Anda di halaman 1dari 8

PENTINGNYA PEMAHAMAN MANAJEMEN NYERI

NON FARMAKOLOGI BAGI SEORANG PERAWAT

Cristiani Dewi Mayasari


Prodi S-1 Keperawatan STIKes St. Paulus Ruteng, Jl.Jend. Ahmad Yani, No.10, Ruteng-Flores 86508
Email: Dewyramauti1109@gmail.com

Abstract: Understanding the importance of Non-Pharmacological Pain Management For A Nurse.


Non-pharmacological pain management is a strategy cure pain without using drugs but rather the
behavior of Caring. To that end, the dominant role of medical personnel are nurses because it deals
directly with the task of nursing. In fact, non-pharmacological pain management is not be an easy job
for nurses. It mainly deals with the different perceptions of patients about pain he was experiencing.
This difference is likely to make it difficult for nurses to diagnose and deal with the pain of the patient.
Therefore, one of the things necessary for nurses to handle the pain the patient is to develop competence
and understanding constantly on non-pharmacological pain management. There are several types of
non-pharmacological mangemen include: relaxation techniques, distraction massage, ice and heat
therapy, transcutaneous electrical nerve stimulation, hypnosis, guided imagery and music.

Key Words: pain, non-pharmacological management, nurse

Abstrak: Pentingnya Pemahaman Manajemen Nyeri Non Farmakologi Bagi Seorang Perawat.
Manajemen nyeri non farmakologi merupakan strategi penyembuhan nyeri tanpa menggunakan obat-
obatan tetapi lebih kepada perilaku caring. Untuk itu, tenaga medis yang dominan berperan adalah para
perawat karena bersentuhan langsung dengan tugas keperawatan. Dalam kenyataannya managemen
nyeri non farmakologi bukanlah menjadi pekerjaan yang mudah bagi para perawat. Hal ini terutama
berkaitan dengan persepsi yang berbeda dari para pasien tentang nyeri yang sedang dialaminya.
Perbedaan inilah yang cenderung menyulitkan perawat untuk mendiagnosa dan menangani rasa nyeri
dari pasien. Oleh karena itu, salah satu hal yang perlu bagi perawat dalam menangani rasa nyeri pasien
adalah mengembangkan kompetensi dan pemahaman yang terus menerus tentang management nyeri
non farmakologi. Terdapat beberapa jenis mangemen non farmakologis antara lain: teknik relaksasi,
distraksi masase, terapi es dan panas, stimulasi saraf elektris transkutan, hipnosis, guided imagery dan
musik.

Kata kunci: nyeri, manajemen non farmakologi, perawat

PENDAHULUAN beberapa pemeriksaan diagnostik atau


pengobatan. Nyeri sangat mengganggu
Dalam realitas kehidupan sering dan menyulitkan lebih banyak orang
dijumpai pasien yang mengalami dibandingkan suatu penyakit manapun.
nyeri akibat dari penyakit yang Pada tahun 1995, Donovan melakukan
menderanya. Nyeri terjadi secara sebuah studi komprehensif yang
bersamaan dengan proses masuknya mengungkapkan bahwa banyak orang
penyakit atau bersamaan dengan yang mengalami nyeri, rasa nyeri

35
36 Jurnal Wawasan Kesehatan, Volume: 1, Nomor 1, Juni 2016

tersebut antara lain: nyeri kepala, nyeri dialaminya. Perbedaan inilah yang
punggung dan nyeri sendi yang menjadi cenderung menyulitkan perawat untuk
frekuensi terbesar (Asmadi, 2008:145). mendiagnosa dan menangani rasa nyeri
Pasien yang sedang mengalami dari pasien. Oleh karena itu, salah satu
nyeri umumnya mengidamkan suatu hal yang perlu bagi perawat dalam
keadaan yang terbebas dari nyeri, menangani rasa nyeri pasien adalah
karena itu ia berharap kepada tenaga mengembangkan kompetensi dan
medis agar rasa nyeri yang sedang pemahaman yang terus menerus tentang
dialaminya dapat berkurang atau segera management nyeri non farmakologi.
menghilang. Kenyataan ini serta merta
SEKILAS TENTANG NYERI
mendorong para tenaga medis untuk
dapat mengatasinya.
Hakikat Nyeri
Dalam hal mengatasi nyeri yang
dialami pasien, tenaga medis melakukan Nyeri merupakan pengalaman
strategi atau cara yang sering disebut sensori dan emosional yang tidak
dengan istilah manajemen nyeri. menyenangkan akibat dari kerusakan
Manajemen nyeri terbagi ke dalam dua jaringan yang aktual atau potensial.
jenis yakni mangemen nyeri farmakologi Nyeri adalah alasan utama seseorang
dan non farmakologi. Manajemen untuk mencari bantuan perawatan
nyeri farmakologi merupakan upaya kesehatan. Nyeri terjadi bersama banyak
atau strategi penyembuhan nyeri proses penyakit atau bersamaan dengan
menggunakan obat-obatan anti nyeri. beberapa pemeriksaan diagnostik atau
Tenaga medis yang dominan berperan pengobatan, nyeri sangat mengganggu
dalam manajemen farmakologi adalah dan menyulitkan lebih banyak orang
para dokter dan apoteker. Sedangkan dibandingkan suatu penyakit manapun.
manajemen nyeri non farmakologi Defenisi keperawatan tentang nyeri
merupakan strategi penyembuhan nyeri adalah apapun yang menyakitkan
tanpa menggunakan obat-obatan tetapi tubuh yang dikatakan individu yang
lebih kepada perilaku Caring. Maka mengalaminya, yang ada kapanpun
tenaga medis yang dominan berperan individu mengatakannya, (Smeltzer
adalah para perawat karena bersentuhan 2001: 212).
langsung dengan tugas keperawatan. Ada banyak hal yang dapat
Dalam kenyataannya manajemen menyebabkan timbulnya nyeri.
nyeri non farmakologi bukanlah menjadi Seseorang yang tersiram air panas
pekerjaan yang mudah bagi para akan merasakan nyeri yang terbakar,
perawat. Hal ini terutama berkaitan seseorang yang mengalami luka fisik
dengan persepsi yang berbeda dari akibat tusukan benda tajam juga dapat
para pasien tentang nyeri yang sedang mengalami nyeri. Asmadi (2008:145)
Mayasari, Pentingnya Pemahaman Manajemen Nyeri … (hlm. 35-42) 37

mengelompokkan penyebab nyeri ke sama lain dan tergantung dari banyak ke-
dalam dua golongan, yaitu penyebab jadian nyeri selama rentang kehidupan-
yang berhubungan dengan fisik dan nya. Bagi beberapa orang nyeri masa lalu
berhubungan dengan psikis. Nyeri dapat saja menetap dan tak terselesaikan
yang disebabkan oleh faktor psikologis seperti pada nyeri berkepanjangan atau
merupakan nyeri yang dirasakan bukan kronis dan persisten. Individu yang
karena penyebab fisik, melainkan akibat mengalami nyeri selama berbulan-bu-
trauma psikologis dan pengaruhnya lan atau bertahun-tahun dapat menjadi
terhadap fisik. Secara fisik misalnya mudah marah, menarik diri dan depresi.
akibat trauma baik trauma mekanik, Efek yang tidak diinginkan yang diaki-
termal, maupun kimia (Kozier, et al. batkan dari pengalamannya nyeri sebel-
2010:989).  umnya menunjukan pentingnya perawat
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi untuk waspada terhadap pengalaman
Respon Nyeri masa lalu pasien dengan nyeri.
Ansietas, meskipun umum di-
Nyeri yang dialami oleh pasien
yakini bahwa ansietas akan meningkat-
dipengaruhi sejumlah faktor. Faktor-fak- kan nyeri, mungkin tidak seluruhnya
tor yang dimaksud diantaranya seper- benar dalam semua keadaan, riset ti-
ti yang disebutkan oleh Zmeltser yaitu dak memperlihatkan hubungan hubun-
pengalaman masa lalu dengan nyeri, gan yang konsisten antara ansietas dan
ansietas dan pengharapan penghilang nyeri juga tidak memperlihatkan bah-
rasa nyeri (efek plasebo). Faktor-fak- wa pelatihan pengurangan stress pra-
tor ini dapat meningkatkan ataupun operatif menurunkan nyeri saat pasca-
menurunkan persepsi nyeri pasien, operatif. Namun ansietas yang relevan
meningkat dan menurunnya toleransi atau berhubungan dengan nyeri dapat
terhadap nyeri dan pengaruh sikap re- meningkatkan persepsi pasien terhadap
spon terhadap nyeri. (Zmeltser, 2001: nyeri contoh pasien yang mendapatkan
219-222) pengobatan kanker payudara 2 tahun
yang lalu dan sekarang merasakan nyeri
Pengalaman masa lalu dengan
pinggang, pasien tersebut merasa takut
nyeri adalah menarik untuk berharap
bahwa nyeri tersebut merupakan indi-
dimana individu yang mempunyai pen-
kasi dari metastasis. ansietas yang tidak
galaman multipel dan berkepanjangan
berhungan dengan nyeri dapat mendis-
dengan nyeri akan lebih sedikit gelisah
traksi pasien dan secara aktual dapat
dan toleran terhadap nyeri dibanding- menurunkan persepsi nyeri sebagai con-
kan orang yang lebih sedikit mengalami toh seorang ibu yang dirawat dirumah
nyeri, tetapi semua itu tidak berlaku pada sakit dengan komplikasi kolsistekstomi
semua orang. Cara seseorang berespon dan mencemaskan anak-anaknya yang
terhadap nyeri pada intinya berbeda satu berada dirumah.
38 Jurnal Wawasan Kesehatan, Volume: 1, Nomor 1, Juni 2016

Budaya dan etnisitas mempunyai misalnya pda kulit mukosa), deep pain,
pengaruh pada bagaimana seseorang (nyeri yang terasa pada permukaan
berespon terhadap nyeri, namun budaya tubuh yang lebih dalam atau pada
dan etnik tidak mempengaruhi persepsi organ-organ tubuh visceral), Refered
nyeri. Nilai-nilai budaya perawat dapat pain (nyeri dalam yang disebakan oleh
berbeda dengan nilai-nilai budaya penyakit organ/struktur dalam tubuh
pasien dari budaya lain. Harapan yang ditransmisikan kebagian tubuh
dan nilai-nilai budaya perawat dapat didaerah yang berbeda bukan derah
asal nyeri), dan central pain (nyeri yang
mencakup menghindarai ekpresi nyeri
terjadi kerena perangsangan pada sistem
yang berlebihan seperti meringis atau
saraf pusat, spinal cord, batang otak
menangis, mencari pereda nyeri dengan
dan thalamus). Sedangkan berdasarkan
segera dan memberikan deskripsi
sifatnya, nyeri terbagi ke dalam incidental
lengkap tentang nyeri.
pain (nyeri yang timbul sewaktu-waktu
Kategori Nyeri lalu menghilang), steady pain (nyeri yang
timbul dan menetap serta dirasakan
Smeltzer mengkategorikan nyeri dalam waktu yang lama), dan paroxymal
ke dalam dua jenis yakni nyeri akut pain (nyeri yang dirasakan berintensitas
dan nyeri kronis. Nyeri akut biasanya tinggi dan kuatsekali dan biasanya
awitannya tiba-tiba dan umumnya menetap kurang lebih 10 sampai dengan
berkaitan dengan cedera spesifik yang 15 menit, lalu menghilang kemudian
berlangsung dari beberapa detik hingga timbul lagi).
enam bulan. Nyeri akut mengindikasikan Selanjutnya, Muttaqin (2009)
bahwa kerusakan atau cedera telah mengklasifikasi nyeri menggunakan
terjadi. Sementara itu, nyeri kronis metode PQRST (Provoking incindent,
adalah nyeri konstan atau intermiten Quality of pain, Region, Severity, Time).
yang menetap sepanjang suatu periode Metode ini juga akan membantu untuk
waktu, nyeri ini berlangsung diluar mengumpulkan informasi vital yang
waktupenyembuhanyang diperkirakan berkaitan dengan proses nyeri pasien.
dan sering tidak dapat dikaitkan dengan Provoking incident: apakah ada peristiwa
penyebab atau cedera spesifik, nyeri ini menjadi faktor penyebab nyeri, apakah
berlangsung selama enam bulan atau nyeri berkurang dengan beristirahat,
apakah nyeri bertambah berat bila
lebih, (Smeltzer 2001:213).
beraktifitas. Quality of pain: seperti apa
Menurut Asmadi (2008) nyeri nyeri yang dirasakan atau digambarkan
juga dapat diklasifikasikan ke dalam klien, sifat nyeri, karakter nyeri. Region:
beberapa golongan berdasarkan tempat lokasi nyeri harus ditunjukkan dengan
dan sifat nyeri. Berdasarkan tempatnya, tepat oleh pasien. Severity (scale of pain):
nyeri terdiri atas: pheriperal pain (nyeri seberapa berat nyeri yang dirasakan
yang tersa pada permukaan tubuh klien dan seberapa mengganggu nyeri
Mayasari, Pentingnya Pemahaman Manajemen Nyeri … (hlm. 35-42) 39

yang dirasakan klien, dan klien dapat 2. Verbal Rating Scale (VRS) 


menjelaskan nyeri yang dirasakan FRS adalah skala ordinal yang biasanya
menggunakan skala nyeri. Time: kapan digambarkan menggunakan 4-6 kata
dan berapa lama nyeri berlangsung sifat untuk menggambarkan peningkatan
intensitas nyeri. Pasien diminta untuk
Intensitas Nyeri
memilih kata yang menggambarkan tingkat
Intensitas nyeri adalah gambaran nyeri yang dirasakan. Metode ini mudah
tentang seberapa parah nyeri dirasakan dipahimi oleh pasien dengan gangguan non
individu. Individu merupakan penilai kognitif namun tidak memiliki akurasi dan
sensivitas.
terbaik dari nyeri yang dialaminya
dan karenanya harus diminta untuk
menggambarkan dan membuat
tingkatannya. Penggunaan skala
intensitas nyeri adalah metode yang
mudah dan reliabel dalam menentukan Gambar 4 Verbal Rating Scale (VRS)
(Smeltzer, 2001:218)
intensitas nyeri. Sebagian skala
3. Numeric Rating Scale (NRS)
menggunakan kisaran 0-10 dengan 0
menandakan “tanpa nyeri” dan angka NRS digunakan untuk menilai
tertinggi menandakan “kemungkinan intensitas dan memberi kebebasan penuh
nyeri terburuk” untuk individu tersebut klien untuk mengidentifikasi keparahan
(Smeltzer, 2001:217). nyeri (Potter & Perry 2005). Krebs, Carey,
1. Face Pain Scale (FPS)
& Weinberger (2007) mengkategorikan
skor NRS 1-3 (nyeri ringan), 4-6 (nyeri
FPS dimaksuskan untuk mengukur
sedang), dan 7-10 (nyeri berat).
bagaimana tingkat nyeri pasien yang
mereka rasakan. Setiap tampilan ekspresi
wajah menunjukkan hubungan dengan
nyeri yang dirasakan. Versi terbaru dari
FPS menampilkan gambar 6 wajah bergaris
disajikan dalam orientasi horizontal. Pasien
Gambar 5 Numeric Rating Scale 
diinstruksikan untuk menunjuk ke wajah (NRS) (Krebs, et al. 2007)
yang paling mencirikan intensitas nyeri
yang mereka rasakan. 4. Visual Analog Scale (VAS) 

VAS merupakan suatu garis lurus


yang mewakili intensitas nyeri dan
memiliki alat keterangan verbal pada setiap
ujungnya  (Potter & Perry , 2005:1511). VAS
berbentuk garis horizontal sepanjang 10 cm,
Gambar 3 Wong-Baker Face Pain Scale (Cox, 2009:22)
dan ujungnya mengindikasikan nyeri yang
berat. Pasien diminta untuk menunjuk titik
40 Jurnal Wawasan Kesehatan, Volume: 1, Nomor 1, Juni 2016

pada garis yang menunjukkan letak nyeri Smeltzer (2001) bahwa penatalaksanaan
terjadi di sepanjang rentang tersebut. Ujung nyeri yang efektif juga dengan
kiri biasanya menandakan “tidak ada” mengombinasian antara penatalaksaan
atau “tidak nyeri”, sedangkan ujung kanan farmakologis dan nonfarmakologis
menandakan “berat” atau “nyeri yang yang mana pendekatan ini diseleksi
paling buruk”. Untuk menilai hasil, sebuah
berdasarkan kebutuhan dan tujuan
penggaris diletakkan sepanjang garis dan
pasien secara individu keberhasilan
jarak yang dibuat pasien pada garis dari
terbesar sering dicapai jika intervensi
“tidak ada nyeri” diukur dan ditulis dalam
tersebut dilakukan secara simultan.
sentimeter (Smeltzer, 2001:218).
Manajemen nyeri non farmakologi
merupakan upaya-upaya yang dilakukan
untuk mengatasi atau menghilangkan
Gambar 6 Visual Analog Scale (VAS) nyeri dengan pendekatan non
(Smeltzer, 2001:218)
farmakologi (Smeltzer, 2001:223).
Efek Nyeri Tindakan non farmakologis dapat
digunakan sebagai pelengkap dalam
Nyeri yang tidak diatasi secara
pemberian analgesik, tetapi tindakan non
adekuat mempunyai efek yang memba-
farmakologis tidak ditujukan sebagai
hayakan diluar ketidaknyamanan yang
pengganti analgesik (Urden, 2009:145).
disebabkannya. Selain merasakan keti-
daknyamanan dan mengganggu, nyeri Terdapat beberapa jenis tindakan
akut yang tidak reda dapat mempen- non farmakologis antara lain: teknik
garuhi sistem pulmonary, kardiovaskul- relaksasi, distraksi masase, terapi es
er, gastrointestinal, endokrin dan immu- dan panas, dan stimulasi saraf elektris
nologic. Nyeri kronis juga mempunyai transkutan.
efek yang merugikan, supresi fungsi Relaksasi.
imun yang berkaitan dengan nyeri kro-
nis dapat meningkatkan pertumbuhan Relaksasi adalah metode pengenda-
tumor, juga dapat menyebabkan de- lian nyeri non farmakologik yang paling
presi dan ketidakmampuan (Smeltzer, sering digunakan di Inggris. Metode ini
menggunakan pendidikan dan latihan per-
2001:214).
nafasan dengan prinsip dapat mengurangi
nyeri dengan cara mengurangi sensasi nyeri
PEMAHAMAN MANAJEMEN dan mengontrol intensitas reaksi terhadap
NYERI NON FARMAKOLOGI nyeri, relaksasi dapat dilakukan dengan cara
ciptakan lingkungan yang tenang, tentukan
Manajemen nyeri yang efektif tidak posisi yang nyaman, konsentrasi pada suatu
hanya memberikan obat yang tepat pada obyek atau bayangan visual, dan melepas-
waktu yang tepat, seperti yang dikatakan kan ketegangan, (Smeltzer, 2001: 232).
Mayasari, Pentingnya Pemahaman Manajemen Nyeri … (hlm. 35-42) 41

Distraksi. timbul dari produksi alamiah (endogen)


endorfin dalam dalam sistem kontrol
Distraksi merupakan tindakan yang
desenden. Efek ini merupakan respon
memfokuskan perhatian pada sesuatu
fisiologis sejati yang dapat di putar balik
selain pada nyeri misalnya menonton
oleh nalokson, suatu antagonis narkotik
film. Distraksi diduga dapat menurunk-
(Smeltzer,2001:216-221).
an persepsi nyeri dengan menstimulasi
sitem kontrol desendens yang mengaki- Terapi Es
batkan lebih sedikit stimuli nyeri yang Terapi es dapat menurunkan pros-
ditransmisikan ke otak. Keefektifan dis- taglandin yang memperkuat sensivitas
traksi tergantung pada kemampuan pa- reseptor nyeri dan subkutan lain pada
sien untuk menerima dan membangkit- tempat cedera dengan menghambat
kan input sensori selain nyeri (Smeltzer, proses inflamasi. Terapi panas mem-
2001:232). Asmadi (2008) mengelompo- punyai keuntungan meningkatkan ali-
kan beberapa teknik distraksi yang dapat ran darah ke suatu area dan kemungk-
dilakukan antara lain, bernapas lambat inan dapat menurunkan nyeri dengan
dan berirama secara teratur, menyanyi mempercepat penyembuhan (Smelt-
berirama dan menghitung ketukann- zer,2001:230).
ya, mendengarkan musik mendorong
klien untuk menghayal (guided imagery) Massage (pijatan)
tekniknya sebagai berikut, atur posisi Ada beberapa teknik pijatan yang
nyaman pada klien, dengan suara yang dapat dilakukan yaitu, remasan pada
lembut mintakan klien untuk memikir- otot bahu, selang seling tangan memi-
kan hal-hal yang menyenangkan atau jat punggung dengan tekanan pendek,
pengalaman yang membantu semua in- cepat dan bergantian tangan, petria-
dra, minta klien untuk tetap fokus pada si dengan menekan punggung secara
bayangan yang menyenangkan sambil horizontal kemudian pindah tangan
merelaksasikan tubuhnya, bila klien dengan arah yang berlawanan dengan
tampak relaks perawat tidak perlu ber- mengguakan gerakan meremas, tekanan
bicara lagi. menyikat secara halus tekan punggu-
ng dengan menggunakan ujung-ujung
TENS (Transcutaneus Electrical jari untuk mengakhiri pijatan (Asmadi,
Nerve Stimulation) 2008:149-151).

TENS merupakan salah satu teknik KESIMPULAN


pengendalian nyeri non farmakologik
karena teknik tersebut menyebakan Setiap individu membutuhkan
pelepasan endorphin, seperti penggunaan rasa nyaman, kebutuhan rasa nyaman
placebo (substansi Inert). Efek placebo ini dipersepsikan berbeda oleh setiap
42 Jurnal Wawasan Kesehatan, Volume: 1, Nomor 1, Juni 2016

orang. Informasi yang didapatkan dari DAFTAR RUJUKAN


pengkajian nyeri digunakan untuk
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural
mengidentifikasi tujuan dari manajemen Keperawatan: Konsep dan
nyeri. Tujuan ini diberikan dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
divalidasi bersama perawat dan pasien. Jakarta:Salemba Medika.
Cox, Felicia. 2009. Perioperatif Pain
Pasien dengan masalah kesehatan yang Management. Singapore: Markono
serius memiliki resiko yang lebih besar Print Media Pte Ltd.
mengalami efek buruk dari nyeri. Kozier, B, Erb, G, Berman, A & Snyder,
SJ. 2010. Buku Ajar Fundamental
Nyeri pasien mungkin dapat Keperawatan:Konsep, Proses &Prakti,
Edisi 7, Vol. 1. Jakarta: EGC.
berkurang dengan pemberian intervensi
Krebs, EE, Carey, TS & Weinberger, M.
farmakologis tetapi intervensi 2007. “Accuracy of the Pain Numeric
nonfarmakologis berperan penting Rating Scale as a Screening Test in
Primary Care”.  Journal of General
untuk mendukung bukan menggantikan Internal Medicine, Vol.22, no.10,
intervensi farmakologis. Pada penyakit hal. 1453–1458, dalam http://www.
tahap akut, pasien mungkin tidak ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/
PMC2305860/ ,diakses 27 Juli 2016
mampu berpartisipasi dalam tindakan Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan
manajemen nyeri, tetapi ketika mental Keperawatan Klien dengan Gangguan
dan kemampuan fisik pasien baik maka Sistem kardiovaskuler. Jakarta:
Salemba Medika.
kita bisa ajarkan teknik manajemen nyeri Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar
non farmakologi untuk mengurangi Keperawatan Medical Bedah. Edisi 8.
Jakarta : EGC.
nyeri. Oleh karena itu, Peran perawat
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental
yang nota bene cukup dominan dalam Keperawatan: Konsep, Proses, Praktik. 
manajemen non farmakologi mesti Jakarta:EGC.
Urden & Stacy. 2009. Critical
tetap mengembangkan kompetensi dan
Care Nursing: Diagnosis and
pemahaman yang terus menerus tentang Management. 6thedition. Maryland
manjemen nyeri non farmakologi. Heights: Mosby.

Anda mungkin juga menyukai