Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN INDIVIDU PEMICU 3 BLOK 15

”Gigi Sari yang Berlubang”

Disusun Oleh
Aza Behira Damaiyanti Sibuea
190600090
Kelompok 11

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu email, dentin, dan
sementum yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat
difermentasikan. Karies gigi masih menjadi salah satu masalah yang paling sering terjadi pada
masyarakat Indonesia, tidak hanya terjadi pada orang dewasa tetapi juga terjadi pada anak-anak.
Dampak negatif karies pada anak usia dini dikaitkan dengan rasa sakit maupun kehilangan gigi
(Chou et al., 2013).

Dampak tersebut berupa kesulitan mengunyah, gangguan perilaku karena merasa rendah
diri, dan terganggunya proses belajar sehingga nilai sekolah anak menjadi rendah. Rasa sakit
karena karies juga akan menyebabkan terjadinya penurunan kualitas hidup, perubahan nafsu
makan, dan terganggunya pola tidur anak (Martins et al., 2016). Kesehatan gigi dan mulut
berperan penting dalam tumbuh kembang anak. Berat badan rendah dan pertumbuhan yang
terhambat berhubungan dengan karies gigi pada anak yang tidak diobati (Nabuab et al., 2018).

Oleh karena itu, sejak dini orang tua harus mau mengajak anak untuk ke dokter gigi.
Dalam perawatan anak di dokter gigi tentu berbeda dengan perawatan gigi pada orang dewasa.
Keberhasilan perawatan gigi pada pasien anak tergantung pada ketelitian pemeriksaan, diagnosa
yang tepat dan perawatan yang tepat. Untuk mencapai hal tersebut harus ada kerja sama yang
merupakan segi tiga yang saling berhubungan satu sama lain (Segi tiga Pedodontik). Segi tiga
tersebut merupakan rangkaian tiga unsur yaitu dokter gigi beserta stafnya, anak sebagai pasien
dan orang tua/wali pasien. Kerja sama diantara ketiga unsur tersebut harus dibina dengan baik
demi keberhasilan perawatan yang akan dilakukan.
B. Deskripsi Topik

Nama Pemicu : Gigi Sari yang berlubang

Penyusun : Ami Angela Harahap, drg., Sp. KGA, MSc, Dewi Sartika, drg. MDSc., Kholidina
Imanda Harahap, MDSc

Hari/ Tanggal : Jumat/ 27 Agustus 2021

Jam : 14.00-16.00

Skenario

Seorang anak perempuan berusia 7 thn, datang diantar oleh ibunya ke RSGM FKG USU, dengan
keluhan gigi geraham kiri bawah berlubang, pasien merasa ngilu apabila minum dingin. Hasil
anamnesis diketahui berat badan anak 33 kg, tinggi badan 125 cm, anak merupakan anak normal
dan ASA 1. Pekerjaan Ayah adalah tukang bangunan, dan Ibu adalah seorang ibu rumah tangga,
dengan anggota keluarga berjumlah 5 orang, mereka bertempat tinggal di daerah Starban. Ibu
juga mempunyai karies yang banyak di rongga mulut. Anak menyikat gigi pagi hari sebelum
makan dan waktu mandi sore. Kunjungan ini merupakan kunjungan pertama anak ke dokter
gigi.S Pemeriksaan Intra oral: gingiva terlihat kemerahan di regio 11,21,74 ,75; lidah terlihat
pseudomembran putih kekuningan dengan skor 2, Tongue Tie skor 2, skor OHIS 3,1dan terdapat
malposisi gigi pada regio anterior maksila. Gigi 53 karies dentin pada bagian bukal, 55, 75 karies
dentin yang dalam pada bagian oklusal, Chlor etyl (+), Palpasi (-), Perkusi (-), gigi 74, 84 karies
mencapai dentin pada permukaan oklusal lingual, Chlor etyl (+), Palpasi (-), Perkusi (-), gigi 26
karies enamel dan 36 karies dentin. Dokter gigi berencana akan melakukan perawatan pada anak.

Pertanyaan

1. Sebutkan dan jelaskan jenis pemeriksaan yang dilakukan terhadap anak (IKGA)
2. Hitung BMI dan BMI percentile anak berdasarkan CDC growth charts, dan anak
termasuk pada kategori mana? (IKGA)
3. Jelaskan mengapa penting menanyakan pekerjaan, jumlah anggota keluarga dan tempat
tinggal dari anak (IKGA)
4. Sebutkan pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk menilai risiko karies anak serta
penegakan diagnosis pada anak (IKGA, RKG)
5. Apabila pasien pada kasus tersebut akan dilakukan pemeriksaan radiografi, tuliskan dan
jelaskan tatacara pemilihan jenis pemeriksaan radiografi berdasarkan guidelines AAPD
atau EAPD! (RKG, IKGA)
6. Sebutkan interpretasi gambaran radiografi pada kasus (RKG)
7. Sebutkan seluruh diagnosis dan rencana perawatan pada kasus baik jaringan lunak dan
jaringan keras gigi serta jelaskan alasannya.
8. Dokter gigi mempunyai rencana akan melakukan restorasi dengan bahan GIC, kompomer
dan resin komposit. Jelaskan alasan pemilihan bahan tersebut berdasarkan: a. Komposisi
b. Sifat mekanis c. Cara pemanipulasian d. Indikasi pemakaian bahan restorasi pada gigi-
gigi yang mengalami karies di kasus tersebut. (IKGA & DM)
9. Jelaskan perbedaan antara bahan dentin kondisioner, bahan etsa dan bahan bonding yang
akan digunakan pada kasus. (DM)
10. Sebutkan tahapan kerja restorasi untuk gigi 75, 53 dan gigi 26; sebutkan instrumen dan
bahan yang digunakan (IKGA)
11. Jelaskan kapan kontrol berkala anak setelah seluruh perawatan selesai dilakukan!
(berdasarkan penentuan risiko karies pada anak berdasarkan CAMBRA). (IKGA)
BAB II

PEMBAHASAN

1. Sebutkan dan jelaskan jenis pemeriksaan yang dilakukan terhadap anak (IKGA)

Sebelum melakukan pemeriksaan pada anak, ada yang harus diperhatikan karena
pemeriksaan gigi dan mulut pada anak tentu berbeda dengan pemeriksaan gigi dan mulut
pada orang dewasa. Pada ilmu kedokteran gigi anak ada sebuah filosofi ”Rawat Anaknya
Bukan Giginya”. Apa yang terkandung dalam filosofi ini adalah suatu tekad untuk
mempertimbangkan perasaan anak, membentuk rasa percaya dan kerja sama anak agar
mau melakukan perawatan dengan cara simpatik dan baik. Tidak hanya memberikan
perawatan sekarang, tetapi juga mengusahakan masa depan kesehatan gigi anak dengan
membentuk sikap dan tingkah laku yang positif terhadap perawatan gigi.

Kunjungan Pertama

Kunjungan pertama merupakan hal penting yang akan menjadi kunci keberhasilan
perawatan yang akan dilakukan oleh dokter gigi. Pada saat ini dokter harus memberikan kesan
yang baik dan nyaman sehingga tidak menimbulkan ketakutan pada anak jika melakukan
kunjungan selanjutnya. Pada kunjungan pertama ini sebaiknya hanya untuk memperkenalkan
pada anak bagaimana rasanya memeriksakan gigi dan memperlihatkan bahwa ini adalah
pengalaman yang menyenangkan. Hal ini penting terutama untuk anak yang baru pertama kali
berkunjung ke dokter gigi. Pemeriksaan terhadap anak hendaknya dilakukan perlahan-lahan,
jangan tergesa-gesa dan alat yang digunakan hendaknya dibatasi untuk menghindari rasa takut.

 Anamnesis
Dokter dapat bertanya kepada orang tua sambil mengikutsertakan anak untuk data
diri pasien, riwayat sosial, riwayat gigi, dan riwayat medis anak. Pencatatan ini
memberikan informasi yang berguna dan merupakan dasar dari rencana
perawatan. Diharapkan agar kecemasan yang dirasakan oleh anak pada
kedatangannya dapat dikurangi atau dihilangkan selama periode pencatatan,
sehingga anak dapat duduk dengan tenang pada kursi perawatan. Kemudian jika
pencatatan telah selesai dilakukan, dokter gigi dapat mulai mengajak anak untuk
duduk di dental unit. Pada kasus anak sudah berusia 7 tahun, pada usia itu anak
sudah bisa diajak bekerja sama, apabila anak tetap tidak mau duduk di dental unit,
orang tua dapat diminta untuk memangku anak dengan kepala ditahan
menggunakan lengan kiri orang tua. Pada posisi ini anak akan merasa aman,
orang tua dapat membantu menahan gerakan-gerakan anak yang dapat
menghalangi dokter gigi melakukan pemeriksaan gigi dan mulut.

Pasien anak yang relaks duduk di dental unit merupakan prasyarat untuk keberhasilan dalam
melakukan perawatan. Kenalkan pada anak peralatan-peralatan umum yang digunakan untuk
perawatan gigi agar anak lebih familiar. Mulaikah bekerja dari depan anak, sejajar dengan mata
anak. Jangan terlalu dekat, hati-hati dengan “intimate zone” (45 cm), beri pengertian kepada
anak apabila zona tersebut akan dilewati untuk kebutuhan perawatan

 Pemeriksaan Ekstra Oral


a. Penampilan Umum, Tinggi, Berat Badan
Secara umum tinggi badan seorang anak dapat diamati dengan cepat sewaktu
anak memasuki ruang praktek. Untuk memastikannya dapat diukur dan
membandingkannya dengan tabel yang memuat perbandingan antara tinggi badan,
usia dan berat badan anak. Faktor yang mempengahi keadaan tinggi, berat badan
dalam masa perkembangan adalah herediter, lingkungan, penyakit sistemik dan
gangguan endokrin. Pada kasus anak berusia 7 tahun dengan berat 33 tahun dan
tinggi 125cm dan masuk kedalam anak ASA 1 (pasien sehat)
b. Kulit
Adanya perubahan atau kelainan pada kulit di wajah atau tangan dapat dipakai
sebagai petunjuk adanya kelainan atau penyakit. Lesi yang primer atau sekunder
dapat terjadi pada kulit muka, bila terdapat herpes pada bibir atau muka yang
disertai rasa sakit dan juga disertai sakit gigi, sebaiknya perawatan gigi ditunda
atau diberi premedikasi dan pasien dirujuk ke dokter kulit terlebih dulu. Pada
kasus pasien tidak memiliki kelainan pada kulit.
c. Mata
Infeksi/abses pada gigi rahang atas dapat menyebar ke mata menyebabkan
pembengkakan atau conjuctivitis pada mata. Pada kasus di skenario pasien juga
tidak memiliki kelainan pada mata.
d. Bibir
Pemeriksaan bibir dilakukan dengan mengamati ukuran, bentuk, warna dan
tekstur permukaan. Dipalpasi dengan ibu jari dan telunjuk. Pada skenario, pasien
juga tidak memiliki kelainan pada daerah bibir.
 Pemeriksaan Intra Oral
a. Gingiva
Pemeriksaan gingiva meliputi warna, ukuran, bentuk dan konsistensinya. Sewaktu
erupsi gigi, gingiva dapat membengkak, sakit (terutama bila terkena trauma gigi
antagonisnya) dan meradang. Pada skenario, pasien memiliki gingiva yang
terlihat kemerahan di regio 11, 21, 74, 75.
b. Lidah
Untuk memeriksa lidah, anak diminta menjulurkan lidahnya ke depan. Periksa
ukuran, bentuk, warna dan pergerakannya. Daerah di bawah lidah harus diperiksa
karena sering terjadi pembengkakan atau ulserasi yang dapat mengganggu bila
berbicara dan sewaktu lidah digerakkan. Pada skenario, di lidah pasien terdapat
pseodomembran putih kekuningan dengan skor 2, dan mengalami tounge tie.
Tongue-tie (ankyloglossia) adalah kelainan pada bayi di mana frenulum lidahnya
terlalu pendek. Hal ini dapat membuat lidah sulit membersihkan sisa makanan
dari gigi. Kondisi ini bisa menyebabkan kerusakan gigi dan pembengkakan pada
gusi.
c. Gigi
Pengamatan gigi secara menyeluruh dapat dilakukan dengan cepat sebelum
masing-masing gigi didiagnosa secara teliti. Pemeriksaan gigi dilakukan dengan
memakai kaca mulut, ekskavator dan pinset. Terdapat malposisi gigi pada regio
anterior maksila, gigi (53) karies dentin pada bukal, (55,75) karies dentin dalam
pada oklusal, (74,84) karies dentin pada permukaan oklusal lingual, gigi (26)
karies enamel, (36) karies dentin.
 Pemeriksaan Penunjang
a. Tes termal: dilakukan dengan khlor etil untuk tes ketahanan terhadap dingin, dan
gutta percha untuk panas. Pada skenario pasien telah mengalami tes termal dingin
dengan hasil (+)
b. Tes perkusi: Untuk melakukan test perkusi ini harus mempunyai pengalaman, test
dilakukan dengan cara mengetok gigi yang dicurigai dan mendengarkan suaranya.
Gigi vital suaranya nyaring dan gigi non vital suaranya lemah. Pada skenario gigi
pasien menghasilkan hasil (-)
c. Tes palpasi: teknik melakukan tekanan ringan dengan jari. Pada skenario gigi
pasien menghasilkan hasil (-)
d. Ronsen foto: Mendeteksi dan melihat perluasan karies. Karies proksimal sering
dijumpai bila gigi molar sulung/tetap sudah mempunyai kontak sempurna (pada
gigi sulung, kontaknya merupakan kontak bidang dan gigi tetap kontak titik).
Oleh karena itu bila gigi sudah berkontak dengan sempurna sebaiknya dilakukan
pengambilan ronsen foto untuk mendeteksi karies yang sering tidak terlihat
dengan mata yang disebut dengan Hidden Caries (karies tersembunyi). Ini
digunakan untuk membantu menegakkan diagnosa.

2. Hitung BMI dan BMI percentile anak berdasarkan CDC growth charts, dan anak
termasuk pada kategori mana? (IKGA)
Body Mass Index adalah berat badan seseorang dalam kilogram dibagi dengan
kuadrat tinggi badan dalam meter. Dimana berat badan dan tinggi badan pasien
pada kasus adalah 33 kg dan 125cm.2 Maka jika dikoversi menjadi Body Mass Index
adalah sebagi berikut:
125 cm -> 1,25 m
BMI = bb (kg) / tb (m2)
BMI = 33 / (1,25)2
BMI = 33 / 1,5625
BMI = 21,12
Body Mass Index Percentile sendiri diklasifikasikan menjadi 43:

1. < 5th percentile = underweight (kuning tua)


2. 5th – 85th = healthy weight (hijau)
3. 85th – 95th = overweight (kuning muda)
4. > 95th = obesitas (merah)
BMI Percentile pasien anak adalah 21,12. Berdasarkan tabel, dapat diketahui
bahwa pasien anak berada pada 95th percentile
3. Jelaskan mengapa penting menanyakan pekerjaan, jumlah anggota keluarga dan
tempat tinggal dari anak (IKGA)
Seorang dokter perlu mempelajari nilai-nilai dan pola budaya dari suatu kelompok
masyarakat, khususnya yang berada pada daerah tempat ia bekerja. Hal ini membantu
dokter saat menghadapi pasien. Tentu sangat berbahaya bila seorang dokter memandang
cara hidup dari kelompok atau etnik lain dengan standar dirinya sendiri. Oleh sebab itu,
salah satu komponen dari pengumpulan informasi data diri pasien saat anamnesis adalah
latar belakang pasien termasuk status sosial ekonominya yang dapat diulik dari data
pekerjaan kedua orang tuanya dan lokasi ia bertempat tinggal.
Hal ini juga menyangkut mengenai kecendrungan faktor risiko karies yang anak
miliki sebab tidak dapat dipungkiri bahwa lagi-lagi status sosial ekonomi dan lingkungan
mengambil peran penting dalam hal ini. Selain menjadi salah satu faktor risiko, status
sosial ekonomi dan struktur keluarga mempengaruhi kebutuhan kuratif gigi anak dari
masyarakat kurang mampu. Hal ini akan berdampak pada pilihan dan keputusan
perawatan yang akan diambil.
Data tempat tinggal atau alamat pasien perlu ditanyakan dan diketahui oleh
seorang dokter, karena beberapa pola penyakit tertentu selalu berkorelasi dengan tempat
tinggal pasien. Data alamat juga mungkin akan diperlukan untuk kepentingan tindak
lanjut tertentu yang akan dilakukan oleh dokter atau pihak rumah sakit. Data nomor
telepon juga saat ini dipandang sangat penting untuk dapat menghubungi pasien atau
keluarganya bila diperlukan.

4. Sebutkan pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk menilai risiko karies anak
serta penegakan diagnosis pada anak (IKGA, RKG)
Risiko karies pada anak tentu dapat dinilai dari informasi intraoralnya, salah satunya adalah
dengan photo radiografi. Pemeriksaan radiografi gigi merupakan pemeriksaan penunjang
diagnostik termasuk pada kasus pasien anak. Teknik radiografi pada anak-anak didasarkan pada
penilaian klinis dan pemeriksaan struktur oral. Tujuan dari photo radiografi ini adalah untuk
melihat tanda radiografis berupa apakah lesi bertambah besar atau seberapa cepat perkembangan
lesi. Disarankan juga pada kasus ini, anak mendapatkan photo panoramic agar dapat melihat
cakupan lebih luas mengenai giginya.
5. Apabila pasien pada kasus tersebut akan dilakukan pemeriksaan radiografi,
tuliskan dan jelaskan tatacara pemilihan jenis pemeriksaan radiografi berdasarkan
guidelines AAPD atau EAPD! (RKG, IKGA)
Radiografi adalah alat bantu yang berharga dalam perawatan kesehatan mulut
bayi, anak-anak, remaja, dan individu dengan kelainan khusus kebutuhan perawatan
kesehatan. Mereka digunakan untuk mendiagnosis dan memantau penyakit mulut,
mengevaluasi trauma dentoalveolar, serta: memantau perkembangan dentofasial dan
kemajuan terapi. Rekomendasi dalam pedoman ADA/FDA adalah: dikembangkan untuk
melayani sebagai tambahan untuk penilaian profesional dokter gigi. Waktu radiografi
awal pemeriksaan tidak harus didasarkan pada usia pasien, tetapi pada keadaan individu
masing-masing anak.
Radiografi skrining untuk tujuan mendeteksi penyakit sebelum pemeriksaan klinis
tidak boleh dilakukan.6 Karena setiap pasien itu unik, kebutuhan radiografi gigi dapat
ditentukan hanya setelah pertimbangan medis pasien dan riwayat gigi, penyelesaian
pemeriksaan klinis menyeluruh, dan penilaian kerentanan pasien terhadap faktor
lingkungan yang mempengaruhi kesehatan mulut. Rekomendasi AAPD untuk menilai
risiko perkembangan karies di anak usia 0-5 tahun dan lebih dari 6 tahun dapat ditemukan
dalam Penilaian dan Manajemen Risiko Karies untuk Bayi, Anak, dan Remaja.
6. Sebutkan interpretasi gambaran radiografi pada kasus (RKG)
Pedoman pemilihan harus digunakan ketika membuat keputusan tentang jenis
teknik, frekuensi, dan kuantitas radiografi gigi yang akan dilakukan baik untuk orang
dewasa, remaja, terkhusus anak-anak. Pemeriksaan yang dapat dilakukan pasien anak ini
adalah pemeriksaan radiografi individual terdiri atas bite-wing, panoramik atau
periapikal. Seperti dalam skenario, pasien sudah melalukan pemeriksaan periapikal. Jika
berdasarkan panduan dari AAPD, pasien anak yang sudah memasuki fase gigi
permanennya sudah ada yang tumbuh yaitu pada gigi 11,21, 26 dan 36.
Jika dikaitkan kepada skenario, pasien merupakan pasien baru dan ini kunjungan
pertama kali pasien ke dokter gigi. Pasien sedang pada tahap transisi gigi dari sulung ke
permanen ditandai dengan beberapa gigi permanen yang sudah mulai tumbuh. Pada
gambar yang tersedia pada kasus juga terlihat resorpsi akar pada gigi 73 dan 74 yang
akan erupsi gigi permanen, dan gigi permanen sudah terlihat, lalu pada gigi 74 juga
terdapat gambaran radiolusen pada interproksimal 73 dan 74 yang dicurigai sebagai
karies interproksimal, dan gambaran radiolusen pada gigi 75 yang menandakan karies
mencapai dentin pada bagian oklusal gigi.

7. Sebutkan seluruh diagnosis dan rencana perawatan pada kasus baik jaringan lunak
dan jaringan keras gigi serta jelaskan alasannya.
Jaringan Lunak
• Gingivitis
Gingivitis merupakan peradangan gusi yang paling sering terjadi dan merupakan respon
inflamasi tanpa merusak jaringan pendukung (Carranza dan Newman, 1996; Jenkins dan
Allan, 1999). Gingivitis disebabkan oleh akumulasi bakteri plak karena kebersihan mulut
yang buruk, kalkulus, iritasi mekanis, dan posisi gigi yang tidak teratur dapat menjadi
faktor pendukung. Pada kasus, gingivitis yang dialami pasien disebabkan oleh OHIS
yang buruk yang dimiliki pasien. Oleh karena itu, rencana perawatan yang akan
dilakukan adalah menghilangkan faktor penyebab terlebih dahulu yaitu dengan kontrol
plak, menyikat gigi, dental flossing, berkumur-kumur, dan kontrol kimia.
• Couted tounge
Kondisi klinis yang terjadi pada bagian permukaan lidah yang ditutupi oleh suatu selaput
pseudomembran yang terjadi akibat penumpukan debris atau sisa makanan, selsel keratin
yang tidak terdeskuamasi, dan dapat ditemukan adanya mikroorganisme seperti bakteri
maupun jamur. Hal ini terbukti pada skenario terdapat lapisan pseudomembran putih
dengan skor 2 pada pasien. Rencana perawatan pada pasien adalah menghilang faktor
penyebab utama pada pasien yaitu oral hygiene pasien yang buruk harus diluruskan
melalui bantuan orang tua pasien, lalu membiasakan pasien untuk membersihkan lidah
dengan alat pembersih lidah.
• Tounge tie
Tongue-tie (ankyloglossia) adalah kelainan pada bayi di mana frenulum lidahnya terlalu
pendek. Akibatnya, lidah bayi menjadi tidak leluasa bergerak. Pengobatan tongue-tie
tergantung pada tingkat keparahannya. Jika bayi atau anak yang menderita tongue-tie
masih bisa makan dengan baik, dokter akan menunggu dan memantau perkembangan
kondisinya. Hal ini dikarenakan frenulum lidah bisa merenggang seiring waktu, sehingga
tongue-tie teratasi dengan sendirinya.
Jaringan Keras
Pada kasus pasien mengalami karies yang mencapai enamel dan dentin, maka rencana
perawatan yang akan dilakukan adalah restorasi gigi sulung. Sebelum melakukan
restorasi ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu,
• Usia anak, hal ini harus dikaitkan dengan waktu gigi tanggal setiap anak yang
berbeda-beda
• Derajat kerusakan mahkota gig
• Pertimbangan ruang di lengkung gigi
• Caries risk assessment
• Kooperatif anak
• Sosial ekonomi
Tindakan untuk perawatan karies gigi, lubang kecil pada gigi sebaiknya segera ditambal.
Gigi yang tidak segera ditambal akan menyebabkan proses bertambah besarnya lubang
pada gigi akan terus berkembang. Gigi yang berlubang dapat dikembalikan ke fungsi
pengunyahan semula dengan melakukan penumpatan untuk mengembalikan ke bentuk
semula dari gigi tersebut sehingga didalam pengunyahan dapat berfungsi kembali dengan
baik.

8. Dokter gigi mempunyai rencana akan melakukan restorasi dengan bahan GIC,
kompomer dan resin komposit. Jelaskan alasan pemilihan bahan tersebut
berdasarkan: a. Komposisi b. Sifat mekanis c. Cara pemanipulasian d. Indikasi
pemakaian bahan restorasi pada gigi- gigi yang mengalami karies di kasus tersebut.
(IKGA & DM)
GIC
a. Komposisi
GIC terdiri dari dua komponen utama yaitu powder glas ionomer dan liquid asam
poliakrilat. Powder yang digunakan adalah silica (SiO 2), alumina (Al2O3), kalsium
fluoride (CaF2), dan aluminium fosfat (AlPO4). Silica berperan sebagai kerangka
utama jaringan oksida dalam mengembangkan suatu ikatan antara gelas dengan
jaringan melalui pembuatan sisi deposit dari kalsium. Alumina berperan untuk
meningkatkan sifat mekanis GIC yaitu tingkat kekerasannya. Kalsium fluoride
berperan sebagai antibakteri untuk menghambat perluasan penyebaran bakteri akibat
adanya karies pada gigi. Sedangkan aluminium fosfat berperan untuk meningkatkan
kekuatan gigi.
b. Sifat Mekanis
Sifat mekanis dari GIC adalah kekerasan permukaan. Kekerasan permukaan adalah
hal penting yang berkaitan dengan ketahanan abrasi, semakin keras suatu bahan
berarti semakin tahan terhadap abrasi. Untuk mendapatkan campuran yang homogen
dapat dilakukan proses milling, dimana waktu milling mempengaruhi hasil pada
semen gigi GIC, proses milling mempengaruhi nilai kekerasan dan kekuatan tekan
semen gigi seng fosfat dan nano zinc oxide. Semakin lama waktu milling, maka nilai
yang dihasilkan akan semakin besar.
c. Cara Pemanipulasian
Agar restorasi tahan lama, maka permukaan gigi yang disiapkan harus bersih dan
kering, konsistensi campuran semen harus dapat melapisi seluruh permukaan yang
bergelombang, semen yang berlebih dikeluarkan dan diambil, tidak melakukan
pengeringan yang berlebih dan perlindungan permukaan restorasi untuk mencegah
keretakan atau kelarutan. Perbandingan powder dan liquid GIC tergantung dari
pabrik. Paper pad digunakan untuk mixing. Serbuk harus dimasukkan dengan cepat
ke dalam cairan menggunakan spatula untuk aplikasi restorative dan logam atau
spatula plastic untuk aplikasi luting. Waktu pencampuran tidak boleh melebihi 45
sampai 60 detik, tergantung pada prosduk yang digunakan.
d. Indikasi Pemakaian
Bahan tambalan GIC diindikasikan sebagai semen luting, restorasi klas I, II, II.V gigi
desidui, restorasi klas III dan V pada gigi permanen dengan faktor risiko karies yang
tinggi atau gigi yang tidak dapat diisolasi, kontrol karies untuk memperbaiki restorasi
dan restorasi preventif.

Resin Komposit

a. Komposisi
Menggunakan monomer yang merupakan diakrilat aromatic atau alipatik. Monomer yang
sering digunakan pada bahan komposit yaitu Bis GMA (Bisphenol A-Glycidyl
Methacrylate, UDMA (Urethane Dimethacrylate),TEGDMA (Triethylane Glycol
Dimethacrylate).

b. Sifat Mekanis

Adhesi, perlekatan resin komposit dengan gigi, retensi yang didapat dari porositas
permukaan gigi setelah dietsa dan perlekatan dari permukaan gigi dengan resin komposit
Kekuatan dan keausan, resin komposit mempunyai kekuatan tensil kompresif lebih besar
daripada resin akrilik. Daya tahan terhadap fraktur cukup bagus, bagus untuk penumpatan
klas IV, meskipun komposit resin mudah aus.

c. Cara Pemanipulasian

Resin komposit dapat diaktifkan dengan dua cara, yaitu diaktifkan secara kimia (self
cured) dan diaktifkan dengan bantuan Visible Light Cure (VLC) atau sinar tampak. Resin
komposit yang sering digunakan saat ini adalah resin komposit yang diaktifkan dengan
bantuan VLC. Hal ini dikarenakan dengan adanya bantuan VLC resin komposit dapat
berpolimerisasi dengan baik hingga ketebalan 2 mm dengan waktu penyinaran 60 detik
dan panjang gelombang VLC 460-485 nm. Kekurangan yang dimiliki alat VLC yaitu
tidak memiliki dudukan yang membantu operator untuk menentukan jarak yang tepat
pada proses penyinaran, sehingga operator sering mengabaikan jarak penyinaran saat
menumpat gigi.

d. Indikasi Pemakaian

Untuk gigi anterior dan posterior, Sebagai pasak, Fissure sealant, Sebagai veneer
mahkota logam dan jembatan/prosthodontie resin, Untuk sementasi pada jembatan
Maryland, bracket ortodontie, inlay, onlay dan crown ceramic, Untuk reparasi restorasi
porselen.

Kompomer

a. Komposisi
Kompomer mengandung polyacid yang dimodifikasi monomer dengan pelepasan
fluoride dan diformulasikan tanpa air. Beberapa kompomer telah memodifikasi
monomer yang memberikan tambahan pelepasan fluoride. Volume pengisi filler
sekitar 42% sampai 67% dan rata-rata ukuran partikel filler dari 0,8-5,0 μm.
b. Sifat Mekanis
Sifat-sifat mekanis secara umum tidak jauh berbeda dari sifat-sifat komposit resin.
Perbedaan keduanya yang paling signifikan adalah dalam hal ketahanan terhadap
tekanan. Untuk mendapatkan kekuatan pengunyahan yang besar dalam rongga
mulut, suatu bahan pengisi yang dipakai dalam jangka waktu panjang
membutuhkan. Kekuatan tekan kompomer berhubungan erat dengan kemampuan
bahan untuk menahan suatu beban tanpa terjadi fraktur disebut compressive
strength. Kekuatan resin komposit dalam menerima tekanan kunyah berkisar
1,75-1,92 MPa dan kompomer berkisar 0,97-1,23 MPa. Oleh karena terjadi
penurunan resistensi terhadap terjadinya fraktur, compomer seharusnya tidak
digunakan pada daerah yang menerima beban yang besar (Nicholson, 2006).
c. Cara Pemanipulasian
Kompomer diformulasikan sebaga pasta tunggal yang dikemas pada satuan dosis,
karena kandungan resin kompomer membutuhkan agen pengikat untuk mengikat
struktur gigi (Powers & Wataha, 2008).
d. Indikasi Pemakaian
 Kelas I desidui
 Kelas II desidui
 Kelas III
 Pit dan fissure sealant
 Di bidang kedokteran gigi anak, kompomer adalah salah satu material
restoratif yang paling menjanjikan untuk gigi sulung dengan aplikasi klinis
yang luas

9. Jelaskan perbedaan antara bahan dentin kondisioner, bahan etsa dan bahan
bonding yang akan digunakan pada kasus. (DM)
1. Bahan conditioning untuk semen ionomer kaca adalah asam poliakrilat, yang
tersedia dalam bentuk dentin conditioner. Dentin conditioner merupakan asam ringan
berupa 10% asam poliakrilat dengan waktu aplikasi selama 20 detik. Dentin
conditioner bertujuan untuk menghilangkan lapisan smear dari dinding kavitas agar
meningkatkan perlekatan pada bahan restorasi adhesif dan juga mencegah penetrasi
mikroorganisme ataupun bahan-bahan yang dapat mengiritasi jaringan pulpa sehingga
menghalangi daya adhesi (Tarigan, 2004). L
2. Etsa adalah bahan kimia yang bersifat asam yang berfungsi untuk menghilangkan
permukaan mineral gigi dan membentuk micropores yang membuat permukaan
enamel menjadi kasar sehingga resin komposit dapat berikatan dengan permukaan
gigi dan membentuk resin tag. Etsa membentuk resin tag dari proses demineralisasi
ion kalsium pada permukaan superfisial enamel, sehingga membuat permukaan
menjadi lebih reaktif terhadap bahan resin.
3. Bahan bonding merupakan bahan yang berfungsi untuk meningkatkan kekuatan
ikatan antara resin komposit dan struktur gigi, meningkatkan retensi dari restorasi,
mengurangi kebocoran mikro di sepanjang permukaan antara dentin dan resin
komposit.

10. Sebutkan tahapan kerja restorasi untuk gigi 75, 53 dan gigi 26; sebutkan instrumen
dan bahan yang digunakan (IKGA)
Untuk gigi 75 dan 53, saya akan menggunakan tumpataan GIC, maka langkah-
langkahnya adalah :
1. Pembersihan Jaringan Karies
Pembersihan minimal tanpa desain karies
2. Aplikasi Dentin Conditioner (10% asam poliakrilat)
Untuk menghilangkan smear layer sehingga meningkatkan adesi
3. Bilas dengan air dan kavitas dalam keadaan lembab
Agar reaksi pengerasan GIC terjadi. Jika kering, GIC akan mengambil air dari
tubuli dentin
4. Penumpatan (isolasi daerah kerja)
Masukkan GIC ke kavitas hingga penuh lalu bentyk sesuai anatomis. Cek oklusi
artikulasi rapikan bila perlu
5. Aplikasi varnish/cocoa butter
Untuk mencegah water in/ water out
6. Pemolesan
Dengan menggunakan enhance setelah 1x24 jam dalam keadaan basah
Untuk 26 akan menggunakan tumpatan Resin Komposit
 Pembersihan jaringan karies dan preparasi gigi
Gunakan prinsip “minimal intervention” yang artinya preparasi seminimal
mungkin yang hanya mengambil jaringan karies saja (infected enamel/dentin),
secara klinis dapat ditandai dengan adanya perubahan warna (hitam atau coklat
tua)  buang saat tahapan ekskavasi (preparasi gigi).
 Cuci kavitas dan keringkan.
 Aplikasikan etsa asam ke seluruh kavitas selama 15 detik untuk membentuk
mikroporus pada enamel.
o Cuci sampai seluruh etsa hilang, keringkan (tandanya ananti adalah daerah
etsa akan terlihat buram).
o Biarkan kavitas dalam keadaan lembab agar serat kolagen tetap
mengembang sehingga meningkatkan ikatan hybrid.
 Aplikasikan bonding ke seluruh kavitas, scrubbing (usap dengan aplikator) tunggu
sekitar 20 detik, tipiskan denfan tiupan angin, sinari 10 detik (aplikasikan bonding
dua kali).
 Pilihan warna bahan tumpatan resin komposit yang sesuai, tumpat dengan teknik
incremental sinari selama 20 detik.
 Cek oklusi artikulasi, perbaiki bentuk anatomi dan poles dengan enhance dalam
keadaan basah, dan pita pemoles untuk bagian proksimal.

11. Jelaskan kapan kontrol berkala anak setelah seluruh perawatan selesai dilakukan!
(berdasarkan penentuan risiko karies pada anak berdasarkan CAMBRA). (IKGA)
CAMBRA merupakan singkatan dari Caries Management by Risk Assessment,
adalah sebuah metode untuk mencegah atau merawat lubang gigi pada tahap awal
berdasarkan penilaian faktor risiko gigi berlubang. Metode CAMBRA pertama kali
diperkenalkan sepuluh tahun yang lalu di Amerika Serikat. dasar filosofi CAMBRA
adalah penilaian berdasarkan indikator penyakit gigi berlubang setiap pasien, juga
faktor-faktor risiko dan pelindung mengenai terjadinya gigi berlubang pada saat ini
dan masa yang akan datang.
Indikator penyakit gigi berlubang pada setiap pasien dinilai melalui tanya
jawab langsung ke pasien dan pemeriksaan klinis. Berbagai metode terbaru untuk
melakukan pemeriksaan klinis gigi berlubang, antara lain melalui metode laser,
transluminasi serat optik, serta refleksi dan refraksi LED.

Berikut 9 faktor biologis yang dapat memicu penyakit gigi berlubang, yang dinilai dalam
metode CAMBRA terhadap pasien:
1. Jumlah bakteri asidogenik dan asidurik di dalam air liur
2. Plak yang berlebihan pada gigi
3. Terlalu sering mengkonsumsi camilan
4. Pit dan fisur gigi yang dalam
5. Penggunaan obat-obatan rekreasional
6. Kurangnya aliran air liur
7. Adanya faktor-faktor pengurang aliran air liur (obat-obatan, radiasi, dan penyakit
sistemik)
8. Akar gigi yang terbuka
9. Penggunaan alat ortodontik
Sedangkan faktor pelindung terjadinya gigi berlubang didefinisikan sebagai faktor biologis
atau terapeutik yang dapat digunakan untuk mencegah penyakit gigi berlubang. Faktor-
faktor tersebut termasuk berikut ini.
1. Konsumsi air minum yang terfluoridasi
2. Penggunaan pasta gigi berfluoride secara rutin 1-2kali sehari
3. Penggunaan obat kumur yang mengandung fluor dengan kadar rendah (0,05 NaF)
setiap hari
4. Aplikasi fluor topikal minimal 6 bulan sekali
5. Penggunaan obat kumur klorheksidin selama 1 minggu setiap bulan
6. Memiliki aliran air ludah yang cukup

Berikut adalah tabel assessment tool CAMBRA:


Berdasarkan kasus:
Disease indicator
 Ditemukan kavitas atau lesi pada dentin gigi 53, 55, 57, 74, 84, 36
 Tidak terdapat white spot
 Terdapat lesi karies non-kavitas di enamel pada gigi 36
 Tidak ada resorasi dalam 3 tahun terakhir
Biological or environmental risk factor
 Terdapat uantitas bakteri kariogenik banyak
 Terdapat plak berat
 Benar frequent snacking (dibuktikan oleh BMI yang obesity)
 Pada kasus tidak ada informasi tentang medikasi hiposalivasi, penurunan fungsi
salivasi, pit dan fisur yang dalam, penggunaan obat rekreasional, akar gig iyang
terbuka, dan pemakaian perangkat ortodonti
Protective factors
 Tidak ada informasi tentang air mengandung fluor
 Anak menggosok gigi 2x sehari
 Tidak ada informasi tentang jenis pasta gigi yang digunakan dan varnish dalam 6
bulan terakhir

Berdasarkan hasil tersebut pasien diklasifikasikan berada pada High Risk.

Berdasarkan tabel clinical guideline3, maka pasien dengan kategori high-risk harus visit
tiap 3-4 bulan sekali untuk mengevaluasi kembali resiko karies dan aplikasi fluoride
varnish. Pasien dengan kategori high-risk juga harus melakukan radiografi bitewing
setiap 6-18 bulan sekali hingga tidak ditemukan lesi kavitas pada gambaran radiografi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada kasus pasien anak mengalami karies dentin di 36, 53, 55, 75, 74, 84 dan karien
enamel di gigi 26. Terdapat pseudomembran di lidah dengan skor 2, OHIS skor 3, dan
kemerahan di gingiva regio 11, 21, 74, 75. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis (probing,
perkusi, tes vitalitas, termal, dll) serta radiografi yang dimana ditemukan gambaran radiolusen
pada dentin 74 dan 75, didukung dengan faktor diet yang berlebihan yang menyebabkan anak
memiliki BMI yang tergolong obesitas, maka jelas bahwa anak memiliki karies yang disebabkan
oleh oral hygiene yang tidak adekuat, kondisi social ekonomi yang minim pengetahuan akan
kesehatan, serta diet yang tidak adekuat.

Selain karies, anak juga mengalami bifid tongue. Oleh karena keadaan di atas, maka perlu
diberikan penanganan yang tepat dan segera pada anak. Perawatan yang akan dilakukan adalah
restorasi untuk mengatasi karies gigi, dan pemantauan terhadap tongue tie anak. Restorasi
menggunakan resin komposit, dimana resin komposit memiliki kekuatan dan estetika yang baik,
serta mampu melepaskan fluor yang sangat penting untuk mengatasi resiko karies rekuren anak.
Setelah perawatan diberikan, perlu dilakukan control terhadap kondisi mulut anak menimbang
anak tergolong high-risk. Jadwal visit akan dilakukan tiap 3-4 bulan sekali, dan radiografi 6-18
bulan sekali.
DAFTAR PUSTAKA

1. Widayati N. FAKTOR yang BERHUBUNGAN Dengan KARIES Gigi pada ANAK


USIA ... [Internet]. 2014 [cited 2021Aug25]. Available from: http://e-
journal.unair.ac.id/index.php/JBE/article/viewFile/175/45
2. Achmad MH. Koreksi PROTRUSIF DENGAN Oral screen pada ANAK SEBAGAI
tahap Terapi Awal Maloklusi Klas Ii Divisi 1. Journal of Dentomaxillofacial Science
2007;6:116. doi:10.15562/jdmfs.v6i2.185.
3. Farizka I, Nandary D, Wijaya Delly. Panduan Pelaksanaan Pemeriksaan Radiografi
Kedokteran Gigi Pada Pasien Anak. JKGT. July (2020); 2(1); 86-90.
4. Pemeriksaan Intraoral – Pemeriksaan Gigi. Bedah Mulut Dan Maksilofasial Pemeriksaan
Intraoral Pemeriksaan Gigi Comments 2017.
https://ibmm.fkg.ugm.ac.id/2017/11/03/pemeriksaan-intraoral-pemeriksaan-gigi/
(accessed August 25, 2021).
5. About child &amp; TEEN BMI. Centers for Disease Control and Prevention 2021.
https://www.cdc.gov/healthyweight/assessing/bmi/childrens_bmi/about_childrens_bmi.ht
ml (accessed August 25, 2021).
6. Body mass Index (BMI). Centers for Disease Control and Prevention 2021.
https://www.cdc.gov/healthyweight/assessing/bmi/index.html (accessed August 25,
2021).
7. Defining childhood weight status. Centers for Disease Control and Prevention 2021.
https://www.cdc.gov/obesity/childhood/defining.html (accessed August 25, 2021).

8. Auliani PA. CAMBRA, metode Untuk Deteksi Gigi berlubang. National Geographic
2013. https://nationalgeographic.grid.id/read/13286504/cambra-metode-untuk-deteksi-
gigi-berlubang (accessed August 25, 2021).
9. Handbook CAMBRA Caries Management by Risk Assessment : A Comprehensive
Caries Management Guide for Dental Professionals. Sacramento, CA; California Dental
Association: 2019.
10. Caries Risk Assessment in Practice for Age 6 Through Adult. Journal of Californa Dental
Association. Sacramento, CA; California Dental Association: 2007.
11. Soetjiningsih, editor. Modul Komunikasi Pasien-Dokter : Suatu Pendekatan Holistik.
Jakarta, Indonesia: EGC; 2008.
12. Cameron AC, Widmer RP. Handbook of Pediatric Dentistry E-Book. Elsevier Health
Sciences; 2013 Jul 10.
13. Lisboa CM, de Paula JS, Ambrosano GM, Pereira AC, de Castro Meneghim M,
Cortellazzi KL, Vazquez FL, Mialhe FL. Socioeconomic and family influences on dental
treatment needs among Brazilian underprivileged school children participating in a dental
health program. BMC Oral Health. 2013 Dec;13(1):1-8.

Anda mungkin juga menyukai