Anda di halaman 1dari 108

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang

anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh yang mencakup aspek fisik

dan nonfisik dengan memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani,

motorik, akal pikiran, emosi dan sisoal yang tepat agar anak tumbuh dan

berkembang secara optimal.1

Sudah menjadi pemahaman umum sejak dulu bahwa membaca merupakan

salah satu aktivitas yang dapat mencerdaskan seseorang. Orang yang rajin

membaca akan dapat menemukan banyak pengetahuan, sehingga membuatnya

cerdas dan berbeda dengan orang yang tidak suka membaca. Maka, tidak heran

jika membaca ibarat sebuah jendela dalam rumah. Artinya, membaca merupakan

jendela pengetahuan bagi siapa saja yang rajin membaca. Dengan membaca,

seseorang akan menemukan banyak hal di luar dirinya termasuk ragam

pengetahuan sehingga membuat orang tersebut cerdas.2 Undang-undang RI No.20

Tahun 2003 tentang system pendidikan anak usia dini adalah upaya yang

ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

1
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007),
hlm.88
2
Cahyo Agus N, Berbagai Cara Latihan Otak Dan Dan Daya Ingat Dengan Menggunakan
Berbagai Media Audio Visual, (Yogyakarta: DIVA Pres, 2011), hlm.30
2

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan memasuki

pendidikan lebih lanjut.3

Anak pada usia dini memiliki kemampuan belajar luar biasa khususnya

pada masa awal kanak-kanak. Anak belajar dengan seluruh panca inderanya untuk

memahami sesuatu dan dalam waktu singkat anak berlatih ke hal lain untuk

dipelajari. Lingkunganlah yang kadang menjadi penghambat dalam

mengembangkan kemampuan belajar anak dan sering kali lingkungan mematikan

anak bereksplorasi.

Kemampuan membaca adalah salah satu fungsi kemanusiaan yang tertinggi

dan menjadi memiliki ilmu pengetahuan luas, bijaksana, dan memiliki nilai-nilai

lebih dibandingkan dengan orang yang tidak membaca sama sekali, sedikit

membaca atau hanya membaca bacaan tidak berkualitas. Baca atau membaca

dapat diartikan sebagai kegiatan menelusuri, memahami, hingga mengeksplorasi

berbagai simbol. Simbol dapat berupa rangkaian huruf-huruf, dalam suatu tulisan

atau bacaan, bahkan gambar.4

Walaupun membaca diartikan demikian, tetapi secara khusus membaca

diartikan mengerti tulisan.Sekarang bagaimana menjadi anak mampu membaca

dengan baik? Untuk menjadikan anak mampu membaca yang terpenting

dilakukan orang tua dan guru adalah memiliki media atau sarana yang dapat

membantu mengasah kemampuannya dengan cara yang menyenangkan.

3
Luluk Asmawati, Perencanaan Pembelajaran PAUD, (Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA,2014),hlm.31
4
http:// blogspot. Co.id/2013/07 Upaya-Meningkatkan-Minat-baca-melalui.html?m=1,
Diunduh pada tanggal 23 November 2016, jam 17:14
3

Membaca dalam proses pembelajaran memang peranan yang sangat

penting. Membaca merupakan sarana utama bagi seorang anak untuk mengasah

keingintahuannya. Anak-anak yang memiliki kemampuan membaca yang baik

pada umumnya memiliki kemampuan yang baik pula dalam mengungkapkan

pemikiran, perasaan serta tindakan interaktif dengan lingkungannya. Oleh karena

itu, perkembangan kemampuan membaca anak dalam proses pembelajaran harus

memperoleh perhatian yang serius bagi pendidik (utamanya guru dan orangtua

atau keluarga). Sebagaimana sabda nabi yang artinya “menuntut ilmu itu wajib

bagi muslim laki-laki dan muslim perempuan”.

Kemampuan perkembangan kemampuan membaca anak dapat diamati

melalui kemampuan bercerita, bercakap-cakap, menyanyi dan sebagainya, yang

kesemuanya ini dapat diperoleh dari berbagai sumber baik melalui bahan bacaan,

diceritakan orang lain, atau mendengar siaran-siaran media elektronik. Upaya

untuk mengembangkan kemampuan membaca anak di Raudlatul Athfal dapat

dilakukan melalui berbagai cara dan tahapan-tahapan tertentu.

Dalam rangka untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka perlu adanya usaha

yang harus dilakukan secara bertahap. Karena membaca merupakan proses yang

lebih rumit dibandingkan dengan proses komunikasi lisan. Hal tersebut

menunjukkan rendahnya tingkat penguasaan materi anak terhadap pembelajaran.

Dari 20 anak yang berhasil hanya 6 anak, baru mencapai 28%. Itu yang terjadi di

Raudhatul athfal Darma Bakti Karang Sari.

Oleh karena itu usaha awal yang harus ditempuh guru Raudhatul Athfal

Darma Bakti Karang Sari membentuk kebiasaan dan kegemaran membaca melalui
4

media yang dipilih dengan tujuan anak dapat tertarik minat bacanya sejak dini.

Media itu adalah gambar agar pembelajaran menjadi menyenangkan dan tentunya

lebih merangsang pikiran anak kemudian dapat meningkatkan hasil kemampuan

membaca siswa di Raudhatul Athfal Darma Bakti Karang Sari dengan melakukan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) agar mencapai ketuntasan 90%. Disebutkan

dalam firman Allah yang artinya:

          
        
     
Artinya: “bacalah dengan “menyebut” nama Tuhanmu yang
menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah,
bacalah dan tuhanmulah yang paling pemurah, yang mengajar
(manusia) dengan perantara kalam, Dia mengajarkan kepada
manusia apa yang tidak diketahui”. (QS. Al-Alaq ayat 1-5).5

Pendidikan merupakan usaha sadar oleh orang dewasa atau pendidik untuk

membawa peserta didik menuju kedewasaan melalui proses bimbingan yang

dilakukan secara teratur dan sistematis. Sedangkan secara nasional pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memeiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepriadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara.6

Raudhatul Athfal merupakan lembaga pendidikan pra skolastik atau

akademik. Itu artinya, Raudhatul Athfal tidak mengemban tanggungjawab utama

dalam pembelajaran membaca dan menulis. Subtansi pembinan kemampuan

5
As salamah “Qur’an terjemah As Salamah, Asy Syifa’, Semarang. Hlm 1403
6
Supardi, Syah Darwyan, Perencanaan Pendidikan, (Jakarta: Diadit Media, 2010), hlm.6
5

skolastik atau akademi kini haruslah menjadi tanggungjawab utama lembaga

pendidikan dasar.

Usia dini merupakan kesempatan emas bagi anak untuk belajar , sehingga

disebut usia emas (golden age). Pada usia ini anak memiliki kemampuan untuk

belajar yang luar biasa khususnya pada masa kanak-kanak awal. Mengingat usia

dini merupakan usia emas maka pada masa itu perkembangan anak harus

dioptimalkan. Perkembangan anak usia dini sifatnya holistik, yaitu dapat

berkembang optimal apabila sehat badannya, cukup gizinya dan didik secara baik

dan benar. Anak berkembang dari berbagai aspek yaitu berkembang fisiknya,

baik motorik kasar maupun halus, berkembang aspek kognitif, aspek sosial dan

emosional.

Anak usia dini memerlukan banyak sekali informasi untuk mengisi

pengetahuannya agar siap menjadi manusia seungguhnya. Dalam hal ini membaca

merupakan cara untuk mendapatkan informasi karena pada saat membaca maka

seluruh aspek kejiwaan manusia terlibat dan ikut serta bergerak. Hasilnya, otak

yang merupakan pusat koordinasi pun bekerja keras menemukan hal-hal baru

yang akan menjadi pengisi memori otak sekaligus menjadi bekal pertumbuhan.

Raudhatul Athfal sebagai salah satu bentuk lembaga pendidikan amak usia

dini yang dalam proses pembelajarannnya menekankan pada prinsip bermain

sambil belajar dan belajar seraya bermain. Bermain adalah bagian integral dalam

kehidupan setiap anak dan merupakan cara yang paling baik untuk

mengembangkan potensi anak secara optimal. Penggunaan metode bermain

disesuaikan dengan perkembangan anak (keperluan usia anak). Permainan yang


6

digunakan pada Raudgatul Athfal adalah permainan yang merangsang kreatifitas

yang menyenangkan (tidak ada unsur paksaan) dan sederhana.Pembinaan

pengembangan motorik disini merupakan salah satu kegiatan yang dapat

mengembangkan aspek motorik secara optimal dan dapat merangsang

perkembangan otak anak. Pengembangan aspek motorik bertujuan untuk

memperkenalkan dan melatih gerak kasar dan halus, meningkatkan kemampuan

mengelola, mengontrol dan melakukan koordinasi gerak tubuh, serta

meningkatkan keterampilan tubuh dan cara hidup sehat sehingga dapat menunjang

pertumbuhan jasmani yang kuat dan terampil.

Melalui pembinaan aktivitas anak (fisik motorik) di Raudhatul Athfal

diharapkan akan memberikan dasar pemikiran untuk mengkaji lebih spesifik

dalam rangka pelaksanaan program pendidikan. Dengan memanfaatkan sarana

alat bermain, gambar atau stiker dan permainan yang tersedia di Raudhatul Athfal

serta disesuaikan dengan perkembangan dan pertumbuhan fisik anak usia dini.

Kemampuan membaca anak usia dini umumnya masih relativ kurang

karena pendidikan usia dini merupakan awal atau permulaan anak belajar

membaca. Anak usia dini umumnya enggan untuk membaca sesuatu yang bersifat

abstrak. Selain itu tuntutan orangtua yang menginginkan anak cepat bias

membaca. Ditambah lagi tuntutan dari Sekolah Dasar yang mengadakan

permainan siswa dengan menggunakan tes baca tulis.

Guru memerlukan cara untuk menyelesaikan masalah tersebut. Salah satu

cara yang digunakan oleh guru adalah dengan menggunakan media yang dapat

merangsang minat baca anak didik dalam membaca. Media yang dapat digunakan
7

salah satunya adalah media gambar. Media gambar adalah media yang berupa

gambar yang disertai kata-kata atau kalimat dibawahnya. Dengan adanya gambar

tersebut, maka anak didik akan terangsang untuk mengetahui maksud gambar

tersebut dan mencoba membaca kata-kata dan kalimat yang ada. Jadi, membaca

adalah kemampuan yang harus dikuasai oleh anak sejak dini. Banyak cara yang

bisa dilakukan untuk mengajarkan mengajarkan cara membaca. Salah satunya

dengan menggunakan media, yaitu media gambar. Hal ini secara tidak langsung

akan tertinggal dan mengendap dalam memeori anak, sehingga suatu ketika saat

melihat gambar, anak akan tahu dengan namanya.7

Untuk memahami minat baca siswa Raudhatul Athfal Darma Bakti, peneliti

memaparkan tabel hasil prasurvei tingkat minat baca anak melalui pembelajaran

yang diterapkan guru pada siswa.

Tabel 1.1

Kondisi Minat Baca Siswa Raudhatul Athfal Darma Bakti sebelum


dilakukan Tindakan

Penilaian Kreativitas
N0 Nama Anak

BB MB BSH BSB
1 Audi Tamarasari V

2 Ahmad Ihsan V

3 Azkiya Nuraini V

4 Bisma Prayoga V

5 Dutra Prasetya V

6 Diana Lailatussifa V

7
Ara, Berlatih Membaca Lewat Gambar, (Jogjakarta: DIVA Kids,2016), hlm.2
8

7 Deana Putri Rahayu V

8 Hana Christanti V

9 Imanuel David P. V

10 Iqbal Dwi Saputra V

11 Jddan Izzul Haqi V

12 Marvel Alviansyah V

13 Michaelvin Nanda Putra V

14 Revaldo Putra Virdaus V

15 Melisa Lindawati V

16 Muhammad Khoirul Anwar V

17 Nova Rihadathul V

18 Rafi Maulana V

19 Risa Dwi Rahayu V

20 Reza Afandi V

Sumber Hasil Prasuurvei Kondisi Minat Baca Siswa RA Darma Bakti8

Dari penjelasan diatas peneliti menyimpulkan bahwa, kondisi minat baca

anak dalam pembelajaran membaca masih kurang baik, dari 20 siswa yang

nampak memiliki minat baca hanya enam siswa, jika diprosentasekan menjadi

28%. Hal ini juga mungkin tidak hanya terjadi pada Raudhatul Athfal Darma

Bakti Karang Sari.

8
Hasil Rekam Data Dari Observasi Peneliti Pada Tanggal, 4 Maret 2018
9

Hasil observasi penulis menjelaskan bahwa penggunaan media buku bacaan

tak bergambar kurang optimal diterapkan di Raudhatul Athfal Darma Bakti.9

Membaca merupakan jendela pengetahuan bagi siapa saja yang rajin

membaca. Seseorang akan menemukan banyak hal di luar dirinya termasuk ragam

pengetahuan sehingga membuat orang tersebut cerdas. Jika diteruskan, maka akan

berlaku sebaliknya. Bahwa orang yang tidak suka membaca ibarat seperti katak

dalam tempurung. Orang tersebut hanya tahu segala sesuatu yang ada di dalam

tempurungnya sendiri sehingga tidak ada perkembangan pengetahuan. Akan

berbeda halnya dengan orang yang rajin membaca. Karena, membaca ibarat

jendela dunia, maka meski di dalam rumah ia dapat melihat berbagai keadaan di

dunia luar. Sehingga, pengetahuan dan kecerdasaan otaknya semakin berkembang.

Meski demikian, aktivitas membaca masih rendah di negara kita. Bila

dibandingkan dengan negara-negara tetangga, budaya kita masih kalah jauh.

Terlepas dari fenomena tersebut, membaca merupakan salah satu fungsi

tertinggi dari otak manusia dan dapat dikatakan bahwa semua proses belajar

didasarkan pada kemampuan membaca. Hal ini karena aktivitas membaca

melibatkan sejumlah proses yang kompleks. Setidaknya ada delapan aspek yang

bekerja saat kita membaca, yaitu aspek sensori, persepsi, sekuensial (tata urutan

kerja), pengalaman, berpikir, belajar, asosiasi, dan afeksi. Kedelapan aspek ini

bekerja secara bersamaan saat kita membaca.10

Anak-anak usia dini pada khususnya di Raudhatul Athfal Darma Bakti juga

masih memeiliki daya minat baca yang rendah. Hal ini dapat dilihat dari proses
9
Hasil Pengamatan peneliti selama melakukan observasi lapangan, dari tanggal 1 Maret –
16 Maret 2018
10
Cahyo, Agus N. Op. Cit. hlm.31-32
10

kegiatan belajar mengajar sehari-hari dimana anak masih enggan dalam kegiatan

membaca di papan tulis atau di buku yang hanya monoton dan tidak menarik.

Diperkuat dengan penjelasan tabel hasil pra survei di atas, menunjukkan salah

satu dari rendahnya minat baca dan memahami isi/tulisan bacaan yang diberikan

pendidik.

Permasalahan di atas sering kali disebabkan karena guru mengajar secara

monoton tidak mengetahui atau tidak memiliki berbagai variasi metode, teknik,

pendekatan, dan konsep dalam kegiatan belajar mengajar sehingga yang

digunakan selalu sama atau tidak pernah berubah, maka tak heran jika guru yang

mengajar monoton sangat membosankan bagi anak muridnya.11 Dengan demikian

penggunaan media pembelajaran saat proses belajar mengajar yaitu dengan media

visual, dalam pembelajaran visual diantaranya fotografi, gambar, sketsa, dan

kartun untuk mengilustrasikan pelajaran dalam teks-teks (visual, global). 12 Media

pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam pendidikan untuk

menunjang efektivitas dan efisiensi kegiatan belajar mengajar. Media

pembelajaran dapat diartikan sebagai metode atau teknik yang menggunakan alat

atau bahan guna memberikan pemahaman kepada murid dalam kegiatan belajar

mengajar.13 Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis melakukan

penelitian tentang “Upaya Guru Dalam Meningkatkan Minat Baca Siswa

Melalui Media Gambar Di Raudhatul Athfal Darma Bakti Karang Sari,

tahun pelajaran 2017/2018.”

11
Rahman, Masykur Arif, Kesalahan-Kesalahan Fatal Paling Sering Dilakukan Guru
Dalam Kegiatan Belajar Mengajar, (Jogjakarta: DIVA Pres, 2011) hlm.54
12
Indriani Dina, Mengenal Ragam Gaya Pembelajaran Efektif, (Jogjakarta: DIVA Pres,
2011) hlm.176
13
Rahman, Maskuri Arif. Op. Cit. hlm.179
11

B. Identifikasi Masalah

Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran aspek bahasa mengalami

berbagai masalah yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam

memahami materi. Dari kejadian tersebut penulis berhasil mengidentifikasi

masalah sebagai berikut:

1. Guru terlalu lama memberikan materi

2. Guru kurang menyediakan fasilitas pembelajaranyang berupa alat peraga

3. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran

4. siswa kurang respon terhadap pertanyaan guru

5. Hanya siswa yang pandai yang cepat selesai menerjakan tugasnya


12

C. Batasan Masalah

Untuk menghindari pengembangan masalah yang terlalu luas, maka

penelitian ini dibatasi permasalahannya yaitu yang berkaitan dengan

meningkatkan kemampuan membaca anak usia dini melalui media gambar di

Raudhatul Athfal Darma Bakti Karang Sari. Penelitian ini dikenakan pada anak

dengan jumlah kelas B 20 anak di Raudhatul Athfal Darma Bakti Karang Sari.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan

batasan masalah, maka rumusan masah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah dengan menggunakan media gambar dapat meningkatkan

pemahaman anak dalam membaca?

2. Adakah peningkatan minat baca anak dengan menggunakan media

gambar?

3. Bagaimana cara guru Raudhatul Athfal dalam meningkatkan minat baca

siswa usia dini di Raudhatul Athfal Darma Bakti Karang Sari?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk meningkatkan pemahaman anak dalam membaca melalui media

gambar.

2. Untuk mengetahui adakah peningkatan minat baca anak melalu media

gambar.

3. Untuk membantu guru Raudhatul Athfal dalam menngkatkan minat baca

siswa usia dini di Raudhatul Athfal Darma Bakti Karang Sari.


13

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi siswa

a. Meningkatkan motivasi dan aktivitas belajar anak dalam aspek

pembelajaran bahasa

b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap konsep-

konsep perkembangan bahasa yang dapat diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari

2. Manfaat Bagi Guru

a. Memiliki wawasan dalam memilh dan menggunakan alternativ

pembelajaran yang tepat dalam menyampaikan materi bahasa, khususnya

membaca

b. Menambah wawasan dan kemampuan guru dalam melaksanakan

perencanaan dan evaluasi kemampuan siawa

c. Dapat memperbaki proses pembelajaran dan mengembangkan

profesionalsme keguruan
14

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Hakikat Anak Usia Dini

1. Pengertian Anak Usia Dini

Terdapat beberapa definisi mengenai anak usia dini. Definisi yang

pertama, anak usia dini adalah anak yang berusia nol tahun atau sejak lahir

sampai usia delapan tahun (0-8).14 Sedangkan devinisi yang kedua, menurut

Undang-undang RI No.20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Butir

14 yang menyebutkan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya

pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam

tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk

membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak

memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.15 Dari pengertian

tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa anak usia dini adalah anak yang

berusia nol sampai enam tahun atau delapan tahun yang mengalami

pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani.

Dalam masa ini anak membutuhkan bimbingan yang tepat dalam tumbuh

kembang, proses menstimulasi membutuhkan perencanaan yang terprogram

dan serius agar pencapaian perkembangannya akan maksimal. Maka untuk

mendapatkan strategi dan pembelajaran yang tepat, seorang guru sebaiknya

memahami karakteristik anak usia dini.

14
Susilowati, Peningkatan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui Cerita Bergambar,
(Surakarta: Cahaya Media, 2010), hlm.11
15
UU RI No.20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 Butir 14
15

2. Karakteristik Anak Usia Dini

Kartini Kartono dalam Marsudi mendeskripsikan karakteristik anak usia

dini sebagai berikut:16

a. Bersifat egosentris naif

Anak memandang dunia luar dari pandangannya sendiri, sesuai dengan

pengetahuan dan pemahamannya sendiri, dibatasi oleh perasaan dan

pemikirannya yang masih sempit. Maka anak belum mampu memahami arti

sebenarnya dari suatu peristiwa dan belum mampu menempatkan diri ke

dalam kehidupan orang lain.

b. Relasi sosial yang primitiv

Relasi sosial yang primitiv merupakan akibat dari sifat egosentis naif.

Cirri ini ditandai oleh kehidupan anak yang belum dapat memisahkan antara

dirinya dengan keadaan lingkungan sosialnya. Anak pada masa ini hanya

memiliki minat terhadap benda-benda atau peristiwa yang sesuai dengan daya

fantasinya. Anak mulai membangun dunianya dengan khayalan dan

keinginannya sendiri.

c. Kesatuan jasmani dan rohani yang hampir tidak terpisahkan

Anak belum dapat membedakan antara dunia lahiriyah dan batiniah. Isi

lahiriyah dan batiniah masih merupakan satu kesatuan yang utuh. Penghayatan

anak terhadap sesuatu dikeluarkan atau diekspresikan secara bebas, spontan

dan jujur baik dalam mimik, tingkah laku maupun pura-pura, anak
16
Marsudi, Saring, Permasalahan dan Bimbingan Di Taman Kanak-Kanak, (Surakarta:
UMS, 2016), hlm.14
16

mengekspresikannya secara terbuka karena itu janganlah mengajari atau

membiasakan anak untuk tidak jujur.

d. Sikap hidup yang disiognomis

Anak bersikap disiognomis terhadap dunianya, artinya secara langsung

anak memberikan atribut atau sifat lahiriyah atau sifat konkrit, nyata terhadap

apa yang dihayatinya. Kondisi ini disebabkan karena pemahaman anak

terhadap apa yang dihayatinya masih bersifat menyatu (totaliter) antara

jasmani dan rohani. Anak belum dapat membedakan antara benda hidup dan

benda mati. Segala sesuatu yang ada disekitarnya dianggap memiliki jiwa

yang merupakan makhluk hidup yang memiliki jasmani dan rohani, sekaligus

seperti dirinya sendiri.

Dari penjelasan di atas yang dapat penulis fahami bahwa, anak usia dini

adalah anak yang belum dan sangat membutuhkan bimbingan dan stimulasi

perkembangan yang terarah agar mendapatkan kualitas perkembangan yang

terarah agar mendapatkan kualitas perkembangan yang baik.

Untuk mendapatkan kualitas perkembangan yang baik, tentunya guru

harus memperhatikan masa perkembangan anak usia dini agar mendapatkan

pemahaman dalam kondisi yang bagaimana anak usia dini dapat distimulasi

dan bagaimana cara untuk membuat anak usia dini.

berkembang dengan baik. Berikut peneliti memaparkan penjelasan

perkembangan anak usia dini.


17

3. Perkembangan Anak Usia Dini

Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang progresif dan

kontinyu (berkesinambungan) dalam diri individu dari mulai lahir sampai

mati. Pengertian lain dari perkembangan adalah perubahan-perubahan yang

dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya dan

kematangannya yang berlangsung secara sistematis, progresif dan

berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis

(rohaniah).17 Perkembangan anak usia dini dapat dipaparkan sebagai berikut :

a. Perkembangan fisik motorik

Fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang komleks dan

sangat mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode prenatal

(dalam kandungan). Berkaitan dengan perkembangan fisik ini, Kuhlen dan

Thompson mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi

empat aspek, yaitu (1) Sistem syaraf, yang sangat mempengaruhi kecerdasan

dan emosi, (2) Otot-otot, yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan

kemampuan motorik, (3) Kelenjar Endokrin, yang menyebabkan munculnya

pola-pola tingkah laku baru, seperti pada usia remaja berkembang perasaan

senang untuk aktif dalam suatu kegiatan, yang sebagian anggotanya terdiri

atas lawan jenis, dan (4) Struktur fisik/tubuh, yang meliputi tinggi, berat dan

proporsi.18

17
Yusuf Syamsul, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA, 2016), hlm.15
18
Ibid. hlm.101
18

Perkembangan motorik dibagi menjadi dua, yaitu perkembangan

motorik kasar dan motorik halus. Perkembangan motorik kasar melibatkan

otot-otot besar meliputi perkembangan gerakan kepala, badan, anggota badan,

keseimbangan dan pergerakan. Perkembangan motorik halus adalah

koordinasi halus yang melibatkan otot-otot kecil yang dipengaruhi oleh

matangnya fungsi motorik, fungsi visual yang akurat dan kemampuan intelek

nonverbal.19

b. Perkembangan Kognitif

Seorang anak dapat tumbuh sehat dan cerdas karena dipengaruhi

beberapa faktor, yaitu faktor genetik, nutrisi dan stimulasi merupakan faktor

penting untuk mendukung tumbuh kembang janin dan anak, terutama otaknya.

beberapa nutrisi penting yang mempengaruhi perkembangan otak antara lain

adalah LCPUFA (long-chain polyunsaturated fatty acids ), seperti AA

(arachidonic acid) dan DHA (decosahexaenoic acid), kolin (choline), taurin,

zodium, dan zat besi.20

pikiran anak berkembang secara berangsur-angsur pada periode ini.

Daya pikir anak yang bersifat imajinatif dan egosentris pada masa sebelumnya

maka pada periode ini daya pikir anak sudah berkembang kearah yang lebih

konkrit, rasional dan objektif. Daya ingat anak menjadi sangat kuat, sehingga

anak benar-benar pada stadium belajar.

19
Soetjiningsih, Ranuh Gde, Tumbuh Kembang Anak Edisi 2, (Jakarta: Buku Kedokteran
EGC, 2012), hlm. 27
20
Ibid. hlm. 17
19

c. Perkembangan Bahasa

Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain.

Dalam pengertian ini, tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana

pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk

mengungkapkan sesuatu pengertian, seperti dengan menggunakan lisan,

tulisan, isyarat, bilangan, lukisan dan mimik muka.21

Hal yang penting dalam perkembangan bahasa adalah persepsi,

pengertian adaptasi, imitasi dan ekspresi. Anak harus belajar mengerti semua

proses ini, berusaha meniru dan kemudian baru mencoba mengekspresikan

keinginan dan perasaannya. Perkembangan bahasa pada anak meliputi

perkembangan makna kata, perkembangan penyusunan kalimat dan

perkembangan prakmatik.22

d. Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam

hubungan sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk

menyesuaikan diri, terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi,

meleburkan diri sebagai suatu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja

sama.23

Anak-anak mulai mendekatkan diri dengan orang lain disamping

anggota keluarganya. Meluasnya lingkungan sosial anak menyebabkan

21
Yusuf Syamsul, Op. Cit. hlm.119
22
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007),
hlm.15
23
Yusuf Syamsul, Op. Cit. hlm.122
20

mereka berhadapan dengan pengaruh-pengaruh dari luar. Anak juga akan

menemukan guru sebagai sosok yang berpengaruh.

e. Perkembangan Moral

Perkembangan moral berlangsung secara berangsur-angsur, tahap demi

tahap. Terdapat tiga tahap utama dalam pertumbuhan ini, tahap moral (tidak

mempunyai rasa benar atau salah), tahap konvensional (anak menerima nilai

dan moral dari orang tua dan masyarakat), tahap otonomi (anak membuat

pilihan sendiri secara bebas).24

4. Teori Dasar Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini

Menurut Jean Piaget perkembangan kognitif dibagi menjadi empat yaitu:

(1) tahap sensorimotorik (0-24 bulan) anak memahami dunianya melalui gerak

dan inderanya, (2) tahap praoperasional (2-7 tahun) anak mulai memiliki

kecakapan motorik, proses berfikir anak berkembang meskipun masih

dianggap jauh dan logis, (3) tahap operasional konkrit (7-11 tahun), anak

berfikir secara logis tentang kejadian-kejadian konkrit, dan tahap operasional

formal (11 tahun keatas), kemampuan penalaran abstrak dan imajinasi pada

anak telah berkembang.25

Seperti dijelaskan dalam firman Allah SWT:

      


      
       
Artinya: “…kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu
segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging

24
Mansur, Op. Cit. hlm.16
25
Soetjiningsih, Ranuh Gde. Op. Cit. hlm. 23
21

itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus
dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk)
lain. Maka maha suci Allah, pencipta yang paling baik (Q.S Al-
Mu’minun Ayat 14).26
Menurut Piaget dalam Susanto, anak pada rentan usia 3-4 kemudian 5-6

tahun termasuk dalam perkembangan berfikir Pra-operasional konkrit. Pada

saat ini sifat egosentris pada anak semakin nyata.27 Pada tahap ini, anak mulai

memiliki kecakapan motorik, proses berfikir anak-anak juga mulai

berkembang, meskipun mereka masih dianggap jauh dari logis. Anak-anak

pada masa pra-operasional biasanya “egosentris”, yang berarti bahwa mereka

hanya mampu mempertimbangkan sesuatu dari sudut pandang mereka

sendiri.28 Anak mulai memiliki perspektif yang berbeda dengan orang lain

yang berbeda dengan sekitarnya. Orang tua sering menganggap periode ini

sebagai masa sulit karena anak pada periode ini menjadi susah diatur, bisa

disebut nakal atau bandel, suka membantah dan banyak bertanya.

Allah SWT berfirman:

       


       
 
Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu
dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia
member kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur (Q.S An-Nahl Ayat:78).29
Menurut Bryden dan Vos dalam Susanto, bahwa anak mengembangkan

keterampilan berbahasa dan menggambar, namun egois dan tidak dapat

26
As salamah, Op. Cit. Hlm 993
27
Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana, 2014), hlm.49
28
Soetjiningsih, Ranuh Gde. Op. Cit. hlm. 20
29
As salamah, Op. Cit. Hlm 1164
22

mengerti penalaran abstrak dan logika.30 Pembelajaran yang terlalu tekstual

yang diberikan kepada anak sulit dipahami, mereka harus diberi pemahaman

melalui contoh-contoh konkrit, peragaan langsung, dan dikemas melalui

bermain. Dengan cara ini, maka secara tidak langsung mereka dapat menerima

apa yang diajarkan kepada mereka.

Menurut Montessori dalam Susanto, masa peka anak yang berada pada

usia 3,5 tahun ditandai dengan suatu keadaan dimana potensi yang

menunjukkan kepekaan (sensitif) untuk berkembang. Masa peka ini

merupakan masa yang efektif bagi orang tua atau pendidik dalam memberikan

pemahaman atau pembelajaran kepada anak melalui pemberian contoh-contoh

konkrit atau berupa peragaan yang mendidik akan lebih efektif diterima oleh

anak. Dalam kaitan itu, pendidik atau orang tua harus memberikan

kesempatan kepada anak untuk dapat melakukan sesuatu, baik secara

individual maupun secara kelompok sehingga anak memperoleh pengalaman

dan pengetahuan.

Menurut Jean Piaget rentan usia 2-7 tahun, anak mulai memiliki

kecakapan motorik, proses berfikir anak berkembang, meskipun masih

dianggap jauh dari logis. Pada usia ini kemampuan berbahasa maupun

menyangkut kemampuan motorik anak mulai terlihat. Bahasa adalah suatu

sistem komunikasi yang digunakan dengan sukarela dan secara sosial disetujui

bersama, dengan menggunakan simbol-simbol tertentu untuk menyampaikan

dan menerima pesan dari satu orang ke orang lain. Termasuk di dalamnya

adalah tulisan, bicara, bahasa simbol, ekspresi muka, isyarat, pantomin, dan
30
Ahmad Susanto, Op. Cit. hlm, 49
23

seni.31 Menurut teori neuropsikolinguistik, berbahasa adalah interaksi yang

kompleks antara fungsi otak (kortek serebri), semantik dan fragmatik,

fonologi, grammar, dan organ yang memproduksi bahasa.32 Sistem ini saling

berhubungan, bila salah satu mengalami masalah, akan terjadi gangguan

bicara. kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan

anak, karena kemampuan berbahasa sensitiv terhadap keterlambatan atau

kelainan pada sistem lainnya, seperti kemampuan kognitif, sensorimotor,

psikologis, emosi, dan linkungan sekitar anak. Rangsangan yang berasal dari

pendengaran dan penglihatan, sangat penting dalam perkembangan bahasa.

Dalam teori Multiple Inteligence yang dikemukakan oleh J.P. Guilford

Gardner, berpendapat bahwa intelegensi itu dapat dilihat dari tiga kategori

dasar, yaitu: (1) operasi mental (proses berpikir), (2) content (isi yang

dipikirkan), dan (3) product (hasil berpikir).33 Sedangkan menurut Howard

Gardner, intelegensi dibagi menjadi tujuh jenis yaitu: (1) logical-

mathematical, kepekaan dan kemampuan untuk mengamati pola-pola logis

dan numeric (bilangan) serta kemampuan untuk berpikir rasional/logis, (2)

linguistic, kepekaan terhadap suara, ritme, makna kata-kata, daan keragaman

fungsi bahasa, (3) musical, kemampuan untuk menghasilkan dan

mengekspresikan ritme, nada dan bentuk-bentuk ekspresi music, (4) spatial,

kemampuan mempersepsi dunia ruang visual secara akurat dan melakukan

transformasi persepsi tersebut, (5) bodily kinesthetic, kemampuan untuk

gerakan tubuh dan menangani objek-objek secara trampil, (6) interpersonal,


31
Soetjiningsih, Ranuh Gde, Op. Cit.hlm. 51
32
Ibid, hlm. 52
33
Yusuf Syamsul. Op.Cit. hlm.107-108
24

kemampuan anak untuk mengamati dan merespon suasana hati, temperamen,

dan motivasi orang lain, dan (7) intrapersonal, kemampuan untuk memahami

perasaan, kekuatan dan kelemahan serta intelegensi sendiri.34

Menurut Alfred Binet dalam Susanto, terdapat tiga aspek kemampuan

dalam intelegensi, yaitu: 1) Direction/kosentrasi, kemampuan memusatkan

pikiran kepada suatu masalah yang harus dipecahkan, 2) Adaptation/adaptasi,

kemampuan mengadakan adaptasi atau penyesuaian terhadap masalah yang

dihadapi, 3) Critisn/bersikap kritis, kemampuan untuk mengadakan kritik,

baik terhadap masalah yang dihadapi, maupun terhadap dirinya sendiri.35

Selain itu, Binet juga menyatakan bahwa hakikat kognitif memiliki tiga

sifat, yaitu: 1) kecerdasan untuk menetapkan dan mempertahankan

(memperjuangkan) tujuan tertentu. Semakin cerdas seseorang, maka akan

semakin cakap membuat tujuan sendiri dan tidak hanya menunggu perintah

saja, 2) kemampuan untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai

tujuan tersebut, 3) kemampuan untuk melakukan autokritik, kemampuan

untuk belajar dari kesalahan yang telah dibuatnya.36

Raymon Cartel dalam Susanto, mengklarifikasikan kognitif ke dalam

dua kategori, yaitu: 1) Fluid intelegensi, adalah tipe kemampuan analisis

kognitif yang relative tidak dipengaruhi oleh pengalaman belajar sebelumnya,

2) Crystallized intelegensi, adalah keterampilan-keterampilan atau

34
Ibid, hlm. 109
35
Widyar, Yarli 2012. Peningkatan Kemampuan Kognitif Melalui Permainan Angka di RA
Al Mutaqqin Kabupaten Agam Ejournal.unp.ac.id/index.php/paud/article/1586/1369(10 Agustus
2016
36
Ibid
25

kemampuan nalar (berfikir) yang dipengaruhi oleh pengalaman belajar

sebelumnya.37

Jadi dapat dipahami bahwa perkembangan kognitif (perkembangan

mental dan perkembangan kognitif) adalah dari pikiran. Pikiran merupakan

bagian dari proses berfikirnya otak. Bagian ini digunakan untuk proses

pengakuan, mencari sebab akibat, proses mengetahui dan memahami. Pikiran

anak dapat bekerja aktif semenjak anak dilahirkan. Hari demi hari

pemikirannya berkembang sejalan dengan pertumbuhannya, misalnya dalam

hal-hal yang berkaitan dengan, 1) Belajar tentang orang lain, 2) Belajar

tentang sesuatu, 3) Belajar ketrampilan baru, 4) Mendapatkan kenangan yang

indah, 5) Mendapatkan pengalaman baru.

Menurut Susanto, identifikasi karakteristik perkembangan kognitif anak

3-4 tahun berdasarkan teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli dan tugas

perkembangan pada masa anak prasekolah adalah sebagai berikut: 1)

Memahami konsep berlawanan; kosong/penuh atau rintangan berat, 2)

Menunjukkan pemahaman mengenai didasar/dipuncak, dibelakang/didepan,

diatas/dibawah, 3) Mampu memadankan bentuk lingkaran atau persegi dengan

obyek nyata atau gambar, 4) Sengaja menumpuk kotak atau gelang sesuai

ukuran, 5) Mengelompokkan benda yang memiliki kesamaan warna, bentuk

atau ukuran, 6) Mampu mengetahui dan menyebutkan umurnya, 7)

Memasangkan dan menyebutkan benda yang sama, 8) Mencocokkan segitiga,

persegi panjang, dan wajik, 9) Menyebutkan lingkaran dan kotak jika

diperhatikan, 10) Memahami konsep lambat/cepat, sedikit/banyak, tipis/tebal,


37
Ibid
26

sempit/luas, 11) Mampu memahami apa yang harus dilakukan jika tali sepatu

lepas, jika haus, jika lapar, jika mau keluar saat hujan, 12) Mampu

menjelaskan; mengapa seseorang perlu memiliki kunci lemari pakaian, mobil

dan lain-lain, 13) Menyentuh dan menghitung angka sebanyak empat sampai

tujuh benda, 14) Merangkai kegiatan sehari-hari dan menunjukkan kapan

setiap kegiatan dilakukan, 15) Mengenal huruf kecil dan huruf besar, 16)

Mengenal dan membaca tulisan yang sering kali dilihat di sekolah dan di

rumah, 17) Mampu menjelaskan fungsi-fungsi profesi yang ada dimasyarakat,

18) Mengenali dan menghitung angka sampai dua puluh, 19) Mengetahui

letak jarum jam untuk kgiatan sehari-hari, 20) Melengkapi empat analog yang

berlawanan, 21) Memperkirakan hasil yang realistis untuk setiap cerita, 22)

Menceritakan kembali cerita buku yang bergambar dengan tingkat ketepatan

yang memadai, 23) Dapat membaca tulisan bergambar, 24) Paham mengenai

konsep arah, 25) Mengklarifikasikan angka, tulisan, buah dan sayur.38

B. Minat Baca

1. Pengertian Minat

Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk

melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Bila mereka

melihat sesuatu melihat sesuatu akan menguntungkan mereka meraga

berminat. Ini kemudian mendatangkan kepuasan. Bila kepuasan berkurang,

minatpun berkurang. Setiap minat memuaskan kebutuhan dalam kehidupan

anak, walaupun kebutuhan ini mungkin tidak segera tampak bagi orang

38
Ibid
27

dewasa. Semakin kuat kebutuhan ini, semakin kuat dan bertahan pada minat

tersebut.39 Ini berarti minat berhubungan dengan nilai-nilai yang membuat

seseorang mempunyai pilihan dalam hidupnya, minat berfungsi sebagai daya

penggerak yang mengarahkan seseorang melakukan kegiatan tertentu yang

spesifik, lebih jauh lagi minat mempunyai karakteristik pokok yaitu

melakukan kegiatan yang dipilih sendiri dan menyenangkan sehingga dapat

membentuk suatu kebiasaan dalam diri seseorang. Minat merupakan salah satu

faktor yang dapat mempengaruhi usaha yang dilakukan seseorang .minat yang

kuat akan menimbulkan usaha yang gigih, serius dan tidak mudah putus asa

dalam menghadapi tantangan. Jika seorang anak memiliki rasa ingin belajar, ia

akan cepat dapat mengerti dan mengingatnya.

Berikut merupakan ciri-ciri minat anak menurut Hurlock, antara lain

adalah sebagai berikut: (a) minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan

fisik, (b) minat bergantung pada kesiapan belajar, (c) minat bergantung pada

kesempatan belajar, (d) perkembangan minat mungkin terbatas, (e) minat

dipengaruhi pengaruh budaya, (f) minat itu egosentris.40

Peserta didik akan terdorong untuk belajar manakala mereka memiliki

minat untuk belajar. Oleh sebab itu, mengembangkan minat belajar peserta

didik merupakan salah satu teknik dalam mengembangkan motivasi siswa.

Beberapa cara dapat dilakukan untuk membangkitkan minat belajar siswa

menurut sanjaya, diantaranya: (a) Hubungan bahan pelajaran yang akan

diajarkan dengan kebutuhan peserta didik, (b) Sesuaikan materi pelajaran


39
http://si-ade.blogspot.com/2013/07/Upaya-Meningkatkan-Pengertian-Baca-Melalui.html?
m-1, Diunduh pada tanggal 10 Maret 20018, pukul 11:10
40
Ibid
28

dengan tingkat pengalaman dan kemampuan siswa, (c) Ciptakan suasana yang

menyenangkan dalam belajar, (d) Berilah pujian yang wajar terhadap setiap

keberhasilan siswa, (e) Berikan penilaian, (f) Berikan komentar terhadap hasil

pekerjaan siswa, penghargaan bias dilakukan dengan memberikan komentar

positif, (g) Ciptakan persaingan dan kerjasama. Persaingan yang sehat dapat

memberikan pengaruh yang baik untuk keberhasilan proses pembelajaran

peserta didik.41

2. Baca/Membaca

Membaca dalam proses pembelajaran memang peranan yang sangat

penting. Membaca merupakan sarana utama bagi seorang anak untuk

mengasah keingintahuannya. Anak-anak yang memiliki kemampuan membaca

yang baik pada umumnya memiliki kemampuan yang baik pula dalam

mengungkapkan pemikiran, perasaan serta tindakan interaktif dengan

lingkungannya. Oleh karena itu, perkembangan kemampuan membaca anak

dalam proses pembelajaran harus memperoleh perhatian yang serius bagi

pendidik (utamanya guru dan orangtua atau keluarga).

Membaca merupakan jendela pengetahuan bagi siapa saja yang rajin

membaca. Seseorang akan menemukan banyak hal di luar dirinya termasuk

ragam pengetahuan sehingga membuat orang tersebut cerdas. Jika diteruskan,

maka akan berlaku sebaliknya. Bahwa orang yang tidak suka membaca ibarat

seperti katak dalam tempurung. Orang tersebut hanya tahu segala sesuatu yang

ada di dalam tempurungnya sendiri sehingga tidak ada perkembangan

41
Ibid
29

pengetahuan. Akan berbeda halnya dengan orang yang rajin membaca.

Karena, membaca ibarat jendela dunia, maka meski di dalam rumah ia dapat

melihat berbagai keadaan di dunia luar. Sehingga, pengetahuan dan

kecerdasaan otaknya semakin berkembang.42

Oleh karena itu, permulaan membaca bagi anak usia dini harus

memperoleh perhatian sungguh-sungguh dari pendidik, sehingga anak

menyadari bahwa dengan membaca anak-anak dapat memperoleh berbagai

pengetahuan dan informasi dari media cetak, dan pada akhirnya mereka dapat

menginformasikan dan mengkomunikasikan kepada orang lain. Dengan

mengajarkan anak embaca berarti memberikan anak tersebut masa depan yaitu

memberikan teknik bagaimana cara mengekplorasikan dunia manapun yang

dia pilih dan memberikan kesempatan untuk mendapatkan tujuan hidupnya.

Namun, membaca permulaan pada anak usia dini haruslah disesuaikan dengan

kemampuan anak.

Membaca adalah kemampuan yang harus dikuasai anak sejak dini.

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengajarkan cara anak membaca.

Salah satunya dengan mengenalkan gambar suatu benda dan namanya, hal itu

secara tidak langsung akan tertinggal dan mengendap dalam memori anak,

sehingga suatu ketika saat melihat benda yang sama, anak akan langsung tahu

dengan namanya.

Menurut Cochorane dalam Slamet Suyanto ada lima tahap kemampuan

membaca pada anak, yaitu :43


42
Cahyo Agus N. Op. Cit. hlm.31
43
Adi Susilo, Calistung, Jogjakarta. Hak Cipta, 2011. hlm 16
30

a. Tahap Magis (Magical Stage)

Pada tahap ini, anak memahami fungsi dari bacaan. Anak mulai

menyukai bacaan, menganggap bacaan itu penting sering ia menyimpan bacan

yang anak sukai dan membawanya kemana ia mau. Orang tua dan guru dapat

memacu perkembangan tahap ini dengan membacakan cerita ataupun bacaan

kepada anak. Gunakan buku-buku bergambar agar mempermudah anak

memahami dan mengebangkan imajinasinya.

b. Tahap Konsep Diri (Self-concept Stae)

Pada tahap ini anak memandang dirinya sudah bias membaca. Anak

sering menerangkan isi atau gambar dalam buku yang anak sukai kepada anak

lain seakan ia sudah mencapai tahap ini.

c. Tahap Membaca Peralihan (Bridging Reader Stage)

Anak mulai mengingat huruf atau kata yang sering anak jumpai,

misalnya dari buku cerita yang sering diceritakan orang tuanya. Anak dapat

menceritakan kembali alur cerita dalam buku sebagaaimana yang diceritakan

orang tuanya kepadanya. Anak juga mulai tertari tentang jenis-jenis huruf

alfaber. Sediakan berbagai macam bacaan dengan ukuran huruf yang besar.

Sudah menunjukkan kemampuan ini. Sediakan berbagai bacaan

d. Tahap Membaca Lanjut (Take-of Reader Stage)

Anak mulai sadar bacaan dan cara membacanya. Anak mulai tertarik

dengan berbagai huruf atau bacaan yang ada di lingkungannya. Anak usia lima

tahun biasanya sudah menunjukkan kemampuan ini. Sediakan berbagai


31

bacaan, seperti buku bergambar yang sesuai untuk anak. Bacakan bagian-

bagian cerita yang menarik.

e. Tahap Membaca Mandiri (Independent Reader)

Anak mulai dapat membaca secara mandiri. Anak mulai sering membaca

buku sendirian. Aku juga mencoba memahami makna dari apa yang anak

baca. Anak mencoba menghubungkan apa yang ia baca dengan

pengalamannya. Anak usia 6-7 tahun biasanya sudah mencapai tahap

membaca mandiri. Sediakan berbagai macam bacaan bergambar warna-warni

dengan ukuran yang relativ besar agar anak tertarik membaca secara mandiri.

Menurut Firmanawaty Sutan dalam Muhammad Nur Mustakim

memaparkan beberapa manfaat dari kegiatan membaca, yaitu:44

1) Anak akan memperoleh pengetahuan.

2) Anak dapat mengidentifikasikan dirinya.

3) Anak menemukan nilai-nilai keutamaan untuk membina kepribadian.

4) Anak dapat berimajinasi dengan baik.

5) Anak terbantu untuk menyelesaikan problem yang harus dihadapi.

6) Anak mengetahui pengalaman dan kebudayaan lain.

7) Memupuk rasa percaya diri anak.

Membaca bukan hanya sekedar membaca, tetapi aktivitas ini mempunyai

tujuan yaitu untuk mendapatkan sejumlah informasi baru, Dwi Sunar

Prasetyono mengungkapkan tujuan membaca adalah sebagai berikut:45

44
Ibid. hlm. 17
45
Ibid. hlm. 17-18
32

1) Tujuan membaca seseorang adalah untuk mendapatkan sebuah

informasi-informasi yang dicari pembaca biasanya tentang fakta dan

kejadian yang terjadi di kehidupan sehari-hari.

2) Tujuan dari sumber membaca adalah agar cita-cita dirinya meningkat.

Tujuan ini bukan merupakan kebiasaan membaca, akan tetapi

dilakukan sesekali di depan orang lain.

3) Ada yang beranggapan bahwa tujuan dari membaca hanya untuk

melepaskan diri dari kenyataan, misalnya pada saat seseorang merasa

jenuh, dan sedih.

4) Membaca dengan tujuan rekreatif, maksudnya disini membaca untuk

mendapatkan kesenangan atau hiburan.

5) Orang membaca biasanya juga mempunyai tujuan apa-apa, hanya

karena main-main, karena tudak tahu apa yang harus ia lakukan

diwaktu senggang.

6) Tujuan membaca yang tinggi biasanya untuk mencari kehidupan atau

pengalaman dan mencari ilmu.

Upaya dalam meningkatkan minat baca anak usia dini tidak dapat

dibebankan pada keluarga saja, masyarakat saja atau lembaga pendidikan saja.

Aspek keluarga, masyarakat, dan lembaga pendidikan mempunyai peranan

penting dalam meningkatkan minat baca anak usia dini. Namun disini peneliti

akan berperan aktif dalam rangka meninkatkan minat baca siswa di Raudhatul

Athfal Darma Bakti Karang Sari.

3. Upaya _Upaya dalam Meningkatkan Minat Baca


33

Anak usia dini memerlukan banyak sekali informasi untuk mengisi

pengetahuannya agar siap menjadi manusia sesungguhnya. Dalam hal ini,

membaca merupakan cara untuk mendapatkan informasi karena saat membaca

maka seluruh aspek kejiwaan manusia ikut terlibat dan ikut serta bergerak.

Hasilnya otak yang merupakan pusat koordinasi bekerja keras menemukan

hal-hal baru yang akan menjadi pengisi memori otak sekaligus menjadi bekal

pertumbuhan.46 Oleh karena itu, perlu upaya-upaya yang dilakukan agar minat

baca dapat tumbuh sejak usia dini. Beberapa strategi yang dapat diterapkan

untuk menumbuhkan minat baca anak sejak usia dini antara lain dilakukan

dengan cara:

a. Proses pembelajaran di sekolah harus dapat mengarahkan kepada anak-

anak supaya rajin membaca buku dengan memanfaatkan literatur yang

ada di perpustakaan sekolah atau sumber belajar lainnya.

b. Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi tumbuhnya minat baca

anak-anak baik di sekolah maupun di rumah.

c. Di rumah orang tua memberikan contoh membaca untuk anak-anaknya.

Dalam rangka meningkatkan minat baca anak usia dini, orang tua tidak

bisa mengandalkan kepada pendidik atau guru di sekolah saja, karena orang

tua mengenal anak-anaknya baik dan dapat menyediakan waktu dan perhatian

yang akan membimbing mereka berhasil dalam membaca. Ada beberapa cara

yang harus digunakan oleh orang tua untuk mendekatkan anaknya supaya

anak lebih terbiasa dalam membaca, diantaranya adalah:47

46
Adi Susilo, Op. Cit. hlm 18
47
Ibid. hlm 19-20
34

1) Sediakan waktu luang untuk membacakan buku untuk anak anda setiap

hari. Penelitian mengungkapkan bahwa dengan membacakan dengan suara

lantang secara rutin kepada anak-anak akan menghasilkan perkembangan

yang signifikan pada pemahaman membaca, kosa kata, dan pemenggalan

kata. Baik anak anda dengan usia belum sekolah maupun yang sudah, hal

itu akan membuat mereka berkeinginan untuk membaca dengan

sendirinya.

2) Kelilingi anak-anak dengan berbagai buku bacaan. Anak-anak yang

memiliki berbagai macam jenis bacaan di rumahnya mendapatkan nilai

lebih tinggi pada standarisasi tes. Bujuklah anak anda untuk membaca

dengan mengoleksi buku-buku bacaan yang menarik dan majalah yang

sesuai dengan umur mereka. Letakkan buku bacaan di mobil, kamar

mandi, tempat tidur, ruang keluarga dan bahkan di ruang Televisi.

3) Buatlah waktu membacabersama keluarga. Sediakan waktu setiap hari 15

sampai 30 menit untuk seluruh anggota keluarga untuk membaca bersama-

saama dengan tenang. Dengan melihat anda membaca akan membuat anak

anda ikut membaca. Hanya dengan berlatih 15 menit setiap hari cukup

untuk meningkatkan minat baca mereka.

4) Berikan dukungan kepada berbagai aktivitas membaca mereka. Jadikan

membaca sebagai bagian dari kehidupan anak anda. Biarkan mereka

membaca menu, rambu jalanan, petunjuk pada minuman, ramalan cuaca,

acara Televisi dan semua informasi praktis harian. Dan juga, pastikan
35

mereka selalu memilih bacaan untuk waktu luang mereka ketika sedang

menunggu giliran saat pergi ke dokter, atau saat sedang dalam mobil.

5) Biasakan pergi ke perpustakaan. Ajak anak anda agar lebih banyak

membaca dengan membawa mereka pergi ke perpustakaan setiap beberapa

minggu untuk mendapatkan buku bacaan yang baru.

6) Ikuti terus perkembangan membaca anak anda. Cari tahu kemampuan

membaca yang bagaimana untuk setiap level kelas.

7) Menukar buku dengan teman.

8) Membuat buku sendiri.

9) Membacakan buku untuk anak sejak lahir.

10) Perlu diperhatikan oleh orang tua, apakah mereka ada kesulitan dalam

membaca buku bacaannya. Para guru di sekolah tidak selalu mengetahui

kesulitan atau masalah membaca pada anak-anak sampai mereka serius

bermasalah.

11) Mencari pertolongan secepatnya jika ada masalah dalam membaca.

Masalah membaca tidak hilang begitu saja seiring berjalannya waktu.

12) Pakailah cara yang bervareasi untuk membantu anak anda. Untuk

membantu anak dalam mengembangkan kemampuan membaca mereka,

gunakan berbagai buku pedoman, program computer, dan materi-materi

lain di toko. Permainan merupakan pilihan yang baik, karena cara ini akan

membantu anak-anak mengembangkan kemampuan mereka sambil

bergembira.
36

13) Perlihatkan antusias anda saat membaca buku bacaanya. Reaksi anda

memiliki pengaruh besar pada seberapa motivasi mereka untuk berusaha

menjadi pembaca yang baik. Pastikan anda membrikan pujian yang tulus

atas usaha keras mereka.

4. Perkembangan Minat Baca Anak dalam Pandangan Islam

Allah telah menciptakan semua makluknya berdasarkan fitrahnya. Hal

ini sebagaimana Firman Allah SWT:

         


          
    

Artinya: “ Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus


kepada agama Allah; (tetapkanlah atas) firman Allah yang
telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada
perubahan pada fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus;
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya (Q.S Ar-
Ruum ayat 30).48
Merujuk pada ayat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia

sejak asal kejadiannya membawa potensi beragama yang lurus, dalam konteks

ini berarti bahwa fitrah keagamaan akan melekat pada diri manusia untuk

selamanya, walaupun tidak diakui atau diabaikannya.

Meskipun pada dasarnya fitrah manusia beriman, namun ia mempunyai

dua potensi baik dan buruk sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT:

   

Artinya: “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu


(jalan) kefasikan dan ketaqwaanya.” (Q.S Al-Syams :8)49

48
As salamah, Op. Cit. Hlm 873
49
As salamah, Op. Cit. Hlm 1053
37

Perwujudan dari fitrah manusia akan berkembang sesuai dengan

perkembangan dirinya. Pengembangan secara maksimal potensi yang baik dan

meminimalisir potensi yang buruk adalah tugas dan tanggung jawab

pendidikan. Melalui pendidikan usia dinilah fitrah manusia akan

dikembangkan, pada pembaasan penelitian ini, peneliti akan mengembangkan

potensi anak usia dini dalam hal membaca, karena membaca permulaan pada

usia dini akan membantu anak dalam kesiapan melanjukan pendidikan,

pentingnya membaca juga telah dijelaskan dalam firman Allah SWT:

          
        
    

Artinta: “bacalah dengan “menyebut” nama tuhan yang


menciptakan, dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah, bacalah dan tuhanmulah yang paling pemurah, yang
mengajar (manusia) dengan perantara kalam, dia mengajarkan
kepada manusia apa yang tidak diketahui”. (QS. Al-Alaq ayat
1-5).50
Dari penjelasan di atas, bahwa dengan membaca manusia dapat

memperoleh segudang pengetahuan. Dengan membacalah kemungkinan

pengetahuan anak akan berkembang dan meningkat dengan upaya-upaya

pengembangan serta lingkungan yang mendukung melalui pendidikan, baik

formal maupun non formal.

Pengembangan minat baca pada peserta didik seharusnya menjadi bagian

tidak terpisah dari setiap tujuan mata pelajaran yang diberikan di sekolah,

membekali siswa dengan membaca, berarti memberikan mereka peralatan

Depag,
50
Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Yayasan Penyegaran
Penerjemah/Penafsiran Al-Qur’an, 1971), hlm.300
38

yang diperlukan untuk hidup dan berkembang yang tidak hanya pada masa

kini, tetapi juga untuk masa yang akan datang.

Menurut M. Quraish Shihab, hal ini dimaksudkan, bahwa pendidikan

seharusnya membuat anak mampu memahami dan menghayati materi yang

diberikan bukan sekedar hafal kata-kata guru atau hafal isi diklat dan ketika

menjawab pertanyaan sama persis dengan kata guru atau diklat, namun

minimalnya siswa mampu mencerna isi bacaan dan dapat mengekspresikan

pengetahuannya tanpa mengurangi esensi dari makna pertanyaan. Oleh karena

itu, membaca perlu dibiasakan sejak dini. Dengan membaca anak dapat

mengembangkan inovasi ilmu yang didapat dari buku bacaan, siswa yang

seperti inilah yang sanggup mengantarkan mereka ke kancah persaingan bebas

dalam era globalisasi.51

C. Media Gambar

1. Pengertian Media Gambar

Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting

adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini berkaitan.

Pemilihan suatu metode mengajar tertrntu akan mempengaruhi jenis media

yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan

dalam memilih media, antara lain tujuan pembelajaran, jenis tugas dan respon

yang diharapkan anak usai pembelajaran berlangsung dan konteks

pembelajaran termasuk karakteristik anak. Meskipun demikian, dapat

dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai

51
M.Qurais Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1996), hlm. 149
39

alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan

belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.

Dalam proses belajar mengajar kehadiran media juga mempunyai arti

yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan

yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai

perantara. Media pembelajaran merupakan salah satu komponen penting

dalam pendidikan untuk menunjang efektivitas dan efisiensi kegiatan belajar

mengajar. Media pembelajaran dapat diartikan sebagai metode atau teknik

yang menggunakan alat atau bahan guna memberikan pemahaman kepada

murid dalam kegiatan belajar mengajar. 52 Media juga merupakan suatu alat

atau sarana yang berfungsi sebagai perantara atau saluran atau jembatan dalam

kegiatan komunikasi antara komunikator (penyampai pesan) dan komunian

(penerima pesan) untuk menyampaikan informasi dalam situasi belajar

mengajar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang

pikiran, perasaan perhatian dan minat serta perhatian siswa sehingga proses

belajar mengajar terjadi53

Gambar ini merupakan alat visual yang efektif karena dapat

divisualisasikan sesuatu yang akan dijelaskan dengan lebih konkrit dan

realistis. Informasi yang disampaikan dapat dimengerti dengan mudah karena

hasil yang diragakan lebih mendekati kenyataan melalui gambar yang

52
Rahman, Masykur Arif. Op. Cit. hlm.179
53
Ariyati, Tatik 2013. Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui
Penggunaan Media Gambar Berbasis Permainan di TK ‘Alsyiyah Kabupaten Banyumas Jawa
Tengah Jurnalnasional.ump.ac.id/../858/918-1717-1-SM-pdf (10 Maret 2018)
40

diperlihatkan kepada anak-anak, dan hasil yang diterima oleh anak-anak akan

sama.

Dengan menggunakan media dapat meminimalisirkan perbedaan antara

sesuatu yang disampaikan guru dengan pemahaman murid. Murid dapat

langsung memahami secara tepat mengenai sesuatu apa yang disampaikan

guru karena ada media, seperti gambar yang memperjelas penyampaian guru.

Media pembelajaran juga dapat menghilangkan kebosanan dalam belajar.

Sebab, media pembelajaran bisa menampilkan materi pelajaran secara variatif

ketimbang hanya penjelasan guru yang cenderung monoton. Adapaun fungsi

dan tujuan penerapan media dalam pengembangan kognitif anak yaitu: 1)

Merangsang anak melakukan kegiatan, pikiran, perasaan, perhatian dan minat,

2) Bereksperimen, 3) Menyelidiki atau meneliti, 4) Alat bantu, 5) Mencapai

tujuan pendidikan yang maksimal, 6) Alat peraga untuk memperjelas sesuatu,

7) Mengembangkan imajinasi, 8) Melatih kepekaan berpikir, 9) Digunakan

sebagai alat permainan.54

Sedangkan manfaat dari media pembelajaran dalam kegiatan belajar

mengajar adalah sebagai berikut: 55

a. Mempermudah penyampaian materi

Dalam penyampaian materi, media dapat meminimalisir perbedaan

penafsiran antara sesuatu yang disampaikan guru dengan pemahan murid.

Murid dapat langsung memahami secara tepat mengenai sesuatu yang

54
Ibid
55
Rahman, Masykur Arif. Op. Cit. hlm.180-183
41

disampaikan oleh guru karena ada media, seperti gambar yang memperjelas

penyampaian guru.

b. Kegiatan belajar mengajar lebih menarik

Media pembelajaran dapat menghilangkan kebosanan dalam belajar.

Sebab, media pembelajaran bias menampilkan materi pelajaran lebih variatif

ketimbang hanya penjelasan guru yang cenderung monoton. Misalnya, media

pembelajaran mampu menampilkan gambar sekaligus suara dan warna, baik

secara alami maupun manipulasi. Hal semacam ini sangat membantu guru

untuk mengajar lebih menyenangkan, menarik, dan jelas.

c. Komunikasi lebih interaktif

Dengan media pembelajaran, guru dapat membangun komunikasi lebih

interaktif dengan murid. Sebab, lazimnya, murid akan lebih memperhatikan

sesuatu yang ditampilkan oleh guru lewat media pembelajaran. Ketika murid

sudah fokus, tentu saja akan timbul komunikasi untuk semakin memperjelas

sesuatu yang ditampilkan dalam media pembelajaran.

d. Efisiensi waktu dan tenaga

Media dapat mengurangi kerja keras guru dari segi waktu dan tenaga

untuk membuat murid paham terhadap sesuatu yang dijelaskan. Guru tidak

perlu mengulang-ulang sesuaatu yang disampaikan karena media membantu

murid lebih cepat memahami dibandingkan penjelasan secara verbal.

e. Meningkatkan kualitas dan prestasi belajar


42

Kegiatan belajar mengajar yang menggunakan media, secara tidak

langsung, kualitas dan prestasi beajar murid akan semakin meningkat. Sebab

dengan media pembelajaran, murid tidak hanya aktif mendengarkan, namun

juga aktif melihat, menyentuh, merasakan, serta mengalami sendiri. Oleh

karena itu, kualitas belajar murid akan jauh berbeda dengan murid yang hanya

mendengarkan guru berceramah.

f. Merangsang murid agar belajar kapanpun dan di manapun

Dengan contoh-contoh yang dieksplorasi melalui media pembelajaran,

hal ini akan membuat murid terangsang untuk belajar kapan pun dan di mana

pun. Misalnya, guru menggunakan media pembelajaran dalam kegiatan

membaca, dan guru menggunakan media bergambar kemudian anak membaca

tulisan di bawahnya.

g. Semakin tertarik untuk belajar

Media pembelajaran dapat mendorong murid untuk belajar karena dalam

jiwanya tumbuh cinta terhadap ilmu pengetahuan. Murid akan mencintai ilmu

pengetahuan ketika ilmu pengetahuan tidak menyulitkan, bahkan

menyenangkan dan menyukseskan dirinya.

h. Guru lebih produktif


43

Guru yang dapat menggunakan media pembelajaran akan lebih produktif

dalam mengajarkan ketimbang guru yang tidak menggunakan media.

Efektifitas dan efisiensi yang diperoleh akan memudahkan guru untuk

memberikan aspek-aspek edukatif lainnya.

Diantara media pembelajaran, media gambar adalah media yang paling

banyak dipakai. Hal ini dikarenakan siswa lebih menyukai gambar daripada

tulisan, apalagi jika gambar dibuat dan disajikan sesuai dengan persyaratan

yang baik, sudah tentu akan menambah semangat siswa dalam mengikuti

proses pembelajaran. Media gambar adalah media yang paling umum dipakai.

Dia merupakan media yang umum, yang dapat dimengerti dan nikmati di

mana-mana. oleh karena itu, pepatah cina mengatakan bahwa sebuah gambar

berbicara lebih banyak daripada seribu kata.

Menurut Sudjana, media gambar adalah media visual dalam bentuk

grafis. Media grafis didefinisikan sebagai media yang mengkombinasikan

fakta dan gagasan secara jelas dan kuat melalui suatu kombinasi penggunaan

kata-kata dan gambar-gambar.56 Dalam proses belajar mengajar, kehadiran

media mempunyai arti yang sangat penting. Penggunaan media dengan benda

asli atau konkrit dalam pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting

sebagai alat bantu dalam menciptakan kegiatan pembelajaran yang efektif,

karena dapat mendorong motivasi dan meningkatkan hasil belajar siswa.

Setiap proses pembelajaran dilandasi dengan unsur tujuan, bahan,

metode, media, alat serta evaluasi. Dalam proses belajar mengajar, media
56
Agustina, Rima 2014.Upaya Meningkatkan Kecerdasan Linguistik Melalui Media
Gambar di TK Negeri Pembina Muara Beliti
Repository.unib.ac.id/reformat.php/paud/article/8516/1/1%252c (10 Maret 2018)
44

benda konkrit berupa media gambar digunakan dengan tujuan membantu guru

agar proses belajar siswa lebih evisien.

Cara yang paling tepat mengajarkan anak usia dini agar bisa membaca

adalah lewat mengenalkan wujud benda tersebut. Tidak sembarang benda,

namun yang dekat dengan anak sehari-hari agar anak lebih cepat mengerti,

misalnya dalam rumah, lingkunan bermain, atau dunia hewan. Jika sudah

tertarik dengan gambar yang disajikan, tentu keinginan belajar anak akan

tumbuh.

2. Prinsip Pemakaian Media Gambar

Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam mempergunakan

gambar-gambar sebagai media visual pada setiap kegiatan pengajaran antara

lain:57

a. Mempergunakan gambar untuk tujuan-tujuan pelajaran yang spesifik yaitu

dengan cara memilih gambar tertentu yang akan mendukung penjelasan

inti pelajaran atau pokok-pokok pelajaran. Tujuan khusus itulah yang

mengarahkan minat siswa kepada pokok-pokok terpenting dalam

pelajaran.

b. Memadukan gambar-gambar kepada pelajaran, sebab keefektifan

pemakaian gambar-gambar di dalam proses belajar mengajar memerlukan

keterpaduan, gambar-gambar yang riil sangat berfaedah untuk suatu mata

pelajaran, karena maknanya akan membantu pemahaman para siswa dan

cara itu akan ditiru untuk hal-hal yang sama dikemudian hari.

57
Cahyo Agus N. Op. Cit. hlm.39
45

c. Mempergunakan gambar-gambar sedikit saja dari pada menggunakan

banyak gambar tetapi tidak efektif. Jumlah gambar yang sedikit tetapi

selektif, lebih baik daripada dua kali mempertunjukkan gambar-gambar

yang serabutan tanpa pilih. Penyajian gambar hendaknya dilakukan secara

bertahap, dimulai dengan memperagakan konsep-konsep pokok, artinya

apa yan terpenting dari pelajaran itu lalu diperlihatkan gambar-gambar

yang lain yang menyertainya, lingkungannya dan lain-lain berturut-turut

secara lengkap.

d. Penambahan kata-kata pada gambar, oleh karena gambar-gambar itu justru

sangat penting dalam mengembangkan kata-kata atau cerita atau dalam

menyajikan gagasan baru.

e. Mendorong pernyataan yang kreatif, melalui gambar-gambar para siswa

akan didorong untuk mengembangkan keterampilan berbahasa lisan atau

tulisan, seni grafis dan bentuk-bentuk ketrampilan lainnya. Keterampilan

jenis keterbacaan visual dalam hal ini sangat diperlukan bagi para siswa

dalam membaca gambar-gambar itu.

f. Mengevaluasi kemajuan kelas, bias juga dengan memanfaatkan gambar-

gambar baik secara umum maupun secara khusus. Jadi guru bias

mempergunakan gambar slide atau transparan untuk melakukan evaluasi

hasil belajar siswa. Pemakaian instrument tes secara bervariasi akan sangat

baik dilakukan guru dalam upaya memperoleh hasil tes yang komprehensif

serta menyeluruh.

3. Langkah-Langkah Penggunaan Media Gambar


46

Sebelum menggunakan media gambar pada proses pembelajaran,

seorang guru harus memperhatikan langkah-langkah menggunakannya, agar

pembelajarn dengan menggunakan media dapat berjalan dengan baik. Adapun

yang harus diperhatikan oleh seorang guru dalam menggunakan media gambar

diantaranya adalah:

a. Objektifitas, unsur objektifitas dalam memilih media pengajaran harus

dihindarkan, artinya guru tidak boleh memilih atas dasar kesenangan

pribadi, media pengajaran menunjukkan keaktifan dan efisiensi yang tinggi

maka guru jangan merasa bosan menggunakannya.

b. Program pengajaran, yang akan disampaikan kepada anak didik harus sesuai

dengan kurikulum yang berlaku baik isinya atau strukturnya.

c. Kualitas teknis.

d. Situasi dan kondisi.

e. Keaktifan dan efisiensi penggunaan media. Keefektifan berkenaan dengan

hasil belajar yang dicapai, sedangkan efisiensi berkenaan dengan proses

pencapaian hasil belajar.

Langkah-langkah Penggunaan Media Gambar:

a. Guru menggnakan gambar sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan

siswa

b. Guru memperlihatkan gambar kepada siswa di depan kelas

c. Guru menerangkan pelajaran dengan menggunakan gambar

d. Guru mengarahkan perhatian siswa pada sebuah gambar sambil mengajukan

pertanyaan kepada siswa satu persatu


47

e. Guru memberikan tugas kepada siswa

Dalam menggunakan media hendaknya guru memperhatikan sejumlah

prinsip tertentu agar penggunaan media tersebut dapat mencapai hasil yang

baik. Adapun prinsip-prinsipnya antara lain:

a. Menentukan jenis media dengan tepat

b. Menetapkan atau memperhitungkan subjek dengan tepat

c. Menyajikan media dengan tepat

d. Menempatkan atau memperhatikan media pada waktu, tempat dan situasi

yang tepat

Penggunaan media gambar sebaiknya harus disesuaikan dengan

kematangan siswa. Gambar yang dijadikan media hendaknya dalam hal-hal

sebagai berikut:

1) Warna harus menarik minat siswa, karena pada umumnya siswa pertama

kali melihat warna, kemudian ditafsirkannya

2) Ukurannya harus seimbang

3) Jarak suatu objeknya harus jelas

4) Suatu gambar hendaknya harus menunjukkan gerakan gambar hendaknya

disesuaikan dengan urutan tertentu dan dihubungkan dengan asalah yang

luas.

4. Fungsi Media Gambar

Dengan perkembangan teknologi serta pengetahuan, maka media

bergambar berfungsi sebagai berikut:


48

a. Membantu memudahkan belajar bagi siswa dsn juga memudahkan pengajaran

bagi guru.

b. Memberikan pengalaman lebih nyata (abstrakk menjadi konkrit).

c. Menarik perhatian siswa lebih besar(jalannya tidak membosankan).

d. Semua indra murid dapat diaktifkan.

e. Lebih menarik perhatian dan minat murid dalam belajar.

f. Dapat membangkitkan dunia teori dengan realitanya.

Gambar sebagai media pendidikan tentunya mempunyai fungsi yang

diharapkan dalam proses belajar mengajar antara lain:58

1) Fungsi atensi, di sini media visual atau gambar merupakan inti, yaitu

menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkosentrasi pada isi

pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau

menyertai teks materi pelajaran. Misalnya gambar yang diproyeksikan

melalui overhead projector dapat menenangkan dan mengarahkan perhatian

siswa atau peserta didik pada pelajaran yang akan mereka terima. Dengan

demikian kemungkinan untuk memperoleh dan mengingat isi pelajaran

semakin besar.

2) Fungsi afektif, di sini media visual atau gambar dapat terlihat dari tingkat

kenikmatan siswa ketika belajar atau membaca teks yang bergambar.

Misalnya gambar atau lambing visual dapat menggugah emosi dan sikap

siswa, misalnya informasi yang menyangkut masalah social atau ras.

58
Ibid
49

3) Fungsi kognitif, di sini media visual atau gambar terlihat dari temuan-

temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambing visual atau gambar

memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi

atau pesan yang terkandung dalam gambar.

4) Fungsi kompensatoris, di sini media pembelajaran terilihat dari hasil

penelitian bahwa media visual atau gambar yang memberikan konteks untuk

memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk

mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali dengan

kata lain.

5. Manfaat Media Gambar

Adapun manfaat penggunaan gambar sebagai media pendidikan antara

lain sebagai berikut:

a. Media gambar dapat menjelaskan pengertian-pengertian yang tidak dapat

dijelaskan dengan kata-kata. “one picture is worth a thousand words” atau

satu gambar sama nilainya dengan seribu kata. Dengan alat bantu gambar

siswa akan lebih mudah memahami pelajaran yaitu dengan memperlihatkan

gambar-gambar dari pada kata-kata atau pengertian verbal.

b. Gambar dapat membangkitkan minat untuk sesuatu yang akan dipelajari.

Dengan menggunakan media gambar, pengalaman anak semakin luas,

persepsi semakin tajam, dan konsep-konsep dengan sendirinya semakin

lengkap, sehingga keinginan dan minat baru untuk belajar selalu timbul.

c. Gambar dapat memperbaiki pengertian-pengertian yang salah. Media gambar

dapat menyampaikan pengertian-pengertian atau informasi dengan cara yang


50

lebih konkrit atau lebih nyata dari pada yang disampaikan dengan kata-kata

yang diucapkan, dicetak atau ditulis. karena itulah gambar membuat sesuatu

pengertian atau informasi menjadi lebih berarti. Kesanggupan berfikir abstrak

hanya diperoleh dengan latihan dan dibangun di atas pengalaman-pengalaman

terdahulu dengan realita yang nyata. Dengan melihat sekaligus mendengar,

orang yang menerima pelajaran, penerangan dan penyuluhan, keragu-raguan

atau salah.

d. Gambar dapat mengatasi batas ruang dan waktu. Melalui gambar dapat

diperlihatkan kepada siswa gambar-gambar benda yang jauh atau yang terjadi

beberapa waktu lalu.

e. Gambar dapat mengatasi kekurangan daya mampu panca indera misalnya

benda-benda kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata dapat diperbesar

sehingga dapat dilihat dengan jelas. Adapun manfaat media gambar dalam

proses instruksional adalah penyampaian dan penjelasan mengenai informasi,

pesan, ide dan sebagainya dengan tanpa banyak menggunakan bahasa-bahasa

verbal, tetapi dapat member kesan.

Sedangkan manfaat dari media pembelajaran dalam kegiatan belajar

mengajar adalah sebagai berikut: 59

1) Mempermudah penyampaian materi, dalam penyampaian materi, media

dapat meminimalisir perbedaan penafsiran antara sesuatu yang disampaikan

guru dengan pemahan murid. guru.

2) Kegiatan belajar mengajar lebih menarik, media pembelajaran dapat

menghilangkan kebosanan dalam belajar. Sebab, media pembelajaran bias


59
Rahman, Masykur Arif. Op. Cit. hlm.180
51

menampilkan materi pelajaran lebih variatif ketimbang hanya penjelasan

guru yang cenderung monoton.

3) Komunikasi lebih interaktif, dengan media pembelajaran, guru dapat

membangun komunikasi lebih interaktif dengan murid. Sebab, lazimnya,

murid akan lebih memperhatikan sesuatu yang ditampilkan oleh guru lewat

media pembelajaran.

4) Efisiensi waktu dan tenaga, media dapat mengurangi kerja keras guru dari

segi waktu dan tenaga untuk membuat murid paham terhadap sesuatu yang

dijelaskan.

5) Meningkatkan kualitas dan prestasi belajar, kegiatan belajar mengajar yang

menggunakan media, secara tidak langsung, kualitas dan prestasi beajar

murid akan semakin meningkat.

6) Merangsang murid agar belajar kapanpun dan di manapun, dengan contoh-

contoh yang dieksplorasi melalui media pembelajaran, hal ini akan membuat

murid terangsang untuk belajar kapan pun dan di mana pun.

7) Semakin tertarik untuk belajar, media pembelajaran dapat mendorong murid

untuk belajar karena dalam jiwanya tumbuh cinta terhadap ilmu

pengetahuan.

8) Guru lebih produktif, guru yang dapat menggunakan media pembelajaran

akan lebih produktif dalam mengajarkan ketimbang guru yang tidak

menggunakan media.

D. Penelitian Yang Relevan

Penelitian relevan yang penulis temui terhadap pembahasan ini adalah:


52

1. Hendrikus Ewin,Jurusan Pendidikan Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan. Universitas Tanjungpura Pontianak, pada tahun 2013 melakukan

penelitian tentang:” Pemanfaatan Media Gambar Utuk Meningkatkan Motiasi

Belajar Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.” Kesimpulan dari

penelitiannya adalah media gambar sangat bermanfaat untuk meningkatkan

motivasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil perolehan 85,71%.

2. Muhammad Samsul Anwar, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah ibtidaiyyah,

Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim Malang,

pada tahun 2009 juga melakukan penelitian tentang “Upaya Meningkatkan

Prestasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak Melalui

Penggunaan Media Gambar Dan Metode Resitasi Pada Siswa Kelas V Di MI

Ar-Rahman Jabung Malang” kesimpulan dari penelitiannya adalah

penggunaan media gambar membuat siswa semakin aktif dalam kegiatan

pembelajaran serta dapat meningkatkan hasil belajar. Hal ini dapat dilihat dari

hasil perolehan 82,65%.

Setelah penulis membaca dan mempelajari karya ilmiah sebelumnya,

unsur relevannya dengan penelitian yang penulis laksanakan adalah sama-sama

menggunakan media gambar sebagai media.

E. Kerangka Berfikir

Untuk mengatasi permasalahan yang dikemukakan sebelumnya. Penulis

menggunakan media gambar untuk meningkatkan proses tercapainya tujuan yang

nyata dari peningkatan minat membaca yang sesuai dengan keadaan tingkat

kemampuannya. Dalam hal ini berarti bahwa anak-anak harus memperoleh


53

peningkatan atau prestasi didalam belajar, dengan menggunakan media yang

dapat merangsang minat baca anak didik dalam membaca. Media yang dapat

digunakan salah satunya adalah media gambar. Media gambar adalah media yang

berupa gambar yang disertai dengan kata-kata atau kalimat dibawahnya. Dengan

adanya gambar tersebut, maka anak didik akan terangsang untuk mengetahui

maksud gambar tersebut.

Diadakan
Penelitian Menggunakan media
gambar dalam Siklus I
Tindakan pembelajaran
Kelas membaca
Siklus II

Kondisi Siswa menjadi lebih antusias


akhir dalam pembelajaran sehingga
kemampuan membaca anak
menjadi meningkat
Gambar 2.1. Akar Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Kelas

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,

dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat


54

pertanyaan.60 Hipotesis merupakan pernyataan tentative tentang hubungan antara

beberapa hubungan dua variabel atau lebih. Berdasarkan kajian teori diatas dapat

ditarik hipotesis bahwa melalui metode gambar dapat meningkatkan minat baca

pada usia dini di Raudhatul Athfal Darma Bakti Karang Sari.

Tindakan Operasional

1. Setiap tema pembelajaran yang disampakan kepada anak disisipkan kegiatan

metode gambar yang berkaitan dengan tema. Anak diajak membaca,

diberikan contoh dan diberikan kebebasan untuk melihat gambar serta

diberikan kebebasan untuk mengetahu maksud gambar tersebut, mencoba

membaca kata-kata atau kalimat yang ada.

2. Guru harus cukup memberikan contoh ide-ide gambar kreativ sehingga anak

tidak merasa bosan.

3. Guru harus bias menghindar pembatasan terhadap gambar anak yang timbul

dari gambar kreatifnya.

Setiap gambar dijelaskan kepada anak dengan kreatif guru atau menirukan

berbagai hal dari kreatiftas guru terhadap anak sehingga gambar dan bacaan yang

ada di bawahnya mudah untuk dibaca.

60
Sujarweni, V. Wiratna, Metodologi Penelitian, (Jogjakarta: PUSTAKABARUPRESS,
2014), hlm.62
55

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian merupakan salah satu hal yang penting dalam pengembangan

ilmu pengetahuan dan pendidikan sekaligus sebagai bagian yang penting dalam

perkembangan peradaban manusia. Tanpa penelitian suatu ilmu tidak akan

pernah berkembang, tidak ada satu negara yang sudah maju dan berhasil dalam

pembangunan, tanpa melibatkan banyak kegiatan bidang penelitian.61

Penelitian yang dilakukan penulis adalah Penelitian Tindakan Kelas

(Clasroom Action Research). Penelitian tindakan adalah penelitian yang

ditujukan untuk menemukan metode yang paling efektif dalam kegiatan sehari-

hari dalam instansi, organisasi maupun perusahaan. Dengan kata lain penelitian

ini merupakan suatu proses perorangan atau kelompok yang menghendaki

perubahan dan dengan adanya penelitian ini akan menghasilkan perubahan

tersebut dan kemudian menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang dapat

dipertanggung jawabkan.62 Berdasarkan uraian di atas penulis menyimpulkan

bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) adalah suatu pengamatan yang

menerapkan tindakan di dalam kelas dengan menggunakan atauran sesuai

dengan metodologi penelitian yang dilakukan dalam beberapa periode atau

siklus.

61
Sujarweni, V. Wiratna, Metodologi Penelitian, (Jogjakarta: PUSTAKABARUPRESS,
2014), hlm.1
62
Ibid. hlm 10
56

Penelitian tindakan memiliki peranan yang sangat penting dan strategis

untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik

dan benar. Diimplementasikan dengan baik, artinya pihak yang terlibat dalam

penelitian tindakan mencoba dengan sadar mengembangkan kemampuan dalam

mendeteksi dan memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran

di kelas melalui tindakan bermakna yang diperhitungkan dapat memecahkan

masalah atau memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat mengamati

pelaksanaan untuk mengukur tingkat keberhasilannya. Diimplementasikan

dengan benar, artinya sesuai dengan kaidah-kaidah penelitian tindakan.

Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif antara kepala sekolah, guru

kelas dan peneliti untuk menyamakan pemahaman, kesepakatan tentang

permasalahan, pengambilan keputusan yang melahirkan kesamaan tindakan

(Action) bertujuan meningkatkan keaktifan dan kreatifitas anak usia dini.

Kegiatan penelitian meliputi : perencanaan (planning), pelaksanaan (action),

pengumpulan data (observing) dan menganalisis data/informasi untuk

memutuskan sejauh mana kelebihan atau kelemahan tindakan tersebut

(reflecting).

B. Populasi, Sampel, Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas onbyek atau subyek

yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
57

untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya.63 Jadi, dari judul “Upaya

Guru dalam Meningkatkan Minat Baca Siswa Usia Dini Di Raudhatul Athfal

Darma Bakti Karang Sari” populasinya adalah semua guru dan siswa Raudhatul

Athfal Darma Bakti Karang Sari.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh

populasi yang digunakan untuk penelitian. 64 Bila populasi besar, peneliti tidak

mungkin mengambil semua untuk penelitian, maka peneliti dapat menggunakan

sampel yang diambil dari populasi itu. Untuk itu sampel yang diambil dari

populasi harus betul-betul mewakili dan harus valid, yaitu bias mengukur sesuatu

yang seharusnya diukur. Dari penelitian ini, sampel yang diambil oleh peneliti

adalah siswa kelas B sejumlah 20 anak, 8 perempuan dan 12 laki-laki di

Raudhatul Athfal Darma Bakti Karang Sari.

Tabel 3.1 Data Siswa Kelas B yang Dijadikan Sampel Penelitian

Keterangan
N0 Nama
Perempuan Laki-Laki
1 Audi Tamarasari V

2 Ahmad Ihsan V

3 Azkiya Nuraini V

4 Bisma Prayoga V

5 Dutra Prasetya V

63
Ibid. hlm. 65
64
Ibid. hlm. 66
58

6 Diana Lailatussifa V

7 Deana Putri Rahayu V

8 Hana Christanti V

9 Imanuel David P. V

10 Iqbal Dwi Saputra V

11 Jddan Izzul Haqi V

12 Marvel Alviansyah V

13 Michaelvin Nanda Putra V

14 Revaldo Putra Virdaus V

15 Melisa Lindawati V

16 Muhammad Khoirul Anwar V

17 Nova Rihadathul V

18 Rafi Maulana V

19 Risa Dwi Rahayu V

20 Reza Afandi V

3. Teknik Sampling Data

Menurut Sugiono, teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan

sampel. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian,

terdapat berbagai teknk sampling yang digunakan, yaitu:65

a. Probability sampling, adalah teknik pengambilan sampel yang

memberikan peluang yang sama bagi setiap unsure (anggota) populasi


65
Ibid. hlm. 66-72
59

untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini terdiri dari tiga yaitu:

(a) Simple random sampling, (b) Proportionate stratified random

sampling, dan (c) Cluster sampling.

b. Nonprobability sampling, adalah pengambilan sampel yang tidak

member peluang/kesempatan sama bagi setiap unsure atau anggota

populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik ini terdiri dari enam

yaitu: (a) Sampling sistematis, (b) Sampling kuota, (c) Sampling

incidental, (d) Sampling purposive, (e) Sampling jenuh, dan (f) Snowball

sampling.

C. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas dilakukan dalam dua siklus dan akan dihentikan

apabila kemampuan linguistic anak sudah mencapai ketentuan yang diharapkan.

Prosedur dalam penelitian ini adalah:

1. Perencanaan

a. Guru menganalisis kurikulum, dan membuan rencana kegiatan harian yang

hendak digunakan.

b. Guru menyiapkan alat dan bahan berupa buku bacaan bergambar.

c. Menyiapkan lembar observasi.

2. Pelaksanaan

a. Kegiatan awal (30 menit)

1) Berbaris sebelum masuk kelas

2) Berdoa dan member salam

3) Bernyanyi
60

b. Kegiatan inti (60 menit)

1) Guru memberikan materi

2) Guru menyiapkan beberapa gambar dengan tema yang diberikan

keterangan di bawahnya.

3) Guru memberikan bimbingan kepada anak didik untuk mengenal

huruf, mengingat huruf, menghafal huruf, dan membaca suku kata.

c. Istirahat (30 menit)

d. Kegiatan akhir (60 menit)

1) Tanya jawab

2) Bernyanyi

3) Berdo’a dan pulang

3. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap

gejala yang tampak pada objek penelitian.66 Observasi digunakan untuk

memperoleh data tentang aktivitas anak didik selama pembelajaran berlangsung

dengan lembar observasi sebagai pendukung data hasil belajar. yang dikatakan

waktu pengamatan adalah mengamati gejala dan mencatat dengan lembar

observasi.

66
Ibid. hlm.75
61

2. Refleksi

Refleksi dilakukan dengan mengumpulkan hasil data. Selanjutnya

didiskusikan antara peneliti dengan teman teman sejawat untuk mengetahui

keberhasilan pelaksanaan dan kelemahan dalam pelaksanaan. Kelemahan-

kelemahan yang ditemukan akan diperbaiki dalam siklus berikutnya.

D. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rudhatul Athfal Darma Bakti Karang Sari,

Muara Sungkai, Lampung Utara kelas B. Dengan jumlah siswa 20. Pemilihan

Raudhatul Athfal Darma Baki Karang Sari sebagai tempat penelitian pada kelas

B, dengan pertimbangan kondisi belajar di Raudhatul Athfal Darma Bakti

berdasarkan hasil pengamatan peneliti, membutuhkan adanya perbaikan dalam

peningkatan minat baca pada siswa agar siswa benar-benar siap menghadapi

tingkat pendidikan selanjutnya (SD), dengan menggunakan terobosan metode

yang relevan. Media buku bacaan bergambar yang digunakan untuk

menstimulasi perkembangan minat baca siswa, dalam PTK ini diharapkan

berhasil.

2. Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilaksanaka pada semester II, tahun pelajaran

2017/2018. Pelaksanaan siklus I direncanakan pada tanggal 5, 6, 7 April 2018,

kemudian pelaksanaan siklus II tanggal 10, 11 April 2018.


62

E. Subyek Penelitian

Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelompok B Raudhatul Arhfal

Darma Bakti Karang Sari, sejumlah 20 siswa, dengan rincian 8 anak perempuan

dan 12 anak laki-laki.

Tabel 3.2
Data Siswa Kelas B Raudhatul Athfal Darma Bakti yang Dijadikan
SubyekPenelitian

Keterangan
N0 Nama
Perempuan Laki-Laki
1 Audi Tamarasari V

2 Ahmad Ihsan V

3 Azkiya Nuraini V

4 Bisma Prayoga V

5 Dutra Prasetya V

6 Diana Lailatussifa V

7 Deana Putri Rahayu V

8 Hana Christanti V

9 Imanuel David P. V

10 Iqbal Dwi Saputra V

11 Jddan Izzul Haqi V

12 Marvel Alviansyah V

13 Michaelvin Nanda Putra V

14 Revaldo Putra Virdaus V

15 Melisa Lindawati V
63

16 Muhammad Khoirul Anwar V

17 Nova Rihadathul V

18 Rafi Maulana V

19 Risa Dwi Rahayu V

20 Reza Afandi V

F. Variabel Penelitian

Pengertian variabel menurut Sugiyono adalah sesuatu hal yang berbentuk

apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajarai sehingga diperoleh

informasi tentang hal tersebut, dan kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut

Hatch dan Fardahany dalam sugiyono, secara teoritis variabel sendiri dapat

didefinisikan sebagai atribut seseorang atau obyek yang mempunyai variasi satu

orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain. 67 Adapun jenis-

jenis variabel adalah: 1) Variabel independen, 2) Variabel dependen, 3) Variabel

moderator, 4) Variabel intervening, 5) Variabel control. Adapun variable dari

judul penelitian “Upaya Guru Dalam Meningkatkan Minat Baca Siswa Usia Dini

Melalui Media Gambar” adalah minat baca dan media gambar.

67
Sujarweni, V. Wiratna, Metodologi Penelitian, (Jogjakarta: PUSTAKABARUPRESS,
2014), hlm.86
64

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti

dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih

baik, dalam arti lebih cermat lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah

diolah. Dalam instrument penelitian terdapat variabel, subvariabel, dan

indikatornya.68

Tabel 3.3 Kisi-kisi observasi

Variabel Sub Variabel Sub-Sub Variabel Indikator

Kemampua Minat 1.Rasa senang a. Mimik muka senang

n berbahasa Membaca ketika melihat buku

b. Perasaan senang ketika

membaca buku

2.Tertarik a. Anak mengambil buku

kemudian membuka dan

membaca buku dengan

sendirinya

3.Berinisiatif a. Ketika bermain anak

lebih suka membaca

dipojok buku

68
Ibid. hlm. 76
65

b. Ketika diberikan

berbagai mainan anak

lebih suka memilih buku

4.Perhatian a. Memperhatikan buku

bacaan bergambar,

membuka-buka buku

kemudian membaca buku

bacaan bergambar

tersebut dilakukan

berulang kali

H. Data dan Sumber Data

Data penelitian dikumpulkan berupa informasi tentang minat siswa dalam

kegiatan membaca, membuat tebakan dan akhirnya menemukan jawaban

(mempunyai reaksi kreatif), rentan perhatian yang panjang terhadap gambar,

mampu mengorganisasikan kemampuan diri yang terlihat pada saat kepercayaan

diri tampil di depan kelas, perolehan kosakata yang lebih banyak dan

berimajinasi tentang alur bacaan yang mereka baca yang nantinya akan

digunakan anak untuk menghasilkan pengetahuan yang original. Data penelitian

dikumpulkan dari berbagai sumber meliputi:

1. Informasi atau narasumber, yaitu anak didik kelompok B Raudhatul Athfal

Darma Bakti Karang Sari, Muara Sungkai, Lampung Utara.


66

2. Tempat dan peristiwa atau kejadian berlangsungnya pembelajaran dengan

buku baca bergambar di Raudhatul Atfal Darma Bakti Karang Sari, Muara

Sungkai, Lampung Utara.

3. Dokumen atau arsip, yang antara lain berupa satuan bidang

pengembangan, pedoman pelaksanaan pembelajaran.

I. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara

atau diskusi, catatan lapangan dan dokumentasi.

1. Metode Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap

gejala yang tampak pada objek penelitian. 69 Pengumpulan data melalui observasi

dilakukan sendiri oleh peneliti dibantu oleh kolaborasi yaitu guru kelas dan

kepala sekolah. Observasi dilakukan pada kelas yang dijadikan subyek penelitian

untuk mendapatkan gambaran secara langsung kegiatan belajar anak di kelas.

Observasi yang dilakukan meliputi proses belajar mengajar guru dan anak

dengan menggunakan metode membaca buku bergambar. Hal-hal yang

diobservasi antara lain membuat jawaban, perhatian anak terhadap buku bacaan

bergambar yang disampaikan peneliti, kepercayaan diri pada saat tampil di depan

kelas saat membaca dan penemuan kosakata yang baru serta imajinasi anak saat

membaca buku bacaan.

69
Ibid. hlm. 75
67

2. Wawancara

Wawancara adalah salah satu instrument yang digunakan untuk menggali

data secara lisan. Hal ini haruslah dilakukan secara mendalam agar kita

mendapatkan data yang valid dan detail.70 Sebuah dialog yang dilakukan oleh

pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari narasumber

(interviewe).71 Proses penelitian ini dilakukan demi memperoleh keterangan

untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara

pewawancara dengan yang diwawancarai dengan alat yang dinamakan panduan

wawancara. Wawancara dilakukan kepada kepala sekolah, guru dan anak didik

untuk mengetahui respon guru dan anak tentang pembelajaran dengan buku

bacaan bergambar.

3. Catatan Lapangan

Catatan lapangan menurut Bogdan dan Biklen dalam Moleong adalah

catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami dan dipikirkan dalam

rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif. 72

Catatan lapangan digunakan untuk mencatat temuan selama pembelajaran yang

diperoleh peneliti yang tidak teramati dalam pedoman observasi.

70
Ibid. hlm. 74
71
Ibid. hlm.151
72
Mulyasa, Praktik Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2009),
hlm.69
68

4. Metode Dokumentasi

Dokumentasi adalah instrument untuk mengumpulkan data tentaang

peristiwa atau kejadian-kejadian masalalu yang telah didokumentasikan. 73

Dokumentasi merupakan metode untuk memperoleh atau mengetahui sesuatu

dengan buku-buku, arsip yang berhubungan dengan yang diteliti. Dokumen lebih

mengarah pada bukti konkrit. Dengan instrument ini, peneliti harus menganalisis

isi dari dokumen-dokumen yang dapat mendukung penelitian kita. Dokumentasi

juga digunakan untuk memperoleh data dan nama siswa kelompok B, Raudhatul

Athfal Darma Bakti Karang Sari serta foto proses tindakan penelitian.

J. Teknik Pemeriksaan Validitas Data

1. Validitas Data

Untuk menjamin pemantapan dan kebenaran data yang dikumpulkan dan

dicatat dalam penelitian, maka dipilih dan ditentukan cara-cara yang tepat untuk

mengembangkan validitas data yang diperoleh. Dalam penelitian ini akan

digunakan teknik trianggulasi. Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.74

Penelitian ini menggunakan trianggulasi penyelidikan dengan

memanfaatkan penelitian atau penguatan untuk pengecekan kembali derajat

kepercayaan data. Pemanfaatan pengamatan lainnya dalam hal ini adalah guru

73
Ibid, hlm.69
74
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
1991), hlm. 178
69

kelas B dan kepala sekolah itu sendiri dapat membantu mengulangi kemenangan

dalam pengumpulan data.

2. Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian berbasis kelas kolaboratif,

yaitu suatu penelitian yang berbasis praktis, situasional dan kontekstual

berdasarkan permasalahan yang muncul dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari

di Taman Kanak-Kanak.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini yaitu, 1)

Perencanaan, 2) Pelaksanaan, 3) Pengamatan, 4) Refleksi. Langkah-langkah

penelitian untuk setiap siklus dapat diilustrasikan dalam siklus sebagai berikut:
70

Perencanaan Pelaksanaan
Permasalahan Tindakan I Tindakan I

Refleksi I Pengamatan/
Pengumpulan
Data
Permasalahan Perencanaan Pelaksanaan
Baru Hasil Tindaka II Tindakan II
Refleksi
Refleksi II Pengamatan/
Pengumpulan
Apabila
Permasalahan
Dilanjutkan ke siklus
Belum terselesaikan
berikutnya

Gambar Proses Penelitian Tindakan Sumber Penelitian Tindakan Kelas


Suhardjono.75

3. Perencanaan Tindakan

Langkah-langkah persiapan yang dilakukan untuk mengadakan tindakan

terdiri dari:

a. Mempersiapkan media dan sumber pembelajaran

Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku bacaan

bergambar. Dalam hal ini peneliti memanfaatkan buku bacaan bergambar

yang dapat menarik terhadap minat baca anak. Adapun pertimbangan

peneliti memilih media ini adalah dengan gambar yang menarik, kata-kata

75
Ibid. hlm. 74
71

yang sederhana dan mudah dipahami anak akan membuat anak lebih

berminat dalam membaca. Dengan demikian suasana pembelajaran akan

menjadi lebih menyenangkan.

b. Setting kelas pembelajaran membaca

Setting kelas dibuat menjadi kelompok besar, berbentuk lingkaran

dimana peneliti sebagai guru pokok dan satu guru sebagai guru pendamping

yang bertugas membantu mengamati aktivitas anak selama proses belajar.

c. Mempersiapkan waktu pembelajaran

Waktu keseluruhan yang dibutuhkan dalam pembelajaran membaca

ini direncanakan kurang lebih 30 menit.

d. Membuat rencana pembelajaran

Pada penelitian ini menggunakan RKH, Rencana Kegiatan Harian

sebagai perencanaannya.

4. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan dilaksanakan berdasarkan perencanaan. Dalam penelitian

direncanakan akan melalui dua siklus. Siklus pertama meliputi tiga pertemuan

dan siklus kedua meliputi dua pertemuan. Pada siklus pertama menggunakan

media buku bacaan bergambar dengan mengenalkan gambar suatu benda dan

namanya, sedangkan siklus kedua menggunakan buku bacaan dengan

memasangkan kata dengan gambar. Tindakan tidak mutlak dikendalikan oleh


72

rencana, hal ini mengandung resiko karena terjadi dalam situasi nyata, oleh

karena itu rencana tindakan harus bersifat tentative dan sementara, fleksibel dan

siap diubah sesuai dengan kondisi yang ada sebagai usaha kearah kebaikan.

3. Pengamatan/Observasi

Pengamatan berperan dalam upaya perbaikan praktek professional melalui

pemahaman yang lebih baik dan perencanaan tindakan yang lebih kritis. Pada

tahap ini peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang

diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Kegiatan ini

dilakukan peneliti dengan dibekali lembar pengamatan menurut aspek-aspek

identifikasi, waktu pelaksanaan, pendekatan, metode dan tindakan yang

dilakukan peneliti, tingkah laku anak serta kelemahan dan kelebihan yang

ditemukan. Adapun aspek yang diamati adalah reaksi kreatif, antusias,

ketertarikan, inisiatif dan perhatian terhadap pembelajaran membaca dengan

media gambar.

4. Refleksi

Tahap ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang

dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi

guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Refleksi mencakup analisis, sintesis

dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika

terdapat masalah dari proses refleksi maka dilakukan proses pengkajian ulang

melalui siklus berikutnya. Kegiatan refleksi ini dilakukan setiap pembelajaran

membaca
73

K. Teknik Analisis Data

Untuk melaporkan hasil penelitian, maka data yang diperoleh terlebih

dahulu harus dianalisa, dengan maksud data yang diperoleh dapat digunakan

untuk menjawab rumusan masalah yang sudah ditetapkan.

Penelitian tindakan ini menggunakan analisa data deskriptif kuantitatif

teknik presentase. Maka penelitian tindakan ini menganalisa data dengan jalan

menganalisa meningkatkan minat baca dengan media buku bergambar kemudian

disimpulkan secara umum tentang kondisi sebenarnya. Analisa tersebut

dinyatakan dalam sebuah predikat yang fungsinya menunjukkan pada pertanyaan

seperti keadaan kuantitatifnya. Untuk menghitung ketuntasan adalah sebagai

berikut:

P= NF x 100 %

Keterangan:

P =Presentase

f = Frekuensi yang sedang dicari presentasinya

N = Jumlah frekuensi/banyaknya individu

Peningkatan minat baca anak dapat diukur dengan membandingkan nilai

siklus I dengan siklus II. Apabila nilai rata-rata siklus II lebih besar daripada nilai

rata-rata siklus I maka dapat diambil kesimpulan bahwa minat baca anak

meningkat.
74

L. Indikator Kinerja

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah meningkatnya minat

baca anak usia dini yang dilihat ketika anak memenuhi unsur-unsur yang

mempengaruhi minat, dari situ anak sudah mempunyai minat membaca.

Peningkatan kemampuan dapat dilihat dari peningkatan rata-rata presentase

setiap aspek kemampuan yang diamati.

Adapun keberhasilan penelitian ini adalah meningkatnya minat baca anak

mengalami peningkatan 90%.


75

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil RA Darma Bakti

1. Sejarah Berdirinya RA Darma Bakti

Pada awal tahun 2002, warga Desa Karang Sari beserta tokoh-tokoh

masyarakat Desa Karang Sari mengadakan musyawarah untuk mendirikan

sebuah wadah bagi pendidikan anak-anak usia dini di desa karang sari.

Dari hasil musyawarah tersebut, terbentuklah Taman kanakkanak Darma

Wanita Persatuan, dan mulai kegiatan belajar mengajar pada tanggal 18 Juli 2002

dibawah pimpinan ibu Rosmiati.

Pada akhir tahun 2012, ibu rosmiati mengundurkan diri dan menyerahkan

Kepemimpinan kepada salah satu dewan guru Taman Kanak-Kanak Darma

Wanita Persatuan, yaitu ibu Sayuni, S.Pd.I.

Karena surat izin Operasional Taman Kanak-Kanak Darma Wanita

Persatuan belum keluar, maka diadakan musyawarah desa aparat desa, tokoh-

tokoh masyarakat dan wali murid, dari hasil rapat tersebut disepakati Taman

Kanak-Kanak Darma Wanita Persatuan desa Karang Sari, diubah nama menjadi

Raudhatul Athfal Darma Bakti karang sari muara sungkai dibawah naungan

yayasan Hidayatuth Tholibin.

Pada tanggal 28 November 2013 keluarlah surat izin Operasional dari

Kementerian Agama Lampung Utara.


76

2. Visi, Misi dan Tujuan

a. Visi Raudhatul Athfal Darma Bakti

Mewujudkan Generasi Terampil Kreatif, Cerdas Dan Islami

b. Misi Raudhatul Athfal Dharma Bakti

1) Membentuk anak sholeh dan sholehah

2) Membimbing anak agar terbiasa melaksanakan nilai-nilai agama islam

dalam kehidupannya

3) Menumbuhkan rasa gemar belajar anak sehingga anak menjadi kreatif,

trampil dan mandiri

c. Tujuan Raudhatul Athfal Darma Bakti

1) Mengembangkan pribadi yang ceria, terampil, cerdas sholeh dan

sholehah

2) Membantu mengembangkan sikap beragama dan pemahaman beragama

sejak dini

3) Membantu orang tua untuk mengarahkan anak guna membentuk anak

cerdas, beragama, kreatif serta mandiri.

3. Letak Georrafis

Secara geografis, Raudhatul Athfal Darma Bakti berada pada lokasi yang

sangat strategis, berada dijalur utama desa Karang Sari (jalan depan), berdekatan

dengan sekolah Paud Pelangi, balai desa dan kantor desa.


77

Adapun Raudhatul Athfal Darma Bakti itu sendiri secara administrasi

pemerintahan terletak di jalan Resetlement No 01 Rt/Rw 01/02, desa Karang

Sari, kec.Muara sungkai, kab. Lampung Utara, prov. Lampung.

Adapun batas-batas wilayah Ra Darma Bakti adalah sebagai berikut:

a. Sebelah Barat : Berbatasan dengan gedung balai desa

b. Sebelah Utara : Berbatasan dengan jalan

c. Sebelah Timur : Berbatasan dengan rumah Bp. Imam

d. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan rumah Bp. Suranto

4. Data Pengajar

Secara umum tenaga pengajar di Raudhatul Athfal Darma Bakti  telah

memiliki kelayakan dan pengalaman dalam  mengajar,  lebih rinci dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 4.1 Daftar Pengajar Raudhatul Athfal Darma Bakti

No Nama Jabatan Pendidikan


1 Sayuni, S.Pd.I Kepala RA S1
2 Nurul Musalamah, S.Pd.I Guru Kelas S1
3 Lutfiyanti Guru Kelas SMA
4 Yunita Sari Guru Kelas SMA
Sumber : Dokumentasi penulis yang  dicatat tanggal  29 Maret 2018

Berdasarkan data tabel  tersebut  di  atas  dapat  dilihat bahwa keadaan

tenaga  pengajar  pada  Raudhatul Athfal Darma Bakti sudah dapat dikatakan

cukup dalam proses belajar mengajar hal ini dikarenakan tenaga pengajar telah

menempuh pendidikan pada tingkat perguruan tinggi dan sekolah menengah

tingkat atas.
78

5. Data Jumlah Siswa

Tabel berikut adalah jumlah data siswa Raudhatul Athfal Darma Bakti 

yang di catat dari sumber dokumen data siswa tahun 2017/2018 pada saat

melakukan observasi yaitu :

Tabel 4.2 Jumlah Seluruh Siswa Kelas A dan B Raudhatul Athfal Darma
Bakti Tahun 2017/2018

NO JENIS KELAMIN JUMLAH

1Laki-laki 30 siswa
2Perempuan 28 siswa
JUMLAH 58 siswa
Sumber : Dokumentasi penulis yang di catat tanggal 16 Oktober 2017

Sekolah ini memiliki 2 kelas yang terdiri dari kelas A dan kelas B.

B. Hasil Penelitian Tindakan

1. Deskripsi Kondisi Awal Sebelum Pelaksanaan Penelitian

Raudhatul Athfal Darma Bakti Karang Sari adalah sebuah lembaga yang

mendapat kepercayaan dari masyarakat yang ingin menghadirkan pelayanan

terbaik bagi masyarakat dibidang pendidikan yaitu proses pembelajaran. Sebagai

akibatnya proses pembelajaran lebih mengedepankan pengembangan

kemampuan akademik seperti membaca.

Anak kelompok B ini termasuk anak-anak yang aktif, namun ketika proses

pembelajaran berlangsung anak sudah mulai susah diatur karena sudah bertemu

dengan teman-temannya jadi mereka asyik bercanda dan mengobrol sendiri. Ada

juga beberapa anak yang bermain sendiri dengan mainan yang dibawa dari rumah
79

sehingga tidak memperhatikan ketika guru menjelaskan pembelajaran di depan

kelas. Anak kelompok B Raudhatul Athfal Darma Bakti Karang Sari yang

menjadi subyek penelitian ini sebanyak tiga puluh anak menunjukkan minat

membaca sebagai berikut: 1) Anak belum menunjukkan minat untuk membaca

bahan bacaan yang disediakan oleh guru, 2) Anak belum terfokus untuk

memperhatikan penjelasan atau pembelajaran yang disampaikan oleh guru.

Proses pembelajaran untuk meningkatkan minat membaca sebelum

menggunakan media bergambar guru hanya menggunakan buku panduan

membaca yang terdiri dari ejaan-ejaan suku kata dan bacaan kalimat yang tidak

terdapat gambar. Pada saat kegiatan membaca anak terlihat tidak tertarik untuk

membaca buku, bahkan anak terlihat asyik bicara sendiri dengan teman yang

lain, peneliti juga melihat sebagian anak terlihat tidak memperhatikan apa yang

disampaikan oleh guru. Akibatnya pada saat proses pembelajaran membaca anak

kurang berminat dan kurang antusias karena media yang digunakan belum sesuai.

Dalam proses kegiatan pembelajaran pada anak kelompok B Raudhatul

Athfal Darma Bakti Karang Sari yang berlangsung selama ini adalah

pembelajaran yang berpusat pada guru. Guru yang lebih aktif saat pembelajaran

sehingga membuat anak lebih pasif dan membuat anak merasa bosan karena anak

hanya melihat dan mendengarkan penjelasan dari guru. Hal ini disebsbkan karena

selama ini pembelajaran tidak ditunjang dengan pembelajaran yang menarik dan

menyenangkan bagi anak, serta pembelajaran dilakukan secara kelompok atau

klasikal dan belum menggunakan media yang sesuai sehingga minat membaca

anak belum maksimal. Oleh karena itu, dalam pembelajaran yang seperti ini
80

maka diperlukan perencanaan pembelajaran yang bersifat aktif dan berdaya guna

untuk meningkatkan minat membaca agar berkembang secara optimal.

2. Pelaksanaan Pra Siklus

Sebelum diadakan sebuah penelitian tindakan kelas, peneliti melakukan

pra tindakan (pretest) terhadap minat membaca pada anak dalam suatu

pembelajaran. Hasil skor dari rata-rata pra tindakan ini nantinya akan

dibandingkan dengan skor pada siklus I dan siklus II yaitu nilai rata-rata yang

diperoleh setelah diadakannya suatu tindakan kelas dengan menggunakan media

gambar dalam suatu pembelajaran. Dengan adanya perbandingan nilai rata-rata

pra tindakan dengan nilai rata-rata siklus I siklus II maka diarapkan dapat terlihat

lebih jelas suatu peningkatan sebelum dan sesudah dilakukan tindakan. Dalam

penelitian ini, pra tindakan minat baca anak dilakukan dengan mengamati aspek-

aspek yaitu rasa senang, tertarik, inisiatif dan perhatian.

Tabel 4.3 Hasil Pra Tindakan Minat Baca Anak

No Aspek Penilaian Jumlah Anak Presentase

1 Rasa Senang 7 Anak 35%

2 Ketertarikan 5 Anak 25%

3 Berinisiatif 4 Anak 20%

4 Perhatian 6 Anak 30%

Rata-rata ke 4 indikator 28%


81

Dari data observasi minat baca melalui media gambar sebelum tindakan

menunjukkan bahwa minat membaca anak masih rendah. Data tersebut dapat

dijelaskan pada aspek rasa senang, yang mempunyai rasa senang yang tinggi

terdapat 7 anak atau 35%, anak yang masih sedang rasa senangnya 4 atau 20%,

dan anak yang masih rendah rasa senangnya 9 atau 45%. Hal ini menunjukkan

bahwa ada beberapa anak yang masih belum senang ketika melihat buku bacaan

bergambar yang disediakan guru.

Pada aspek tertarik pada buku bacaan bergambar tinggi terdapat 5 anak

atau 25%, yang rasa tertariknya sedang 7 anak atau 35%, dan yang rasa

tertariknya rendah 8 anak atau 40%. Hal ini menunjukkan bahwa ada beberapa

anak yang masih belum tertarik ketika melihat buku bacaan bergambar.

Pada berinisiatif yang memiliki inisiatif yang tinggi terdapat 4 atau 20%,

anak yang mempunyai inisiatif yang sedang 5 anak atau 25%, anak yang

mempunyai inisiatif rendah mencapai 11 atau 55%. Hal ini dikarena anak belum

bias mengeluakan inisiatif sendiri dan perlu dibantu oleh guru dalam semua

kegiatan.

Pada aspek perhatian, anak yang mempunyai perhatian tinggi hanya 6 anak

atau 30%, anak yang mempunyai perhatian sedang 7 anak atau 35%, anak yang

mempunyai perhatian rendah 7 anak atau 35%. Hal ini dikarenakan perhatian

anak cenderung masih rendah dengan buku bacaan bergambar sehingga minat

baca anak belum muncul.


82

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan dewan guru, peneliti

dan guru merasa perlu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam

meningkatkan minat baca. Untuk itu, peneliti berdiskusi untuk menentukan

langkah selanjutnya. Peneliti dan guru sepakat untuk melaksanakan tindakan

pada hari kamis 05 April 2018.

3. Siklus I

Pelaksanaan tindakan siklus I pada pertemuan pertama dilaksanakan pada

hari kamis tanggal 05 April 2018, hari ke-2 jum’at tanggal 06 April 2018 dan

hari ke-3 sabtu 07 April 2018. Kegiatan pembelajaran ini dilaksakan dalam

kegiatan inti dari jam 08.00-09.00 WIB. Jumlah anak yang mengikuti

pembelajaran dalam pertemuan ini sebanyak 20 anak. Pada tahap perencanaan

yang dilakukan peneliti adalah:

a. Perencanan tindakan siklus I

Kegiatan perencanaan ini dilaksanakan pada hari senin 02 April 2018 di

Raudhatul Athfal Darma Bakti Karang Sari. Pada kesempatan tersebut, peneliti

berdiskusi dengan kepala sekolah dan guru kelas terutama hal-hal yang akan

dilakukan pada kegiatan pelaksanaan tindakan siklus I. Hal-hal yang

didiskusikan antara lain: 1) peneliti menyamakan persepsi dengan kepala

sekolah dan guru kelas mengenai penelitian yang akan dilakukan. 2) peneliti

mengusulkan menggunakan media buku bacaan bergambar untuk pembelajaran

membaca, 3) peneliti mengusulkan perencanaan pembelajaran berupa RKH dan


83

guru menyetujui, 4) peneliti mengusulkan observasi sebagai instrument pokok

penilaian dalam peningkatan minat baca anak.

Alokasi waktu setiap pertemuan selama 30 menit. Adapun tindakan

dalam siklus pertama akan dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Dimana

pertemuan pertama pada hari kamis 05 April 2018.

Ada beberapa hal yang direncanakan pada siklus I

1) Peneliti mempersiapkan terlebih dahulu media yang akan digunakan yaitu

buku bacaan bergambar.

2) Peneliti mengkondisikan atau mensetting kelas, dimana peneliti sebagai guru

pokok dan guru kelas sebagai pendamping dan observator.

3) Merencanakan pelaksanaan pembelajaran dalam Rencana Kegiatan Hahian

(RKH)

4) Menyiapkan instrument penelitian

5) Mempersiapkan kelengkapan peralatan untuk mendokumentasikan kegiatan

pembelajaran yang akan berlangsung seperti kamera

Adapun variasi setiap pertemuan adalah sebagai berikut:

1) Pada pertemuan pertama peneliti menggunakan media buku bacaan

bergambar dalam kegiatan pembelajaran membaca.

2) Pada pertemuan kedua peneliti menggunakan media yang sama, akan tetapi

lebih bervariasi karena anak selain membaca dan melihat gambar, anak juga

harus memasangkan atau menarik garis antara kata dengan gambar.


84

3) Pada pertemuan ketiga peneliti masih menggunakan media yang sama,

dengan bacaan yang berbeda.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan dilakukan dengan menggunakan panduan

perencanaan yang telah dibuat dalam Rencana Kegiatan Harian, dimana dalam

pelaksanaannya bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan. Secara

umum guru telah melaksanakan tindakan yang sesuai dengan Rencana

Kegiatan Harian yang disusun oleh peneliti bersama guru kelompok B.

Dalam siklus I ini peneliti dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan.

Berikut deskripsi langkah-langkah pelaksanaan tindakan pertemuan pertama,

kedua dan ketiga pada siklus I:

Pertemuan pertama siklus I

Pertemuan pertama pada siklus I ini dilaksanakan hari kamis, 05 April

2018 dari pukul 07.30-11.00 WIB. Kegiatan pada siklus ini dilaksanakan di

ruang kelas kelompok B Raudhatul Athfal Darma Bakti Karang Sari. Guru

kelas melakukan pembelajaran sesuai dengan Rencana Kegiatan Harian yang

disusun bersama peneliti. Adapun pertemuan pertama siklus I adalah binatang,

sedangkan sub tema binatang berkaki empat. Kegiatan pembelajaran minat

baca anak adalah membaca buku dengan menggunakan buku bergambar

kemudian anak diminta untuk membaca buku bergambar tersebut. Berikut

deskripsi proses pelaksanaan pembelajaran dengan media buku bergambar pada

pertemuan pertama siklus I:


85

1) Kegiatan sebelum masuk kelas

Kegiatan sebelum masuk kelas terlebih dahulu anak-anak berbaris di

halaman depan ruang kelas sambil bernyanyi “Tirukan Suara” kemudian

anak berhitung menggunakan bahasa inggris dari 1-10 sambil berjalan

masuk ke dalam ruang kelas.

2) Kegiatan Awal 07.30-08.00

Kegiatan awal dimulai dengan berdo’a yang dipimpin oleh salah satu

anak yang ditunjuk oleh guru. Setelah selesai do’a yaitu salam dan

dilanjutkan dengan absensi untuk mengecek kelengkapan anak. Kemudian

bernyanyi “rukun islam” dan “tepuk anak sholeh”.

Setelah selesai, guru mengajak anak untuk bercakap-cakap mengenai

perasaan senang bermain dengan teman. Kegiatan diawali dengan anak

mendengarkan penjelasan dari guru dan anak mengungkapkan pendapat.

Kemudian dilanjutkan membahas tema dan sub tema yang akan

dibicarakan pada hari itu.

3) Kegiatan inti 08.00-09.00

Pada kegiatan inti guru mengajak anak bercakap-cakap tentang

materi yang disampaikan. Guru memberikan rangsangan melalui

pertanyaan kepada anak sesuai tema yang akan dibahas. Pada saat kegiatan

bercakap-cakap atau Tanya jawab berlangsung guru memberikan

kesempatan pada anak untuk menyatakan yang dipikirkan sesuai inisiatif

sendiri. Selanjutnya, guru memulai proses pembelajarannya dengan media


86

buku bacaan bergambar sesuai dengan langkah-langkah yang tercantum

dalam Rencana Kegiatan Harian.

Langkah pertama yaitu guru memberikan penjelasan kepada anak,

guru menunjukkan perhatian dengan menunjukkan media yang dibawa dan

bertanya. Selanjutnya guru bertanya, “Anak-anak apakah kalian tahu ibu

membawa buku apa? Apakah kalian pernah membaca buku ini?”.

Beberapa anak menjawab dengan benar da nada juga yang salah tetapi ada

juga sebagian anak hanya diam dan hanya melihat teman-temannya.

Pada tahap selanjutnya yaitu pengamatan, pengamatan ini dilakukan

dengan cara guru memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk

melakukan praktek langsung membaca buku bacaan bergambar sesuai

dengan petunjuk dan bimbingan guru. Anak sangat antusias mengikuti

pembelajaran, anak melakukan praktek langsung sesuai dengan bimbingan

guru yaitu ketika guru menyuruh anak untuk membaca buku maka anak

langsung membaca denga antusias. Kegiatan ini dilakukan anak secara

bergantian namun tetap dalam bimbigan guru. Anak merasa senang dan

antusias ketika diminta membaca buku bacaan bergambar.

Setelah kegiatan membaca selesai kemudian guru memberikan tugas

kepada anak secara bergantian. Tugas yang pertama anak menarik garis

dari kata ke gambar dan yang kedua anak mewarnai gambar hewan

berkaki empat di kertas lembar kerja anak. Sebelum anak diminta

mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, guru memberikan penjelasan

atau arahan kegiatan tersebut. Ketika guru menjelaskan tugas yang akan
87

diberikan kepada anak, ada beberapa anak yang tidak memperhatikan

penjelasan dari guru.

4) Kegiatan istirahat 09.00-09.30

Pada kegiatan isirahat, anak-anak cuci tangan kemudian do’a

sebelum makan dan makan bekal dari rumah, kemudian bermain.

5) Kegiatan Akhir 09.30-11.00

Kegiatan ini dilakukan anak setelah istirahat, makan dan bermain.

Kegiatan akhir yaitu bernyanyi, kemudian guru mengajak anak untuk

berdiskusi mengenai pembelajaran yang sudah dilakukan. Guru

memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.

Kemudian guru mengadakan evalusi dengan recalling yaitu mengulas

pembelajaran yang telah dilakukan. Recalling juga berfungsi untuk

memngingatkan kembali memori anak. Selanjutnya guru menyampaikan

pesan-pesan kepada anak yang berisi motivasi agar anak lebih giat belajar

membaca dan bersemangat. Setelah itu, dilanjutkan dengan berdo’a untuk

pulang dan salam.

Paparan tersebut diatas merupakan proses pembelajaran pada siklus I

pertemuan pertama. Sebagaimana yang telah direncanakan, secara umum

prosedur pembelajaran pertemuan kedua dan ketiga pada siklus I sama sperti

tersebut di atas. Pada setiap petemuan peneliti dan guru sepakat untuk

memberikan variasi agar anak-anak tidak merasa bosan dan suasana kelas lebih

menyenangkan.

c. Observasi
88

Observasi dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran, obsrvasi dilakukan

untuk mengetahui peningkatan minat baca anak selama mengikuti kegiatan

tersebut. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti, kepala sekolah dan

guru kelas, diperoleh hasil sebagai berikut: 1) pada pertemuan pertama anak-

anak masih merasa asing dengan proses pembelajaran dengan menggunakan

media buku bacaan bergambar, 2) pada pertemuan kedua anak-anak sangat

antusias mengikuti pembelajaran dengan menggunakan media buku bacaam

bergambar, 3) pada pertemuan ketiga anak-anak mulai merasa bosan terhadap

proses pembelajaran karena penggunaan media yang sama tetapi metodenya

berbeda, 4) semangat anak ketika membaca mengalami penurunan karena tidak

adanya motivasi atau hadiah untuk anak atas semangatnya dalam membaca, 5)

terjadi peningkatan minat baca anak setelah dilakukan penelitian.

Dari hasil observasi, diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.4 Hasil Pra Tindakan dan Siklus I Minat Baca Anak

No Aspek Penilaian Pra Tindakan Siklus I Peningkatan


1 Rasa Senang 35% 53% 18%
2 Ketertarikan 25% 48% 23%
3 Berinisiatif 20% 42% 22%
4 Perhatian 30% 53% 23%
Rata-rata ke 4 indikator 28% 49% 22%

Berdasarkan dari tabel hasil penelitian di atas maka dapat dijelaskan lebih

rinci dalam setiap indikatornya. Dari tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa rasa

senang anak terhadap buku bacaan bergambar mengalami peningkatan apabila

dibandingkan pra tindakan yaitu pra tindakan 35% dan disiklus I menjadi 53%,

jadi pada siklus I mengalami peningkatan sebanyak 18%.


89

Pada aspek ketertarikan ini mencakup minat anak untuk menunjukkan

ketertarikan buku bacaan bergambar yang telah disiapkan oleh guru. Dari tabel

di atas, maka dapat dilihat bahwa ketertarikan anak terhadap buku bacaan

bergambar mengalami peningkatan apabila dibandingkan pra tindakan yaitu pra

tindakan 25% dan disiklus I menjadi 48%, jadi pada siklus I mengalami

peningkatan sebanyak 23%.

Aspek inisiatif ini termasuk suatu cara untuk menunjukkan minat

membaca anak dengan media buku bacaan bergambar. Dari tabel di atas, maka

dapat dilihat bahwa inisiatif anak terhadap buku bacaan bergambar mengalami

peningkatan apabila dibandingkan pra tindakan yaitu pra tindakan 20% dan

disiklus I menjadi 42%, jadi pada siklus I mengalami peningkatan sebanyak

22%.

Perhatian ini merupakan aspek untuk menunjukkan minat membaca pada

anak. Dari tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa perhatian anak terhadap buku

bacaan bergambar mengalami peningkatan apabila dibandingkan pra tindakan

yaitu pra tindakan 30% dan disiklus I menjadi 53%, jadi pada siklus I

mengalami peningkatan sebanyak 23%.

Secara keseluruhan pertemuan dari siklus I terlihat bahwa anak dalam

perhatian sudah mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan

dari hasil pra tindakan. Pada pertemuan ini anak diminta memeprhatikan ,

membuka-buka kemudian membaca buku bacaan bergambar. Kegiatan ini,

dilakukan ketika proses pembelajaran berlangsung.

Tabel 4.5 Rekapitulasi Data Minat Baca Anak Siklus I


90

No Aspek Penilaian Jumlah Anak Presentase


1 Rasa Senang 13 Anak 65%
2 Ketertarikan 11 Anak 55%
3 Berinisiatif 10 Anak 50%
4 Perhatian 12 Anak 60%
Rata-rata ke 4 Indikator 57%

Berdasarkan hasil rekapitulasi terlihat bahwa indikator rasa senang

terdapat 13 anak, ketertarikan 11 anak, inisiatif 10 anak dan perhatian 12 anak.

Pada hasil presentase tersebut masih menunjukkan bahwa minat membaca pada

anak masih tergolong rendah dan belum mencapai kriteria keberhasilan yang

telah ditetapkan yaitu 90%, sehingga masih perlu dilakukan siklus selanjutnya

yaitu siklus II.

d. Analisis dan Refleksi

Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti dan guru melakukan analisis

terhadap proses pembelajaran dan peningkatan minat baca anak usia dini.

Analisis ini dilakukan oleh kepala sekolah, guru kelas dan peneliti dengan cara

berdiskusi, mengevaluasi proses yang telah dilalui , serta melihat kekurangan-

kekurangan yang ada. Selain itu kepala sekolah, guru kelas dan peneliti juga

berpedoman pada hasil observasi peningkatan minat baca anak melalui pedoman

observasi.

Refleksi berguna untuk memecahkan permasalahan yang muncul pada saat

pelaksanaan pembelajaran pada siklus I. Setelah dilakukan tindakan siklus I,

peneliti dan guru berdiskusi tentang permasalahan yang muncul pada

pelaksanaan tindakan. Kegiatan diskusi tersebut menemukan beberapa masalah


91

pada pelaksanaan siklus I mengenai proses pembelajaran yang telah

dilaksanakan.

Refleksi ini dilakukan antara peneliti dan guru kelas dengan cara melihat

dan membandingkan antara data sebelum adanya tindakan dan data yang telah

dilaksanakannya siklus I telah ada peningkatan minat baca jika dibandingkan

pra tindakan. Dalam pembelajaran siklus I, pembelajaran mulai terpusat pada

anak, anak-anak antusias dan termotivasi dengan media yang disediakan.

Selanjutnya beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan

siklus I antara lain:

1) Pembagaian kelompok menjadi empat kelompok yang masing-masing

berjumlah lima anak kurang tepat dilakukan, karena beberapa anak belum

terlihat keaktifannya dan masih ramai sendiri.

2) Observasi terhadap aktivitas anak pada pembelajaran pada siklus I anak

sangat antusias sekali ketika guru menyediakan berbagai macam buku

bacaan bergambar dan membagikan buku-buku kepada anak. Anak dengan

serius memperhatikan dan membaca buku bacaan bergambar tersebut.

Pada siklus I ini masih dijumpai anak belum mempunyai rasa percaya diri

untuk maju ke depan kelas untuk membaca buku bacaan bergambar.

Tetapi dari segi perhatian banyak anak yang tertarik dengan pembelajaran

membaca setelah menggunakan media buku bacaan bergambar.

3) Hasil evaluasi siklus I diperoleh nilai rata-rata yang belum mencapai

indicator keberhasilan. Oleh sebab itu peneliti dan guru membuat


92

perencanaan untuk tindakan pada siklus berikutnya atau siklus II agar

terjadi peningkatan minat membaca anak.

4. Siklus II

Proses peningkatan minat baca anak melalui media gambar yang telah

dilakukan pada siklus I pada umumnya sudah cukup baik, tetapi belum

memuaskan. Masih ada anak yang kurang memperhatikan dan meningkatkan

minat baca juga kurang memuaskan. Untuk mengatasi kekurangan pada siklus I,

maka pada hari senin tanggal 09 April 2018 peneliti, kepala sekolah dan guru

kelas merencanakan tindakan pada siklus II. Siklus II ini direncanakan

dilakukan dalam dalam dua pertemuan yaitu pertemuan pertama pada hari selasa

tanggal 10 April 2018 dan pertemuan kedua pada hari selasa tanggal 11 April

2018.
93

a. Perencanaan tindakan kelas siklus II

Kegiatan perencanaan ini dilaksanakan pada hari senin 02 April 2018

di Raudhatul Athfal Darma Bakti Karang Sari. Pada kesempatan tersebut,

peneliti berdiskusi dengan kepala sekolah dan guru kelas terutama hal-hal

yang akan dilakukan pada kegiatan pelaksanaan tindakan siklus I. Hal-hal

yang didiskusikan antara lain: 1) peneliti menyamakan persepsi dengan

kepala sekolah dan guru kelas mengenai penelitian yang akan dilakukan. 2)

peneliti mengusulkan menggunakan media buku bacaan bergambar untuk

pembelajaran membaca, 3) peneliti mengusulkan perencanaan pembelajaran

berupa RKH dan guru menyetujui, 4) peneliti mengusulkan observasi sebagai

instrument pokok penilaian dalam peningkatan minat baca anak.

Alokasi waktu setiap pertemuan selama 30 menit. Adapun tindakan

dalam siklus pertama akan dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Dimana

pertemuan pertama pada hari selasa 10 April 2018.

Ada beberapa hal yang direncanakan pada siklus I

1) Peneliti mempersiapkan terlebih dahulu media yang akan digunakan

yaitu buku bacaan bergambar.

2) Peneliti mengkondisikan atau mensetting kelas, dimana peneliti sebagai

guru pokok dan guru kelas sebagai pendamping dan observator.

3) Merencanakan pelaksanaan pembelajaran dalam Rencana Kegiatan

Hahian (RKH)

4) Menyiapkan instrument penelitian


94

5) Mempersiapkan kelengkapan peralatan untuk mendokumentasikan

kegiatan pembelajaran yang akan berlangsung seperti kamera

Adapun variasi setiap pertemuan adalah sebagai berikut:

1) Pada pertemuan pertama peneliti menggunakan media buku bacaan

bergambar dalam kegiatan pembelajaran membaca.

2) Pada pertemuan kedua peneliti menggunakan media yang sama, akan

tetapi lebih bervariasi karena anak selain membaca dan melihat gambar,

anak juga harus memasangkan atau menarik garis antara kata dengan

gambar.

3) Pada pertemuan ketiga peneliti masih menggunakan media yang sama,

dengan bacaan yang berbeda.

b. Pelaksanaan Tindakan

Dalam siklus II ini peneliti dilakukan sebanyak dua kali pertemuan.

Berikut deskripsi langkah-langkah pelaksanaan tindakan pertemuan pertama,

kedua dan ketiga pada siklus II:

1) Pertemuan pertama siklus II

Pertemuan pertama pada siklus II ini dilaksanakan hari selasa, 10

April 2018 dari pukul 07.30-11.00 WIB. Kegiatan pada siklus ini

dilaksanakan di ruang kelas kelompok B Raudhatul Athfal Darma Bakti

Karang Sari. Guru kelas melakukan pembelajaran sesuai dengan

Rencana Kegiatan Harian yang disusun bersama peneliti. Adapun

pertemuan pertama siklus II adalah binatang, sedangkan sub tema


95

binatang berkaki empat. Kegiatan pembelajaran minat baca anak adalah

membaca buku dengan menggunakan buku bergambar kemudian anak

diminta untuk membaca buku bergambar tersebut. Berikut deskripsi

proses pelaksanaan pembelajaran dengan media buku bergambar pada

pertemuan pertama siklus II:

a) Kegiatan sebelum masuk kelas

Kegiatan sebelum masuk kelas terlebih dahulu anak-anak

berbaris di halaman depan ruang kelas sambil bernyanyi “Bangun

Tidur” kemudian anak berhitung menggunakan bahasa arab dari 1-10

sambil berjalan masuk ke dalam ruang kelas.

b) Kegiatan Awal 07.30-08.00

Kegiatan awal dimulai dengan berdo’a yang dipimpin oleh salah

satu anak yang ditunjuk oleh guru. Setelah selesai do’a yaitu salam dan

dilanjutkan dengan absensi untuk mengecek kelengkapan anak.

Kemudian bernyanyi “rukun islam” dan “tepuk anak sholeh”.

Setelah selesai, guru mengajak anak untuk bercakap-cakap

mengenai perasaan senang bermain dengan teman. Kegiatan diawali

dengan anak mendengarkan penjelasan dari guru dan anak

mengungkapkan pendapat. Kemudian dilanjutkan membahas tema dan

sub tema yang akan dibicarakan pada hari itu.


96

c) Kegiatan inti 08.00-09.00

Pada kegiatan inti guru mengajak anak bercakap-cakap tentang

materi yang disampaikan. Guru memberikan rangsangan melalui

pertanyaan kepada anak sesuai tema yang akan dibahas. Pada saat

kegiatan bercakap-cakap atau Tanya jawab berlangsung guru

memberikan kesempatan pada anak untuk menyatakan yang dipikirkan

sesuai inisiatif sendiri. Selanjutnya, guru memulai proses

pembelajarannya dengan media buku bacaan bergambar sesuai dengan

langkah-langkah yang tercantum dalam Rencana Kegiatan Harian.

Langkah pertama yaitu guru memberikan penjelasan kepada

anak, guru menunjukkan perhatian dengan menunjukkan media yang

dibawa dan bertanya. Selanjutnya guru bertanya, “Anak-anak apakah

kalian tahu ibu membawa buku apa? Apakah kalian pernah membaca

buku ini?”. Beberapa anak menjawab dengan benar da nada juga yang

salah tetapi ada juga sebagian anak hanya diam dan hanya melihat

teman-temannya.

Pada tahap selanjutnya yaitu pengamatan, pengamatan ini

dilakukan dengan cara guru memberikan kesempatan kepada anak-anak

untuk melakukan praktek langsung membaca buku bacaan bergambar

sesuai dengan petunjuk dan bimbingan guru. Anak sangat antusias

mengikuti pembelajaran, anak melakukan praktek langsung sesuai

dengan bimbingan guru yaitu ketika guru menyuruh anak untuk

membaca buku maka anak langsung membaca denga antusias. Kegiatan


97

ini dilakukan anak secara bergantian namun tetap dalam bimbigan guru.

Anak merasa senang dan antusias ketika diminta membaca buku bacaan

bergambar.

Setelah kegiatan membaca selesai kemudian guru memberikan

tugas kepada anak secara bergantian. Tugas yang pertama anak menarik

garis dari kata ke gambar dan yang kedua anak mewarnai gambar

hewan berkaki empat di kertas lembar kerja anak. Sebelum anak

diminta mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, guru memberikan

penjelasan atau arahan kegiatan tersebut. Ketika guru menjelaskan

tugas yang akan diberikan kepada anak, ada beberapa anak yang tidak

memperhatikan penjelasan dari guru.

d) Kegiatan istirahat 09.00-09.30

Pada kegiatan isirahat, anak-anak cuci tangan kemudian do’a

sebelum makan dan makan bekal dari rumah, kemudian bermain.

e) Kegiatan Akhir 09.30-11.00

Kegiatan ini dilakukan anak setelah istirahat, makan dan

bermain. Kegiatan akhir yaitu bernyanyi, kemudian guru mengajak

anak untuk berdiskusi mengenai pembelajaran yang sudah dilakukan.

Guru memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.

Kemudian guru mengadakan evalusi dengan recalling yaitu mengulas

pembelajaran yang telah dilakukan. Recalling juga berfungsi untuk

memngingatkan kembali memori anak. Selanjutnya guru

menyampaikan pesan-pesan kepada anak yang berisi motivasi agar anak


98

lebih giat belajar membaca dan bersemangat. Setelah itu, dilanjutkan

dengan berdo’a untuk pulang dan salam.

Paparan tersebut diatas merupakan proses pembelajaran pada

siklus II pertemuan pertama. Sebagaimana yang telah direncanakan,

secara umum prosedur pembelajaran pertemuan kedua pada siklus II

sama sperti tersebut di atas. Pada setiap petemuan peneliti dan guru

sepakat untuk memberikan variasi dan reword agar anak-anak tidak

merasa bosan dan suasana kelas lebih menyenangkan.

c. Observasi
Observasi dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran, obsrvasi

dilakukan untuk mengetahui peningkatan minat baca anak selama mengikuti

kegiatan tersebut. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti, kepala

sekolah dan guru kelas, diperoleh hasil sebagai berikut: 1) pada pertemuan

pertama anak-anak masih merasa asing dengan proses pembelajaran dengan

menggunakan media buku bacaan bergambar, 2) pada pertemuan kedua

anak-anak sangat antusias mengikuti pembelajaran dengan menggunakan

media buku bacaam bergambar, 3) pada pertemuan ketiga anak-anak mulai

merasa bosan terhadap proses pembelajaran karena penggunaan media yang

sama tetapi metodenya berbeda, 4) semangat anak ketika membaca

mengalami penurunan karena tidak adanya motivasi atau hadiah untuk anak

atas semangatnya dalam membaca, 5) terjadi peningkatan minat baca anak

setelah dilakukan penelitian.


99

Tabel 4.6 Hasil Pra Tindakan dan Siklus II Minat Baca Anak

No Aspek Penilaian Siklus I Siklus II Peningkatan


1 Rasa Senang 53% 80% 27%
2 Ketertarikan 48% 78% 30%
3 Berinisiatif 42% 77% 35%
4 Perhatian 53% 78% 25%
Rata-rata ke 4 indikator 49% 79% 30%

Berdasarkan dari tabel hasil penelitian di atas maka dapat dijelaskan

lebih rinci dalam setiap indikatornya. Dari tabel di atas, maka dapat dilihat

bahwa rasa senang anak terhadap buku bacaan bergambar mengalami

peningkatan apabila dibandingkan siklus I yaitu siklus 53% dan disiklus II

menjadi 80%, jadi pada siklus II mengalami peningkatan sebanyak 27%.

Pada aspek ketertarikan ini mencakup minat anak untuk menunjukkan

ketertarikan buku bacaan bergambar yang telah disiapkan oleh guru. Dari

tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa ketertarikan anak terhadap buku

bacaan bergambar mengalami peningkatan apabila dibandingkan siklus I

yaitu siklus I 48% dan disiklus II menjadi 78%, jadi pada siklus II

mengalami peningkatan sebanyak 30%.

Aspek inisiatif ini termasuk suatu cara untuk menunjukkan minat

membaca anak dengan media buku bacaan bergambar. Dari tabel di atas,

maka dapat dilihat bahwa inisiatif anak terhadap buku bacaan bergambar

mengalami peningkatan apabila dibandingkan siklus I yaitu siklus I 42% dan

disiklus II menjadi 77%, jadi pada siklus II mengalami peningkatan

sebanyak 35%.
100

Perhatian ini merupakan aspek untuk menunjukkan minat membaca

pada anak. Dari tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa perhatian anak

terhadap buku bacaan bergambar mengalami peningkatan apabila

dibandingkan siklus I yaitu siklus I 53% dan disiklus II menjadi 78%, jadi

pada siklus II mengalami peningkatan sebanyak 25%.

Secara keseluruhan pertemuan pada siklus II terlihat bahwa anak

dalam minat membaca sudah mengalami peningkatan yang cukup signifikan

dibandingkan dari hasil pra tindakan dan siklus I.

Tabel 4.7 Rekapitulasi Data Minat Baca Anak Siklus II

No Aspek Penilaian Jumlah Anak Presentase


1 Rasa Senang 17 Anak 85%
2 Ketertarikan 16 Anak 80%
3 Berinisiatif 17 Anak 85%
4 Perhatian 16 Anak 80%
Rata-rata ke 4 Indikator 90%

Berdasarkan hasil rekapitulasi terlihat bahwa indikator rasa senang

terdapat 17 anak, ketertarikan 16 anak, inisiatif 17 anak dan perhatian 16

anak. Pada hasil presentase tersebut masih menunjukkan bahwa minat

membaca pada anak telah mencapai target pencapaian yaitu 90%.


101

Tabel 4.8 Rekapitulasi Nilai Rata-rata Minat Baca Anak dari Pra
Tindakan, Siklus I dan Siklus II

No Aspek Penilaian Pra Tindakan Siklus I Siklus II Peningkatan


1 Rasa Senang 35% 53% 80% 56%
2 Ketertarikan 25% 48% 78% 50%
3 Berinisiatif 20% 42% 87% 46%
4 Perhatian 30% 53% 78% 54%
Rata-rata ke 4 28% 49% 90% 51%
indikator

Berdasarkan hasil rekapitulasi terlihat bahwa indikator rasa senang

mengalami peningkatan yaitu pra tindakan 35%, siklus I 53% dan siklus II

80%, ketertarikan pada pra tindakan 25%, siklus I 48% dan siklus II 78%,

inisiatif pada pra tindakan 20%, siklus I 42% dan siklus II 87%, dan

perhatian pada pra tindakan 30%, siklus I 53% dan siklus II 90%. Pada hasil

presentase tersebut menunjukkan bahwa minat membaca pada anak telah

mencapai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu 90%.

d. Refleksi
Proses pelaksanaan tindakan pada siklus II sudah baik. Kelemahan

yang ada pada siklus I dapat teratasi dengan baik. Hal ini menunjukkan

minat baca melalui media gambar mengalami peningkatan. Peningkatan

minat baca ini terlihat dari tercapainya indicator yang ditetapkan, seperti

peningkatkan minat baca anak mencapai 90%, rasa senang anak yang

meningkat serta ketertarikan, inisiatif dan perhatian anak dalam

pembelajaranpun baik.

Adapun masih ditemukannya satu dua anak yang kurang

memperhatikan peneliti tidak menjadi masalah dalam proses pembelajaran,


102

karena kita tahu bahwa kemampuan dan daya tangkap anak didik itu

beraneka ragam. Minat baca anak pada kelompok B Raudhatul Athfal

Darma Bakti tahun 2017/2018 telah mengalami peningkatan sebesar 90%

atau 18 anak dari 20 anak.

C. Pembahasan

Sebelum pembahasan hasil penelitian, adapun proses dan hasil penelitian

secara keseluruhan dapat dilihat dari table berikut:

Tabel 4.9 Hasil Penelitian Keseluruhan Tindakan

Aspek Pra Siklus Siklus I Siklus II


Metode Membaca Membaca Membaca
Media yang Tidak menggunakan Buku bacaan Buku cerita
digunakan media bergambar bergambar dan
menarik garis
Indikator minat 1. Rasa senang 1. Rasa senang 1. Rasa senang
baca 2.Ketertarikan 2.Ketertarikan 2.Ketertarikan
3.Berinisiatif 3.Berinisiatif 3.Berinisiatif
4.Perhatian 4.Perhatian 4.Perhatian
Proses 1.Pembukaan 1.Pembukaan 1.Pembukaan
pembelajaran 2.Inti 2.Inti 2.Inti
3.Penutup 3.Penutup 3.Penutup
Waktu 60 Menit 60 Menit 60 Menit
pembelajaran
Observasi Anak tidak terlalu Pertemuan Pertemuan pertama
tertarik, konsentrasi pertama anak anak sangat
anak kurang, anak masih asing antusias terhadap
lebih sering dengan proses
mengobrol dengan pembelajaran yang pembelajaran,
teman diberikan, pertemuan kedua
pertemuan kedua antusias anak masih
antusias anak sangat baik, anak-
dalam anak berlomba-
pembelajaran lomba untuk
sudah baik, membaca di depan
pertemuan ketiga kelas
anak merasa bosan
terhadap proses
pembelajaran
103

Analisis dan Antusias anak Antusias anak


refleksi berkurang karena bertambah karena
anak merasa bosan adanya motivasi
terhadap berupa reword anak
penggunaan media jempol dan
yang sama memberikan
permen
Minat baca anak 10% 57% 90%

Dari tabel di atas dapat dipresentasekan hasil dari keseluruhan tindakan

penelitian yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.10 Hasil Keseluruhan Nilai Rata-rata Minat Baca Anak dari
Pra Tindakan, Siklus I dan Siklus II

No Aspek Penilaian Pra Tindakan Siklus I Siklus II Peningkatan


1 Rasa Senang 35% 53% 80% 56%
2 Ketertarikan 25% 48% 78% 50%
3 Berinisiatif 20% 42% 87% 46%
4 Perhatian 30% 53% 78% 54%
Rata-rata ke 4 28% 49% 90% 51%
indikator

Diagram Hasil Penelitian


100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Pra Tindakan Sklus I Siklus II
104

Diagram di atas menjelaskan bahwa hasil penelitian dari pra tindakan

28%, siklus I 49% dan Siklus II 90%. Telah terjadi peningkatan minat baca anak.

Hasil pelaksanaan pembelajaran dan hasil refleksi yang dilakukan selama

pembelajaran siklus I dan siklus II, penerapan pembelajaran dengan media buku

bacaan bergambar berimplikasi baik terhadap peningkatan minat membaca anak

usia dini di Raudhatul Athfal Darma Bakti Karang Sari, hal ini terbukti dengan

data yang diperoleh menunjukkan peningkatan selama proses pembelajaran.

Dengan menggunakan media buku bacaan bergambar dapat meningkatkan

minat baca anak kelompok B Raudhatul Athfal Darma Bakti Karang Sari. Hal ini

dapat dilihat dari table yang menunjukkan rata-rata hasil observasi pra siklus

sampai dengan siklus II dapat diketahui bahwa telah terjadi peningkatan minat

baca pada anak. Peningkatan dan perubahan dari sebelum tindakan sampai siklus

II yaitu pada rasa senang diperoleh peningkatan sebesar 56%, ketertarikan

diperoleh peningkatan sebesar 50%, berinisiatif diperoleh peningkatan sebesar

46%, perhatian diperoleh peningkatan 54%. Dari tabel di atas terlihat terjadi

peningkatan anak yang memiliki minat baca pada setiap siklus berarti tingkat

ketercapaian tujuan semakin baik disetiap siklusnya.

Dari informasi di atas menunjukkan bahwa pelaksanaan tindakan pada

siklus I sudah meningkatkan minat baca anak. Akan tetapi, apabila dikriteriakan

maka hasil rata-rata pada siklus I masih pada kriteria kurang baik dan tidak baik.

Hal ini belum sesuai dengan target keberhasilan dalam penelitian ini, yaitu 90%

dari jumlah anak 20 yang memiliki minat baca.


105

Dalam pelaksanaan pembelajaran yang distimulasi melalui buku bacaan

bergambar pada siklus II telah membawa perubahan-perubahan, diantaranya

meningkatnya anak yang memiliki minat membaca dibandingkan dengan hsil

pelaksanaan pada siklus I yaitu rasa senang meningkat sebesar 25%, ketertarikan

meningkat sebesar 30%, berinisiatif meningkat sebesar 35%, perhatian meningkat

sebesar 25%. Peningkatan anak yang memiliki minat membaca tersebut menjadi

bukti bahwa ternyata pembelajaran melalui media buku cerita bergambar menjadi

salah satu cara yang efektif.

Dari beberapa paparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Penelitian

Tindakan Kelas yang dilakukan dapat meningkatkan minat baca pada anak

kelompok B melalui buku bacaan bergambar. Dari hasil penelitian di atas dapat

didimpilkan bahwa menggunakan media buku bacaan bergambar dalam proses

kegiatan pembelajaran lebih dapat memotivasi anak dan mendorong anak untuk

ikut aktif dalam kegiatan pembelajaran

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Ya, karena dengan menggunakan media gambar dalam kegiatan pembelajaran

anak menjadi lebih memahami isi bacaan.

2. Ada, bahwa dengan menggunakan media gambar minat baca anak dapat

meningkat dari pra tindakan 28%, siklus I 49% dan siklus II 90%.
106

3. Caranya dengan menggunakan media buku bacaan bergambar yang bermacam-

macam dan menarik anak akan semakin tertarik untuk belajar membaca.

B. Saran

1. Bagi Guru, guru diharapkan selalu meningkatkan kemampuannya dalam

mengajar mampu membuat media pengajaran yang sesederhana mungkin

untuk meningkatkan minat belajar khususnya minat membaca anak.

2. Bagi Anak, tidak hanya disekolah, anak-anak diharapkan untuk belajar

membaca dimulai dengan membaca tulisan-tulisan yang ada dilingkungan

sekitar kita.

3. Bagi Sekolah, pembelajaran dengan media gambar ini bisa dijadikan menjadi

salah satu pilihan untuk meningkatkan minat membaca pada anak usia dini.
107

DAFTAR PUSTAKA

Adi Susilo, Calistung, Jogjakarta. Hak Cipta, 2011.


Agustina, Rima 2014.Upaya Meningkatkan Kecerdasan Linguistik Melalui Media
Gambar di TK Negeri Pembina Muara Beliti Repository.
unib.ac.id/reformat.php/paud/article/8516/1/1%252c Sabtu, (10 Maret
2018)
Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana, 2014)
Ara, Berlatih Membaca Lewat Gambar, (Jogjakarta: DIVA Kids,2016)
Ariyati, Tatik 2013. Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui
Penggunaan Media Gambar Berbasis Permainan di TK ‘Alsyiyah
Kabupaten Banyumas Jawa Tengah Jurnalnasional.ump.ac.id/../858/918-
1717-1-SM-pdf (10 Maret 2018)
As salamah “Qur’an terjemah As Salamah, Asy Syifa’, Semarang.
Cahyo Agus N, Berbagai Cara Latihan Otak Dan Dan Daya Ingat Dengan
Menggunakan Berbagai Media Audio Visual, (Yogyakarta: DIVA Pres,
2011)
Depag, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Yayasan Penyegaran
Penerjemah/Penafsiran Al-Qur’an, 1971)
Hasil Rekam Data Dari Observasi Peneliti Pada Tanggal, 4 Maret 2018
Hasil Pengamatan peneliti selama melakukan observasi lapangan, dari tanggal 1
Maret – 16 Maret 2018
Http:// blogspot. Co.id/2013/07 Upaya-Meningkatkan-Minat-baca-melalui.html?
m=1, Diunduh pada tanggal 23 November 2016, jam 17:14
Http://si-ade.blogspot.com/2013/07/Upaya-Meningkatkan-Pengertian-Baca-
Melalui.html?m-1, Diunduh pada tanggal 10 Maret 20018, pukul 11:10
Indriani Dina, Mengenal Ragam Gaya Pembelajaran Efektif, (Jogjakarta: DIVA
Pres, 2011)
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 1991)
Luluk Asmawati, Perencanaan Pembelajaran PAUD, (Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA,2014)
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2007)
Marsudi, Saring, Permasalahan dan Bimbingan Di Taman Kanak-Kanak,
(Surakarta: UMS, 2016)
108

Mulyasa, Praktik Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,


2009), hlm.69
M.Qurais Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1996)
Rahman, Masykur Arif, Kesalahan-Kesalahan Fatal Paling Sering Dilakukan
Guru Dalam Kegiatan Belajar Mengajar, (Jogjakarta: DIVA Pres, 2011)
Soetjiningsih, Ranuh Gde, Tumbuh Kembang Anak Edisi 2, (Jakarta: Buku
Kedokteran EGC, 2012)
Sujarweni, V. Wiratna, Metodologi Penelitian, (Jogjakarta:
PUSTAKABARUPRESS, 2014), hlm.62
Supardi, Syah Darwyan, Perencanaan Pendidikan, (Jakarta: Diadit Media, 2010)
Susilowati, Peningkatan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui Cerita Bergambar,
(Surakarta: Cahaya Media, 2010)
UU RI No.20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 Butir 14
Yusuf Syamsul, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT
REMAJA ROSDAKARYA, 2016)

Anda mungkin juga menyukai