Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

S
DENGAN APENDISITIS AKUT
DI RUANG NUSA INDAH 2 RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Praktik Klinik


Kebutuhan Dasar Manusia II

Disusun Oleh :
1. Utita Agustina P07120112079

2. Vinda Astri Permatasari P07120112080

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
2013

1
LEMBAR PENGESAHAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S
DENGAN APENDISITIS AKUT
DI RUANG NUSA INDAH 2 RSUD PANEMBAHAN SENOPATI
BANTUL

Diajukan untuk disetujui pada :


Hari :
Tanggal :
Tempat :

Pembimbing Lapangan Pembimbing Pendidikan

Sukwan Sumono, S.Kep Sri Arini WR, SKM, M.Kep.


BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian
Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada
kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah
abdomen darurat (Smeltzer, 2001). Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi
terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi
banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang
terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh
peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur. (Anonim,
Apendisitis, 2007)
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai
cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi
bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus
yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum
(cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut
kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya banyak
mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir. (Anonim, Apendisitis,
2007). Apendisitis merupakan peradangan pada usus buntu atau apendiks
( Anonim, Apendisitis, 2007).

B. Penyebab
Terjadinya apendisitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri.
Namun terdapat banyak sekali faktor pencetus terjadinya penyakit ini.
Diantaranya obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks. Obstruksi pada lumen
apendiks ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras
( fekalit), hipeplasia jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit, benda asing dalam
tubuh, cancer primer dan striktur. Namun yang paling sering menyebabkan
obstruksi lumen apendiks adalah fekalit dan hiperplasia jaringan limfoid. (Irga,
2007)

C. Tanda dan Gejala


Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari : Mual,
muntah dan nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa secara
mendadak dimulai di perut sebelah atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual dan
muntah. Setelah beberapa jam, rasa mual hilang dan nyeri berpindah ke perut
kanan bagian bawah. Jika dokter menekan daerah ini, penderita merasakan nyeri
tumpul dan jika penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa bertambah tajam. Demam
bisa mencapai 37,8-38,8° Celsius.
Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagian
perut. Pada orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah
ini nyeri tumpulnya tidak terlalu terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri dan demam
bisa menjadi berat. Infeksi yang bertambah buruk bisa menyebabkan syok.
(Anonim, Apendisitis, 2007)

D. Dampak Apendisitis terhadap Kebutuhan Dasar Manusia


Apendisits dapat memberi gangguan pada Kebutuhan Dasar. Di antaranya :
1. Kebutuhan Dasar cairan
Pemenuhan cairan berkurang karena klien mengalami demam yang
tinggi. Pada kasus pasca bedah klien diminta berpuasa sampai etrjadi
ising usus atau ditandai dengan klien melakukan flatus. Muntah juga
dapat mengurangi kebutuhan cairan klien.
2. Kebutuhan Dasar Nutrisi
Pemenuhan nutrisi berkurang karena pada tanda dan gejala klien
mengalami mual, muntah, dan tidak nafsu makan.
3. Kebutuhan Rasa nyaman
Klien mengalami nyeri pada abomen karena peradangan yang dialami.
Personal hygiene pun terganggu karena klien mengalami kelemahan
sehingga perlu diupayakan pemenuhan personal hygiene untuk
mempertahankan intgritas kulit.
4. Kebutuhan Rasa Aman
Klien mengalami kecemasan karena panyakit yang dideritanya cemas
bila tidak bisa disembuhkan.
BAB II
PROSES KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Hari / tanggal pengkajian : Senin / 24 Juni
2013 Waktu : 10.00 WIB
Tempat : Bangsal Nusa Indah 2 RSUD Panembahan Senopati
Oleh : 1. Utita Agustina
2. Vinda Astri Permatasari
Sumber Data : Klien, keluarga klien, catatan medis dan
keperawatan, tim kesehatan lain
Metode : Wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan studi
dokumen

I. Pengkajian
A. Identitas
1. Pasien
Nama : Ny. S
Tempat/ Tanggal Lahir : Demak, 12 Januari 1964
jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku / Kebangsaan : Jawa / Indonesia
Alamat : Candes, Jetis, Bantul
Diagnosa Medis : Apendisitis Akut
Nomor CM 333216
Tanggal masuk RS : 21 Juni 2013

2. Keluarga / Penanggung Jawab


Nama : Bp. H
Umur 45
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Supir Bus Pariwisata
Alamat : Candes, Jetis, Bantul
Hubungan dengan pasien : Suami

B. Riwayat Kesehatan
1. Kesehatan pasien
a. Riwayat kesehatan sekarang :
Pasien mengeluh sakit pada perut bagian kanan bawah sejak
seminggu yang lalu, sakit menjalar ke punggung bagian belakang
sebelah kanan. Mengetahui hal tersebut, keluarga pasien lantas
membawa pasien menuju RSUD Panembahan Senopati untuk
mendapatkan perawatan dan pengobatan lebih lanjut. Pasien
menyatakan belum menjalani perawatan maupun pengobatan
sebelumnya untuk penyakitnya.
b. Riwayat kesehatan lalu :
Saat umur 17 tahun, pasien menyatakan pernah mengalami
penyakit yang serupa, yaitu appendicitis, kemudian dilarikan ke
rumah sakit Telogorejo Semarang dan menjalani operasi di bagian
perutnya bagian bawah sebelah kanan dan bekas jahitannya sudah
hilang sampai saat ini. Namun sekarang penyakitnya pun kambuh.
Tahun 2011, pasien menyatakan pernah mengalami kecelakaan dan
luka di bagian kepalanya, sehingga kepalanya dilakukan tindakan
jahit. Pasien menyatakan tidak ada riwayat penyakit asma, DM,
hipertensi maupun alergi. Pasien menyatakan ini adalah
pengalaman ketiganya masuk ke rumah sakit untuk menjalani
perawatan dan pengobatan.
2. Kesehatan keluarga
a. Genogram :

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: klien yang sakit

: Garis perkawinan

: Garis keturunan

: Tinggal serumah

b. Riwayat kesehatan : Diantara keluarga pasien tidak ada yang


menderita penyakit yang sama, tidak ada riwayat DM, hipertensi,
asma maupun alergi.
C. Pola Kebiasaan
1. Aspek Fisik Biologis
a. Pola Nutrisi
1) Sebelum sakit :
Pasien makan sehari 1-2 kali, setiap pagi dan sore hari.
Pasien suka makan nasi dan makanan berkuah, tidak
suka makan yang asin dan ada makanan pantangan, yaitu
labu karena pasti akan merasa mual. Pasien biasanya
minum 1 liter sehari. Pasien mengaku sudah pernah
muntah di rumah. Dulu, klien mangaku suka makanan
yang pedas- pedas, tapi semenjak dia mengetahui bahwa
dia menderita penyakit appendicitis, pasien mulai
menghentikan kebiasaanya tersebut.
2) Selama sakit :
Pasien makan 3x sehari sesuai yang diberikan oleh
rumah sakit. Dalam makan, pasien tidak mengalami
masalah. Selama sakit, pasien minum 1200 mL sehari.
b. Pola Eliminasi
1) Sebelum sakit :
Pasien biasa BAK 6x sehari. Untuk BAB, pasien
menyatakan biasanya 1 hari sekali teratur setiap
pagi. Klien mengaku tidak pernah mengkonsumsi obat-
obatan pencahar.
2) Selama sakit :
Pasien menyatakan BAK sehari 10x, tidak ada gangguan
dalam BAK. Pasien menyatakan sejak masuk rumah
sakit, BAB nya 6 hari sekali dengan konsistensi keras.
Pasien juga mengatakan bahwa dia mengejan dan nyeri
pada rectum dan abdomen juga dirasakan saat defekasi.
c. Pola aktivitas istirahat – tidur
1) Sebelum sakit :
Klien menyatakan tidak suka olahraga. Klien tidur dalam
satu hari biasanya 7 jam sehari, yaitu dari jam 9 malam
sampai jam 4 pagi. Klien menyatakan tidak pernah tidur
siang. Dalam tidur, pasien menyatakan tidak ada
gangguan. Klien bekerja sebagai wiraswasta, dalam
bekerja klien mengeluh cepat capek dan dadanya
berdebar-debar.
2) Sesudah sakit :
Klien melakukan aktifitas sehari-hari dengan dibantu
oleh keluarga. Tidak ada keluhan gangguan pernapasan.
Di rumah sakit, pasien tidak ada keluhan dalam
memenuhi kebutuhan istirahatnya. Klien
mengungkapkan perasaanya capek juga merasa bosan
dan jenuh, karena kegiatannya di rumah sakit hanyalah
tiduran saja.
d. Pola kebersihan diri
1) Kebersihan diri : Pasien mandi 2 kali sehari pagi dan sore
sesuai jadwal dari rumah sakit, dan hanya diusap dengan
waslap, tidak menggunakan sabun.
2) Rambut : Sejak masuk rumah sakit, pasien
mengaku belum keramas. Tidak ada masalah pada kulit
rambut dan rambut pasien.
3) Telinga : Kedua telinga tampak simetris.
Bersih, tidak ada serumen, tidak mengalami gangguan
pendengaran.
4) Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera
tidak ikterik, tidak ada gangguan penglihatan.
5) Mulut : Pasien menyatakan gosok gigi sehari
dua kali, baik itu di rumah maupun selama dirawat di
rumah sakit.
6) Kuku/ kaki : Kuku kaki dan tangan klien tampak
panjang-panjang.

e. Aspek Mental - Intelektual – Sosial – Spiritual


1) Konsep diri
Peran klien untuk menjadi sosok ibu bagi anak-anaknya
terganggu.
2) Intelektual
Klien mengetahui bahwa di dirinya menderita
appendicitis, tetapi tidak tahu persis penyebabnya.
Dulunya klien suka mengkonsumsi makanan yang pedas,
tetapi semenjak dia di diagnosa mengalami appendicitis
pada umur 17 tahun, dia kemudian menghentikan
kebiasaanya tersebut.
3) Hubungan interpersonal
Hubungan klien dengan keluarga baik, ditandai dengan
suami dan anak anaknya yang datang untuk
menemaninya di rumah sakit.
4) Mekanisme koping
Pasien tenang dalam menghadapi penyakitnya. Pasien
sempat bercanda dengan perawat.
5) Aspek mental - emosional
Ketika dilakukan pengkajian, pasien menerimanya
dengan baik. Pasien tetap mempertahankan kontak mata
dengan pengkaji. Kesesuaian afek terhadap situasi tidak
ada masalah.
6) Aspek intelegensi
Memori pasien masih baik ditandai dengan apabila
ditanya tentang riwayat pengobatan dan perawatan yang
pernah dijalani, pasien masih mengingatnya.
7) Spiritual
Selama dirawat di rumah sakit pasien belum sempat
menjalankan ibadah sholat.

II. Pemeriksaan Fisik


A. Keadaan umum
1. Kesadaran : Compos Mentis
2. Status Gizi
a. TB : 158 cm
b. BB : 67 kg
c. Antropometri : 26,83
3. Tanda – tanda vital
a. Tekanan darah : 120/70 mmhg
b. Suhu tubuh : 35,7 °C
c. Nadi : 120 x/menit
d. Pernapasan : 24 x/menit
B. Pemeriksaan secara sistemik (cepalo – kaudal)
1. Kepala : Rambut warna hitam dan tidak bercabang,
tidak ada kutu, ada ketombe, tidak ada lesi, tidak ada
benjolan, fungsi pendengaran masih baik, tidak ada secret
yang keluar dari hidung. Terdapat bekas jahitan pada kepala
bagian kiri
2. Leher : Tidak ada bekas operasi, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena
jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
3. Dada :
a. Inspeksi : Simetris, tidak ada pembengkakan,
massa, maupun bekas operasi, tidak ada kelainan
pada saat bernafas.
b. Palpasi : Tidak ada benjolan, massa,
maupun nyeri tekan
c. Perkusi : Tidak terkaji
d. Auskultasi : Bunyi jantung normal, pernapasan
teratur
4. Abdomen :
a. Inspeksi : Simetris, tidak ada benjolan ataupun
massa, tidak ada luka operasi, tidak ascites
b. Palpasi : Nyeri tekan pada abdomen
c. Perkusi : Normal, tidak ada gangguan. Suara
timpani
d. Auskultasi : Tidak terdengar bunyi bising usus
5. Ekstrimitas :
a. Ekstrimitas atas : Simetris, tidak ada oedema, tidak
ada penyakit kulit, kuku panjang-panjang, tidak ada
cacat
b. Ekstrimitas bawah : Simetris, tidak ada oedema,
tidak ada penyakit kulit, kuku panjang-panjang,
tidak ada cacat

III. Pengobatan yang didapat saat ini:


A. Injeksi Ciproflaxacin 2x500 mg
B. Injeksi Zibac 2x100mg
C. Injeksi Teranol 2x30mg
D. Infus RL 16 tpm terpasang ditangan kanan sejak tanggal 21 Juni 2013
di tangan kanan

IV. Pemeriksaan yang pernah dilakukan:


A. EKG 20 Juni 2013
B. APP foto rontgen 28 Mei 2013
C. Thorax PA 18 Juni 2013 dari RS Rahma Husada
D. Pemeriksaan laboratorium 24 Juni 2013 dan 22 Juni 2013
KOMPONEN HASIL SATUAN NILAI NORMAL
Natrium 137,1 Mmol/l 135-148
Kalium 4,37 Mmol/l 3,5-5,3
Klorida 107,8 Mmol/l 98-107
Glukosa sewaktu 192 Mg/dl <200
URINE LENGKAP OTOMATIS
Warna Kuning Kuning
Kekeruhan Jernih Jernih
Reduksi Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
PH 5,5 Ery/uL 4,8-7,4
Protein Negatif Negatif
Urobilinogen 3,2 Umol/L 3,2-16
Nitrit Negatif Negatif
Leukosit Esterase Negatif Negatif
KRISTAL
- Ca Oksalat Negatif Negatif
- Asam Urat Negatif Negatif
- Amorf Negatif Negatif
SILINDER
- Eritrosit Negatif Negatif
- Leukosit Negatif Negatif
- Granula Negatif Negatif
Bakteri Negatif Negatif
Tes Kehamilan Negatif
Hemoglobin 11,9 g/dL 12-16
Leukosit 119000 Mm kubik 4000-9000
Hematokrit 38 % 35-45
Trombosit 236000 Mm kubik 150000-350000

ANALISA DATA

DATA MASALAH ETIOLOGI


DS : Nyeri Akut Agen injuri (Biologi)
1. Pasien menyatakan nyeri
pada bagian abdomen,
terutama pada bagian kanan
bawah
DO :
1. Pasien tampak meringis
menahan sakit
2. Tanda-tanda vital :
a. TD : 120/70 mmHg
b. HR : 120 x/menit
c. RR : 24x/menit
3. Pasien sering mengubah
posisi untuk menghindari
nyeri

DS : Resiko infeksi Pertahanan tubuh primer yang


1. Pasien menyatakan sudah tidak adekuat
pernah operasi
appendiktomi sejak umur 17
tahun
DO :
1. Pasien terpasang IV line RL
16 tpm sejak tanggal 21 Juni
2013 di tangan kanan
2. Hemoglobin : 11,9 g/dL
3. Leukosit : 119000 mm kubik
DS : Konstipasi Kurang aktivitas fisik
1. Pasien menyatakan pola Kelemahan otot dinding perut
defekasi 6 hari sekali selama
sakit
2. Pasien menyatakan nyeri
pada abdomen
3. Pasien menyatakan nyeri di
rectum dan abdomen pada
saat defekasi
4. Pasien menyatakan
konsistensi feses keras
5. Pasien menyatakan
mengejan pada saat defekasi
6. Pasien menyatakan tidak
suka berolahraga
7. Pasien menyatakan sudah
pernah operasi
appendiktomi
DO :
1. Perubahan pada pola
defekasi
2. Nyeri tekan pada abdomen
3. Bising usus tidak terdengar

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (biologi) ditandai dengan


pasien menyatakan nyeri pada bagian abdomen, terutama pada bagian
kanan bawah, pasien tampak meringis menahan sakit, tanda-tanda vital :
TD : 120/70 mmHg, HR : 120 x/menit, RR : 24x/menit, pasien sering
mengubah posisi untuk menghindari nyeri
2. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak
adekuat ditandai dengan pasien menyatakan sudah pernah operasi
appendiktomi saat umur 17 tahun, pasien terpasang IV line RL 16 tpm di
tangan kanan, hemoglobin : 11,9g/dL, leukosit : 119000 mm kubik
3. Konstipasi berhubungan dengan kurang aktivitas fisik, kelemahan otot
dinding perut ditandai dengan pasien menyatakan pola defekasi 6 hari
sekali selama sakit, pasien menyatakan nyeri pada abdomen, pasien
menyatakan nyeri di rectum dan abdomen pada saat defekasi, pasien
menyatakan konsistensi feses keras, pasien menyatakan mengejan pada
saat defekasi, pasien menyatakan tidak suka berolahraga, pasien
menyatakan sudah pernah operasi appendiktomi, perubahan pada pola
defekasi, nyeri tekan pada abdomen, bising usus tidak terdengar

PERENCANAAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA
KEPERAWATAN PERENCANAAN
TUJUAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL
Nyeri akut Setelah dilakukan 1.Kaji karakteristik nyeri, 1. Untuk mengetahui
berhubungan tindakan skala nyeri, sifat nyeri, sejauhmana
dengan agen injuri keperawatan lokasi dan penyebaran. perkembangan rasa
(biologi) ditandai selama 2x24 jam nyeri yang dirasakan
dengan : pasien tidak oleh klien sehingga
DS : mengalami nyeri, dapat dijadikan sebagai
1. Pasien dengan kriteria 2.Anjurkan teknik acuan untuk intervensi
menyatakan hasil: relaksasi napas dalam. selanjutnya.
nyeri pada 1. Mampu 2. Relaksasi napas dalam
bagian abdomen, mengontrol nyeri dapat mengurangi rasa
terutama pada (mampu nyeri dan
bagian kanan menggunakan memperlancar sirkulasi
bawah tehnik O2 ke seluruh jaringan.
DO : nonfarmakologi 3.Beri posisi yang aman 3. Dapat mempengaruhi
1. Pasien tampak untuk mengurangi dan nyaman kemampuan klien
meringis nyeri) untuk rileks/istirahat
menahan sakit 2. Melaporkan secara efektif dan dapat
2. Tanda-tanda bahwa nyeri mengurangi nyeri
vital : berkurang 4.Ukur tanda-tanda vital 4. Peningkatan tanda-
a. TD : 120/70 3. Menyatakan tanda vital dapat
mmHg rasa nyaman menjadi acuan adanya
b. HR : 120 setelah nyeri peningkatan nyeri.
x/menit berkurang 5.Kelola pemberian obat 5. Analgetik dapat
c. RR : 4. Tanda vital analgetik injeksi Teranol memblok rangsangan
24x/menit dalam rentang 2x30mg perhari nyeri sehingga nyeri
3. Pasien sering normal tidak dipersepsikan.
mengubah posisi
untuk
menghindari
nyeri

Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Kaji adanya tanda- 1. Untuk mengetahui


berhubungan tindakan tanda infeksi secara dini adanya tanda-
dengan pertahanan keperawatan tanda infeksi sehingga
tubuh primer yang selama 5x24 jam dapat dengan segera
tidak adekuat resiko infeksi dilakukan tindakan yang
ditandai dengan pasien menurun tepat
DS : dengan kriteria
1. Pasien hasil : 2. Lakukan dressing 2. Dressing infuse
menyatakan 1. Tidak ada infuse 1x sehari meminimalkan masuknya
sudah pernah tanda-tanda kuman bakteri
operasi infeksi
appendiktomi 3. Kelola pemberian 3. Menghambat dan
saat umur 17 antibiotik injeksi membunuh perkembangan
tahun Ciproflaxacin 2x500 mg bakteri sehingga tidak
DO : dan Zibac 2x100mg terjadi proses infeksi
1. Pasien terpasang
IV line RL 16
tpm sejak
tanggal 21 Juni
2013 di tangan
kanan
2. Hemoglobin :
11,9 g/dL
3. Leukosit :
119000 mm
kubik
Konstipasi Setelah dilakukan 1. Tentukan pola defekasi 1. Untuk
berhubungan tindakan bagi klien dan latih mengembalikan
dengan kurang keperawatan klien untuk keteraturan pola
aktivitas fisik, selama 2x24 jam menjalankannya defekasi klien
kelemahan otot konstipasi pasien
dinding perut teratasi dengan 2. Atur waktu yang tepat
ditandai dengan : kriteria hasil: untuk defekasi klien 2. Untuk
DS : 1. Pola BAB seperti sesudah makan memfasilitasi
1. Pasien teratur 1x sehari refleks defekasi
menyatakan pola dengan konsistensi 3. Bantu klien untuk
defekasi 6 hari lunak aktifitas Pasif & aktif
sekali selama 3. Saat defekasi 3. meningkatkan
sakit tidak terasa nyeri 4. Berikan cakupan nutrisi pergerakan usus
2. Pasien 3. Cairan dan serat berserat sesuai dengan
menyatakan adekuat indikasi, hindari 4. Nutrisi serat tinggi
nyeri pada 4. Aktivitas makanan mengandung untuk melancarkan
abdomen adekuat gas eliminasi fekal
3. Pasien
menyatakan 5. Berikan cairan jika 5. Untuk melunakkan
nyeri di rectum tidak kontraindikasi 2-3 eliminasi feses
dan abdomen liter per hari
pada saat
defekasi 6. Berikan pendidikan 6. Pasien mengetahui cara
4. Pasien kesehatan tentang mencegah dan
menyatakan a. Personal Hygiene mengurangi sembelit
konsistensi feses b. Kebiasaan diet
keras c. Cairan & makanan yang
5. Pasien mengandung gas
menyatakan d. Aktifitas
mengejan pada e. Kebiasaan BAB
saat defekasi
6. Pasien 7. Kolaborasi: 7. Merangsang kerja usus
menyatakan Pemberian laksatif atau
tidak suka enema sesuai indikasi
berolahraga
7. Pasien
menyatakan
sudah pernah
operasi
appendiktomi
DO :
1. Perubahan pada
pola defekasi
2. Nyeri tekan pada
abdomen
3. Bising usus
tidak terdengar

Anda mungkin juga menyukai