Anda di halaman 1dari 6

1.

Identifikasi Isu Kontemporer


Pandemi COVID-19 telah berlangsung selama hampir dua tahun dan hingga saat ini Indonesia
masih terus bergelut melawan virus COVID-19. Berbagai tantangan harus dihadapi oleh
masyarakat Indonesia sebagai akibat dari pandemi, mulai dari dilarangnya pertemuan-pertemuan
dengan banyak orang untuk menekan laju penularan, penerapan protokol kesehatan untuk
melindungi sesama, juga tantangan herd immunity. Isu-isu tentang pandemi COVID-19 terus
bertambah dan berkembang, sehingga diperlukan analisis dan solusi untuk menyelesaikan
masalah-masalah pandemi yang dihadapi saat ini. Berikut adalah tiga isu yang berkaitan dengan
pandemi COVID-19 hasil dari brainstorming kelompok kami:
a. Isu 1: Dampak PPKM terhadap pelayanan administrasi pemerintah
PPKM membuat ruang gerak masyarakat termasuk para pelayan publik menjadi terbatas
dengan adanya pemberlakuan sistem kerja WFH hingga 100%. Akibatnya pelayanan
administrasi pemerintah menjadi agak terhambat, terutama pelayanan yang memerlukan
surat-surat atau perizinan. (Sumber: https://www.kemenkumham.go.id/berita/kedepankan-
pelayanan-publik-digital-dalam-masa-pandemi)
b. Masih enggannya sebagian masyarakat untuk divaksin COVID-19
Beredarnya pemberitaan tentang efek samping vaksin yang beraneka ragam dengan tingkat
keparahan yang berbeda-beda membuat Sebagian masyarakat masih enggan untuk divaksin
COVID-19. Hal ini menjadi salah satu penyebab dari belum tercapainya herd immunity di
Indonesia. (Sumber: https://www.liputan6.com/news/read/4610088/survei-lsi-banyak-
masyarakat-enggan-vaksin-covid-19-karena-takut-efek-samping)
c. Terbatasnya persediaan vaksin COVID-19 di daerah
Kecepatan pembuatan vaksin COVID-19 setengah jadi yang memakan waktu menjadi salah
satu penyebab terbatasnya persediaan vaksin di daerah-daerah. Selain itu vaksin yang ada di
Indonesia berasal dari pasokan produsen di luar negeri dan datangnya tidak bersamaan.
(Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/tech/20210808205247-37-267048/stok-vaksin-
covid-di-daerah-terbatas-ini-penjelasan-kemenkes)
2. Teknik Tapisan Isu
Dalam memilih isu mana yang akan diangkat dan dibahas lebih lanjut, kami menggunakan
teknik tapisan dengan menetapkan rentang penilaian (1-5) pada kriteria Aktual, Kekhalayakan,
Problematik, dan Kelayakan, atau yang biasa disebut dengan Metode APKL. Aktual artinya isu
tersebut benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan dalam masyarakat. Kekhalayakan
artinya Isu tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak. Problematik artinya Isu tersebut
memiliki dimensi masalah yang kompleks, sehingga perlu dicarikan segera solusinya secara
komperehensif, dan Kelayakan artinya Isu tersebut masuk akal, realistis, relevan, dan dapat
dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.
Tabel 1. Penilaian Isu dengan Teknik Tapisan Isu
Isu Aktual Problematik Kekhalayakan Kelayakan Total
Dampak PPKM terhadap pelayanan
4 3 3 3 13
administrasi pemerintah
Masih enggannya sebagian masyarakat
5 5 5 5 20
untuk divaksin COVID-19
Terbatasnya persediaan vaksin di daerah 5 5 5 3 18

Dapat dilihat pada tabel di atas bahwa isu dengan skor paling tinggi, yaitu skor 20, adalah isu Masih
enggannya sebagian masyarakat untuk divaksin COVID-19. Maka dari itu kelompok kami akan
membahas isu tersebut.
3. Penjelasan isu yang dipilih
Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme atau bagiannya atau
zat yang dihasilkannya yang telah diolah sedemikian rupa sehingga aman, yang apabila diberikan
kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu,
dalam hal ini vaksin covid 19 sangat di perlukan di masa pandemi ini.
Vaksinasi Covid-19 merupakan langkah pemerintah untuk membentuk herd immunity atau
kekebalan komunitas di lingkungan masyarakat. Pemerintah menargetkan seluruh masyarakat
Indonesia mendapat vaksinasi. Tercatat, sebanyak 54.982.550 (26%) orang telah mendapatkan
vaksin dosis pertama. Sementara penerima vaksin dosis kedua sebanyak 29.159.049 (14%) per
tanggal 17 Agustus 2021. Namun sampai saat ini tak sedikit masyarakat yang masih menolak atau
takut disuntik vaksin covid-19 meski diberikan secara gratis.

4. Penyebab terjadinya isu masih enggannya sebagian masyarakat untuk divaksin Covid-19

Salah satu polemik dalam menanggulangi pandemi covid-19 datang dari sekelompok
masyarakat yang belum mau bahkan enggan untuk divaksin. Ada beberapa alasan yang menyebabkan
persoalan ini. Berdasarkan Survei yang dilakukan Kementerian Kesehatan dan Indonesian Technical
Advisory Group on Immunization (ITAGI) mengungkapkan alasan penolakan vaksin meliputi :

a. Tidak yakin keamanannya (30 %) d. Tidak yakin efektif (22 %)


b. Takut efek samping (12 %) e. Tidak percaya vaksin (13 %)
c. Keyakinan agama (8 %) f. Lain-lain (15 %).

Lembaga Survei Indonesia (LSI) menemukan bahwa sebanyak 36,4% publik yang belum divaksin,
enggan melakukan vaksinasi virus Corona (Covid-19), meskipun mereka tahu bahwa pemerintah
memiliki program vaksinasi gratis dan mendukung program vaksinasi tersebut. Adapun alasan tidak
bersedia divaksin di antaranya, karena takut akan efek samping vaksin 55,5%, menganggap vaksin
tidak efektif 25,4%, merasa badannya sehat-sehat saja 19%. LSI juga mencatat bahwa dari segi
pendidikan, tingkat kepercayaan vaksin mampu mencegah penularan itu cenderung lebih tinggi di
kalangan pendidikan lebih tinggi, sedangkan kalangan pendidikan rendah cenderung tingkat
kepercayaannya lebih rendah. (sumber: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210718163102-
20-669198/survei-lsi-364-persen-masyarakat-tak-mau-divaksin-covid-19)
Dilihat dari sudut pandang psikologis seperti diungkapkan oleh Gracia Ivonika, M. Psi., Psikolog,
bahwa Sebagian masyarakat yang apatis terhadap vaksin dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
meliputi : Lingkungan, Pola pikir dan Nilai yang dianut
Dari segi lingkungan, orang-orang terdekat dan media sosial turut memengaruhi seseorang dalam
melakukan vaksinasi. Jika orang di sekitar maupun paparan konten media sosial lebih banyak
menampilkan hal buruk tentang vaksin, kemungkinan besar orang tersebut juga tidak mau divaksin
covid. Sejak awal kemunculan virus Covid-19, ada Sebagian masyarakat yang tidak memercayai
keberadaannya. Beberapa kelompok masyarakat menganggap bahwa virus korona hanyalah
propaganda, konspirasi, hoaks, hingga upaya mencari keuntungan dengan menebar
ketakutan. Ketidakpercayaan masyarakat terhadap virus, otomatis membuat masyarakat juga tidak
percaya terhadap vaksin. Itu sebabnya, tak sedikit orang yang justru menolak untuk divaksin.
Keyakinan agama turut memengaruhi penolakan terhadap Covid-19. Hal ini berkaitan dengan
kepercayaan dan nilai yang dianut, termasuk persepsi terhadap vaksinasi hingga perihal kehalalan
vaksin Covid-19.
Keterbatasan informasi mengenai jenis vaksin, ketersediaan vaksin, sasaran vaksin, keamanan
vaksin, efektivitas vaksin, persyaratan vaksin Covid-19, hingga efek samping yang mungkin
ditimbulkan setelah vaksin membuat sbagian masyarakat ragu menjalani vaksinasi. Kurangnya
informasi masyarakat juga berkaitan dengan kondisi sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat.

5. Dampak yang terjadi apabila masyarakat menolak/ enggan untuk di vaksin covid-19.
Program vaksinasi bertujuan menciptakan herd imunity, yakni kekebalan komunitas, sehingga
nantinya Indonesia bisa terbebas dari pandemi. Untuk mencapai herd immunity, setidaknya 70%
penduduk Indonesia, atau sekitar 181 juta orang perlu mendapatkan vaksinasi. Banyaknya orang yang
tidak mau divaksin Covid-19 tentu membuat kekebalan kelompok ini menjadi lebih sulit dicapai. Bukan
hanya merugikan diri sendiri, menolak divaksin juga dapat memengaruhi kondisi pandemi di suatu
negara.
a. Dampak menolak vaksin Covid-19 bagi individu
Vaksinasi merupakan cara yang efektif untuk mencegah suatu penyakit. Vaksin membantu
tubuh menciptakan kekebalan terhadap virus tertentu. Terdapat beberapa akibat kesehatan
yang muncul jika seseorang enggan divaksin, termasuk vaksin Covid-19, yakni:
 Lebih berisiko tertular dan menularkan
 Berpotensi mengalami gejala yang lebih berat saat terinfeksi
 Memperbesar risiko kematian
Vaksinasi Covid-19 diketahui dapat membantu menurunkan risiko mengalami berbagai
akibat di atas. Dengan begitu, risiko kematian akibat Covid-19 juga dapat menurun.
b. Dampak vaksin Covid-19 terhadap lingkungan
Tidak hanya berdampak buruk bagi kesehatan diri sendiri, menolak vaksin Covid-19 juga dapat
mempercepat dan memperluas penularan penyakit. Akibatnya, peningkatan kasus Covid-19
dapat terus terjadi. Hal ini berpotensi memperpanjang berlangsungnya pandemi Covid-19.
Selain itu, seperti yang telah dibahas sebelumnya, vaksin bertujuan membentuk
kekebalan komunitas (herd immunity). Selain menciptakan kekebalan kelompok, cara ini juga
dapat membantu melindungi orang-orang yang tidak dapat menerima vaksin, seperti orang
dengan penyakit penyerta (kormobid) dengan kondisi tertentu, hingga anak-anak. Apabila
banyak orang yang menolak vaksinasi Covid-19, risiko kematian pada kelompok yang rentan
menjadi lebih besar.
Banyak orang enggan divaksin karena juga takut akan efek samping vaksin covid-19
yang muncul. Lagi-lagi, hal ini disebabkan karena kurangnya sosialisasi mengenai vaksin itu
sendiri. Efek samping berupa demam atau badan pegal sebenarnya adalah reaksi wajar dari
vaksin. Hal ini juga menjadi tanda bahwa tubuh tengah bekerja untuk menciptakan antibodi
yang nantinya dapat melawan virus penyebab Covid-19.
6. Analisis Isu menggunakan Fishbone Diagram
Fishbone diagram berupaya memahami persoalan dengan memetakan isu berdasarkan cabang-
cabang terkait. Pada isu ini dapat disusun sebagai berikut:
a. Kepala ikan : Masih enggannya sebagian masyarakat untuk divaksin Covid-19
b. Tulang :
 Keamanan dan efektifitas vaksin
 Tulang-tulang kecil : zat yang terkandung dalam vaksin; efektifitas perlindungan
vaksin
 Lingkungan dan media
 Tulang-tulang kecil : orang di sekitar sudah divaksin tapi masih tertular,
dihasut/ditakut-takuti agar tidak vaksin; pemberitaan tentang orang yang
meninggal setelah divaksin, beredar hoaks di media sosial tentang vaksin
 Pola pikir
 Tulang-tulang kecil : takut; khawatir efek samping vaksin
 Kepercayaan yang dianut
 Tulang-tulang kecil : kehalalan vaksin
Gambar 1. Diagram Fishbone
6. Kesimpulan dan Rekomedasi Solusi
Pandemi COVID-19 telah berlangsung selama hampir dua tahun, hingga saat ini Indonesia masih terus
bergelut melawan Virus COVID-19. Vaksinasi merupakan langkah pemerintah untuk membentuk herd
immunity atau kekebalan komunitas di lingkungan masyarakat. Namun sampai saat ini masih ada
beberapa kelompok yang enggan untuk divaksin. Menuruk hasil survei, terdapat beberapa faktor yang
menjadi alasan mereka untuk tidak di vaksin yaitu, Keamanan dan efektifitas vaksin, lingkungan dan
media, pola pikir dan Kepercayaan yang dianut. Maka dari itu, berikut adalah Rekomendasi Solusi dan
Implementasi peran CPNS dalam upaya pencegahan atau antisipasi atau penyelesaian terhadap isu
tersebut dalam kehidupan sehari-hari :
1. Mengikuti program pemerintah untuk divaksin sebagai aksi nyata mengedukasi orang-orang di
sekitar. Edukasi bahwa pentingnya Vaksinasi, serta bagaimana efek samping pasca vaksin.
Edukasi dapat dilakukan secara langsung atau melalui media sosial
2. Menghimbau orang di sekitar kita untuk mengakses informasi terkait vaksin dari sumber
terpercaya. Kita dapat membantu mengkonfirmasi dan memastikan bahwa berita tersebut
bukan hoaks sebelum menyebarkannya
3. Melibatkan petugas kesehatan dan membangun kapasitas mereka dalam menjelaskan jenis
vaksin, keamanan vaksin, dan efek samping pemberian vaksin, karena petugas kesehatan
adalah sumber informasi paling terpercaya di masyarakat.
4. Pemerintah agar menggandeng figur publik dan tokoh agama untuk mengedukasi masyarakat
mengenai efikasi, manfaat, dan efek samping vaksin secara masif melalui iklan layanan
masyarakat yang disiarkan di tv/radio/youtube dengan frekuensi yang banyak
5. Pemerintah agar bekerjasama menggandeng beberapa influencer besar dengan track record
positif dan follower base yang besar di media sosial untuk menyerukan ajakan vaksin dan
mendokumentasikan saat influencer tersebut melakukan vaksin.

Anda mungkin juga menyukai