Disusun oleh :
Amara Kanya Maharani
191610101142
Tutorial L
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mikrosirkulasi
Fungsi terpenting sirkulasi terjadi pad mikrosirkulasi. Berupa transpor zat
nutrisi ke jaringan dan pembuangan eksreta sel. Mikrosirkulasi merupakan jalan
dimana sel-sel darah merah membawa oksigen ke jaringan dan membuang
karbondioksida keluar jaringan. Mikrosirkulasi juga merupakan rangkaian
pembuluh darah yang berawal dari arteri, arteriol, metarteriol, kapiler, venule, dan
vena (Wei et al., 2018). Pembuluh mikrosirkulasi semuanya terletak dalam organ
dan disusun secara khusus untuk memnuhi kebutuhan organ tersebut. Pada
umumnya, setiap arteri akan bercabang sebanyak enam sampai delapan kali
sebelum arteri tersebut menjadi cukup kecil utnuk disebut arteriol, umunya
berdiameter interna hanya 10-15 mikrometer. Arteriol kecil mengendalikan aliran
darah ke setiap jaringan, dan kondisi setempat di jaringan mengendalikan
diameter arteriol. Selanjutnya arteriol akan bercabang dua sampai lima kali hingga
mencapai diameter 5 sampai 9 mikrometer, dan pada ujungnya tempat arteriol
tersebut memasok darah ke kapiler.(Guyton and Hall, 2006)
Menurut Silverthorn D, (2013), mikrosirkulasi rongga mulut dimulai dari
darah yang dibawa oleh arteri-arteriol menjauhi jantung menuju jaringan rongga
mulut dan selanjutnya menuju kapiler yang akan terjadi pertukaran materi nutrisi
ke sel jaringan. Pertukaran zat yang terjai di kapiler bergantung pada
permeabilitas membran dinding kapiler terhadap bahan yang dipertukarkan.
Bahan-bahan yang larut dengan air akan masuk melalui proi yang terdapat di
kapiler. Jadi setiap jaringan, akan mengendalikan aliran darahnya sendiri sesuai
dengan kebutuhannya asing-masing. pertukaran di kapiler ini adalah tujuan utama
sistem sirkulasi. Kapiler akan menyatu kembali membentuk venula kecil, yang
lebih lanjut menyatu mebentuk vena kecil yang keluar dari organ. Vena-vena kecil
ini akan menyatu pula membentuk vena besar.
2.2 Arteriol
Arteriole merupakan hasil percabangan dari arteri yang membawa darah dari
jantung ke organ yaitu rongga mulut, bercabang membentuk ‘‘pohon’’ pembuluh
darah yang semain kecil, dnegan berbagai cabang menyalurkan darah ke berbagai
ke bagian tubuh. Ketika mencapai rongga mulut, arteri kecil ini akan bercabang
banyak membentuk banyak arteriol (sherwood). Arteriol sangat berotot, dan
diameternya dapat berubah beberapa kali lipat. Volume darah yang mengalir
melalui suatu organ dapat disesuaikan dengan mengatur kaliber (diameter
internal) arteriol rgan tersebut. Arteriol kemudian bercabang-cabang di dalam
organ menjadi kapiler. (Sherwood, 2010)
2.3 Kapiler
Kapiler merupakan tempat ideal untuk terjadinya pertukaran bahan anatar
darah dan sel jaringan. Kapiler bercabang-cabang secara ekstensif untuk
membawa darah agar dapat dijangkau oleh setiap sel. Kapiler adalah pembuluh
darah terkecil, dengan diameter rerata 8 µm, hampir sama dengan ukuran
eritrosit (sel darah merah). Terdapat tiga jenis kapiler: vas capillare continuum,
vas capillare fenestratum, vas capillare sinusoideum. Variasi struktual kapiler ini
memungkinkan berlangsungnya berbagai jenis pertukaran metabolik antara darah
dan jaringan di sekitarnya. (Eroschenko, 2007)
2.4 Venule
Venule merupakan kapiler-kapiler yang tekah menyatu kembali untuk
mebentuk pembuluh darah yang lebih besar. Darah vena mulanya mengalir ke
dalam venula postcapillaris kemudia kedalam vena yang semakin besar. Venula
lebih besar daripada arteriol dan mempunyai lapisan otot lebih lemah. Namun,
tekanan di dalam venula jauh lebih kecil dibandingkan tekanan di dalam arteriol,
sehingga venula tetap masih dapat berkontraksi meskipun ototnya lemah.
(Eroschenko, 2007)
2.5 Pembuluh limfe
Sistem limfe terdiri atas kapiler limfe (vas lymphocapillare) dan pembuluh
limfe (vasa lymphatica). Sistem ini mulanya berupa saluran buntu atau kapiler
limfe di dalam jaringan ikat berbagai organ. Pembuluh ini menampung kelebihan
cairan interstisial (limfe) dari jaringan dan mengembalikannyake darah vena
melalui pembuluh limfe besar, duktus torasikus (ductus thoracicus) dan duktus
limfatikus (ductus lymphaticus) kanan. Endotel pada kapiler dan pembuluh limfe
sangat tipis agar lebih permeabel. Struktur pembuluh limfe besar mirip vena
namun dindingnya lebih tipis.Aliran limfe di dalam pembuluh limfe mirip dengan
aliran darah; yaitu, kontraksi otot rangka mendorong limfe bergerak maju.
Pembuluh limfe juga mengandung lebih banyak katup (valva lymphatica) untuk
mencegah aliran balik limfe. Pembuluh limfe ditemukan di semua jaringan kecuali
di SSP tulang rawan, tulang dan sumsum tulang, timus, plasenta, dan gigi.
(Sherwood, 2010)
2.6
BAB 3
PEMBAHASAN
Gambar 3. 7 Blackwell,2015
Gambar 3. 9 Blackwell,2015
Pada gambar 3.9 adalah gambar skematik dari suplai darah ke gingiva
gratis. Seperti yang dinyatakan sebelumnya, suplai darah utama gingiva bebas
berasal dari pembuluh darah supraperiosteal (SV) yang, dalam gingiva,
anastomosis dengan pembuluh darah dari tulang alveolar (ab) dan ligament
periodontal (pl). Ke kanan, epitel oral (OE) digambarkan dengan pleksus subepitel
yang mendasari pembuluh (sp). Di sebelah kiri di bawah epitel junctional (JE),
pleksus dentogingival (dp) dapat dilihat, yang, dalam kondisi normal, terdiri dari
jaringan fine-meshed tanpa loop kapiler.
Gambar 3. 10 Blackwell, 2015 Gambar 3. 11 Blackwell, 2015
Pada gambar 3.10, menunjukkan bagian yang disiapkan melalui gigi (T)
dengan periodonsiumnya. Pembuluh darah (rami perforasi; panah) yang timbul
dari arteri intraseptal di tulang alveolar berjalan melalui kanal (kanal Volkmann)
di dinding soket (VC) ke dalam ligament periodontal (PL), di mana mereka
anastomosa. Pada gambar 3.11, menunjukkan pembuluh darah di ligamen
periodontal pada bagian yang sejajar dengan permukaan akar. Setelah memasuki
ligamen periodontal, pembuluh darah (perforasi rami; panah) anastomosa dan
membentuk jaringan polihedral yang mengelilingi akar seperti stocking.
Mayoritas pembuluh darah di ligamentum periodontal ditemukan dekat dengan
tulang alveolar. Pada bagian koronal dari ligament periodontal, pembuluh darah
mengalir ke arah koronal, melewati lekukan tulang alveolar, ke gingiva bebas
(lihat Gambar 3.1). (Blackwell, 2015)
Gambar 3. 12 Blackwell,2015 Gambar 3. 13 Balckwell,2015
Gambar 3. 14 Blackwell,2015
Blackwell, W., 2015. Clinical Periodontology and Implant Dentistry, 6th ed. SPi
Publisher Services, India.
Creanor, S., 2019. Dasar-Dasar Biologi Oral Klinis. EGC, Jakarta.
Eroschenko, V.P., 2007. diFiore’s Atlas of Histology With Functional
Correlations, 11th ed. Baltimore, MD.
Guyton, A.C., Hall, J.E., 2006. Guyton dan Hall Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran, 12th ed. Library of Congress Cataloging-in-Publication Data.
Sherwood, L., 2010. Introduction to Human Physiology, 8th ed. Brooks/Cole
Cengage Learning.
Silverthorn D, U., 2013. Human physiology an integrated approach 6th edition,
6th ed. Pearson College Division, United States.
Wei, W., Choi, W.J., Wang, R.K., 2018. Microvascular imaging and monitoring
of human oral cavity lesions in vivo by swept-source OCT based
angiography. Lasers Med Sci 33, 123–134.
https://doi.org/10.1007/s10103-017-2350-3
Wheeler, S., 2008. Dental Anatomy, Physiology, dan Occlusion, 7th ed. W.B.
SAUNDERS COMPANY, Amerika.