Anda di halaman 1dari 8

Perencanaan strategis Rumah Sakit 

(SWOT)

Selamat siang curcol

alhamdullilah kita berjumpa lagi, maaf saya baru posting lagi di karenakan sibuknya di dunia nyata :).

Pada kesempatan kali ini, saya akan share sedikit mengenai “Perencanaan strategis Rumah Sakit
(SWOT)”. mungkin anda sudah tahu mengenai Analisis SWOT tapi tidak ada salahnya jika saya sedikit

share atau berbagi mengenai SWOT.

Analisis SWOT tidak hanya digunakan dalam perusahaan (PT) saja tetapi instalasi kesehatan (RS
pemerintah atau RS non pemerintah) pun menggunakannya, karena analisis ini sangat membantu dalam
mengukur kekuatan/kelemahan/peluang/kelemahan RS tersebut. Adapun pengertian dari “Analisis
SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan
(strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu
perusahaan atau instalasi kesehatan atau suatu spekulasi bisnis“.

Ada 2 macam pendekatan SWOT, yaitu:

1. kualitatif matriks SWOT (8 kotak)

2. Diagram analisis SWOT

* gambar dari kualitatif matriks SWOT (8 kotak)


* gambar dari Diagram analisis SWOT

Ada 2 faktor dalam Analisis SWOT ini, yaitu :

1. Faktor Eksternal (OT)

2. Faktor Internal (SW)

*Faktor Eksternal(OT) meliputi :

 Kesempatan/peluang (O) dan Ancaman (T) bagi perusahaan/Rumah Sakit tersebut.

 Selalu berubah/dinamis

 Faktor Eksternal umum (perusahaan/RS) –>( Sosial Ekonomi/-produk-biaya, budaya, demografi,


alam,kesehatan, agama, ekonomi, teknologi, pemerintah ).

 Faktor Eksternal khusus (Rumah sakit ) –> (Sosial Ekonomi, umur, status kesehatan, agama,
ekonomi, teknologi, pemerintah, kebijakan, pendidikan ).

*Faktor Internal (SW) meliputi :

 Kekuatan atau kelemahan Rumah Sakit tersebut.


 Pendekatan fungsional (Lokasi, Fasilitas, Peralatan, Brade name)

 Fungsi Rumah sakit ( Manajemen, Operasional/kelengkapan pelayanan kesehatan,


Pemasaran/Marketing, Keuangan, SDM, Diklat, Riset dan pengembangan, SIM RS, Budaya
Rumah Sakit).

*Tool SWOT meliputi :

 Team

 Team satu kasta (kepala bagian, direktur)

 Tidak timpang, harus terdiri dari beberapa unit (perawat,rekam medik,administrasi,dokter, dll)

 Tentukan internalnya (S.W.O.T.)

 Parameter standart (kekuatan –> SDM, fasilitas,dll)

 Seleksi parameter.

 Bobot/penilaian dari Analisis SWOT tersebut harus kesepakatan team.

 Misalkan bobot 100 % = 1

 Misalkan rating = 5

 Bobot  x Rating = Skor

 Hasil validitas

*Kapan Analisis SWOT ini diberlakukan?

Idealisnya 5 tahun sekali, tapi bisa diberlakukan sesuai kebutuhan Rumah Sakit tersebut. Misalnya akan
adanya penambahan Unit baru, pembukaan klinik baru, penambahan ruangan baru, dll (disesuaikan
dengan kebutuhan).
Jadi, Analisis SWOT pada Rumah Sakit sangat berguna untuk mengetahui seberapa besar “Kekuatan atau
Kelemahan” RS tersebut sehingga bisa melakukan Strategi agresif maupun Strategi turn around dan
membaca “Peluang atau Ancaman” dari luar(Rumah Sakit pesaing) sehingga bisa memakai Strategi
defensif maupun strategi disverifikasi. Analisis SWOT bisa di gunakan saat pertama kali membangun
Rumah Sakit ataupun pada saat akan melakukan penambahan unit/klinik/ruang gedung/cabang Rumah
Sakit.

Sekian share dari saya, semoga membantu kawan semua

Bila ada masukan/opsi/tambahan silahkan isi di kolom komentar, Terima kasih

Standar | Diterbitkan di Renstra RS | Dengan kaitkata Analisis SWOT, perencanaan strategis,


perencanaan strategis RS, perencanaan strategis Rumah sakit, rumah sakit, SWOT | 0 komentar

02.04.12
by curcolkesmas

Rumah Sakit

Rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang pelayanannya disediakan
oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya.

Perbandingan antara jumlah ranjang rumah sakit dengan jumlah penduduk Indonesia masih sangat
rendah. Untuk 10 ribu penduduk cuma tersedia 6 ranjang rumah sakit.

Terminologi

Selama Abad pertengahan, rumah sakit juga melayani banyak fungsi di luar rumah sakit yang kita kenal
di zaman sekarang, misalnya sebagai penampungan orang miskin atau persinggahan musafir. Istilah
hospital (rumah sakit) berasal dari kata Latin, hospes (tuan rumah), yang juga menjadi akar kata hotel
dan hospitality (keramahan).

Beberapa pasien bisa hanya datang untuk diagnosis atau terapi ringan untuk kemudian meminta
perawatan jalan, atau bisa pula meminta rawat inap dalam hitungan hari, minggu, atau bulan. Rumah
sakit dibedakan dari institusi kesehatan lain dari kemampuannya memberikan diagnosa dan perawatan
medis secara menyeluruh kepada pasien.

Rumahsakit menurut WHO Expert Committee On Organization Of Medical Care: is an integral part of
social and medical organization, the function of which is to provide for the population complete health
care, both curative and preventive and whose out patient service reach out to the family and its home
environment; the hospital is also a centre for the training of health workers and for biosocial research

Tugas dan Fungsi

Berikut merupakan tugas sekaligus fungsi dari rumah sakit, yaitu :

 Melaksanakan pelayanan medis, pelayanan penunjang medis,

 Melaksanakan pelayanan medis tambahan, pelayanan penunjang medis tambahan,


 Melaksanakan pelayanan kedokteran kehakiman,

 Melaksanakan pelayanan medis khusus,

 Melaksanakan pelayanan rujukan kesehatan,

 Melaksanakan pelayanan kedokteran gigi,

 Melaksanakan pelayanan kedokteran sosial,

 Melaksanakan pelayanan penyuluhan kesehatan,

 Melaksanakan pelayanan rawat jalan atau rawat darurat dan rawat tinggal (observasi),

 Melaksanakan pelayanan rawat inap,

 Melaksanakan pelayanan administratif,

 Melaksanakan pendidikan para medis,

 Membantu pendidikan tenaga medis umum,

 Membantu pendidikan tenaga medis spesialis,

 Membantu penelitian dan pengembangan kesehatan,

 Membantu kegiatan penyelidikan epidemiologi,

Tugas dan fungsi ini berhubungan dengan kelas dan type rumah sakit yang di Indonesia terdiri dari
rumah sakit umum dan rumah sakit khusus, kelas a, b, c, d. berbentuk badan dan sebagai unit pelaksana
teknis daerah. perubahan kelas rumah sakit dapat saja terjadii sehubungan dengan turunnya kinerja
rumah sakit yang ditetapkan oleh menteri kesehatan indonesia melalui keputusan dirjen yan medik.

Jenis-jenis rumah sakit

1.Rumah sakit umum

Melayani hampir seluruh penyakit umum, dan biasanya memiliki institusi perawatan darurat yang siaga
24 jam (ruang gawat darurat) untuk mengatasi bahaya dalam waktu secepatnya dan memberikan
pertolongan pertama.

Rumah sakit umum biasanya merupakan fasilitas yang mudah ditemui di suatu negara, dengan kapasitas
rawat inap sangat besar untuk perawatan intensif ataupun jangka panjang. Rumah sakit jenis ini juga
dilengkapi dengan fasilitas bedah, bedah plastik, ruang bersalin, laboratorium, dan sebagainya. Tetapi
kelengkapan fasilitas ini bisa saja bervariasi sesuai kemampuan penyelenggaranya.

Rumah sakit yang sangat besar sering disebut Medical Center (pusat kesehatan), biasanya melayani
seluruh pengobatan modern.

Sebagian besar rumah sakit di Indonesia juga membuka pelayanan kesehatan tanpa menginap (rawat
jalan) bagi masyarakat umum (klinik). Biasanya terdapat beberapa klinik/poliklinik di dalam suatu rumah
sakit.

 2.Rumah sakit terspesialisasi


Jenis ini mencakup trauma center, rumah sakit anak, rumah sakit manula, atau rumah sakit yang
melayani kepentingan khusus seperti psychiatric (psychiatric hospital), penyakit pernapasan, dan lain-
lain.

Rumah sakit bisa terdiri atas gabungan atau pun hanya satu bangunan.

3.Rumah sakit penelitian/pendidikan

Rumah sakit penelitian/pendidikan adalah rumah sakit umum yang terkait dengan kegiatan penelitian
dan pendidikan di fakultas kedokteran pada suatu universitas/lembaga pendidikan tinggi. Biasanya
rumah sakit ini dipakai untuk pelatihan dokter-dokter muda, uji coba berbagai macam obat baru atau
teknik pengobatan baru. Rumah sakit ini diselenggarakan oleh pihak universitas/perguruan tinggi
sebagai salah satu wujud pengabdian masyararakat / Tri Dharma perguruan tinggi.

4.Rumah sakit lembaga/perusahaan

Rumah sakit yang didirikan oleh suatu lembaga/perusahaan untuk melayani pasien-pasien yang
merupakan anggota lembaga tersebut/karyawan perusahaan tersebut. Alasan pendirian bisa karena
penyakit yang berkaitan dengan kegiatan lembaga tersebut (misalnya rumah sakit militer, lapangan
udara), bentuk jaminan sosial/pengobatan gratis bagi karyawan, atau karena letak/lokasi perusahaan
yang terpencil/jauh dari rumah sakit umum. Biasanya rumah sakit lembaga/perusahaan di Indonesia
juga menerima pasien umum dan menyediakan ruang gawat darurat untuk masyarakat umum.

5.Klinik

Fasilitas medis yang lebih kecil yang hanya melayani keluhan tertentu. Biasanya dijalankan oleh Lembaga
Swadaya Masyarakat atau dokter-dokter yang ingin menjalankan praktek pribadi. Klinik biasanya hanya
menerima rawat jalan. Bentuknya bisa pula berupa kumpulan klinik yang disebut poliklinik.

Sebuah klinik (atau rawat jalan klinik atau klinik perawatan rawat jalan) adalah fasilitas perawatan
kesehatan yang dikhususkan untuk perawatan pasien rawat jalan. Klinik dapat dioperasikan, dikelola dan
didanai secara pribadi atau publik, dan biasanya meliputi perawatan kesehatan primer kebutuhan
populasi di masyarakat lokal, berbeda dengan rumah sakit yang lebih besar yang menawarkan
perawatan khusus dan mengakui pasien rawat inap untuk menginap semalam.

Sejarah

Dalam sejarah kuno, kepercayaan dan pengobatan berhubungan sangat erat. Salah satu contoh institusi
pengobatan tertua adalah kuil Mesir. Kuil Asclepius di Yunani juga dipercaya memberikan pengobatan
kepada orang sakit, yang kemudian juga diadopsi bangsa Romawi sebagai kepercayaan. Kuil Romawi
untuk Æsculapius dibangun pada tahun 291 SM di tanah Tiber, Roma dengan ritus-ritus hampir sama
dengan kepercayaan Yunani.

Institusi yang spesifik untuk pengobatan pertama kali, ditemukan di India. Rumah sakit Brahmanti
pertama kali didirikan di Sri Lanka pada tahun 431 SM, kemudian Raja Ashoka juga mendirikan 18 rumah
sakit di Hindustan pada 230 SM dengan dilengkapi tenaga medis dan perawat yang dibiayai anggaran
kerajaan.

Rumah sakit pertama yang melibatkan pula konsep pengajaran pengobatan, dengan mahasiswa yang
diberikan pengajaran oleh tenaga ahli, adalah Akademi Gundishapur di Kerajaan Persia.
Bangsa Romawi menciptakan valetudinaria untuk pengobatan budak, gladiator, dan prajurit sekitar 100
SM. Adopsi kepercayaan Kristiani turut memengaruhi pelayanan medis di sana. Konsili Nicea I pada
tahun 325 memerintahkan pihak Gereja untuk juga memberikan pelayanan kepada orang-orang miskin,
sakit, janda, dan musafir. Setiap satu katedral di setiap kota harus menyediakan satu pelayanan
kesehatan. Salah satu yang pertama kali mendirikan adalah Saint Sampson di Konstantinopel dan Basil,
bishop of Caesarea. Bangunan ini berhubungan langsung dengan bagunan gereja, dan disediakan pula
tempat terpisah untuk penderita lepra.

Rumah sakit abad pertengahan di Eropa juga mengikuti pola tersebut. Di setiap tempat peribadahan
biasanya terdapat pelayanan kesehatan oleh pendeta dan suster (Frase Perancis untuk rumah sakit
adalah hôtel-Dieu, yang berarti “hostel of God.”). Namun beberapa di antaranya bisa pula terpisah dari
tempat peribadahan. Ditemukan pula rumah sakit yang terspesialisasi untuk penderita lepra, kaum
miskin, atau musafir.

Rumah sakit dalam sejarah Islam memperkenalkan standar pengobatan yang tinggi pada abad 8 hingga
12. Rumah sakit pertama dibangun pada abad 9 hingga 10 mempekerjakan 25 staff pengobatan dan
perlakuan pengobatan berbeda untuk penyakit yang berbeda pula. Rumah sakit yang didanai
pemerintah muncul pula dalam sejarah Tiongkok pada awal abad 10.

Perubahan rumah sakit menjadi lebih sekular di Eropa terjadi pada abad 16 hingga 17. Tetapi baru pada
abad 18 rumah sakit modern pertama dibangun dengan hanya menyediakan pelayanan dan
pembedahan medis. Inggris pertama kali memperkenalkan konsep ini. Guy’s Hospital didirikan di London
pada 1724 atas permintaan seorang saudagar kaya Thomas Guy. Rumah sakit yang dibiayai swasta
seperti ini kemudian menjamur di seluruh Inggris Raya. Di koloni Inggris di Amerika kemudian berdiri
Pennsylvania General Hospital di Philadelphia pada 1751. setelah terkumpul sumbangan £2,000. Di
Eropa Daratan biasanya rumah sakit dibiayai dana publik. Namun secara umum pada pertengahan abad
19 hampir seluruh negara di Eropa dan Amerika Utara telah memiliki keberagaman rumah sakit.

Rumah Sakit Dan Perkembangannya di Indonesia

Sejarah perkembangan rumah sakit di Indonesia pertama sekali didirikan oleh VOC tahun 1626 dan
kemudian juga oleh tentara Inggris pada zaman Raffles terutama ditujukan untuk melayani anggota
militer beserta keluarganya secara gratis. Jika masyarakat pribumi memerlukan pertolongan, kepada
mereka juga diberikan pelayanan gratis. Hal ini berlanjut dengan rumah sakit-rumah sakit yang didirikan
oleh kelompok agama. Sikap karitatif ini juga diteruskan oleh rumah sakit CBZ di Jakarta. Rumah sakit ini
juga tidak memungut bayaran pada orang miskin dan gelandangan yang memerlukan pertolongan.
Semua ini telah menanamkan kesan yang mendalam di kalangan masyarakat pribumi bahwa pelayanan
penyembuhan di rumah sakit adalah gratis. Mereka tidak mengetahui bahwa sejak zaman VOC, orang
Eropa yang berobat di rumah sakit VOC (kecuali tentara dan keluarganya) ditarik bayaran termasuk
pegawai VOC.

Komite Etik Rumah Sakit

Komite Etik Rumah Sakit (KERS), dapat dikatakan sebagai suatu badan yang secara resmi dibentuk
dengan anggota dari berbagai disiplin perawatan kesehatan dalam rumah sakit yang bertugas untuk
menangani berbagai masalah etik yang timbul dalam rumah sakit. KERS dapat menjadi sarana efektif
dalam mengusahakan saling pengertian antara berbagai pihak yang terlibat seperti dokter, pasien,
keluarga pasien dan masyarakat tentang berbagai masalah etika hukum kedokteran yang muncul dalam
perawatan kesehatan di rumah sakit. Ada tiga fungsi KERS ini yaitu pendidikan, penyusun kebijakan dan
pembahasan kasus. Jadi salah satu tugas KERS adalah menjalankan fungsi pendidikan etika. Dalam
rumah sakit ada kebutuhan akan kemampuan memahami masalah etika, melakukan diskusi multidisiplin
tentang kasus mediko legal dan dilema etika biomedis dan proses pengambilan keputusan yang terkait
dengan permasalahan ini. Dengan dibentuknya KERS, pengetahuan dasar bidang etika kedokteran dapat
diupayakan dalam institusi dan pengetahuan tentang etika diharapkan akan menelurkan tindakan yang
profesional etis. Komite tidak akan mampu mengajari orang lain, jika ia tidak cukup kemampuannya.
Oleh sebab itu tugas pertama komite adalah meningkatkan pengetahuan anggota komite. Etika
kedokteran dewasa ini berkembang sangat pesat. Di Indonesia etika kedokteran relatif baru dan yang
berminat tidak banyak sehingga lebih sulit mencari bahan bacaan yang berkaitan dengan hal ini.
Pendidikan bagi anggota komite dapat dilakukan dengan belajar sendiri, belajar berkelompok, dan
mengundang pakar dalam bidang agama, hukum, sosial, psikologi, atau etika yang mendalami bidang
etika kedokteran. Para anggota komite setidaknya harus menguasai berbagai istilah/konsep etika, proses
analisis dan pengambilan keputusan dalam etika. Pengetahuan tentang etik akan lebih mudah dipahami
jika ia diterapkan dalam berbagai kasus nyata. Semakin banyak kasus yang dibahas, akan semakin
jelaslah bagi anggota komite bagaimana bentuk tatalaksana pengambilan keputusan yang baik.
Pendidikan etika tidak tebatas pada pimpinan dan staf rumah sakit saja. Pemilik dan anggota yayasan,
pasien, keluarga pasien, dan masyarakat dapat diikutsertakan dalam pendidikan etika. Pemahaman akan
permasalahan etika akan menambah kepercayaan masyarakat dan membuka wawasan mereka bahwa
rumah sakit bekerja untuk kepentingan pasien dan masyarakat pada umumnya. Selama ini dalam
struktur rumah sakit di Indonesia dikenal subkomite/panitia etik profesi medik yang merupakan struktur
dibawah komite medik yang bertugas menangani masalah etika rumah sakit. Pada umumnya anggota
panitia ini adalah dokter dan masalah yang ditangani lebih banyak yang berkaitan dengan pelanggaran
etika profesi. Mengingat etika kedokteran sekarang ini sudah berkembang begitu luas dan kompleks
maka keberadaan dan posisi panitia ini tidak lagi memadai. Rumah sakit memerlukan tim atau komite
yang dapat menangani masalah etika rumah sakit dan tanggung jawab langsung kepada direksi. Komite
memberikan saran di bidang etika kepada pimpinan dan staf rumah sakit yang membutuhkan.
Keberadaan komite dinyatakan dalam struktur organisasi rumah sakit dan keanggotaan komite diangkat
oleh pimpinan rumah sakit atau yayasan rumah sakit. Proses pembentukan KERS ini, rumah sakit
memulainya dengan membentuk tim kecil yang terdiri dari beberapa orang yang memiliki kepedulian
mendalam dibidang etika kedokteran, bersikap terbuka dan memiliki semangat tinggi. Jumlah anggota
disesuaikan dengan kebutuhan. Keanggotaan komite bersifat multi disiplin meliputi dokter (merupakan
mayoritas anggota) dari berbagai spesialisasi, perawat, pekerja sosial, rohaniawan, wakil administrasi
rumah sakit, wakil masyarakat, etikawan, dan ahli hukum

Anda mungkin juga menyukai