SKRIPSI
OLEH :
Jenjang pendidikan formal yang pernah penulis tempuh adalah sebagai berikut :
Tahun 2000 memasuki Sekolah Dasar (SD) Inpres Magat Kecamatan Pulau
Gorom
Pendidikan tinggi dimulai pada tahun 2012 melalui jalur SNMPTN dan
diterima di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP), Jurusan
Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP), Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Pattimura.
Dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Perikanan dan Ilmu Kelautan, maka penulis
melakukan penelitian dan penulisan skripsi dengan judul Partisipasi Masyarakat
Dalam Pengelolaan Ekosistem Mangrove di Desa Waiheru Kecamatan Baguala Kota
Ambon. Dibawah bimbingan Dr. J. Abrahamsz, S.Pi, M.Si dan F.W. Ayal, S.Pi,
M.Si. Dan telah mempertanggungjawabkannya di depan Panitia Ujian Sarjana
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Pattimura.
ABSTRAK
Hutan mangrove merupakan tipe hutan tropika dan subtropika yang khas, tumbuh di
sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut.
Mangrove banyak dijumpai di wilayah pesisir yang terlindung dari gempuran ombak
dan daerah yang landai. Mangrove tumbuh optimal di wilayah pesisir yang memiliki
muara sungai besar dan delta yang aliran airnya banyak mengandung lumpur
(Dahuri.R, J. Rais S.P. Ginting dan M.J.sitepu.2004.). Hutan mangrove adalah suatu
kelompok jenis tumbuhan berkayu yang tumbuh sepanjang garis pantai tropika dan
sub-tropika yang terlindung yang memiliki bentuk lahan pantai dengan tipe tanah
anaerob (Snedaker, 1978). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2018 di
Desa Waiheru Kecamatan Baguala Kota Ambon. Penelitian deskriptif adalah
penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenai
situasi-situasi atau kejadian-kejadian (Suryabrata, 2013: 76). Teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik non probability sampling
yaitu dengan purposive sampling. Kerusakan ekosistem mangrove di Desa Waiheru
diakibatkan masih minimnya pemahaman masyarakat akan pentingnya ekosistem
mangrove bagi keseimbangan daerah pesisir, sehingga dalam pemanfaatannya sering
dilaksanakan kurang bijaksana.Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat,
sehingga dibuat suatu matriks faktor -faktor SWOT. Dalam menyusun strategi perlu
adanya identifikasi komponen SWOT yang dimiliki oleh Desa Waiheru yang terbagi
atas dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Berdasarkan hasil penelitian
maka dapat disimpulkan bahwa Dalam kegiatan pengelolaan ekosistem mangrove di
Desa Waiheru dapat diperoleh beberapa karakteristik masyarakat diantaranya adalah
tingkat pendidikan, umur, mata pencaharian, tingkat pendapatan dan lama tinggal.
Tingkat partisipasi masyarakat di Desa Waiheru tergolong cukup baik. Partisipasi
masyarakat yang cukup baik dalam kegiatan pengelolaan ekosistem mangrove, hal
ini dipengaruhi oleh kesadaran masyarakat sendiri dalam menanam hingga
memelihara ekosistem mangrove di kawasan pantai Desa Waiheru.
Segala puja dan puji bagi Allah SWT Ilahi Sang Pemilik Kesempurnaan yang
selalu mengasihi dan menyertai penulis sehingga penyusunan Skripsi dengan Judul “
Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Ekosistem Mangrove Di Desa
Waiheru Kecamatan Baguala Kota Ambon ” ini dapat penulis selesaikan dengan
baik. Skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi persyaratan akademik dalam
memperoleh Gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Pattimura Ambon.
Dengan segala keterbatasan yang dimiliki. Penulis menyadari bahwa Skripsi
ini belum sempurna sebagaimana yang diharapkan, sehingga kritik dan saran sangat
diperlukan untuk penyempurnaannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang membutuhkannya.
Segala puja dan puji bagi Allah SWT Ilahi Sang Pemilik Kesempurnaan, muara
segala cinta bagi yang senantiasa merindukan-Nya. Pada penulisan Skripsi ini.
Dalam menyelesaikan studi, penelitian dan penulisan skripsi ini penulis mendapat
banyak bantuan, bimbingan, partisipasi, dukungan do’a, masukan berupa saran, kritik
dan dukungan secara moril maupun materi dari berbagai pihak. Olehnya itu dengan
segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. rer. nat. Ir. A. S. Khouw, M.Phil, sebagai dekan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Pattimura yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis dalam menyelesaikan studi.
2. Dr. Ch. I. Tupan, S.Pi, M.Si., sebagai Ketua Jurusan Manajemen Sumberdaya
Perairan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan
kegiatan penelitian sampai penulisan skripsi ini.
4. Dr. J. Abrahamsz. S.Pi, M.Si dan F. W. Ayal, S.Pi, M.Si selaku pembimbing
yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran dan tenaga dalam membimbing
penulis selama penelitian sampai selesai penyusunan skripsi ini.
5. Dr. Ir. D. Sahetapy, M.Sc dan Ir. R. Pentury, M.Si selaku penguji yang telah
memberi masukan-masukan yang begitu baik selama ujian berlansung.
6. Dr. Masudin Sangaji, SP. M.Si, selaku penasehat akademik yang selalu memberi
dorongan dan nasehat kepada penulis sejak awal sampai akhir studi.
7. Staf Dosen Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP) atas
masukan berupa kritik dan saran bagi penulis dalam menyelesaikan studi ini.
8. Terkhusus kepada keluarga tercinta Bapa, Mama, Kakak, Nenek, Alm. Tete,
adik-adik dan semua keluarga yang selalu memberikan dorongan, semangat,
pengorbanan baik secara moril maupun materi serta do’a yang tulus sehingga
penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik.
9. Kepala Desa, Staf Desa dan Masyarakat Desa Waiheru yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk mengadakan kegiatan penelitian serta
membantu penulis dari awal hingga selesai penelitian ini.
10. Teman-teman MSP angakatan 2012 dan Sahabat-sahabat terdekat (Dani,
Dullah, Dayat, Suhi, Nuzul, Yudil, Ongen, Ona, Dian, Ratih, Nia, Mina, Mini,
Irma, Wa Harnia), dan abang Sam, abang Chiko, Kakak Indry, Cha Onya, Ade
Mira Gurium serta teman-teman, adik-adik, abang-abang, kakak-kakak yang tak
sempat penulis sebut namanya satu per satu yang telah memberikan masukan
berupa pendapat, saran, kritik, dan juga semangat sebagai referensi bagi penulis
sehingga penyusunan skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan penuh tanggung
jawab.
11. Teman-teman pengasuh TPQ Al-Fitrah Rumahtiga (Owen, Wawan, Mance, Cum
dan Ella) yang telah memberi semangat dan masukan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Akhirnya, dengan bangga dan rasa hormat penulis persembahkan skripsi ini kepada
orang tua tercinta atas segala pengorbanan yang diberikan kepada penulis selama
menjalankan studi. Semoga segala kasih sayang dan pengorbanan yang telah
diberikan, penulis berharap semoga Allah SWT senantiasa membalas semuanya dan
berkenan menyertai kita sekalian dalam tugas dan pengabdian masing-masing.
Aamiin.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB V PENUTUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................................................................... 63
DAFTAR TABEL
NO TABEL Hal
1. Alat dan Bahan ............................................................................................... 20
2. Pengelompokan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur ............... 26
3. Pengelompokan Berdasarkan mata Pencaharian ............................................ 27
4. Pengelompokan Berdasarkan Pendapatan...................................................... 27
5. Pengelompokan Berdasarkan Pendidikan ...................................................... 28
6. Pengelompokan Responden Berdasarkan Umur ............................................ 31
7. Pendidikan Responden ................................................................................... 32
8. Mata Pencaharian Responden ........................................................................ 33
9. Pendapatan Responden................................................................................... 34
10. Lama Tinggal Responden .............................................................................. 34
11. Partisipasi Untuk Memperoleh Bibit Mangrove ............................................ 35
12. Dorongan Partisipasi Dalam Pengelolaan Mangrove .................................... 36
13. Partisipasi Dalam Segi Menanam, Menyediakan dan Merawat..................... 37
14. Pandangan Responden Tentang Mangrove .................................................... 37
15. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Mangrove .................................. 38
16. Penilaian Tingkat Partisipasi Dalam Pengelolaan Mangrove ........................ 39
17. Persepsi Responden ........................................................................................ 40
18. Keikutsertaan Responden ............................................................................... 40
19. Pandangan Responden Tentang Keterlibatan Dalam Pengelolaan ................ 41
20. Pengambilan Keputusan Dalam Pengelolaan................................................. 42
21. Kebijakan Dalam Pengelolaan ....................................................................... 43
22. Bentuk Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan ....................................... 43
23. Kesediaan Masyarakat Dalam Pengelolaan ................................................... 44
24. Persepsi Masyarakat Tentang Mangrove ....................................................... 45
25. Kelembagaan Masyarakat .............................................................................. 46
26. Keberadaan Jenis-Jenis Mangrove ................................................................. 46
27. Kepedulian Masyarakat Terhadap Mangrove yang Mati ............................... 47
28. Matrix Analisis Strategi TOWS ..................................................................... 51
DAFTAR GAMBAR
NO GAMBAR
Hal
1. Peta Lokasi Penelitian .................................................................................... 21
DAFTAR LAMPIRAN
NO JUDUL
Hal
BAB I
PENDAHULUAN
lingkungan agar sumberdaya tersebut tetap lestari, adalah mangrove. Menurut Bann
(1998), keberadaan hutan mangrove mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia
dan juga lingkungan yang ada di sekitarnya. Hutan mangrove merupakan tipe hutan
tropika dan subtropika yang khas, tumbuh di sepanjang pantai atau muara sungai
yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove banyak dijumpai di wilayah
pesisir yang terlindung dari gempuran ombak dan daerah yang landai. Mangrove
tumbuh optimal di wilayah pesisir yang memiliki muara sungai besar dan delta yang
tumbuh sepanjang garis pantai tropika dan sub-tropika yang terlindung yang
memiliki bentuk lahan pantai dengan tipe tanah anaerob (Snedaker, 1978). Hutan
mangrove sering disebut hutan bakau atau hutan payau. Menurut Khazali (1999)
sebutan mangrove sebagai bakau kurang tepat karena bakau adalah salah satu nama
berbagai jenis moluska, echinodermata, ikan, crustacea, burung, tumbuhan epifit dan
ground), daerah perawatan (nursery ground) dan daerah makanan (feeding ground)
sangat dibutuhkan, karena masyarakat merupakan salah satu faktor pendukung dalam
kelestarian ekosistem mangrove tetap terjaga dan terpelihara dengan baik. Strategi
timbul rasa tanggung jawab di dalam diri mereka akan pentingnya fungsi ekosistem
diperkirakan sekitar 4,25 juta hektar atau 3,98% dari seluruh luas hutan Indonesia.
Areal hutan mangrove yang luas antara lain terdapat di pesisir timur Sumatera,
pesisir Kalimantan dan pesisir selatan Irian Jaya. Indonesia merupakan salah satu
hektar. Kota madya Ambon 66,15 hektar. Talakua (2013) mengatakan bahwa luasan
Secara administratif Desa Waiheru adalah Desa yang berada di Teluk Ambon
Dalam Kota Ambon. Perairan pantai Desa Waiheru merupakan bagian dari Teluk
Umumnya daerah laut pada Desa Waiheru merupakan perairan dengan topografi
3
pantai yang landai dengan kondisi substratnya yang beragam, diantaranya berlumpur,
berpasir, dan pasir berbatu dan didominasi oleh substrat berlumpur. Selain memiliki
ekosistem mangrove yang cukup tinggi dan jenis substrat yang beragam. Namun
Kecamatan Baguala.
adalah :
1. 3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah :
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dibedakan menjadi dua, yaitu partisipasi yang bersifat swakarsa dan partisipasi
rakyat terhadap rencana atau proyek pembangunan yang dirancang dan ditentukan
menanggung biaya pembangunan, tetapi juga dengan ada tidaknya hak rakyat untuk
ikut menentukan arah dan tujuan proyek yang akan dibangun di wilayah mereka.
Ukuran lain yang dipakai adalah ada tidaknya kemauan masyarakat untuk secara
Primatianti, 2002).
Masyarakat dalam istilah bahasa inggris adalah society yang berasal dari kata
latin socius yang berarti (kawan). Istilah masyarakat berasal dari kata bahasa arab
syaraka yang berarti (ikut serta dan berpartisipasi). Masyarakat adalah sekumpulan
manusia yang saling bergaul, dalam istilah ilmiah adalah saling berinteraksi. Suatu
berinteraksi menurut suatu sistem adat isti adat tertentu yang bersifat kontinu, dan
yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Kontinuitas merupakan kesatuan
adat istiadat, 3) kontinuitas waktu, 4) rasa identitas kuat yang mengikat semua warga
(Koentjaraningrat, 2009:115-118).
bersama dapat diartikan sama dengan hidup dalam suatu tatanan pergaulan dan
keadaan ini akan tercipta apabila manusia melakukan hubungan, Page dalam
Soekanto (2006: 22), memaparkan bahwa masyarakat adalah suatu sistem dari
kebiasaan, tata cara, dari wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok dan
suatu bentuk kehidupan bersama untuk jangka waktu yang cukup lama sehingga
setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama,
sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai
suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas. Masyarakat
menurut Soemardjan dalam Soekanto (2006: 22) adalah orang-orang yang hidup
merupakan suatu kenyataan yang objektif secara mandiri, bebas dari individu-
tersebut adalah :
didefinisikan: (1) adanya subyek yang berinteraksi yaitu individu yang berada dalam
tetapi terikat dalam suatu ikatan solidaritas tertentu untuk mewujudkan kepentingan
atau rencana bersama; (2) adanya kerelaan dan kesadaran dari individu untuk
menjalankan peran yang diberikan oleh kelompok secara iklas. keikutsertaan tidak
atas dasar kekuasaan pemimpin (formal); dan (3) partisipasi berkonotasi kepada
Sehingga mereka diberi kesempatan untuk ikut serta dalam pembangunan dengan
kegiatan tertentu baik secara lansung maupun tidak lansung. Selain itu, pengertian
pertisipasi masyarakat secara lebih luas lagi didefinisikan oleh FAO (1989) yaitu
pengambilan keputusan.
b. Suatu proses aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok yang
itu.
sendiri.
mereka.
informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa
masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa
dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih
mengetahui seluk-beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap
proyek tersebut; ketiga, bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat
Nepal, yaitu:
10
a. Manipulatif Participation
pada suatu komisi kerja, organisasi kerja atau kelompok-kelompok dan bukannya
pada individu.
b. Passive Participation
Partisipasi rakyat dilihat dari apa yang telah diputuskan atau apa yang telah
terjadi, informasi datang dari administrator tanpa mau mendengar respon dari
c. Participation by Consultation
tenaga kerja, dukungan pangan, pendapatan atau insentif material lainnya. Mungkin
saja petani menyediakan lahan dan tenaga kerja, tetapi mereka tidak dilibatkan dalam
proses percobaan- percobaan dan pembelajaran. Kelemahan dari model ini adalah
apabila insentif habis, maka teknologi yang digunakan dalam program juga tidak
akan berlanjut.
e. Functional Participation
Partisipasi rakyat dilihat oleh lembaga eksternal sebagai tujuan akhir untuk
dengan proyek. Keterlibatan seperti ini mungkin cukup menarik, karena mereka
dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Tetapi hal ini terjadi setelah keputusan
utamanya telah ditetapkan oleh orang dari luar desa tersebut. Pendeknya, masyarakat
desa dikooptasi untuk melindungi target dari orang luar desa tersebut.
f. Interactive Participation
perencanaan aksi dan pembentukan atau penekanan lembaga lokal. Partisipasi lokal
dilihat sebagai hak dan tidak hanya merupakan suatu cara untuk mencapai suatu
target proyek saja. Proses melibatkan multidisiplin metodologi, ada proses belajar
yang terstruktur. Pengambilan keputusan bersifat lokal oleh kelompok dan kelompok
g. Self-Mobilisation
dengan lembaga eksternal untuk advis mengenai sumber daya dan teknik yang
mereka perlukan, tetapi juga tetap mengawasi bagaimana sumber daya tersebut
digunakan.
pengaturan atau pengurusan (Suharsimi Arikunto, 1993: 31). Banyak orang yang
dan memang itulah pengertian yang populer saat ini. Pengelolaan diartikan sebagai
suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk
is the process of planning and decision making, organizing, leading and controlling
sumber daya untuk mencapai tujuan organisasi secara efisiensi dan efektif.
fungsi pokok yang ditampilkan oleh seorang manajer atau pimpinan, yaitu
dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.
Pengertian manajemen telah banyak dibahas para ahli yang antara satu
dengan yang lain saling melengkapi. Stoner yang dikutip oleh Handoko (1993:8)
sumber daya organisasi lainya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan. Stoner menekanan bahwa manajemen dititik beratkan pada proses dan
sistem. Oleh karena itu, apabila dalam sistem dan proses perencanaan,
tujuan akan terganggu atau mengalami kegagalan (Qalyubi, 2007: 271). Selanjutnya
juga merupakan habitat berbagai satwa dan biota perairan. Jenis tanah yang berada di
bawahnya termasuk tanah perkembangan muda (saline young soil) yang mempunyai
kandungan liat yang tinggi dengan nilai kejenuhan basah dan kapasitas tukar kation
yang tinggi. Kandungan bahan organik, total nitrogen, dan amonium termasuk
kategori sedang pada bagian yang dekat laut dan tinggi pada bagian arah daratan.
Bersifat dinamis karena hutan mangrove dapat tumbuh dan berkembang terus serta
labil karena mudah sekali rusak dan sulit untuk pulih kembali seperti sediakala
(Kusmana, 2002).
hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di daerah pantai yang selalu atau secara
teratur tergenang air laut dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut tetapi tidak
terpengaruhi oleh iklim, sedangkan daerah pantai adalah daratan yang terletak di
14
bagian hilir Daerah Aliran Sungai (DAS) yang berbatasan dengan laut dan masih
adalah merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan sub-tropis yang didominasi
oleh beberapa jenis pohon mangrove yang tumbuh dan berkembang pada daerah
pasang surut pantai berlumpur. Ekosistem mangrove sering disebutkan sebagai hutan
payau dan hutan bakau. Ekosistem mangrove merupakan tipe hutan daerah tropis
yang khas tumbuh disepanjang pantai atau muara sungai yang masih dipengaruhi
oleh pasang surut air laut. Ekosistem mangrove banyak dijumpai di wilayah pesisir
yang terlindung dari gempuran ombak. Bila dibandingkan dengan ekosistem yang
lain, maka ekosistem mangrove memiliki flora dan fauna yang spesifik dan memiliki
mahluk hidup itu sendiri, terdapat pada wilayah pesisir, terpengaruh pasang surut air
laut,dan didominasi oleh spesies pohon atau semak yang khas dan mampu tumbuh
bahan organik yang dibawa ke ekosistem padang lamun oleh arus. Sedangkan
ekosistem lamun berfungsi sebagai penghasil bahan organik dan nutrien yang akan
dibawa ke ekosistem terumbu karang. Selain itu, ekosistem lamun juga berfungsi
dapat berfungsi sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak (gelombang) dan
arus laut. Ekosistem mangrove juga berperan sebagai habitat (tempat tinggal), tempat
15
tempat pemijahan (spawning ground) bagi organisme yang hidup di padang lamun
ataupun di terumbu karang. Disamping hal- hal tersebut di atas, ketiga ekosistem
dari hutan mangrove ke padang lamun kemudian ke terumbu karang atau sebaliknya
(Kaswadji,2001).
naik tertinggi (maximum spring tide) sampai level di sekitar atau di atas permukaan
laut rata-rata (mean sea level). Komunitas (tumbuhan) hutan mangrove hidup di
daerah pantai terlindung daerah tropis dan subtropis. Hampir 75% tumbuhan
Tenggara, seperti Malaysia dan Indonesia yang mempunyai curah hujan tinggi dan
Menurut Supriatna (2008) hutan mangrove merupakan salah satu habitat khas
pesisir dan juga estuaria, yang di Indonesia luasnya saat ini mencapai 24.000 km2
atau sekitar 1,3 % dari luas Indonesia. Vegetasi yang hidup di mangrove harus
mampu beradaptasi dengan salinitas yang tinggi dan oxygen yang rendah (anoxic).
menghasilkan buah berbentuk kapal selam agar dapat mengapung di laut dan
menancap di pesisir. Setiap jenis beradaptasi dengan cara yang unik terhadap
keadaan anoxic. Contohnya akar napas dengan lentisel berukuran besar dan lubang
bruguiera, dan akar yang menjulang ke atas seperti pensil pada sonneratia dan
avicennia.
16
mangrove merupakan hutan yang terdapat di daerah pantai yang selalu atau secara
teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air laut tetapi tidak
terpengaruh oleh iklim sedangkan daerah pantai adalah daratan yang terdapat di
bagian hilir daerah aliran sungai (DAS) yang berbatasan dengan laut dan masih
dipengaruhi oleh pasang surut dengan kelerengan kurang dari 8% (Santoso, 2000).
Mangrove mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan, baik dari segi
ekologis maupun ekonomi. Menurut Himakel (2012) fungsi dari hutan mangrove
adalah:
a. Sebagai peredam gelombang dan angin badai, pelindung pantai dari abrasi,
penahan lumpur dan penahan sedimen (sediment trap) yang diangkut oleh
serasah daun dan ranting pohon mangrove yang rontok. Sebagian dari
sendiri.
biota perairan baik yang hidup diperairan pantai maupun di lepas pantai.
dari jenis reptil, burung dan primata juga menjadikan mangrove menjadi
habitatnya.
sepanjang garis pantai tropis sampai sub-tropis yang memiliki fungsi istimewah di
suatu lingkungan yang mengandung garam dan bentuk lahan berupa pantai dengan
reaksi tanah anaerob. Secara ringkas hutan mangrove dapat didefinisikan sebagai
suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut (terutama di pantai yang
terlindung, laguna, muara sungai) yang tergenang pasang dan bebas dari genangan
pada saat surut yang komunitas tumbuhannya bertoleransi terhadap garam (Santoso,
2004).
mangrove tersebut yaitu untuk mendapatkan produksi secara terus menerus dalam
waktu yang relatif singkat demi mencapai suatu keadaan yang seimbang antara
pertumbuhannya dengan hasil yang dipanen setiap tahun atau jangka waktu tertentu
(Sofli, 2003). Tujuan utama pengelolaan hutan, termasuk hutan mangrove adalah
panen. Hutan mangrove adalah ekosistem hutan daerah pantai yang terdiri dari
kelompok pepohonan yang bisa hidup dalam lingkungan berkadar garam tinggi.
Salah satu ciri tanaman mangrove memiliki akar yang menyembul ke permukaan.
untuk menjamin keberadaan mangrove lestari yang dapat dinikmati oleh semua
stakeholder.
n. UU No. 27, Jo. UU No. 1 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil
Salah satu hal sangat penting dalam pengelolaan pantai adalah penegakan hukum.
peraturan sering dilanggar, yang tidak diikuti dengan sanksi dan hukuman yang
tegas, walaupun sudah dinyatakan secara eksplisit dalam aturan. Pengawasan oleh
pemerintah sebagai pihak berwenang tidak dilakukan. Penegakan hukum perlu terus
dilakukan dengan berbagai cara dan upaya, antara lain dapat berupa :
Misalnya dengan cara pemasangan papan aturan dan sanksi di tempat strategis
3. Perlu shock therapy dengan menerapkan sanksi, denda, hukuman maksimal dari
aturan yang ada agar stakeholders jera dan menaati aturan yang berlaku
4. Perlu lembaga pengawasan yang melekat pada instansi. Lembaga ini berfungsi
5. Karena isu-isu yang kompleks itu, diperlukan kolaborasi yang baik antara antara
institusi penentu kuantitas dan kualitas air dengan institusi penegakan hukum
BAB III
METODE PENELITIAN
mangrove, kegiatan dan aktifitas masyarakat yang tidak ramah lingkungan, masih
Sebagai sampel dalam penelitian ini adalah orang atau masyarakat yang berdomisili
sampel dalam penelitian ini sebanyak 60 orang. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah menggunakan teknik non probability sampling yaitu dengan
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah berupa data primer dan
data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh lansung dari lapangan berupa
Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil informasi pada
kuesioner
gambaran tentang partisipasi masyarakat dari penelitian ini maka data diolah secara
x 100%
Keterangan:
Masyarakat
menggambarkan kekuatan dan kelemahan internal yang paling penting dan peluang
serta ancaman eksternal yang paling penting (Alison dan kaye, 2015). Menurut
analisis lingkungan yang ada dilakukan dengan pendekatan analisis strategi atau
yang merumuskan suatu strategi, yang didasarkan pada logika dengan cara
faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan
Waiheru, maka digunakan metode alternatif atau solusi yang dibuat dengan melihat
pengelolaan.
26
BAB IV
dengan luas ± 11.03 km2. Secara administratif Desa Waiheru memiliki batasan
topografi pantai yang landai dan memiliki kondisi substrat yang beragam,
diantaranya lumpur, pasir, dan batu berpasir. Wilayah ini secara lansung berperan
sungai yaitu sungai Wai Salak sepanjang 9 Km, Wai Heru sepanjang 11 Km, Wai
Napu sepanjang 6 Km dan Wai Ila sepanjang 7 Km. Secara aksesibilitas Desa
sepeda motor atau mobil selama 20-30 menit dari kota Ambon. Salah satu eksositem
pesisir yang berada disepanjang pesisir pantai Desa Waiheru adalah ekosistem
ditandai dengan adanya berbagai potensi sumberdaya hayati laut yang beragam,
27
seperti kepiting, kerang, dan ikan di perairan Desa Waiheru. Dengan adanya
ekosistem ini, maka sebagian kebutuhan masyarakat secara ekonomi dapat terpenuhi.
4.1.2. Kependudukan
penduduk Desa Waiheru tercatat sebanyak 13.494 jiwa yang tersebar di 9 RW dan 35
RT. Dari jumlah tersebut, terdiri dari laki – laki 7.456 jiwa dan perempuan sebanyak
6.038 jiwa. Sedangkan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 3.093 KK dari total jumlah
penduduk. Dari hasil perhitungan jumlah penduduk di atas dapat dilihat bahwa
besar dari jumlah perempuan karena umur produktif dalam upaya dan pengelolaan
adalah laki-laki. Adapun gambaran tentang jumlah penduduk Desa Waiheru secara
keseluruhan berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan jumlah
1 Laki-laki 7.456
2 Perempuan 6.038
Total 13.494
(Sumber : Pemerintah Desa Waiheru 2017)
1 0-3 1.058
2 4-6 737
3 7-9 477
4 10-12 521
5 13-16 525
6 17-45 5242
7 46-59 2307
8 60-85 3335
9 >85 350
Total 13.494
(Sumber : Pemerintah Desa Waiheru 2017)
Penduduk Desa Waiheru terutama yang masuk kategori umur kerja yaitu
penduduk umur produktif (17-45) lebih besar dari penduduk umur tidak produktif (0-
13) tahun dan > 60 tahun. Penduduk Desa Waiheru dengan usia produktif ini
ataupun kegiatan aktivitas masyarakat yang ada, dalam hal ini hutan termasuk
pemanfaatan mangrove dan sekitarnya. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa
adalah TNI/POLRI, diikuti oleh wiraswasta dan terendah adalah pengrajin (Tabel
4.3). Jenis pekerjaan yang dimiliki oleh masyarakat sangat berpengaruh terhadap
pola pikir dan tingkah laku terhadap lingkungannya. Masyarakat yang tidak memiliki
29
pekerjaan yang tidak tetap akan melakukan pekerjaan yang praktis untuk bisa
relatif rendah akan menuntut mereka mencari tambahan penghasilan sehingga upaya
wilayah pesisir. Dari sisi distribusi terlihat adanya klasifikasi pekerjaan tidak tetap,
dan dalam hal peluang untuk melakukan kegiatan yang berkemungkinan mengancam
1 Petani 625
2 Nelayan 65
3 PNS 420
Waiheru yang beraktivitas dengan mata pencaharian tetap sangat berpengaruh pada
30
pendapatan rill keluarga. Pendapatan rill rata-rata keluarga di Desa Waiheru dari
jumlah penduduk usia angkatan kerja rata-rata pendapatan antara >Rp 1000.000 - <
Rp 5000.000,-
4.1.5. Pendidikan
(30,10%) dan yang paling rendah adalah doktor (0,05%). Tingkat pendidikan
lebih tinggi umumnya memiliki pengetahuan lebih luas, sehingga lebih mudah
menyerap dan menerima informasi baru. Berbeda halnya dengan masyarakat yang
menyerap informasi yang ada dengan baik sehingga tindakan-tindakan yang bersifat
tidak ramah lingkungan sering kali terjadi dan memberikan dampak yang besar
sumberdaya mangrove dan sumberdaya lainnya yang ada di pesisir agar ekosistem
pesisir tetap lestari dan terjaga. Berikut jumlah penduduk di Desa Waiheru
4.1.6. Kelembagaan
Dalam Tuwo, 2011). Dalam paradigma kelembagaan, sebuah lembaga adalah sebuah
jaringan dukungan yang dibentuk dalam lembaga sebagai sistem kegiatan yang
normatif (Tuwo, 2011). Kelembagaan yang ada di Desa Waiheru terdiri dari lembaga
a. Lembaga Pemerintah
Lembaga pemerintah bisa berupa lembaga resmi pada tingkat provinsi sampai
pada tingkat desa. Lembaga pemerintah merupakan lembaga yang berperan penting
bagi kepentingan masyarakat Desa Waiheru di pimpin oleh kepala Desa dimana
secara formal fungsi dari lembaga pemerintahan Desa yaitu menjalankan pelayanan
Desa Waiheru belum optimal dalam pengelolaan sumberdaya yang bersifat “Open
Acces” jika hal ini terus-menerus terjadi kemungkinan besar sumberdaya yang ada
sumberdaya perikanan akan tetapi sebagian masyarakat tidak mengetahui dan sangat
sumberdaya tersebut.
b. Lembaga Keagamaan
unsur lembaga ini terdiri dari organisasi pemuda dan organisasi remaja mesjid, tetapi
c. Lembaga Pendidikan
Desa Waiheru merupakan salah satu desa pesisir di Kota Ambon, memiliki
pencari kayu bakar, penangkapan satwa, ikan, kepiting, bameti dan balobe,
beberapa jenis yaitu, Rhizopora sp, Avicennnia sp, Sonneratia sp, Bruguiera sp , dan
Nipa sp. Jenis mangrove yang lebih dominan ditemukan di kawasan Desa Waiheru
adalah jenis Rhizopora sp. Dikarenakan mangrove jenis ini lebih cocok tumbuh pada
substrat berlumpur. Desa Waiheru memiliki beberapa jenis substrat yaitu substrat
sehari-hari.
4.2.1. Umur
Jika mengacu pada produktifitas, maka dari hasil persentase data berikut
Besarnya jumlah penduduk yang berada pada kisaran usia produktif dan sangat
produktif ini juga akan sangat mendukung pada partisipasinya dalam kegiatan
pembangunan. Pada usia yang relatif muda ini masyarakat lebih mudah menerima
masukan atau hal-hal baru yang bersifat untuk kemajuan mereka. Dalam
ekosistem mangrove ini akan lebih mudah diajak karena keinginan untuk
memperbaiki masa depan yang lebih baik terutama sumberdaya ekosistem mangrove
diperoleh struktur umur dengan kisaran 21-61 tahun, selengkapnya dapat dilihat
1 20-30 19 31,6
2 31-40 25 41,6
3 41-50 14 23,3
4 >50 2 3,5
Total 60 100
4.2.2. Pendidikan
sekitarnya. Kondisi tingkat pendidikan yang rendah juga akan menjadi kendala
berkelanjutan. Hal ini akan berimplikasi pada rendahnya tingkat adopsi inovasi,
pendidikan yang rendah namun masyarakat memiliki pengalaman yang cukup baik
1 Tidak Sekolah - -
2 Tamat SD 29 48,3
4 Tamat SLTA 12 20
5 Sarjana 5 8,4
Total 60 100
nelayan memiliki kesempatan lebih banyak dibanding petani dan profesi masyarakat
1 Nelayan 30 50
2 Petani 16 26,6
3 Wiraswasta 8 13,3
4 PNS 4 6,6
5 TNI/POLRI 2 3,5
Total 60 100
4.2.4. Pendapatan
Dalam hubungan kegiatan partisipasi suatu kegiatan, tingkat pendapatan
lingkungan hidup. Selain itu ambisi seseorang untuk mencapai tujuan tertentu juga
baik pula.
1 < Rp 250.000 - -
2 Rp 250.000 - Rp 499.999 9 15
Total 60 100
Lama tinggal dari responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel
4.10 dibawah ini. Pada umumnya terlihat bahwa sebagian besar lama tinggal
responden sama dengan umur responden itu sendiri. Sehingga dapat dikatakan
1 < 15 - -
2 15-19 - -
3 20-24 8 13,4
38
4 25-30 13 21,6
5 >31 39 65
Total 60 100
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada saat pelaksanaan penelitian, maka ada
memperoleh bibit yaitu dari ekosistem mangrove yang sudah ada, sebanyak 10
Total 60 100
Total 60 100
Tabel 4.13 Partisipasi Dalam Segi Menanam, Menyediakan dan Merawat Ekosistem
Mangrove
keperluan rumah tangga seperti kayu bakar, arang, dll, sedangkan sebanyak 14
bibit ikan, udang, kepiting, kerang dll. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
41
manfaat yang diperoleh dari hasil penanaman ekosistem mangrove yaitu untuk
menyatakan berpartisipasi.
Mangrove
42
1 Berpartisipasi 32 53,4
2 Cukup berpartisipasi 12 20
3 Sangat berpartisipasi 9 15
Total 60 100
terkait juga ikut berpartisipasi dalam pengelolaan ekosistem mangrove yaitu dari 60
bahwa instansi terkait berpartisipasi terutama dalam penyediaan dan penanaman bibit
mangrove.
1 Berpartisipasi 40 66,6
2 Tidak berpartisipasi 9 15
Total 60 100
43
menyatakan hanya ingin mendapat imbalan. Berdasarkan hasil data tersebut dapat
Ekosistem Mangrove
mengawasi dan menikmati hasilnya. Berdasarkan hasil data tersebut dapat dijelaskan
semua kalangan.
Ekosistem Mangrove
Total 60 100
hasil data tersebut dapat dijelaskan bahwa masyarakat kurang setuju menerima setiap
Total 60 100
hasil data tersebut dapat dijelaskan bahwa masyarakat setuju jika setiap kebijakan
1 Menyatakan setuju 27 45
yang bapak/ibu lakukan dalam kegiatan pengelolaan ekosistem mangrove, yaitu dari
dalam kegiatan pengelolaan ekosistem mangrove harus dilakukan setiap hari, yaitu
(13,4%) menyatakan sangat setuju. Berdasarkan hasil data tersebut dapat dijelaskan
3 Menyatakan setuju 9 15
Total 60 100
buah, daun, akar, batang dan tumbuh di substrat berlumpur, berpasir, pasir berbatu,
memiliki bunga, buah, daun dan batang, sebanyak 15 masyarakat (25%) menyatakan
mangrove adalah tumbuhan yang mampu tumbuh di pesisir pantai. Berdasarkan hasil
tumbuhan yang memiliki bunga, buah, daun, akar, batang dan hidup pada substrat
ekosistem mangrove apakah ada lembaga khusus yang dibentuk untuk melakukan
masyarakat (71,6%) menyatakan ada lembaga khusus namun sudah tidak aktif,
Berdasarkan hasil data tersebut dapat dijelaskan bahwa ada lembaga khusus untuk
lebih banyak tumbuh di pesisir pantai, yaitu dari 60 masyarakat yang menjadi
sp, sebanyak 10 masyarakat (16,6%) menyatakan jenis Nipa sp, sedangkan sebanyak
4 masyarakat (6,8%) menyatakan jenis avicennia sp. Berdasarkan hasil data tersebut
dapat dijelaskan bahwa lebih banyak Rhizopora Sp dan Sonneratia sp yang tumbuh
Total 60 100
melakukan proses penyulaman pada ekosistem mangrove yang sudah mati yaitu dari
mati. Berdasarkan hasil data tersebut dapat dijelaskan bahwa masyarakat tidak
setempat. Hal ini disebabkan karena masyarakat setempat sangat tergantung kepada
kondisi dan potensi sumberdaya alam serta lebih merasakan dampak di kawasan
tersebut, atau dengan kata lain baik buruknya pengelolaan ekosistem mangrove
wilayah pesisir dan lautan secara terpadu dibutuhkan partisipasi masyarakat yang
tinggi dan setepat mungkin. Masyarakat yang hidup di sepanjang pantai dan telah
masyarakat terlihat dari penanaman yang dilakukan atas kemauan masyarakat sendiri
ekosistem mangrove di Desa Waiheru cukup baik berdasarkan hasil observasi dan
pengelolaan ekosistem mangrove di Desa Waiheru bahwa dari aspek sosial baik,
dan merawat keberlanjutan ekosistem mangrove yang ada karena dengan adanya
secara langsung di kawasan ekosistem mangrove. Bibit mangrove yang ditanam oleh
oleh aktivitas sebagian masyarakat yang tidak ramah lingkungan yaitu sampah yang
mangrove.
Masyarakat
kelemahan juga faktor-faktor eksternal : unsur peluang dan ancaman yang diperoleh
Analisa ini dilakukan membagi lingkungan analisa dalam dua bagian yaitu
masyarakat, sehingga dibuat suatu matriks faktor -faktor SWOT. Dalam menyusun
54
strategi perlu adanya identifikasi komponen SWOT yang dimiliki oleh Desa Waiheru
yang terbagi atas dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a. Kekuatan (Strength)
ekosistem mangrove.
b. Kelemahan (Weaknesses).
ekosistem mangrove.
Faktor eksternal terdiri dari dua komponen yakni peluang (Oppertunities) dan
ancaman (Threats)
a. Peluang (Oppertunities)
Ekosistem Mangrove
55
b. Ancaman (Threats)
terdapat dalam faktor eksternal (peluang dan ancaman). Hasil penyilangan tesebut
berikut :
mangrove.
58
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Waiheru.
4. Kerja sama antara masyarakat, Pemerintah Desa dan Pemerintah Kota serta
Waiheru.
5.2. Saran
:
59
2. Kepada Pemerintah Kota agar lebih aktif dalam kegiatan rehabilitasi terhadap
di Desa Waiheru.
60
DAFTAR PUSTAKA
Bann, C, 1998. The Economic Valuation for Tropical Forest Land Use Option :
AManual for Researchers. Economis and Enviroment Program for
Southeast Asia(EEPSA).
Diana, (1991). Perencanaan Sosial di Dunia ketiga. Yogyakarta : UGM Press.
Dahuri dkk. 2004. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Secara Terpadu.
PT.Bintang Ilmu ; Jakarta.
Rangkuti. 2005. Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT.
Gramedia.
Harahab, N. dan P.G. Raymond, 2011. Analisis Indikator Utama Pengelolaan Hutan
Mangrove Berbasis Masyarakat di Desa Curahsawo, Kecamatan
Gending, Kabupaten Probolinggo. Jurnal Sosek KP, Volume 6, No. 1,
Tahun 2011.
Hobley, M., 1996. Participatory Forestry : The Process of Change in India and
Nepal. Rural Development Forestry Study Guide 3. London
I. Identitas Responden
1. Nama : ........................
2. Alamat : ........................
II. Karakteristik Responden
1. Umur :..............
2. Pendidikan
a. Pendidkan Formal : 1. Tidak sekolah
2. Tidak tamat SD
3. Tamat SD
4. SMP
5. SMU
6. Perguruan tinggi
b. Pendidikan Non-Formal :
3. Pekerjaan
a. Pekerjaan Utama : ............................
b. Pekerjaan Sampingan : ....................
4. Jumlah Tanggungan : ............................
5. Lama Bermukim : .............Tahun