Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

(Komunikasi Dalam Keperawatan)


Tentang
”Kesadaran Interpersonal Dalam Komunikasi”

Dosen pembimbing :
Reflita,SKp,M.Kep

Disusun oleh :
Kelompok 1
1. Elya Khairatunnisa (203310692)
2. Haniifa Waila Musafri (203310697)
3. Mayang Mei Gusri (203310700)
4. Nur Hamni(203310704)
5. Regina Dwi Handani (203310708)
6. Salsabil Syahputri (203310712)
7. Yakub Fawzy (203310718)

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES PADANG
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala limpah rahmat dan
hidayahnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini, dan sholawat serta
salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada proklamator sedunia, pejuang tangguh yang tak
gentar menghadapi segala rintangan demi umat manusia, yakni Nabi Muhammad SAW.

Adapun maksud penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas di psikososial budaya,
kami susun dalam bentuk kajian ilmiah dengan judul ”Kesadaran Interpersonal Dalam
Komunikasi” dan dengan selesainya penyusunan makalah ini, kami juga tidak lupa
menyampaikan ucapan terima kasih kepada dosen yang telah membimbing kami.

Pada akhirnya atas penulisan materi ini kami menyadari bahwa sepenuhnya belum sempurna.
Oleh karena itu, kami dengan rendah hati mengharap kritik dan saran dari pihak dosen dan para
audien untuk perbaikan dan penyempurnaan pada materi makalah ini.

Padang, 16 Agustus 2021

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………...………..…………….…ii

Daftar Isi……………………………………………………………………..…...........iii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………….……………...………..1

A. Latar Belakang………………………………………………..….…...…………1

B. Rumusan Makalah…………………………………………………….................2

C. Tujuan……………………………………………………………………..…….2

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………….……...3

A. Kesadaran Diri………………………………………………………………..3
B. Eksporasi Diri…………………………………………………………………5
C. Kemampuan Menjadi Model…………………………………………………6
D. Panggilan Jiwa………………………………………………………………7
E. Etika dan Tanggungjawab…………………………………………………..7

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………...14

A. Kesimpulan ………………………………………………………….…………14

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….15

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsep diri merupakan konsep dasar yang perlu diketahui perawat untuk
mengerti perilaku dan pandangan terhadap dirinya, masalahnya, serta lingkungannya.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus dapat meyakini bahwa klien
adalah makhluk bio-psiko-sosio-spiritual yang utuh dan unik sebagai satu kesatuan
dalam berinteraksi terhadap lingkungannya dan dirinya sendiri. Setiap individu
berbeda dalam mengimplementasikan stimulus dalam lingkungannya yang
diperoleh melalui pengalaman yang unik dengan dirinya sendiri dan orang lain.
Keadaan stress dan cemas yang dialami klien sering tidak berhubungan dengan
fasilitas di rumah sakit, melainkan biasanya karena tidak diberitahu penyakitnya,
pertanyaan yang disepelekan, tidak mengetahui alasan dan hasil prosedur yang
dilakukan atau pengobatan. Situasi tersebut dapat diatasi dengan meningkatkan
komunikasi perawat-klien. Perawat perlu menyadaridiri sendiri termasuk sikap dan
caranya berkomunikasi sebelum menggunakan dirinya secara terapeutik untuk
membantu kerjasama dengan klien dalam memecahkan dan mengatasi masalah kesehatan
klien.
Dalam merencanakan asuhan keperawatan yang berkualitas perawat
dapat menganalisis respon individu terhadap stimulus atau stressor dari berbagai
komponen konsep diri yaitu citra tubuh, ideal diri, harga diri, identitas dan
peran. Dalam memberikan asuhan keperawatan ada lima prinsip yang harus
diperhatikan yaitu memperluas kesadaran diri, menggali sumber-sumber diri,
menetapkan tujuan yang realistic sertabertanggung jawab terhadap tindakan.
B. Rumusan Masalah
1. Kesadaran Diri
2. Eksporasi Diri
3. Kemampuan Menjadi Model

1
4. Panggilan Jiwa
5. Etika dan Tanggungjawab
C. Tujuan
1. Kesadaran Diri
2. Eksporasi Diri
3. Kemampuan Menjadi Model
4. Panggilan Jiwa
5. Etika dan Tanggungjawab

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kesadaran Diri
Kesadaran diri merupakan salah satu prasyarat sebelum perawat melakukan
komunikasi terapeutik dengan klien. Untuk dapat meningkatkan kesadaran dirinya,
perawat perlu menjawab “Siapakah saya?” Perawat harus dapat mengkaji perasaan,
reaksi dan perilakunya secara pribadi maupun sebagai pemberi pelayanan. Kesadaran diri
akan membuat perawat dapat menerima perbedaan dan keunikan klien.
Abraham Maslow dalam teorinya humanistic mengemukakan bahwa kesadaran
diri adalah mengerti dan memahami siapa diri kita yang sebenarnya, bagaimana menjadi
diri sendiri, potensi apa yang kita miliki, gaya apa yang dimiliki, apa langkahlangkah
yang harus diambil, apa yang dirasakan, nilai-nilai apa yang diyakini, dan kearah menuju
kearah mana perkembangan yang dirasakan. Kesadaran diri merupakan keadaan dimana
seseorang dapat memahami dirinya sendiri dengan benar adanya (Mendatu, 2010).
Seseorang yang memiliki kesadaran diri haruslah memahami mood dan emosi
yang sedang dirasakannya, bersifat kritis terhadap informasi mengenai dirinya sendiri,
dan sadar tentang dirinya secara nyata. Dessler pada tahun 1997 mengemukakan bahwa
arti penting dari sumber daya manusia itu sendiri terhadap suatu organisasi terletak pada
kesadaran diri manusia untuk berkreasi secara positif terhadap sasaran pekerjaan atau
kegiatan yang mengarah pada pencapaian organisasi tersebut.

Perilaku, Pikiran dan Perasaan Seseorang di Lihat dari Teori Johari Window.
Jendela Johari (Johari Window) adalah konsep komunikasi yang diperkenalkan
oleh Joseph Luth dan Harry Ingram (karenanya disebut Johari). Jendela Johari pada
dasarnya menggambarkan tingkat saling pengertian antarorang yang berinteraksi. Jendela

3
Johari ini mencerminkan tingkat keterbukaan seseorang yang dibagi dalam empat
kuadran.
Johari Window dalam Stuart G.W. (1998) menggambarkan perilaku, pikiran dan
perasaan seseorang dalam 4 kuadran :

Dirinya tahu orang lain


Hanya orang lain yang tahu
tahu
Dirinya dan orang lain
Hanya dirinya yang tahu
tidak tahu

- Kuadran 1 (Open)
Merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yang diketahui oleh diri kita sendiri dan
orang lain. Hal-hal tersebut meliputi sifat-sifat, perasaan-perasaan, dan motivasi-
motivasinya. Orang yang “Open” bila bertemu dengan seseorang akan selalu membuka
diri dengan menjabat tangan atau secara formal memperkenalkan diri bila berjumpa
dengan seseorang. Diri yang terbuka, mengetahui kelebihan dan kekurangan diri sendiri
demikian juga orang lain diluar dirinya dapat mengenalinya.
- Kuadran 2 (Blind)
Merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yang diketahui oleh orang lain, tetapi
tidak diketahui oleh diri kita sendiri. Disebut “Blind” karena orang itu tidak mengetahui
tentang sifat-sifat, perasaan-perasaan dan motivasi-motivasinya sendiri padahal orang
lain melihatnya. Sebagai contoh, ia bersikap seolah-olah seorang yang sok akrab, padahal
orang lain melihatnya begitu berhati-hati dan sangat tertutup, tampak formal dan begitu
menjaga jarak dalam pergaulan. Orang ini sering disebut sebagai seseorang yang buta
karena dia tidak dapat melihat dirinya sendiri, tidak jujur dalam menampilkan dirinya
namun orang lain dapat melihat ketidak tulusannya.
- Kuadran 3 (Hidden)
Merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yang diketahui oleh diri kita sendiri,
tetapi tidak diketahui oleh orang lain. Ada hal-hal atau bagian yang saya sendiri tahu,
tetapi orang lain tidak. Hal ini sering teramati, ketika seseorang menjelaskan mengenai

4
keadaan hubungannya dengan seseorang. “Saya ingat betul bagaimana rasanya dikhianati
pada waktu itu, padahal aku begitu mempercayainya”. Luka hati masa lalunya tidak
diketahui orang lain, tetapi ia sendiri tak pernah melupakannya.
- Kuadran 4 (Unknown)
Merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yang tidak diketahui, baik oleh diri kita
sendiri ataupun oleh orang lain.

Johari Window atau Jendela Johari merupakan salah satu cara untuk melihat
dinamika dari self-awareness, yang berkaitan dengan perilaku, perasaan, dan motif kita.
Model yang diciptakan oleh Joseph Luft dan Harry Ingham di tahun 1955 ini berguna
untuk mengamati cara kita memahami diri kita sendiri sebagai bagian dari proses
komunikasi.
B. Eksporasi Diri
Self-exploration (eksplorasi diri) sebagai teknik pertama, membantu klien dalam
menyingkapkan masalah low spiritual selfesteem yang dialaminya. Konselor meminta
klien mengidentifikasi pikiran-pikiran, perasaan, dan perilaku tidak rasional yang
menyebabkan klien mengalami low spiritual self-esteem. Konselor menjelaskan tentang
konsep self-esteem dan karakteristik healthy spiritualselfesteem.
Konselor menjelaskan tentang konsep dan teknik eksplorasi diri sebagai
penjelajahan masalah klien mengatasi low spiritual selfesteem. Self-exploration adalah
eksplorasi diri terhadap masalah untuk memenuhi kebutuhan pada tingkat kesadaran diri,
yaitu pemberdayaan untuk suatu perubahan sikap dan perilaku sehat. Pemberdayaan
tersebut berhubungan dengan pendidikan yang dapat meningkatkan kemampuan untuk
menciptakan ide, karya, membuat keputusan, dan kemampuan untuk mengatasi masalah,
dalam rangka meningkatkan intelegensi diri. Perubahan sikap dan perilaku sehat itu
terlihat ketika para klien merasa dirinya kotor, tidak layak, tidak berguna dan tidak
berharga, saling berbagi, mendukung, menyokong, sehingga mereka bangkit dari
keterpurukan, menatap masa depan dengan antusias bahwa hidup ini perlu diperjuangkan.
Teknik self-exploration (eksplorasi diri) adalah penjelajahan masalah klien
mengatasi low self-esteem. Maksudnya mengeksplorasi hubungan, kebiasaan, pola

5
berpikir, perasaan, perilaku, pilihan, dan pengalaman yang mungkin menjadi sumber low
self esteem. Teknik ini menyangkut eksplorasi diri, dapat dilakukan melalui proses
reframing thought, emotional dan behaviour, mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan,
serta mengembangkan kesadaran diri dan penerimaan diri (Center for Healing & Change,
2012: 1).
Dalam konteks penjelajahan masalah klien mengatasi low self-esteem proses
eksplorasi yang dipergunakan adalah reframing thought of low self-esteem, reframing
emotional of low self-esteem, reframing behaviourof low self-esteem dan reframing of
healthy self-esteem. Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran diri klien. Sasarannya
adalah klien mencapai keyakinan diri seimbang.
Steven (2012: 9) eksplorasi diri berhubungan dengan suara hati untuk mengontrol
pikiran positif atau negatif, perasaan, tindakan, atau peristiwa.
C. Kemampuan Menjadi Model
Perawat merupakan bagian dari tenaga kesehatan yang ada di lingkungan
masyarakat. Tidak hanya itu perawat bahkan dapat dijumpai sampai pelosok tanah
air. Oleh karena itu perawat hidup ditengah masyarakat haruslah menjadi
panutan/contoh (Role Model) dalam berkehidupan di masyarakat. Karena perawat
merupakan publik figure yang ada di tengah masyarakat Indonesia, maka semua
perilaku atau kebiasaan perawat akan menjadi contoh di masyarakat. Terlebih lagi
kebiasaan dalam bidang kesehatan, misal perilaku hidup bersih dan sehat, ini akan
menjadi sorotan masyarakat.
Oleh karena perawat dituntut menjadi Role Model/ contoh di tengah
masyarakat maka perawat harus terlebih dahulu mengenali diri sendiri sebelum
menjadi contoh untuk masyarakat. Maka sebelum menjadi Role Model ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan oleh seorang perawat.
Kebiasaan yang kurang baik tentang kesehatan akan mempengaruhi keberhasilan
dalam hubungan antara perawat dan klien. Perawat tidak bisa memisahkan atau memberi
batasan yang jelas antara peran sebagai perawat dengan kehidupan pribadinya
(professional) karena perawat sebagai instrumen dalam menjalankan hubungan yang
terapeutik. Jika perawat terbuka pada perasaan fokus terhadap pasien dan

6
mengesampingkan kehidupan pribadinya, maka ia akan mendapat dua informasi penting
yaitu bagaimana responnya pada klien dan bagaimana penampilannya pada klien
sehingga perawat mampu bekerja profesional.
Kemampuan menjadi model ini merupakan bentuk tanggung jawab perawat
terhadap apa yang disampaikan kepada klien disamping tanggung jawab profesi.
Perawat yang bisa menjadi model adalah perawat yang dapat memenuhi dan
memuaskan kehidupan pribadinya serta tidak didominasi oleh konflik, distress atau
pengingkaran (Stuart,G.W., 1998) perawat senantiasa memperlihatkan perkembangan
serta adaptasi yang sehat. Perawat harus bertanggung jawab terhadap perilakunya, sadar
akan kelemahan, dan kekurangannya. Perawat harus mampu memisahkan hubungan
professional dan kehidupan pribadi.
D. Panggilan Jiwa
Perawat harus dapat menjawab, mengapa kamu ingin menolong orang lain?
Helper yang baik harus interes dengan orang lain dan siap menolong dengan cara
mencintai dari manusia tersebut. Secara benar bahwa seseorang selama hidupnya
membutuhkan kepuasan dan penyelesaian dari kerja yang dilakukan. Tujuannya
mempertahankan keseimbangan antara kedua kebutuhan tersebut. Altruisme adalah
perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri sendiri.
Altruisme lebih menitikkan pada kesejahteraan orang lain. Tidak diartikan secara
altruistic diri juga tidak menampilkan kompensasi yang ade kuat dan pengulangan
atau pengingkaran secara praktis atau pengorbanan diri. Akhirnya, altruisme juga
dapat diasumsikan sebagai bentuk perubahan sosial yang dibuat untuk manusia
dalam bentuk kebutuhan akan kesejahteraan. Salah satu tujuannya adalah
semuaprofesional harus dapat membantu orang lain dalam pemberian pelayanan dan
mengembangkan kemampuan sosial. Secara legitimasi diperlukan peran perawat
dalam melakukan pekerjaannya untuk mengadakan perubahan struktur yang besar dan
proses perubahan sosial dalam meningkatkan kesehatan individu dan kemampuan
dirinya.
E. Etika dan Tanggungjawab
a. Definisi Etika Komunikasi

7
Dalam kehidupan bermasyarakat terutama dalam dunia kesehatan terdapat
suatu system yang mengatur tentang tata cara manusia bergaul.Tata cara
pergaulan untuk saling menghormati bisa kita kenal dengan sopan satun dan tata
krama.
Dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada individu,
keluarga,atau komunitas ,perawat sangat memerlukan etika keperawatan yang
merupakan filsafah yang mengarah tanggung jawab moral yang mendasar
terhadap pelaksanaan praktik keperawatan, dimana inti dari filsafah tersebut
adalah hak dan martabat manusia. Karena itu, fokus dari etika keperawatan
ditunjukan terhadap sifat manusia yang unik
Jadi, etika komunikasi adalah norma,nilai,atau ukuran tingkah laku baik
dalam kegiatan berkomunikasi disuatu masyarakat dan lingkup dunia kesehatan
b. Prinsip Etika Berkomunikasi
1. Isi pesan harus jujur dan benar
Informasi haruslah disampaikan dengan jujur dan benar,tanpa di buat-
buat,tidak menambah atau mengurangi isi informasi.
2. Menyerukan kebenaran dan kebaikan
3. Informasi yang di sampaikan hendaknya membekas pada jiwa seseorang
4. Informasi yang di sampaikan hendaknya berupa ucapan yang pantas di
bicarakan
5. Informasi haruslah berupa perkataan yang mulia
c. Definisi Tanggung Jawab Dalam Berkomunikasi
Tanggung jawab perawat berarti keadaan yang dapat dipercaya dan
terpercaya. Sebutan inimenunjukan bahwa perawat professional menampilkan
kinerja secara hati-hati, teliti dan kegiatanperawat dilaporkan secara jujur. Klien
merasa yakin bahwa perawat bertanggung jawab dan memiliki kemampuan,
pengetahuan dan keahlian yang relevan dengan disiplin ilmunya. Kepercayaan
tumbuh dalam diri klien, karena kecemasan akan muncul bila klien merasa tidak
yakin bahwa perawat yang merawatnya kurang terampil, pendidikannya tidak

8
memadai dan kurang berpengalaman. Klien tidak yakin bahwa perawat memiliki
integritas dalam sikap, keterampilan, pengetahuan (integrity) dan kompetensi.
Pengertian Tanggung jawab perawat menurut ANA
Responsibility adalah : Penerapan ketentuan hukum (eksekusi) terhadap
tugas-tugas yangberhubungan dengan peran tertentu dari perawat, agar tetap
kompeten dalam Pengetahuan, Sikap dan bekerja sesuai kode etik (ANA,
1985).
Menurut pengertian tersebut, agar memiliki tanggung jawab maka perawat
diberikan ketentuan hukum dengan maksud agar pelayanan perawatannya
tetap sesuai standar. Misalnya hukum mengatur apabila perawat melakukan
kegiatan kriminalitas, memalsukan ijazah, melakukan pungutan liar dsb.
Tanggung jawab perawat ditunjukan dengan cara siap menerima hukuman
(punishment) secara hukum kalau perawat terbukti bersalah atau melanggar
hukum.
Pengertian Responsibility menurut Berten , (1993:133)
Responsibility : Keharusan seseorang sebagai mahluk rasional dan bebas
untuk tidak. Mengelak serta memberikan penjelasan mengenai perbuatannya,
secara retrosfektif atau prosfektif (Bertens,1993:133).
Berdasarkan pengertain di atas tanggung jawab diartikan sebagai kesiapan
memberikanjawaban atas tindakan-tindakan yang sudah dilakukan perawat
pada masa lalu atau tindakan yang akan berakibat di masa yang akan datang.
Misalnya bila perawat dengan sengaja memasang alat kontrasepsi tanpa
persetujuan klien maka akan berdampak pada masa depan klien. Klien tidak
akan punya keturunan padahal memiliki keturunan adalah hak semua manusia.
Perawat secara retrospektif harus bisa mempertanggung-jawabkan meskipun
tindakan perawat tersebut diangap benar menurut pertimbangan medis.

Beberapa cara dimana perawat dapat mengkomunikasikan tanggung jawabnya


:
1. Menyampaikan perhatian dan rasa hormat pada klien (sincere intereset)

9
Contoh : “Mohon maaf bu demi kenyamanan ibu dan kesehatan ibu saya
akan mengganti balutan atau mengganti spreinya”.
2. Bila perawat terpaksa menunda pelayanan, maka perawat bersedia
memberikanpenjelasan dengan ramah kepada kliennya (explanantion
about the delay).
Misalnya ;“Mohon maaf pak saya memprioritaskan dulu klien yang gawat
dan darurat sehinggaharus meninggalkan bapak sejenak”.
3. Menunjukan kepada klien sikap menghargai (respect) yang ditunjukkan
dengan perilaku perawat. misalnya mengucapkan salam, tersenyum,
membungkuk, bersalaman dsb.
4. Berbicara dengan klien yang berorientasi pada perasaan klien (subjects the
patiensdesires) bukan pada kepentingan atau keinginan perawat misalnya
“Coba ibu jelaskanbagaimana perasaan ibu saat ini”. Sedangkan apabila
perawat berorientasi padakepentingan perawat ; “ Apakah bapak tidak
paham bahwa pekerjaan saya itu banyak,dari pagi sampai siang, mohon
pengertiannya pak, jangan mau dilayani terus”
5. Tidak mendiskusikan klien lain di depan pasien dengan maksud menghina
(derogatory) misalnya “ pasien yang ini mungkin harapan sembuhnya
lebih kecil dibanding pasien yang tadi”
6. Menerima sikap kritis klien dan mencoba memahami klien dalam sudut
pandang klien(see the patient point of view). Misalnya perawat tetap
bersikap bijaksana saat klienmenyatakan bahwa obatnya tidak cocok atau
diagnosanya mungkin salah.
d. Jenis Tanggung Jawab
1. Tanggung jawab perawat terhadap Tuhannya saat merawat klien
Dalam sudut pandang etika Normatif, tanggung jawab perawat yang paling
utama adalahtanggung jawab di hadapan Tuhannya. Sesungguhnya
penglihatan, pendengaran dan hati akandimintai pertanggung jawabannya di
hadapan Tuhan. Dalam sudut pandang Etik pertanggungjawaban perawat
terhadap Tuhannya terutama yang menyangkut hal-hal berikut ini ;

10
 Apakah perawat berangkat menuju tugasnya dengan niat ikhlas karena
Allah ?
 Apakah perawat mendo’akan klien selama dirawat dan memohon
kepada Allah untukkesembuhannya ?
 Apakah perawat mengajarkan kepada klien hikmah dari sakit ?
 Apakah perawat menjelaskan mafaat do’a untuk kesembuhannya ?
 Apakah perawat memfasilitasi klien untuk beribadah selama di RS?
 Apakah perawat melakukan kolaborasi dalam pemenuhan kebutuhan
spiritual klien?
 Apakah perawat mengantarkan klien dalam sakaratul maut menuju
Khusnul khotimah?
2. Tanggung Jawab (Responsibility)perawat terhadap klien.
Tanggung jawab merupakan aspek penting dalam etika perawat. Tanggung
jawab adalah kesediaan seseorang untuk menyiapkan diri dalam menghadapi
resiko terburuk sekalipun,memberikan kompensasi atau informasi terhadap
apa-apa yang sudah dilakukannya dalam melaksanakan tugas. Tanggung
jawab seringkali bersifat retrospektif, artinya selalu berorientasi pada perilaku
perawat di masa lalu atau sesuatu yang sudah dilakukan. Tanggung jawab
perawat terhadap klien berfokus pada apa-apa yang sudah dilakukan perawat
terhadap kliennya. Perawat dituntut untuk bertanggung jawab dalam setiap
tindakannya khususnya selama melaksanakan tugas di rumah sakit,
puskesmas, panti, klinik atau masyarakat. Meskipun tidakdalam rangka tugas
atau tidak sedang melaksanakan dinas, perawat dituntut untuk
bertangungjawab dalam tugas-tugas yang melekat dalam diri perawat. Perawat
memiliki peran dan fungsi yang sudah disepakati. Perawat sudah berjanji
dengan sumpah perawat bahwa ia akan senantiasa melaksanakan tugas-
tugasnya. Contoh bentuk tanggung jawab perawat selama dinas; mengenal
kondisi kliennya,melakukan operan, memberikan perawatan selama jam dinas,
tanggung jawab dalam mendokumentasikan, bertanggung jawab dalam
menjaga keselamatan klien, jumlah klien yangsesuai dengan catatan dan

11
pengawasannya, kadang-kadang ada klien pulang paksa atau pulangtanpa
pemberitahuan, bertanggung jawab bila ada klien tiba-tiba tensinya drop
tanpasepengetahuan perawat. dsb.
3. Tanggung jawab perawat terhadap rekan sejawat dan atasan
Ada beberapa hal yang berkaitan dengan tanggung jawab perawat terhadap
rekan sejawat atauatasan. Diantaranya adalah sebagai berikut :
 Membuat pencatatan yang lengkap (pendokumentasian) tentang kapan
melakukan tindakankeperawatan, berapa kali, dimana dengan cara apa
dan siapa yang melakukan. Misalnyaperawat A melakuan pemasangan
infus pada lengan kanan vena brchialis, dan pemberiancairan RL
sebanyak 5 labu, infus dicabut malam senin tanggal 30 juni 2007 jam
21.00.keadaan umum klien Compos Mentis, T=120/80 mmHg,
N=80x/m, R=28x/mS=37C.kemudian dibubuhi tanda tangan dan nama
jelas perawat.
 Mengajarkan pengetahuan perawat terhadap perawat lain yang belum
mampu atau belummahir melakukannya. Misalnya perawat belum
mahir memasang EKG diajar oleh perawatyang sudah mahir. Untuk
melindungi masyarakat dari kesalahan, perawat baru dilatih
olehperawat senior yang sudah mahir, meskipun secara akademik
sudah dinyatakan kompetentetapi kondisi lingkungan dan lapangan
seringkali menuntut adaptasi khusus.
 Memberikan teguran bila rekan sejawat melakukan kesalahan atau
menyalahi standar.Perawat bertanggung jawab bila perawat lain
merokok di ruangan, memalsukan obat,mengambil barang klien yang
bukan haknya, memalsukan tanda tangan, memungut uang diluar
prosedur resmi, melakukan tindakan keperawatan di luar standar,
misalnya memasangNGT tanpa menjaga sterilitas.
 Memberikan kesaksian di pengadilan tentang suatu kasus yang dialami
klien. Bila terjadigugatan akibat kasus-kasus malpraktek seperti aborsi,

12
infeski nosokomial, kesalahandiagnostik, kesalahan pemberian obat,
klien terjatuh, overhidrasi, keracunan obat, over dosisdsb
4. Tanggung jawab terhadap tugas
5. Tanggung jawab terhadap profesi
6. Tanggung jawab terhadap Negara

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Abraham Maslow dalam teorinya humanistic mengemukakan bahwa kesadaran
diri adalah mengerti dan memahami siapa diri kita yang sebenarnya, bagaimana menjadi
diri sendiri, potensi apa yang kita miliki, gaya apa yang dimiliki, apa langkahlangkah
yang harus diambil, apa yang dirasakan, nilai-nilai apa yang diyakini, dan kearah menuju
kearah mana perkembangan yang dirasakan. Kesadaran diri merupakan keadaan dimana
seseorang dapat memahami dirinya sendiri dengan benar adanya (Mendatu, 2010).
Self-exploration (eksplorasi diri) sebagai teknik pertama, membantu klien dalam
menyingkapkan masalah low spiritual selfesteem yang dialaminya. Konselor meminta
klien mengidentifikasi pikiran-pikiran, perasaan, dan perilaku tidak rasional yang
menyebabkan klien mengalami low spiritual self-esteem. Konselor menjelaskan tentang
konsep self-esteem dan karakteristik healthy spiritualselfesteem.
Perawat dituntut menjadi Role Model/ contoh di tengah masyarakat maka
perawat harus terlebih dahulu mengenali diri sendiri sebelum menjadi contoh untuk
masyarakat.Altruismeadalah perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa
memperhatikan diri sendiri. Altruisme lebih menitikkan pada kesejahteraan orang
lain.Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi
perilaku seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang
dilakukan oleh seseorang dan merupakan suatu kewajiban dan tanggung jawab moral.

14
DAFTAR PUSTAKA

Hamid, A.Y.S .1996. Komunikasi Terapeutik. Jakarta


Arwani. 2002. Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta: EGC
Keliat, B. A. 1996, Hubungan Trerapetik Perawat Pasien. Jakarta:EGC
Mundakir, (2006). Komunikasi Keperawatan : Aplikasi dalam Pelayanan.

Yogyakarta : Graha Ilmu

Suryani. (2005). Komunikasi Terapeutik : Teori dan Praktik. Jakarta : EGC


Barbara kozier, 1983, Fundamental of nursing
Bertens, 1993, Etika
Lucie Young Kelly, 1981, Dimension of professional Nursing, fourth edition, Macmillan
publishing London

15

Anda mungkin juga menyukai