative
penanganan banjir tersebut adalah data cara hujan yang maksimum. Hal ini
bertujuan agar analisa dapat mendekati kondisi yang sebenarnya yang ada di
lapangan Data curah hujan tersebut didapat dari stasiun-stasiun penakar
hujan maupun stasiun-stasiun pos hujan yang terdapat disekitar daerah
aliran, yang dapat mewakili frekuensi curah hujan yang jatuh dalam daerah
tangkapan hujan (catchment area). Berikut ini tahapan :
 Polygon Thiessen
Poligon Thiessen digunakan apabila dalam suatu wilayah stasiun
pengamatan curah hujannya tidak tersebar merata. Metode ini
memberikan proporsi luasan daerah pengaruh pos penakar hujan untuk
mengakomodasi ketidakseragaman jarak.
 Uji Konsistensi
Uji konsistensi dibutuhkan ketika data yang di dapat mengakibatkan hasil
perhitungan yang tidak tepat. Ketidakkonsistenan data curah hujan
disebabkan oleh beberapa faktor seperti perubahan mendadak pada
sistem lingkungan.
 Uji Homogenitas
Melihat homogen atau tidaknya sebuah data curah hujan dapat dilihat dari
sebaran data curah hujan. Tidak adanya selisih dari setiap curah hujan di
semua stasiun dalam data curah hujan menunjukkan data curah hujan
tersebut homogen.
b. Analisis Frekuensi Curah Hujan Rencana
Analisis Frekuensi dapat dilakukan dengan 3 metode :
 Metode Gumbel
Menggunakan rumus berikut ini:

PUH
Yt = -Ln ln(( PUH −1 ))
Untuk menghitung curah hujan harian maksimum dibutuhkan data Yn dan
Sn, data tersebut diperoleh dari tabel berikut:

Tabel 6.1 Tabel Reduced Mean (Yn)


n 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0,495 0,449 0,503 0,507 0,510 0,512 0,515 0,518 0,520 0,522

20 0,523 0,525 0,526 0,528 0,529 0,530 0,532 0,533 0,534 0,535

30 0,536 0,537 0,538 0,538 0,539 0,540 0,541 0,541 0,542 0,543

40 0,543 0,544 0,544 0,545 0,545 0,546 0,546 0,547 0,547 0,548
50 0,548 0,549 0,549 0,549 0,550 0,550 0,550 0,551 0,551 0,551
60 0,552 0,552 0,552 0,553 0,553 0,553 0,553 0,554 0,554 0,554
n 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
70 0,554 0,555 0,555 0,555 0,555 0,555 0,555 0,556 0,556 0,556
80 0,556 0,557 0,557 0,557 0,557 0,558 0,558 0,558 0,558 0,558
90 0,558 0,558 0,558 0,559 0,559 0,559 0,559 0,559 0,559 0,559
100 0,5600 0,5602 0,5603 0,5604 0,5606 0,5607 0,5608 0,5609 0,5610 0,5611
Tabel 6.2 Tabel Reduced Standard Deviation (Sn)

n 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0,949 0,967 0,997 1,009 1,020 1,031 1,041 1,049 1,056
10
6 6 1 5 6 6 1 3 5
1,062 1,069 1,081 1,086 1,031 1,096 1,100 1,104 1,108
20
8 6 1 4 5 1 4 7 0
1,112 1,115 1,122 1,125 1,128 1,131 1,133 1,136 1,138
30
4 9 6 5 5 3 9 3 8
1,141 1,143 1,148 1,149 1,151 1,153 1,155 1,157 1,159
40
3 6 0 9 9 8 7 4 0
1,160 1,192 1,165 1,166 1,168 1,169 1,170 1,172 1,173
50
7 3 8 7 1 6 8 1 4
1,174 1,175 1,178 1,179 1,180 1,181 1,182 1,183 1,184
60
7 9 2 3 3 4 4 4 4
1,185 1,186 1,188 1,189 1,189 1,190 1,191 1,192 1,193
70
4 3 1 0 8 6 5 3 0
1,193 1,194 1,195 1,196 1,197 1,198 1,198 1,199 1,200
80
8 5 9 7 3 0 7 4 1
1,200 1,201 1,203 1,203 1,204 1,204 1,204 1,205 1,206
90
7 3 2 8 4 6 9 5 0
10 1,206 1,206 1,207 1,208 1,208 1,208 1,209 1,209 1,209
0 5 9 7 1 4 7 0 3 6

Dari tabel tersebut didapatkan nilai Yn dan Sn, sehingga didapat nilai
curah hujan harian maksimum berdasarkan metode ini;

Rt = R + S ( YtSn−Yn )
 Metode Log Person Tipe III
Berikut tahapan perhitungan menurut metode Log Person Tipe III
- Menghitung Ri = Ri = Log . R
- Menghitung (Ri-R)2 =
- Menghitung (Ri-R)3
- Menentukan koefisien kemencengan

n
n ∑ (Ri−R)3
i =1
G=
( n−1 ) (n−2)s 3
- Menentukan nilai K (Variabel Standar)
K adalah variabel standar (standardized variable) untuk X yang
besarnya tergantung koefisien kemencengan G. Nilai K yang
diperoleh yaitu :

Tabel 6.3 Nilai K


T(PUH) K
2 0.000
5 0.842
10 1.282
25 1.751
50 2.054
100 2.326

- Menghitung Log RT

Log RT = Rerata + ( K x SD )

- Menghitung Rt
Rt = n Log RT

 Metode Iway Kodaya


Prinsip dasar dari metode ini adalah pengurutan data curah hujan dari
yang terbesar hingga yang terkecil kemudia mengubah bentuk masing-
masing data curah hujan tersebut menjadi bentuk logaritma. Berikut
adalah langkah-langkah analisa frekuensi dengan metode iwai kadoya:
1) Menentukan harga X0
1
log X i
n∑
X0 =

2) Memperkirakan harga b
3) Memperkirakan harga X0
4) Memperkirakan harga c

c. Penentuan Intensitas Curah Hujan Rencana


Penentuan Intensitas curah hujan rencana dilakukan dengan 3 metode :
 Metode Van Breen
 Metode Bell Tanimoto
 Metode Hasper dan Werduwen
d. Kurva Intensity Duration Frequency (IDF)
Analisis IDF memerlukan analisis frekuensi dengan menggunakan seri data
yang diperoleh dari rekaman data hujan. Dalam statistik dikenal empat
macam distribusi frekuensi yang banyak digunakan dalam hidrologi, yaitu
distribusi Normal, Log-Normal, Gumbel dan Log Pearson III. Masing-masing
distribusi mempunyai sifat yang khas, sehingga data curah hujan harus diuji
kecocokannya dengan sifat statistik masing-masing distribusi tersebut.
Pemilihan jenis distribusi yang tidak benar dapat menimbulkan kesalahan
perkiraan yang cukup besar, baik over estimated  maupun under estimated.
e. Penentuan Debit Banjir Rencana
Debit banjir rencana drainase perkotaan dihitung dengan metode rasional,
metode rasional yang telah dimodifikasi, dan/atau typical hydrograf for urban
areas, atau cara lain yang sesuai dengan karakteristik DPSal dan data yang
tersedia. Koefisien Run Off atau koefisien pengaliran (C) merupakan nilai
perbandingan antara jumlah hujan yang jatuh dengan mengalir sebagai
limpasan dari suatu hujan dalam permukaan tanah tertentu. Koefisien
pengaliran yang diberikan merupakan harga pendekatan. Harga koefisien
pengaliran ini selalu lebih kecil dari satu (0 < C < 1), hal ini dikarenakan
kehilangan yang disebabkan adanya infiltrasi, tertahan oleh tumbuhan
(interception) dan evaporasi.
Perhitungan debit banjir akan menggunakan metode rasional sebagai berikut:

Q=F ×C × I × A

Keterangan:

F : Faktor konversi, F=1/360 untuk Q dalam m3/detik

C : Koefisien Limpasan

A : Luas DPS (Ha)

I : Intensitas Hujan

f. Desain dan Detail Sistem drainase perkotaan


 Analisa Hidrolika
Analisa hidrolika dilakukan untuk menenliti keadaan tinggi muka air pada
saluran pembuang, dihitung pada saat sbelum dan setalah terjadinya
perubahan tata guna lahan. Dalam analisis ini dilakukan pada saluran
pembuang yang melewati Perumahan, dimana wilayah tersebut sebagai
wilayah penelitian. Terdapat beberapa tahap pada analisa hidrolika yakni
sebagai berikut:
1. Kriteria Hidrolika
2. Jalur Saluran
3. Debit Banjir rencana
4. Penentuan Dimensi Saluran
5. Penentuan Debit saluran atau kapasitas saluran
 Penentuan Sumur Resapan
Penentuan dimensi sumur resapan menggunakan metode SNI.
a. Perhitungan Sumur Resapan Air Hujan
Volume Andil Banjir
Vab=0,855 x Ctadah x Atadah x R

Volume Air Hujan yang Meresap


- Menghitung Durasi Hujan,
Durasi Hujan (te) = 0.90 x R0.92
- Menghitung K rata-rata
K v × Ah+ Kh × Av
- K rata −rata =
A h + Av
b. Penentuan Jumlah Sumur Resapan
Jumlah sumur resapan ditentukan menggunakan rumus berikut:

V storasi
H=
Ah

 Penentuan Dimensi Street Inlet


 Penentuan Gorong-gorong
Penampang gorong-gorong yang direncanakan berbentuk lingkaran dari
bahan beton. Gorong-gorong dengan dimensi ≥ 600 mm akan
menggunakan pipa beton yang tersedia di pasaran. Sedangkan gorong-
gorong dengan dimensi < 600 mm akan dibuat dari beton pracetak sesuai
dengan dimensi gorong-gorong tersebut.
 Penentuan Dimensi Outfall

5. Perencanaan Teknis
Perencanaan teknis dilakukan dengan menentukan jalur distribusi air buangan
hujan, menghitung dimensi dari jalur pipa air buangan, menghitung kapasitas
pompa dan menggambar detail desain dan isometrik
6. Simpulan
Penarikan simpulan dilakukan berdasarkan hasil pembahasan tentang Sistem
Drainase yang diperoleh.
Diagram alir metode perencanaan dapat dilihat pada Gambar 1.1

Anda mungkin juga menyukai