Anda di halaman 1dari 62

DAFTAR ISI

Cover ....................................................................................................................................................... i
Daftar isi ............................................................................................................................................... ii

Lembar Pengesahan ....................................................................................................................... iii


Tim Penyusun .................................................................................................................................... iv

Kata Pengantar .................................................................................................................................. v


BAB I ANALISA JURNAL .................................................................................................................. 1

A. Abstrak ................................................................................................................................... 2
B. Analisa Jurnal ...................................................................................................................... 4

C. Pembahasan ........................................................................................................................ 7
D. Jurnal Terkait ..................................................................................................................... 15

BAB II LANDASAN TORI ............................................................................................................... 19


A. Konsep Tidur ..................................................................................................................... 19

B. Konsep Massage Kaki .................................................................................................... 32


C. Konsep Foot Bath ............................................................................................................ 40

BAB III Implementasi Tindakan ................................................................................................. 48


A. Instrumen Verran and Snyder-Halpren Sleep ......................................................48

B. SOP Foot Massage .......................................................................................................... 50


C. SOP Foot Bath .................................................................................................................. 55

BAB IV PENUTUP ............................................................................................................................ 57


A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 57

B. Saran ................................................................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 59

i
KATA PENGANTAR

Penyusun

Kelompok II

ii
BAB I

ANALISA JURNAL

1
A. ABSTRAK

Judul : Comparing the Effect of Foot Reflexology Massage, Foot


Bath and Their Combination on Quality of Sleep in Patients

with Acute Coronary Syndrome


Tahun : 2016

Nama Author : Ali Rahmani, Mahdi Naseri, Mohammad Mahdi Salaree,


Batool Nehrir

Penerbit : Journal of Caring Sciences


Tempat : Department of Nursing, Nursing Faculty, Baqiyatallah

University of Medical Sciences, Tehran, Iran


Banyak pasien di unit perawatan koroner (ICCU) menderita penurunan kualitas

tidur yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan mental. Tujuan Penelitian ini
membandingkan khasiat pijat refleksi kaki, mandi kaki, dan kombinasinya terhadap

kualitas tidur pasien sindrom koroner akut (SKA).


Studi kuasi-eksperimental ini dilaksanakan pada pasien ACS di Iran.

Pengambilan sampel secara acak digunakan untuk membagi pasien menjadi empat
kelompok yang terdiri dari 35 subjek. Kelompok tersebut adalah pijat refleksi kaki,

mandi kaki, kombinasi keduanya dan kelompok kontrol. Kualitas tidur diukur
dengan menggunakan kuesioner Veran SnyderHalpern. Data dianalisis dengan

SPSS versi 13.


Usia rata-rata dari empat kelompok adalah 61,22 (11,67) tahun. Rerata

gangguan tidur pada kelompok intervensi (pijat refleksi kaki dan kelompok mandi
kaki) selama malam kedua dan ketiga secara signifikan lebih rendah dibandingkan

sebelum intervensi. Hasilnya juga menunjukkan penurunan gangguan tidur yang


lebih besar pada kelompok gabungan dibandingkan kelompok lain bila

dibandingkan dengan kelompok kontrol.

2
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa intervensi foot bath dan massage

efektif dalam menurunkan gangguan tidur dan terdapat efek sinergis bila
digunakan secara kombinasi. Metode perawatan komplementer ini dapat

direkomendasikan untuk diterapkan oleh perawat ICCU.

3
B. ANALISA JURNAL

No. KOMPONEN ISI KRITIS SEBAIKNYA


1. Latar Pasien di unit perawatan ICCU Pada latar belakang Menurut
mengalami penurunan kualitas
Belakang abstrak sudah terdapat (Notoadmodjo.S, 2005)
tidur yang disebabkan oleh faktor
lingkungan dan mental. Pengantar, Tujuan, Dalam penulisan
Penelitian telah menunjukkan
Metode Penelitian, Hasil sistematika penulisan
bahwa kualitas tidur pasien ACS
yang dirawat di rumah sakit dan kesimpulan. abstrak latar belakang
menurun dalam tiga hari pertama
harus mencantumkan
di unit perawatan intensif karena
alarm monitor, lampu, suara Komponen Yaitu :
instrumen dan ventilator,
1. Latar Belakang
perawatan berkelanjutan untuk
pasien lain, efek obat penenang 2. Tujuan Penelitian
dan inotropik, tingkat keparahan
3. Metode Penelitian
penyakit dan membangunkan
pasien di pagi hari ketika mereka 4. Hasil Penelitian
masih membutuhkan tidur. Tidur
5. Kesimpulan
merupakan kebutuhan dasar
manusia yang diperlukan untuk 6. Saran
menjaga energi dan kesehatan
fisik. Ini memainkan peran penting
dalam fungsi kardiovaskular dan
gangguannya menyebabkan
gangguan kecemasan,
kegelisahan, kegugupan,
peningkatan denyut jantung, dan
peningkatan kebutuhan oksigen
miokard yang membentuk siklus
berbahaya.

Penelitian ini membandingkan


khasiat pijat refleksi kaki, mandi
kaki, dan kombinasinya terhadap
kualitas tidur pasien sindrom
koroner akut (SKA).
2. Tujuan Penelitian ini untuk Adapun tujuannya yang Tujuan penelitian ini

4
Membandingkan Pengaruh Pijat diharapkan yaitu ada adalah pernyataan
Refleksi Kaki, Mandi Kaki dan perubahan kualitas Tidur mengenai apa yang
Kombinasinya Terhadap Kualitas setelah dilakukan hendak kita capai untuk
Tidur Pada Penderita Sindrom tindakan Pijat Refleksi intervensi.
Koroner Akut Kaki, Mandi Kaki dan
Kombinasinya Terhadap Tujuan penelitian
Kualitas Tidur Pada mengungkapkan
Penderita Sindrom keinginan peneliti
Koroner Akut. untuk mendapatkan
Hasil penelitian jawaban atas masalah
menunjukkan bahwa penelitian yang akan
metode perawatan diajukan.
komplementer ini efektif Locke, Spirduso, dan
untuk digunakan oleh Silverman (2013) dalam
perawat ICCU. Ini Creswell (2016)
3. Manfaat Terapi pijat adalah metode Dalam penelitian jurnal Tindakan foot massage
pengobatan alternatif yang ini sudah jelas dapat mengaktifkan
populer. Ini adalah manipulasi dicantumkan maanfaat aktifitas parasimpatik
sistematis dan ilmiah dari jaringan dari Pijat Refleksi Kaki, kemudian memberikan
lunak dan otot tubuh untuk Mandi Kaki dan sinyal neurotransmiter
meningkatkan pemeliharaan, Kombinasinya Terhadap ke otak, organ dalam
kinerja dan penyembuhannya, dan Kualitas Tidur Pada tubuh, dan sinyal yang
meningkatkan hasil terapi yang Penderita Sindrom dikirim ke otak akan
diinginkan seperti relaksasi mental Koroner Akut mengalirkan
dan psikologis untuk gelombang alfa yang
meningkatkan kenyamanan dan ada didalam otak
penyembuhan. ( Ali Rahmani, 2016 (Guyton & Hall, 2014).
)
Rendam Kaki telah
terbukti meningkatkan
kualitas tidur pasien
yang dirawat di rumah
sakit Jepang. Oshvandi
menyimpulkan bahwa
kualitas tidur pasien
jantung membaik
setelah pijat kaki.
Mekanisme di balik
efek Rendam kaki
belum sepenuhnya

5
dipahami, tetapi
merendam kaki dalam
air hangat merangsang
sensasi taktil dan
mengurangi aktivitas
saraf simpatik. Selain
itu, mandi kaki hangat
dapat meningkatkan
aliran darah perifer dan
suhu perifer karena
kehilangan panas tanpa
meningkatkan tubuh
pusat suhu,
mempercepat awal
tidur dan meningkatkan
kualitas tidur.
4. Metode Kualitas tidur diukur dengan Pada metode abstrak Sebelum intervensi,
menggunakan kuesioner Veran tersebut menjelaskan data demografi pasien
Snyder Halpern. metode yang digunakan dikumpulkan dengan
Hasil Penelitian Menunjukkan adalah Studi kuasi- kuesioner yang dikelola
perbedaan secara signifikan lebih eksperimental ini sendiri dan kualitas
rendah dibandingkan sebelum dilaksanakan pada pasien tidur pasien ditentukan
intervensi. Hasilnya juga ACS di Iran. Pengambilan menggunakan Veran
menunjukkan penurunan sampel secara acak Snyder Halpern.
gangguan tidur yang lebih besar digunakan untuk
pada kelompok gabungan membagi pasien menjadi Kelompok A
dibandingkan kelompok lain bila empat kelompok yang mendapatkan pijat
dibandingkan dengan kelompok terdiri dari 35 subjek. refleksi kaki, kelompok
kontrol. Kelompok tersebut B mendapatkan mandi
adalah pijat refleksi kaki, kaki, kelompok C
mandi kaki, kombinasi menerima kombinasi
keduanya dan kelompok kedua metode, dan
kontrol. Kualitas tidur kelompok D adalah
diukur dengan kelompok kontrol tanpa
menggunakan kuesioner intervensi. Intervensi
Veran SnyderHalpern. dimulai pada malam
Data dianalisis dengan kedua rawat inap dan
SPSS versi 13. dilanjutkan pada malam
ketiga untuk masing-
masing kelompok.

6
C. PEMBAHASAN

No. Komponen ISI Kritisi Sebaiknya

1. Latar Penyakit arteri koroner Pada latar belakang Dalam penulisan sistematika
Belakang adalah penyebab kematian penelitian ini telah pembuatan latar belakang

paling umum di negara maju. dijelaskan mengenai harus mencantumkan 5


Organisasi kesehatan dunia masalah, dan dampak. komponen, yaitu :

(WHO) melaporkan pada Dalam penelitian ini juga 1. Besar masalah dan
tahun 2002. bahwa 22% tidak adanya gambaran dampak (komponen M

kematian secara global dan mengenai penelitian dan D). setiap latar
37% kematian di Iran yang sudah dilakukan belakang penelitian akan

disebabkan oleh penyakit yang terkait dengan dimulai dengan alasan


kardiovaskular. Persentase ini permasalahan dalam kuat penelitian bahwa

di Iran mencapai 41,3% pada penelitian ini, dan juga masalah yang diteliti
tahun 2005 dan diperkirakan tidak terdapat komponen benar-benar merupakan

akan mencapai 44,8% pada kesenjangan dalam latar masalah yang besar dan
tahun 2030. Banyak pasien di belakang ini. memberikan dampak

ICCU mengeluhkan yang besar.


penurunan kualitas tidur yang 2. Area spesifik (komponen

disebabkan oleh: faktor A) area spesifik muncul


lingkungan dan mental. dari komponen M dan D,

Penelitian telah menunjukkan yang terdiri dari


bahwa kualitas tidur pasien penentuan besar masalah,

ACS yang dirawat di rumah masalah diagnostic,


sakit menurun dalam tiga hari masalah patofisiologi,

pertama di unit perawatan factor risiko, masalah

7
intensif karena alarm pengobatan, dan masalah

monitor, lampu, suara prognosis


instrumen dan ventilator, 3. Elaborasi (komponen E),

perawatan berkelanjutan menuliskan berbagai


untuk pasien lain, efek obat penelitian yang sudah

penenang dan inotropik, dilakukan dalam bidang


tingkat keparahan penyakit yang akan diteliti.

dan membangunkan pasien Tujuannya adalah member


di pagi hari ketika mereka gambaran yang sudah

masih membutuhkan tidur. diteliti untuk di identifikasi


Tidur merupakan kebutuhan apa yang masih belum

dasar manusia yang diketahui


diperlukan untuk menjaga 4. Kesenjangan (komponen

energi dan kesehatan fisik. Ini K), bagian kesenjangan


memainkan peran penting Adalah konsekuensi dari

dalam fungsi kardiovaskular bagian elaborasi. Atas


dan gangguannya dasar hal tersebut maka

menyebabkan gangguan komponen K inilah


kecemasan, kegelisahan, yangakan diangkat

kegugupan, peningkatan sebagai masalah


denyut jantung, dan penelitian. Kesenjangan

peningkatan kebutuhan dapat ditemukan setelah


oksigen miokard yang melakukan elaborasi, yaitu

membentuk siklus berbahaya. sesuatu yang dianggap


Pengobatan yang paling baru yang terdiri dari

umum untuk kurang tidur beberapa aspek yaitu


adalah penggunaan obat-

8
obatan, tetapi tinjauan dengan panduan :

literatur menunjukkan bahwa a. Kesenjangan ada pada


tidak ada perbedaan kualitas aspek populasi

tidur yang signifikan antara b. Kesenjangan ada pada


mereka yang menggunakan aspek desain

obat dan mereka yang tidak. penelitian


Pijat refleksi telah menjadi c. Kesenjangan ada pada

metode asuhan keperawatan aspek keluaran


yang berguna selama d. Kesenjangan ada pada

beberapa ratus tahun di Cina, aspek alat ukur


Mesir, dan India. Tinjauan e. Kesenjangan ada pada

literatur menunjukkan bahwa aspek waktu


terapi pijat adalah metode mengukur.

pengobatan kuno yang dapat (Sugiyono,2010)


membawa perbaikan besar

dalam rasa sakit, kecemasan


dan stres otot. Rendam kaki

telah terbukti meningkatkan


kualitas tidur pasien yang

dirawat di rumah sakit


Jepang. Oshvandi

menyimpulkan bahwa
kualitas tidur pasien jantung

membaik setelah pijat kaki.


Namba melaporkan bahwa

mandi kaki meningkatkan


kualitas tidur pada pasien

9
rawat inap ICCU. Mekanisme

di balik efek mandi kaki


belum sepenuhnya dipahami,

tetapi merendam kaki dalam


air hangat merangsang

sensasi taktil dan mengurangi


aktivitas saraf simpatik. Selain

itu, mandi kaki hangat dapat


meningkatkan aliran darah

perifer dan suhu perifer


karena kehilangan panas

tanpa meningkatkan tubuh


pusat suhu, mempercepat

awal tidur dan meningkatkan


kualitas tidur. Merendam kaki

dalam air hangat ternyata


lebih efektif daripada

memandikan seluruh tubuh


untuk memperlancar awal

tidur dan meningkatkan


kualitas tidur

2. Tujuan Penelitian ini mempunyai adapun tujuannya yang Massage adalah suatu teknik m
tujuan untuk diharapkan yaitu ada anipulasi dimana diberikan tind
Membandingkan Pengaruh
perubahan kualitas tidur akan penekanan oleh tangan p
Pijat Refleksi Kaki, Mandi Kaki
dan Kombinasinya Terhadap setelah dilakukan ada jaringan lunak tubuh iasan
Kualitas Tidur Pada Penderita tindakan food massage. ya otot, tendon dan ligamen, t
Sindrom Koroner Akut
Dari hasil penelitian anpa menyebabkan pergesera

10
tersebut ada pengaruh n atau perubahan posisi sendi

food massage terhadap yang bertujuan untuk meningk


kualitas tidur pasien atkan sirkulasi darah, memberi

sebelum dilakukan food kan relaksasi otot, mengurangi


massage dan setelah nyeri, meregangkan otot serta

dilakukan food massage . meningaktkan oksigen didalam


Ada pengaruh food tubuh (Trisnowiyanto, 2012).

massage terhadap durasi Merendamkan Kaki dengan Air


tidur pasien dan hangat mempunyai dampak fis

kenyamanan tidur serta iologis bagi tubuh pertama be


kemudahan pasien untuk rdampak pada pembuluh dara

memulai tidurnya h menjadi lancar, yang kedua a


dalah faktor pembebanan di d

alam air yang menguatkan oto


t-otot dan ligament yang mem

pengarui sendi tubuh. (Hardia


nti, Nisa , & Wahyudo, 2018).
3. Manfaat Terapi pijat adalah metode p Manfaat dalam penelitian Massage adalah suatu
engobatan alternatif yang po ini sudah sesuai dengan merangsang oksitosin yang
apa yang diharapkan merupakan neurotransmiter di
puler. Ini adalah manipulasi si
dimana terjadi otak yang berhubungan
stematis dan ilmiah dari jarin peningkatan kualitas dengan perilaku seseorang
gan lunak dan otot tubuh unt istirahat tidur. (Afianti & Mardhiyah, 2017).
Tindakan foot massage dapat
uk meningkatkan pemelihara
mengaktifkan aktifitas
an, kinerja dan penyembuhan parasimpatik kemudian
nya, dan meningkatkan hasil t memberikan sinyal
neurotransmiter ke otak, organ
erapi yang diinginkan seperti
dalam tubuh, dan sinyal yang
relaksasi mental dan psikolog dikirim ke otak akan

11
is untuk meningkatkan kenya mengalirkan gelombang alfa

manan dan penyembuhan. ( yang ada didalam otak


(Guyton & Hall, 2014).
Ali Rahmani, 2016 )

Merendam kaki dalam air


hangat dengan temperature
40 OC akan menimbulkan efek
sopartifik (efek ingin tidur) dan
dapat mengatasi gangguan
tidur. Secara fisiologis didaerah
kaki terdapat banyak syaraf
terutama di kulit yaitu flexus
nervus dari rangkaian syaraf ini
stimulasi diteruskan ke kornu
posterior kemudian dilanjutkan
ke medulla spinalis, dari sini
diteruskan ke lamina, I,II,II
radiks dorsalis, selanjutnya ke
ventro basal thalamus dan
masuk ke batang otak
tepatnya didaerah rafe bagian
bawah pons dan medulla
disinilah terjadi efek soparifik
(ingin tidur) (Wibowo, 2019)

4. Metode Penelitian kuasi eksperimen i Pada metode abstrak Pada rancangan ini sebelum
ni dilakukan pada empat kelo tersebut menjelaskan peneliti melakukan intervensi
mpok pasien laki-laki. Sebany metode yang digunakan pada semua kelompok
ak 140 subjek dipilih dari pasi dilakukan pengukuran awal
adalah Quasi Experiment
en ACS yang dirawat di bangs (pretest) untuk mengetahui
Metode quasi
al pria di CCU Rumah Sakit Ba kualitas tidur awal responden
qiyatallah (Tehran) dengan m experiment merupakan sebelum diberikan intervensi.
enggunakan metode conveni metode penelitian Selanjutnya pada kelompok
ence sampling. Kriteria inklusi eksperimen dengan intervensi dilakukan foot
adalah diagnosis ACS yang di menggunakan kelompok massage sesuai dengan
konfirmasi dan pasien waspa langkahlangkah yang telah

12
da dan mampu memberikan intervensi & control. direncanakan Kualitas tidur
persetujuan. Kriteria eksklusi Kelemahan pada diukur dengan menggunakan
adalah adanya penyakit kulit, penelitian ini adalah kuesioner Veran Snyder
eksim atau luka pada area ya Halpern.
tidak dicantumkan
ng dirawat dengan pijat dan
pendekatan apa yang
mandi kaki, diabetes atau neu
ropati, penggunaan obat pen digunakan.
enang atau anestesi umum d
alam 12 jam sebelumnya, frak
si ejeksi (EF) kurang dari 40%
dan kecanduan obat perangs
ang, alkohol, narkotika atau o
bat penenang. Subyek secara
acak dibagi menjadi empat k
elompok yang terdiri dari 35
orang. Kelompok A mendapa
tkan pijat refleksi kaki, kelom
pok B mendapatkan mandi ka
ki, kelompok C menerima ko
mbinasi kedua metode, dan k
elompok D adalah kelompok
kontrol tanpa intervensi. Inter
vensi dimulai pada malam ke
dua rawat inap dan dilanjutka
n pada malam ketiga untuk
masing-masing kelompok.
Kualitas tidur diukur dengan
menggunakan kuesioner
Veran Snyder Halpern.
Hasil Penelitian Menunjukkan
perbedaan secara signifikan
lebih rendah dibandingkan
sebelum intervensi. Hasilnya
juga menunjukkan
penurunan gangguan tidur
yang lebih besar pada
kelompok gabungan
dibandingkan kelompok lain
bila dibandingkan dengan

13
kelompok kontrol.

D. JURNAL TERKAIT

No. Judul jurnal terkait Pembahasan Hasil Metode


1 Mehdi Naseri, Ali “Pengaruh Pijat Refleksi Kaki dan Mandi Studi semi-eksperimental :

Rahmani, Batool Nerir, Kaki Terhadap Kualitas Tidur Penderita penelitian ini dilakukan pada 3
and Maryam Moshkani Sindrom Koroner Akut” pada penelitian kelompok pasien dengan ACS yang

Farahani: ini menunjukkan bahwa di antara dirawat di unit perawatan koroner


Effect of Foot kelompok studi dalam hal frekuensi ACS, (CCU) rumah sakit Baqiyatallah (AJ)

Reflexology Massage kelompok ST-elevasi MI memiliki di Teheran, Iran. Sampel penelitian


and Foot Bath on the frekuensi tertinggi, dibandingkan dengan termasuk 35 pasien untuk setiap

Sleep Quality of 2 kelompok lainnya. Dengan kata lain, kelompok (105 pasien di semua

14
Patients with Acute dapat dikatakan bahwa ACS jenis ini kelompok) yang dipilih di antara

Coronary Syndrome: A lebih sering terjadi pada populasi rumah sakit yang tersedia dan
Comparative Study penelitian. Mengingat pentingnya ACS dibagi menjadi 3 kelompok (pijat

dan sampel penelitian yang relatif lebih refleksi kaki, mandi kaki, dan
tua dan kelompok usia yang lebih kontrol) melalui alokasi acak.

berbahaya (59 sampai 62 tahun), harus


dipertimbangkan oleh manajer

kesehatan.
Tidak ada perbedaan statistik yang

signifikan antara 3 kelompok mengenai


gangguan tidur dan tidur tambahan

setelah intervensi (P> 0,05), tetapi ada


perbedaan statistik yang signifikan

antara kelompok dan pada waktu yang


berbeda mengenai efektivitas setelah

intervensi (P <0,05). Hasil yang diperoleh


menunjukkan bahwa setiap intervensi

saja dapat menghasilkan peningkatan


kualitas tidur, tetapi tidak ada perbedaan

statistik yang signifikan di antara mereka


2 I Gede Putu Widi “Pengaruh Massage Kaki terhadap Pre eksperimental one group pre

Widiana, Made Sudiari, Penurunan Insomnia pada Lansia” dalam test–post test. Sampel terdiri dari
Ni Komang Sukra penelitian ini didapatkan hasil sebelum 15 orang diambil secara Purposive

andini. Pengaruh diberikan massage kaki sebagian besar Sampling :


Massage Kaki terhadap responden mengalami insomnia sedang pada penelitian ini dilakukan

Penurunan Insomnia sebanyak 9 responden (60%), sedangkan massage kaki sebelum dan sesudah
pada Lansia setelah diberikan Massage kaki terjadi pada lansia yang mengalami

15
penurunan insomnia yaitu sebanyak 13 insomnia.

responden (86,7%) mengalami Insomnia


ringan.

Hasil didapatkan sebelum diberikan mass


age kaki pada lansia mengalami insomni

a sedang sebanyak 9 orang (60%), sesud


ah diberikan massage kaki menjadi inso

mnia rendah 13 responden (86,7%). Berd


asarkan uji statistik wilcoxon didapatkan

hasil bahwa nilai P + value + 0,001 yang


berarti P< α (0,05) berarti ada pengaruh

massage kaki terhadap penurunan insom


nia pada lansia di Banjar Temesi Desa Te

mesi.
3 Dwi Ariani, Suryanti : “Pengaruh Food Massage Terhadap Penelitian ini menggunakan kuasi
Pengaruh Food Massag Kualitas Tidur Pada
eksperimen: sampel terdiri dari 40
e Terhadap Kualitas Tid Lansia Di Panti Wredha Dharma Bakti
ur Pada Kasih Surakarta “ responden, kelompok kontrol 20
Lansia Di Panti Wredha Dalam penelitian ini pada 20 responden
responden dan kelompok
Dharma Bakti Kasih Sur sebelum dilakukan rendam kaki
akarta mengalami kualitas tidur buruk sebanyak perlakuan 20 responden.
20 responden. Dan setelah diberikan
Responden merupakan Lansia
tindakan rendam kaki mengalami
peningkatan kualitas tidur, dari 20 Kemudian dilakukan
responden yang mengalami kualitas
ramdomisasi sederhana dibagi 2
tidur buruk menjadi 6 yang
mengalami kualitas tidur baik dan kelompok masing-masing terpilih
14 masih mengalami kualitas tidur
20 responden. Pada kelompok satu
buruk. Tidak ada pengaruh
perendaman Kaki terhadap kualitas tidur (intervensi) diberi tindakan dengan
pada lansia di Panti Wredha Dharma
Foot Massage (pemijatan) pada kaki
Bakti Kasih Surakarta di tunjukkan oleh
angka 0,027 > 0,005 yang artinya tidak dengan rendam air hangat pada

16
signifikan. Pada kelompok intervensi kaki sedangkan kelompok satunya
pada 20 responden (100%) sebelum
(kontrol) diberi tindakan rendam
diberikan tindakan Foot Massage Semua
mengalami kualitas tidur yang kaki dengan air hangat. Selama
Buruk. setelah diberikan
penelitian berlangsung responden
tindakan Foot Massage
mengalami peningkatan kualitas tidur tidak ada yang droup out, sehingga
dari 20 responden (100%) yang
semua responden dapat mengikuti
mengalami kualitas tidur buruk menjadi
9 (45%) yang mengalami kalitas tidur penelitian sampai akhir.
baik dan 11 (55%)
mengalami kualitas tidur buruk.
Di dapatkan hasil Ada pengaruh foot
massage (pemijatan) dan
perendaman Kaki
terhadap kualitas tidur lansia di
Panti Wredha Dharma Bakti Kasih
Surakarta di
tunjukkan oleh angka 0,001 < 0,005
yang
artinya signifikan.
4. Kaur, J., Kaur, S., & Bhar Peneliti dilakukan untuk menilai efek pija Desain penelitian yang digunakan
t kaki dan refleksi parameter fisiologi dan kuasi eksperimen. Purposive
dwaj, N. (2012). Effect o
tekanan darah, denyut jantung dan satur sampling 60 pasien terdaftar,
f 'foot massage and refl asi oksigen pasien sakit kritis. Dilakukan s semua parameter fisiologis dicatat
elama tiga hari pertama, parameter fisiol tepat sebelum dan sesudah
exology' on physiologic
ogis setiap subjek diamati dua kali sehari penerapan protocol pada setiap
al parameters of criticall (pagi dan sore). Pada 3 hari berikutnya di hari di pagi hari dan juga malam
lakukan intervensi (pijat kaki dan refleksi) hari
y ill patients. Nursing a
dua kali sehari (pagi dan sore) sesuai pro
nd Midwifery Research tocol. Hasil penelitian memijat kaki dan r
efleksi pada tekanan darah tercatat karen
Journal,
a ada penurunan yang signifikan terhada
p kisaran Desain penelitian yang digunak
an kuasi eksperimen. Purposive sampling
60 pasien terdaftar, semua parameter fisi
ologis dicatat tepat sebelum dan sesuda
h penerapan protocol pada setiap hari di
pagi hari dan juga malam hari. normal, p
ada intervensi (t- 2 60, 2.24.

17
18
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Tidur

1. Definisi Tidur
Tidur adalah aspek kehidupan yang penting dimana organisme istirahat yang

terjadi secara berulang, reversibel, dan reguler dalam keadaan ambang rasa
terhadap rangsangan menjadi lebih tinggi apabila dibandingkan keadaan

terjaga. Pada waktu tidur terjadi perubahan fisiologis seperti sekresi hormon,
tekanan darah, temperatur, respirasi, tonus otot, dan fungsi jantung.

Menurut Tarwoto ( 2015 ) tidur adalah suatu keadaan relative tanpa sadar
yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang

berulang-ulang, dan masing-masing menyatakan fase kegitan otak dan badan


yang berbeda.

Tidur adalah suatu perubahan status kesadaran yang didalamnya persepsi


dan reaksi individu terhadap lingkungan mengalami penurunan. Tidur dicirikan

dengan aktifitas fisik minimal, tingkat kesadaran bervariasi, perubahan pada


proses fisiologis tubuh dan adanya penurunan respon terhadap stimulus

eksternal (Kozier, 2010)


Tidur adalah suatu kondisi ketika seseorang tidak sadar, tetapi dapat

dibangunkan oleh stimulus atau sensori yang sesuai. Kondisi ini ditandai
dengan aktifitas fisik yang minim, tingkat kesadaran bervariasi, terjadi

perubahan proposal fisiologis, dan terjadi penurunan respon terhadap stimulus


eksternal (Lyndon, 2013). Tidur merupakan suatu keadaan relatif tanpa sadar

yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang

19
berulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah

yang berbeda (Heriana, 2014).

2. Fisiologi tidur normal


Aktifitas tidur berhubungan dengan mekanisme serebral yang secara

bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan
bangun. Bagian otak yang mengendalikan aktifitas tidur adalah batang otak,

tepatnya pada sistem pengaktifan reticularis atau Reticular Activating System


(RAS) dan Bulbar Synchronizing Regional (BSR). RAS terdapat dibatang otak

bagian atas dan diyakini memiliki sel-sel khusus yang dapat mempertahankan
kewaspadaan serta kesadaran. Pada saat sadar, RAS melepaskan katekolamin

untuk mempertahankan kewaspadaan agar tetap terjaga. Pengeluaran


serotonim dari BSR menimbulkan rasa kantuk yang selanjutnya menyebabkan

tidur. Terbangun atau terjaganya seseorang tergantung pada keseimbangan


implus yang diterima di pusat otak dan sistem limbik (Lyndon, 2013).

a. Ritme Sirkadian
Ritme sirkadian merupakan salah satu ritme tubuh yang diatur oleh

hipotalamus. Ritme ini termasuk dalam bioritme atau jam biologis. Ritme
sirkadian mempengaruhi perilaku dan pola fungsi biologis utama, misalnya

suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah, sekresi hormon, kemampuan


sensorik, dan suasana hati. Pada manusia, ritme sirkadian dikendalikan

oleh tubuh dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan, misalnya cahaya,


kegelapan, gravitasi, dan faktor eksternal (misalnya aktivitas sosial dan

rutinitas pekerjaan). Ritme sirkadian menjadi sinkron jika individu memiliki


pola tidur-bangun yang mengikuti jam biologisnya, yaitu individu akan

terjaga pada saat ritme fisiologis dan psikologisnya paling tinggi atau

20
paling aktif dan akan tidur pada saat ritme fisiologis dan psikologisnya

paling rendah (Lyndon, 2013).


b. Pengaturan tidur

Tidur merupakan aktivitas yang melibatkan susunan saraf pusat,


saraf perifer, endokrin, kardiovaskuler, respirasi dan muskuloskeletal.

Pengaturan dan kontrol tidur tergantung dari hubungan antara dua


mekanisme serebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan

pusat otak untuk tidur dan bangun. Reticular activating dibagian batang
otak atas di yakini mempunyai sel-sel khusus dalam mempertahankan

kewaspadaan dan kesadaran. RAS memberikan stimulus visual, auditori,


nyeri dan sensori raba. RAS juga menerima stimulus dari korteks serebri

(emosi, proses pikir). Pada keadaan sadar mengakibatkan neuron RAS


melepaskan katekolamin, misalnya nerepineprin. Saat tidur mungkin

disebabkan oleh pelepasan serum serotinin dari sel-sel spesifik di pons


dan batang otak tengah yaitu bulbar sychronizing regional (BSR). Bangun

dan tidurnya seseorang tergantung dari keseimbangan implus yang


diterima dari pusat otak, reseptor sensori perifer misalnya bunyi, stimulus

cahaya dan sistim limbiks seperti emosi. Seseorang yang mencoba untuk
tidur, menutup matanya dan berusaha dalam posisi rileks. Jika ruangan

gelap dan tenang aktivitas RAS menurun, pada saat itu BSR mengeluarkan
serum serotinin ( Heriana, 2014).

3. Tahapan Tidur

Menurut Tarwoto ( 2015 ) tahapan tidur meliputi :


a. Tahapan tidur NREM: NREM tahap I, tingkat transisi, merespons cahaya,

berlangsung beberapa menit, mudah terbangun dengan rangsangan,

21
aktivitas fisik menurun, tanda vital dan metabolisme menurun, bila

terbangun terasa sedang bermimpi.


b. NREM tahap II: periode suara tidur, mulai relaksasi otot, berlangsung 10-20

menit, fungsi tubuh berlangsung lambat, dapat dibangunkan dengan


mudah.

c. NREM tahap III: awal tahap dari keadaan tidur nyenyak, sulit dibangunkan,
relaksasi otot menyeluruh, tekanan darah menurun, berlangsung 15-30

menit.
d. NREM tahap IV: tidur nyenyak, sulit untuk dibangunkan, relaksasi otot

menyeluruh, tekanan darah menurun, berlangsung 15-30 menit.


e. NREM tahap IV: tidur nyenyak, sulit untuk dibangunkan, butuh stimulus

intensif, untuk restorasi dan istirahat, tonus otot menurun, sekresi lambung
menurun, gerak bola mata cepat.

Sedangkan menurut ( Heriana, 2013) Pada dasarnya tidur dibagi


menjadi dua yaitu jenis yaitu NREM (Non Rapid Eye Movement ) gerakan

mata tidak cepat dan REM (Rapid Eye Movement) gerakan mata cepat :
a. Tidur NREM

Tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam tidur gelombang
pendek karna gelombang otak selama NREM lebih lambat daripada orang

yang sadar atau tidak dalam keadaan tidur (Heriana,2014).


Tanda-tanda tidur NREM adalah :

1) Mimpi berkurang
2) Keadaan istirahat

3) Tekanan darah turun


4) Kecepatan pernafasan turun

5) Metabolisme turun
6) Gerakan mata lambat

22
Tahapan Tidur NREM menurut Heriana (2014) dibagi menjadi empat

tahap, yaitu :
a. Tahap I

Tahap I merupakan tahap transisi atau tahapan paling dangkal antara


bangun dan tidur. Tahap ini ditandai dengan individu cenderung rileks,

masih sadar dengan lingkungannya, merasa mengantuk, bola mata bergerak


dari samping ke samping, frekuensi nadi dan nafas sedikit menurun. Serta

mudah dibangunkan. Tahap ini normalnya berlangsung sekitar 5 menit atau


5% dari total tidur.

b. Tahap II
Tahap II merupakan tahap ketika individu masuk pada tahap tidur, tetapi

masih dapat bangun dengan mudah. Pada tahap ini otot mulai relaksasi,
mata pada umumnya menetap proses didalam tubuh mulai menurun

denyut jantung dan frekuensi nafas, suhu tubuh dan metabolisme. Tahap ini
berlangsung selama 10-20 menit dan merupakan 50-55% dari total tidur.

c. Tahap III
Tahap III merupakan awal dari tahap tidur dalam atau tidur nyenyak (deep

sleep) dengan ciri-ciri terjadi relaksasi otot menyeluruh, perlambatan denyut


nadi, frekuensi pernafasan dan proses tubuh lainnya. Pada tahap III individu

cenderung sulit untuk dibangunkan. Individu tidak terganggu dengan


stimulus sensorik,otot rangka menjadi sangat relaks refleks menghilang dan

dapat terjadi dengkuran (Kozier,2010).


d. Tahap IV

Pada tahap IV menandai tidur yang dalam (delta sleep). Tahap IV ditandai
dengan perubahan fisiologis, yaitu EEG gelombang otak melemah serta

penurunan denyut jantung, tekanan darah, tonus otot dan metabolisme


serta suhu tubuh. Tahap ini individu jarang bergerak dan sulit dibangunkan.

23
Tahap ini berlangsung selama 15-30 menit dan merupakan 10% dari total

tidur

24
4. Patofisiologi Tidur

25
Non REM Tahap I Non REM Tahap II Non REM Tahap III Non REM Tahap IV

Tidur REM

Non REM Tahap II Non REM Tahap III

Non REM Tahap I

Skema : Tahap- Tahap Siklus Tidur Orang Dewasa

26
5. Karakteristik tidur REM

Karakteristik tidur REM adalah: Mata cepat tertutup dan terbuka. Otot-
oto: kejang otot kecil, otot besar imobilisasi. Pernapasan: tidak teratur, kadang

dengan apnea. Nadi cepat dan ireguler. Tekanan darah meningkat atau
fluktuasi. Sekresi gaster meningkat. Metabolisme meningkat, temperatur tubuh

baik. Gelombang otak : EEG aktif. Siklus tidur sulit dibangunkan.

6. Kriteria Pola Tidur


a. Neonatus sampai dengan 3 bulan

1) Kira-kira membutuhkan 16 jam/hari.


2) Mudah berespons terhadap stimulus.

3) Pada minggu pertama kelahiran 50% adalah tahap REM.


b. Bayi

1) Pada malam hari kira-kira tidur 8-10 jam.


2) Usia 1 bulan sampai dengan 1 tahun kira-kira tidur 14 jam/hari.

3) Tahap REM 20-30%.


a. Toddler

1) Tidur 10-12 jam/hari.


2) Tahap REM 25%.

b. Preschooler
1) Tidur 11 jam pada malam hari.

2) Tahap REM 20%.


c. Usia sekolah

1) Tidur 10 jam pada malam hari.


2) Tahap REM 18,5%.

d. Adolensia
1) Tidur 8,5% jam pada malam hari.

27
2) Tahap REM 20-25%

e. Usia dewasa pertengahan


1) Tidur 7 jam/hari

2) Tahap REM 20%.


f. Usia tua

1) Tidur 6 jam /hari.


2) Tahap REM 20-25%.

3) Tahap IV NREM menurun.


4) Sering terbangun pada malam hari.

(Tarwoto, 2015).

7. Manfaat & Fungsi Tidur


Efek tidur pada tubuh tidak dipahami secara penuh. Tidur memberi

pengaruh fisiologis pada sistem saraf dan struktur tubuh lain. Tidur dapat
memulihkan tingkat aktivitas normal dan kesimbangan normal diantara bagian

saraf. Tidur juga penting untuk sintesis protein yang memungkinkan terjadinya
proses perbaikan.

Peran tidur dalam kesejahteraan psikologis paling terlihat dengan


memburuknya fungsi mental akibat tidak tidur. Individu dengan jumlah tidur

yang tidak cukup cenderung menjadi mudah marah secara emosional, memiliki
konsentrasi buruk dan mengalami kesulitan dalam membuat keputusan (Kozier,

2010).
Adapun fungsi dari tidur adalah :

a. Memperbaiki keadaan fisiologis dan psikologis


b. Melepaskan stress dan ketegangan

c. Melepaskan stress ketegangan


d. Memulihkan keseimbangan alami antara pusat-ousat neuron

28
e. Memperbaiki proses biologis dan memelihara fungsi jantung

f. Berperan dalam belajar, memori dan adaptasi


g. Mengembalikan konsentrasi daj aktivitas sehari-hari

h. Menghasilkan hormon pertumbuhan untuk memperbaiki seta memperbarui


epitel sel otak

i. Menghemat dan menyediakan energi bagi tubuh


j. Memelihara kesehatan optimal dan mengembalikan kondisi fisik

8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tidur

a. Sakit
Sakit yang menyebabkan nyeri atau gangguan fisik dapat menyebabkan

masalah tidur. Orang yang sakit memerlukan tidur lebih banyak


dibandungkan keadaan normal. irama tidur dan bangun yang normal juga

sering terganggu. Orang yang kurang mendapatkan waktu tidur REM akan
lebih banyak menghabiskan waktu tidur dibandingkan dengan orang

normal pada tahap tidur ini. (Kozier, 2010).


b. Penyakit

Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari
normal. Namun demikian, keadaan sakit menjadi pasien kurang tidur atau

tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien dengan gangguan pernafasan


seperti asma bronkhitis, penyakit kardiovaskular dan penyakit persarafan.

c. Lingkungan
Lingkungan dapat memeprcepat atau memperlambat tidur. Setiap

perubahan misalnya suara bising di lingkungan dapat menghambat tidur.


Ketiadaan stimulus yang biasa atau keberadaan stimulus yang tidak biasa

dapat mencegah seseorang untuk tidur (Kozier, 2010). Ketidaknyamanan


suhu, ventilasi yang buruk, kadar cahaya atau suara-suara tertentu dapat

29
menghambat proses tidur seseorang. Namun, seiring waktu individu dapat

beradaptasi dengan kondisi tersebut sehingga tidak menggangu terhadap


tidurnya (Lyndon 2013).

d. Kelelahan
Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Kelelahan akibat

aktivitas yang tinggi umumnya memerlukan lebih banyak tidur untuk


memulihkan kondisi tubuh. Makin lelah seseorang, makin pendek siklum

REM yang dilalui. Setelah seseorang berisitirahat, biasanya siklus REM akan
kembali memanjang (Lyndron 2013) .

e. Stress Emosional
Ansietas dan depresi sering kali menggangu tidur. Seseorang yang memiliki

masalah pribadi tidak mampu untuk relaks dengan cukup untuk dapat tidur.
Ansietas dapat meningkatkan kadar norepinefrin dalam darah melalui

stimulusi sistem saraf simpatis. Perubahan kimia ini menyebabkan


kurananya waktu tidur tahap IV REM serta lebih banyak perubahan dalam

tahap tidur lain dan lebih sering terbangun.


f. Gaya

Hidup Rutinitas seseorang dapat mempengaruhi pola tidur. Sesorang


dengan kerja shif, apabila berganti jam kerja maka harus mengatur aktifitas

agar bisa tidur diwaktu yang tepat.


g. Motivasi

Motivasi dapat mendorong seseorang untuk tidur sehingga mempengaruhi


psoses tidur, ataupun keinginan seseorang untuk terjaga juga dapat

mengatasi proses tidurnya.

30
h. Diet

Asupan nutrisi yang adekuat dapat mempercepat proses tidur misalnya L-


triptofan atau asupan protein yang tinggi dapat mempermudah proses

tidur.
i. Stimulan dan Alkohol

Minuman yang mengandung kafein bekerja sebagai stimulan sistem saraf


pusat, sehingga mempengaruhi tidur. Orang yang minum alkohol dalam

jumlah berlebihan sering mengalami gangguan waktu tidur.


j. Obat-obatan

Beberapa obat mempengaruhi kualitas tidur. Hipnotik dapat mempengaruhi


tahap tidur III dan IV dan menekan tidur REM. Penyeka-beta (Diuretik)

diketahui menyebabkan insomnia. Kafein meningkatkan saraf simpatis.


Narkotika mensupresi REM.

9. Kualitas Tidur

Kualitas tidur adalah ukuran dimana seseorang dapat kemudaham


memulai tidur dan untuk mempertahankan tidur. Kualitas tidur seseorang

dapat digambarkan dengan lama waktu tidur,keluhan-keluhan yang


dirasakan saat tidur ataupun sehabis tidur. Kebutuhan yang cukup

ditentukan selain oleh faktor jumlah jam tidur (kuantitas), tetapi juga oleh
faktor kedalaman tidur (kualitas). Beberapa faktor yang mempengaruhi

kuantitas dan kualitas tidur yaitu faktor fisiologis, faktor psikologis,


lingkungan dan gaya hidup. Dari faktor fisiologis berdampak dengan

penurunan aktivitas sehari-hari, rasa lemah, lelah, daya tahan tubuh


menurun dan ketidakseimbangan tanda-tanda vital, sedangkan dari faktor

psikologis berdampak depresi, cemas dan sulit untuk berkonsentrasi (Potter


& Perry, 2006).

31
Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur sehingga

seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah


tersingung, gelisah, lesu, apatis, kehitaman disekitar mata, kelopak mata

bengkak, konjungtivita merah,mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit


kepala, dan sering menguap atau mengantuk (Hidayat, 2008).

Kualitas tidur yaitu kemampuan individu untuk tetap tidur dan untuk
mendapatkan jumlah yang cukup terhadap tidur REM dan NREM (Kozier,

2010). Kebugaran ketika bangun tidur ditentukan oleh kualitas tidur


sepanjang malam. Kualitas tidur yang baik dapat membantu seseorang

merasa lebih segar dipagi harinya.

B. Konsep Massage
1. Pengertian Massage

Massage therapy (MT) adalah suatu teknik yang dapat meningkatkan


pergerakan beberapa struktur dari kedua otot dan jaringan subkutan, dengan

menerapkan kekuatan mekanik ke jaringan. Pergerakan ini dapat meningkatkan


aliran getah bening dan aliran balik vena, mengurangi pembengkakan dan

memobilisasi serat otot, tendon dengan kulit. Dengan demikian, massage


therapy dapat digunakan untuk meningkatkan relaksasi otot untuk mengurangi

rasa sakit, stres, dan kecemasan yang membantu pasien meningkatkan kualitas
tidur dan kecepatan pemulihan. Selain itu, massage therapy dapat

meningkatkan pergerakan pasien dan pemulihan setelah operasi, yang


memungkinkan pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari (Anderson &

Cutshall, 2007).
Massage adalah suatu teknik manipulasi dimana diberikan tindakan

penekanan oleh tangan pada jaringan lunak tubuh biasanya otot, tendon dan
ligamen, tanpa menyebabkan pergeseran atau perubahan posisi sendi yang

32
bertujuan untuk meningkatkan sirkulasi darah, memberikan relaksasi otot,

mengurangi nyeri, meregangkan otot serta meningaktkan oksigen didalam


tubuh (Trisnowiyanto, 2012).

Foot massage adalah manipulasi jaringan ikat melaluli pukulan, gosokan


atau meremas untuk memberikan dampak pada peningkatkan sirkulasi,

memperbaiki sifat otot dan memberikan efek relaksasi (Potter & Perry, 2012).
Foot massage ialah sentuhan pada kaki yang dapat merangsang oksitosin

untuk neurotrasmiter di otak atau merangsang produksi hormon yang


menyebabkan perasaan aman dan menurunkan stress serta kecemasan. Foot

massage dapat dapat memberikan efek relaksasi yang mendalam, mengurangi


rasa sakit, ketidaknyaman secara fisik dan meningkatkan perasaan tidur pada

seseorang. Efek pijitan akan meningkatkan pengeluaran endorfin sehingga


membuah tubuh terasa rileks karna aktifitas saraf simpatis menurun (Field

Fenandes, dkk 2007).


Massage tidak hanya mengurangi emosi, gugup, tapi juga mempertahankan

keseimbangan yang baik dari saraf vagus dan simpatik. Dari beberapa
penelitian menggambarkan bahwa foot massage adalah salah satu metode

yang paling umum dari terapi komplementer. Terapi pijat dan refleksi
merupakan pendekatan terapi manual yang digunakan untuk memfasilitasi

penyembuhan kesehatan, dan dapat digunakan oleh perawat di hampir setiap


pelayan perawatan (Kaur,Kaur, & Bhardwaj, 2012). Mekanisme foot massage

yang dilakukan pada kaki bagian bawah selama 10 menit dimulai dari
pemijatan pada kaki yang diakhiri pada telapak kaki diawali dengan

memberikan gosokan pada permukaan punggung kaki, dimana gosokan yang


berulang menimbulkan peningkatan suhu diarea gosokan yang mengaktifkan

sensor syaraf kaki sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah dan getah

33
bening yang mempengaruhi aliran darah meningkat, sirkulasi darah menjadi

lancar (Aditya, Sukarendra & Putu, 2013).


Foot massage mengaktifkan aktifitas parasimpatik kemudian memberikan

sinyal neurotransmiter ke otak, organ dalam tubuh, dan bioelektrik ke seluruh


tubuh. Sinyal yang di kirim ke otak akan mengalirkan gelombang alfa yang ada

di dalam otak (Guyton, 2014). Impuls saraf yang dihasilkan saat melakukan foot
massage diteruskan menuju hipotalamus untuk menghasilkan Corticotropin

Releasing Factor (CRF). CRF merangsang kelenjar pituitary untuk meningkatkan


produksi Proopioidmelanocortin (POMC) sehingga medulla adrenal

memproduksi endorfin. Endorfin yang disekresikan ke dalam peredaran darah


dapat mempengaruhi suasana hati menjadi rileks (Ganong, 2008).

Kaur, Kaur, dan Bhardwaj (2012) menyatakan bahwa foot massage yang
dilakukan selama 5 menit pada pasien sakit kritis dapat memberikan efek

meningkatkan relaksasi karena adanya perubahan pada tekanan darah sistolik,


tekanan darah diastolik, denyut nadi, kelelahan, dan suasana hati setelah

intervensi tersebut dilakukan. Pada tindakan foot massage berarti sentuhannya


dapat merangsang oksitosin yang merupakan neurotransmiter di otak yang

berhubungan dengan perilaku seseorang, dengan kata lain sentuhan


merangsang produksi hormone yang menyebabkan perasaan aman dan

menurunkan stres serta kecemasan (Mac Donald, 2010 & Zak, 2012).
Foot massage dapat memberikan efek untuk mengurangi rasa nyeri karena

pijatan yang diberikan menghasilkan stimulus yang lebih cepa sampai ke otak
dibandingkan dengan rasa sakit yang dirasakan, sehingga meningkatan sekresi

serotonin dan dopamin. Sedangkan efek pijatan merangsang pengeluaran


endorfin, sehingga membuat tubuh terasa rileks karena aktifitas saraf simpatis

menurun (Field, Hernandez-Reif, Diego, & Fraser, 2007; Gunnarsdottir &


Jonsdottir, 2007).

34
Morton dan Fonatin (2009) menunjukkan bahwa penanganan gangguan

tidur saat ini bisa menggunakan terapi nonfarmakologi. Perawat dituntut agar
dapat memberikan perawatan nonfarmakologi yang tidak memiliki pengaruh

negatif dan dapat melengkapi terapi farmakologi yang selama ini sudah
diberikan dalam perawatan pasien. Untuk kondisi pasien di ruang ICU

intervensi foot massageN menjadi pilihan karena kaki mudah diakses tanpa
memerlukan reposisi dari pasien dan juga massage pada kaki, selain

merangsang sirkulasi dapat menurunkan edema dan latihan pasif untuk


sendinya, serta melalui intervensi ini perawat dapat memberikan rasa nyaman

dan kesejahteraan bagi pasien (Puthuseril, 2006; Prapti, Petpichetchian &


Chongcharoen, 2012).

2. Manfaat Massage

Secara umum, massage memberikan manfaat sebagai berikut :


a. Relaksasi Menimbulkan relaksasi yang dalam sehingga meringankan

kelelahan jasmani dan rohani dikarenakan sistem saraf simpatis mengalami


penurunan aktivitas yang akhirnya mengakibatkan turunya tekanan darah.

b. Memperbaiki sirkulasi darah pada otot sehingga mengurangi nyeri inflamasi


dan inflamasi dikarenakan massage meningkatkan turunya tekannan darah

c. Memperbaiki secara langsung atau tidak langsung fungsi setiap organ


internal. Perubahan tekanan darah diastolik, denyut nadi dan memperbaiki

sifat otot.
d. Sebagai bentuk latihan pasif yang sebagian akan menimbangi kekurangan

latihan aktif karna massage meningkatkan sirkulasi darah yang mampu


membantu tubuh untuk meningkatkan energi pada titik vital yang melemah.

Menurut Pupung (2009), manfaat massage adalah sebagai berikut :

35
a. Memperlancar peredaran darah

b. Membantu pembentukan penerapan dan pembuangan sisa-sia pembakaran


dalam jaringan-jaringan

c. Massage juga membantu pengaliran cairan lympa lebih cepat


d. Membantu kelancaran pengaliran cairan lympa didalam pembuluh lympa

kecil ke lympa besar yang dapat menurunkan.

3. Hubungan Kualitas Tidur Dengan Food Massage


Foot Massage adalah manipulasi jaringan ikat melalui pukulan, gosokan

atau meremas untuk memberikan dampak pada peningkatan sirkulasi,


memperbaiki sifat otot dan memberikan efek relaksasi (Potter & Perry, 2011).

Foot massage yang dilakukan selama 5 menit pada pasien sakit kritis
dapat memberikan efek meningkatkan relaksasi karena adanya perubahan

pada tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolic denyut nadi, kelelahan,
dan suasana hati setelah intervensi tersebut dilakukan. Pada tindakan foot

massage berarti sentuhannya dapat merangsang oksitosin yang merupakan


neurotransmiter di otak yang berhubungan dengan perilaku seseorang,

dengan kata lain sentuhan merangsang produksi hormone yang menyebabkan


perasaan aman dan menurunkan stres serta kecemasan (Mac Donald, 2010 &

Zak, 2012).
Untuk kondisi pasien di ruang ICCU intervensi foot massage menjadi

pilihan karena kaki mudah diakses tanpa memerlukan reposisi dari pasien dan
juga massage pada kaki, selain merangsang sirkulasi dapat menurunkan edema

dan latihan pasif untuk sendinya, serta melalui intervensi ini perawat dapat
memberikan rasa nyaman dan kesejahteraan bagi pasien (Puthuseril,

2006;Prapti, Petpichetchian & Chongcharoen, 2012)

36
4. Indikasi Foot Massage
a. Pasien dengan gangguan kardiovaskuler (Hipertensi, gagal jantung)

b. Pasien yang mengeluh sakit kepala


c. Pasien yang mengalami imobilisasi

5. Kontra Indikasi Foot Massage

a. Pasien yang mengalami fraktur bagian kaki


b. Pasien yang mengalami luka dan infeksi atau trauma pada bagian kaki

c. Pasien dengan gejala trombosis vena dalam

6. Prosedur Pelaksanaan Foot Massage


Hal yang perlu diperhatikan :

1. Lingkungan yang aman dan nyaman


2. Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan

Alat dan Bahan


1. Minyak atau lotion

2. Handuk kecil
3. Handscoon

Fase Pra Interaksi


1. Cek status keperawatan pasien

2. Siapkan alat yang dibutuhkan


3. Cuci tangan

Tahap Interaksi
1. Beri salam dan panggil nama pasien

2. Jelaskan tujuan dan prosedur dan lama tindakan yang akan dilakukan
kepada pasien dan keluarga

37
Tahap Kerja

1. Kaji adanya kontraindikasi seperti perubahan integritas kulit, trombosis


vena, adanya lesi, inflamasi dan fraktur

2. Atur posisi pasien senyaman mungkin


3. Angkat papan kaki tempat tidur pasien

4. Letakkan handuk di bawah paha dan tumit pasien


5. Pakai sarung tangan bila kontak dengan cairan tubuh pasien

6. Hangatkan lotion atau minyak pada telapak tangan atau dengan


masukan otol dalam air hangat beberapa menit

7. Lakukan foot massage

38
8. Dorong pasien untuk melakukan nafas dalam dan rileks selama

pemijitan
9. Dorong pasien untuk menyebutkan bagian-bagian yang terasa tidak

nyaman selama di pijit


10. Instruksikan pasien untuk beristirahat pada saat pijit sudah diselesaikan

Fase terminasi
1. Evaluasi hasil tindakan foot massage terhadap kenyamanan pasien

2. Merapikan kembali peratalatan dan memasang papan kaki tidur pasien


3. Kontrak pertemuan selanjutnya

39
4. Akhiri dengan salam

5. Perawat mencuci tangan


6. Dokumentasi : Catat hasil kegiatan dan respon pasien terhadap

pemijitan yang dilakukan Sumber : (Puthusseril, 2006)

C. Konsep Foot Bath


1. Definisi Terapi Rendam Kaki Dengan Air hangat

Merendam kaki dengan air hangat adalah suatu metode perawatan kesehat
an yang populer di kalangan masyarakat cina. Pengobatan tradisional cina mer

ekomendasikan merendam kaki dengan air hangat setiap hari untuk meningkat
kan sirkulasi darah dan mengurangi kemungkinan demam hingga mereda lebih

awal. Kaki adalah jantung kedua tubuh manusia menurut pengobatan tradision
al cina, karena kaki dapat dijadikan barometer yang mencerminkan kesehatan

badan. Ada banyak titik akupuntur di telapak kaki (hati, empedu, kandung kemi
h, ginjal, limpa, dan perut) ada di kaki. Merendam kaki dengan air hangat dapat

mengambil alih fungsi herbal untuk memanaskan tubuh, meningkatkan sirkulas


i darah ke bagian tubuh atas (Gunawan, 2014).

Salah satu terapi relaksasi yang menggunakan air. Hidroterapy adalah


penggunaan air untuk menyembuhkan dan meringankan berbagai keluhan. Air

bisa digunakan dalam banyak cara dan kemampuannya sudah diakui sejak
dahulu dan air hangat juga bermanfaat untuk membuat tubuh rileks,

menyingkirkan rasa pegal-pegal dan kaku di otot dan mengantar agar tidur
bisa nyenyak (Sustrani, 2006).

Hidroterapi atau rendam kaki air hangat adalah secara ilmiah air hangat
mempunyai dampak fisiologis bagi tubuh pertama dampaknya air hangat

membuat sirkulasi darah menjadi lancar. Pada pengobatan tradisional Cina kaki
merupakan jantung kedua pada manusia dikarenakan ada banyak titik

40
akupuntur ditelapak kaki terdiri enam meridian yaitu hati, kantung empedu di

kandung kemih, jantung, ginjal, limfa dan perut sehingga mewakili


(berhubungan) dengan seluruh bagian tubuh terutama organ vital jantung

berada pada terdapat telapak kaki kiri sehingga bisa memperbaiki sirkulasi
darah ke jantung. Merendam kaki dengan air panas bisa memanaskan seluruh

tubuh, meningkatkan sirkulasi darah kebagian atas dan menekan sirkulasi


(Hambing, 2006).

Secara ilmiah air hangat mempunyai dampak fisiologis pada tubuh. Terapi
rendam kaki air hangat berdampak pada pembuluh darah dimana air hangat

membuat sirkulasi darah menjadi lancar dan pada pembebanan didalam air
yang akan menguatkan otot-otot ligament yang mempengaruhi sendi tubuh.

Air hangat mempunyai dampak psikologis dalam tubuh sehingga air hangat
bisa digunakan untuk menurunkan tekanan darah dan merilekskan otot apabila

dilakukan dengan melalui 45 kesadaran dan kedisplinan. Hidroterapi rendam


kaki air hangat ini sangat mudah dilakukan oleh semua orang, tidak

membutuhkan biaya yang mahal dan tidak memiliki efek samping yang
berbahaya (Peni, 2008).

Dalam pemaparan Dinas Kesehatan Indonesia (2014) air hangat membuat


kita merasa santai, meringankan sakit dan tegang pada otot dan memperlancar

peredaran darah. Maka dari itu, berendam air hangat bisa membantu
menghilangkan stres dan membuat kita tidur lebih mudah. Suhu air hangat

yang dipakai berkisar 35 ˚C.


Praktek merendam kaki dengan air hangat adalah salah satu metode

perawatan kesehatan yang populer dikalangan masyarakat Tiongkok.


Pengobatan Tradisional Tiongkok (PTT) merekomendasikan rendam kaki

dengan air hangat setiap hari untuk meningkatkan sirkulasi darah dan
mengurangi kemungkinan demam. Terapi rendam kaki dengan air hangat

41
mencapai serangkaian perawatan kesehatan yang efisien melalui tindakan

pemanasan, tindakan mekanis dan tindakan kimia air serta efek penyembuhan
dari uap obat dan medis pengasapan. Menurut Flona (2010) bahwa merendam

dengan air hangat yang suhu 35 ˚C selama minimal 10 menit dengan


menggunakan aromatherapy mampu meredakan ketegangan otot dan

menstimulus produksi kelenjar otak yang membuat tubuh terasa lebih tenang
dan rileks.

Pengobatan Tradisional Tiongkok menyebut kaki adalah jantung kedua


tubuh manusia, barometer yang mencerminkan kondisi kesehatan badan. Ada

banyak titik akupuntur di telapak kaki. Enam meridian (hati, empedu, kandung
kemih, ginjal, limpa dan perut) ada dikaki (Arnot, 2009). Hal ini juga didukung

oleh penelitian yang sudah dilakukan Khotimah (2012) bahwa terapi rendam
kaki air hangat pada kaki memperbaiki mikrosirkulasi pembuluh darah dan

vasodilatasi sehingga meningkatkan kuantitas tidur. Rendam kaki air hangat


pada kaki efektif digunakan untuk meningkatkan kuantitas tidur pada lansia

yang mengalami gangguan tidur.


Secara alamiah terapi rendam kaki air hangat mempunyai dampak fisiologis

bagi tubuh. Pertama berdampak pada pembuluh darah dimana hangatnya air
membuat sirkulasi darah menjadi lancar, yang kedua adalah faktor pembebana

n didalam air yang menguntungkan otot-otot ligament yang mempengaruhi se


ndi tubuh (Devsaran, 2014).

Menurut Peni (2008) penderita hipertensi dalam pengobatannya tidak hany


a menggunakan obat-obatan melainkan bisa menggunakan tindakan alternatif

non farmakologis dengan menggunakan metode yang lebih murah dan mudah
yaitu dengan menggunakan metode terapi rendam air hangat dapat digunakan

sebagai salah satu terapi yang dapat memulihkan otot sendi yang kaku serta d

42
apat menurunkan tekanan darah apabila dilakukan secara melalui kesadaran da

n kedisplinan (Madyastuti, 2011).


Terapi rendam kaki air hangat merupakan salah satu terapi yang memberika

n efek teraupetik karena air hangat mempunyai dampak fisiologis bagi tubuh.
Dampak tersebut dapat mempengaruhi oksigenasi jaringan, sehingga dapat m

encegah kekakuan otot, menghilangkan rasa nyeri, menenangkan jiwa dan mer
ilekskan tubuh (Kusumastuti, 2009). Stanley & Beare (2006) menyebutkan bah

wa respon relaksasi mempunyai efek penyembuhan yang memberi kesempatan


untuk beristirahat dari lingkungan stres eksternal dan internal dari pikiran. Resp

on relaksasi mengembalikan proses fisik dan emosi (Sulaiman, 2009).


Prosedur rendam kaki air hangat ini yaitu dengan menggunakan air hangat

yang bersuhu 32 ˚C – 35 ˚C secara konduksi dimana terjadi perpindahan panas


dari air hangat ke tubuh sehingga akan membantu meningkatkan sirkulasi dara

h dengan memperlebar pembuluh darah akibatnya akan lebih banyak oksigen


dipasok. Perbaikan sirkulasi darah juga memperlancar sirkulasi getah bening se

hingga membersihkan tubuh dari racun. Oleh karena itu orang-orang yang me
nderita penyakit seperti rematik, radang sendi, insomnia, kelelahan, 49 stres, sir

kulasi darah yang buruk seperti hipertensi, nyeri otot dapat meringankan gejala
keluhan tersebut. Hidroterapi rendam kaki air hangat juga mampu meringanka

n denyut nadi dan tekanan darah yang meningkat dengan mengurangi tingkat
stres dan memperbaiki pembengkakan sendi. Pada suhu hangat pada kaki akan

merangsang pembuluh darah akan terjadi vasodilatasi, pada terapi air hangat i
ni akan mempengaruhi saraf simpatis untuk memproduksi renin yang kemudia

n berperan mengkonversi angiotensin I menjadi angiotensin II, pada angiotensi


n II menyebabkan sekresi aldosteron meningkatkan retensi natrium dan air yan

g meningkatkan vasopresin sehingga menurunkan tekanan darah (Peni, 2008).

43
2. Manfaat Terapi Rendam Kaki Dengan Air hangat

Air hangat mempunyai dampak fisiologis bagi tubuh pertama berdampak p


ada pembuluh darah menjadi lancar, yang kedua adalah faktor pembebanan di

dalam air yang menguatkan otot-otot dan ligament yang mempengarui sendi t
ubuh. Rendam kaki dengan air hangat bermanfaat untuk vasodilatasi aliran dar

ah sehingga diharapkan dapat mengurangi tekanan darah (Hardianti, Nisa , &


Wahyudo, 2018).

44
3. Patofisiologi

Terapi

Non Farmakologi

Terapi Foot Bath

Meningkatkan
Sirkulasi

Memberikan efek
relaksasi

Gangguan Tidur
Berkurang

Kualitas Tidur Membaik

45
4. Standar Oprasional Prosedur

Standar Operasional Prosedure (SOP)


Terapi Rendam Kaki Dengan Air Hangat
Pengertian Teknik relaksasi yang dilakukan dengan cara merendam kaki pada
air hangat bersuhu 37OC-39OC
Tujuan 1. Memberikan perasaan yang nyaman
2. Menurunkan tekanan darah

3. Mengurangi nyeri
4. Meningkatkan relaksasi
Indikasi 1. Klien hipertensi
2. Klien cemas

3. Klien dengan gangguan tidur


Kontraindikas 1. Diabetes

i 2. Hilangnya sensasi perifer


3. Meningkatkan relaksasi
Persiapan alat 1. Baskom
dan bahan 2. Handuk

3. Air hangat bersuhu 37-39 OC


4. Thermometer

5. Handscon
Tahap 1. Berikan salam, memperkenalkan diri

orientasi 2. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan


pada klien

3. Anjurkan klien mengambil posisi senyaman mungkin


4. Siapkan baskom berisi air hangat sebanyak 1 liter

5. Pastikan air suhu 37-39 oC – 39 O


C dengan menggunakan
thermometer
Tahap Kerja 6. Dekatkan baskom yang telah diisi air hangat
7. Rendam kaki dengan air hangat selama 10-20 menit

46
8. Bilas dengan handuk
Tahap 9. Beritahu klien bahwa tindakan telah selesai dilakukan
Terminasi 10. Beri reinforcement positif

11. Akhu\iri kegiatan dengan cara yang baik


Sumber Mangrasih, Rhozy Sadya. (2019). Pengaruh terapi rendam kaki air h

angat terhadap tingkat kecemasan ibu preeklamsia di wilayah kerja


puskesmas tempurejo kabupaten jember. Universitas Jember

47
BAB III

IMPLEMENTASI TINDAKAN

A. Instrumen Verran and Snyder-Halpern Sleep Scale (VSH)


1. Definisi

Adalah kusioner yang di gunakan untuk menilai kualitas tidur subjektif dari
individu yang dirawat di rumah sakit

2. Tujuan

Skala dikembangkan untuk menilai kualitas tidur subjektif dari individu yang dira
wat di rumah sakit - mereka yang tidak memiliki kesulitan tidur sebelumnya. VSH

mengevaluasi dua domain pengalaman tidur: gangguan (termasuk latensi tidur, t


erbangun di tengah tidur, tidur nyenyak, dan gerakan selama tidur) dan efektivit

as (item yang berkaitan dengan istirahat saat bangun, kualitas subjektif tidur, da
n periode tidur total). Meskipun VSH awalnya merupakan skala delapan item, en

am item tambahan ditambahkan setelah evaluasi psikometri untuk meningkatka


n kisaran kesulitan yang ditanyakan oleh skala. Versi terbaru belum divalidasi.

3. Populasi untuk Pengujian

Skala telah divalidasi dengan populasi individu tanpa riwayat kesulitan tidur. Usia
peserta berkisar antara 20 hingga 78 tahun

4. Administrasi Membutuhkan antara 10 dan 15 menit untuk penyelesaian, skala ad

alah ukuran laporan diri dari tidur subjektif.

5. Keandalan dan Validitas Sebuah studi validasi yang dilakukan oleh pengembang
Snyder-Halpern dan Verran menunjukkan konsistensi internal 0,82. Namun, sifat

48
psikometrik ini hanya berlaku untuk kuesioner versi 8 item. Versi revisi 14 item b

elum dievaluasi.

6. Skor
VSH menggunakan skala analog visual yang memeriksa tidur selama tiga malam

sebelumnya. Respons dicatat sepanjang garis 100 mm, yaitu :


a. 0 menunjukkan bahwa perilaku atau kualitas tidur tidak ada

b. 100 menunjukkan bahwa itu dialami secara konsisten.


Lokasi pilihan responden diukur dalam milimeter, dan skor global diperoleh den

gan menjumlahkan setiap skor item ini (item yang berkaitan dengan terbangun
di tengah tidur, gerakan selama tidur, dan latensi tidur dibalik sebelum ditamba

hkan). Skor yang lebih tinggi menunjukkan kualitas tidur yang lebih baik.

7. Verran dan Snyder-Halpern Sleep Skala (VSH)


a. Tidak terbangun ____ terjaga 10 jam

b. belum tidur ____ tidur 10 jam


c. tidak tidur di siang hari kemarin _____ tidur 10 jam

d. tidak tidur kemarin pagi _____ tidur dan kemarin pagi


e. tidak tidur kemarin malam___tidur dan kemarin malam

f. langsung tertidur___tidak tertidur


g. tidur ringan___tidur nyenyak

h. tidak memiliki masalah dengan gangguan tidur____memiliki banyak masalah


dengan gangguan tidur

i. tidak bangun sama sekali___ terjaga sepanjang malam


j. tidak sulit tidur____sangat sulit tidur

k. tidak bergerak___Dilempar sepanjang malam


l. terbangun lelah___bangun segar

49
m. setelah bangun pagi, tetap terjaga___setelah bangun pagi, tertidur dan terus

n. memiliki tidur malam yang buruk___tidur yang nyenyak


o. sudah cukup tidur__tidak bisa tidur malam

B. Standar Operasional Prosedur Foot Massage

1. Pengertian
Pijat (massage) adalah memanipulasi jaringan tubuh lunak (otot, jaringan

ikat, pembuluh limfatik), baik secara manual atau dengan alat bantu seperti rol
atau batu. Berbagai jenis pijat dari Swedia yaitu "relaksasi" yang merupakan pijat

untuk memiijat jaringan yang mendalam "shiatsu". masing-masing dapat


diterapkan ke berbagai bagian tubuh, termasuk kaki, punggung, bahu, dan

wajah. Di antara banyak tujuan pijat (fisik, terapi, psikologis) memiliki potensi
untuk meningkatkan tidur dengan mengurangi gairah somatik dan atau gairah

kognitif, mirip dengan metode relaksasi Ulasan sebelumnya (Sateia & Buysse,
2010).

2. Indikasi Foot Massage

a. Pasien dengan gangguan kardiovaskuler (Hipertensi, gagal jantung)


b. Pasien yang mengeluh sakit kepala

c. Pasien yang mengalami imobilisasi

3. Kontra Indikasi Foot Massage


a. Pasien yang mengalami fraktur bagian kaki

b. Pasien yang mengalami luka dan infeksi atau trauma pada bagian kaki
c. Pasien dengan gejala trombosis vena dalam

4. Waktu yang tepat diberikan foot massage

50
Waktu menjelang sebelum pasien tidur malam jam 19.00-21.00 WIB selama 10

menit pada masing-masing kaki.

5. Tujuan
Menurut Bambang Trisnowiyanto (2012), tujuan dilakukan pemijatan adalah:

a. Melancarkan peredaran darah terutama peredaran darah vena (pembuluh


balik) dan peredaran getah bening (air limfe).

b. Menghancurkan pengumpulan sisa-sisa pembakaran di dalam sel-sel otot


yang telah mengeras yang disebut miogelosis (asam susu).

c. Menyempurnakan pertukaran gas-gas dan zat-zat di dalam jaringan atau


memperbaiki proses metabolisme.

d. Menyempurnakan pembagian zat-zat makanan ke seluruh tubuh.


e. Menyempurnaan proses penyempurnaan makanan.

f. Menyempurnakan proses pembuangan sisa-sisa pembakaran (sampah-


sampah) ke alat pengeluaran atau mengurangi kelelahan.

g. Merangsang otot-otot yang dipersiapkan untuk bekerja yang lebih berat,


menambah tonus otot (daya kerja otot), efisiensi otot (kemampuan guna

otot) dan elastisitas otot (tak sadar).


h. Merangsang jaringan-jaringan saraf, mengaktifkan saraf sadar dan kerja saraf

otonomi (tak sadar).


i. Membantu penyerapan (absorsi) pada peradangan bekas luka.

j. Membantu pembentukan sel-sel baru atau menyuburkan pertumbuhan


tubuh.

k. Membersihkan dan menghaluskan kulit.


l. Memberikan perasaan nyaman, segar dan kehangatan pada tubuh.

6. Prosedur

51
a. Prosedur Pelaksanaan Foot Massage

Hal yang perlu diperhatikan :


1) Lingkungan yang aman dan nyaman

2) Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan


Alat dan Bahan

1. Minyak atau lotion


2. Handuk kecil

3. Handscoon
Fase Pra Interaksi

1. Cek status keperawatan pasien


2. Siapkan alat yang dibutuhkan

3. Cuci tangan
Tahap Interaksi

1. Beri salam dan panggil nama pasien


2. Jelaskan tujuan dan prosedur dan lama tindakan yang akan dilakukan

kepada pasien dan keluarga


Tahap Kerja

1. Kaji adanya kontraindikasi seperti perubahan integritas kulit, trombosis


vena, adanya lesi, inflamasi dan fraktur

2. Atur posisi pasien senyaman mungkin


3. Angkat papan kaki tempat tidur pasien

4. Letakkan handuk di bawah paha dan tumit pasien


5. Pakai sarung tangan bila kontak dengan cairan tubuh pasien

6. Hangatkan lotion atau minyak pada telapak tangan atau dengan


masukan otol dalam air hangat beberapa menit

7. Lakukan foot massage

52
53
8. Dorong pasien untuk melakukan nafas dalam dan rileks selama pemijitan

9. Dorong pasien untuk menyebutkan bagian-bagian yang terasa tidak


nyaman selama di pijit

10. Instruksikan pasien untuk beristirahat pada saat pijit sudah diselesaikan
Fase terminasi

1. Evaluasi hasil tindakan foot massage terhadap kenyamanan pasien


2. Merapikan kembali peratalatan dan memasang papan kaki tidur pasien

3. Kontrak pertemuan selanjutnya


4. Akhiri dengan salam

54
5. Perawat mencuci tangan

6. Dokumentasi : Catat hasil kegiatan dan respon pasien terhadap pemijitan


yang dilakukan Sumber : (Puthusseril, 2006)

C. Standar Oprasional Prosedur Foot Bath

STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE (SOP)


TERAPI RENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT
Pengertian Teknik relaksasi yang dilakukan dengan cara merendam kaki pada
air hangat bersuhu 37OC-39OC
Tujuan 1. Memberikan perasaan yang nyaman
2. Menurunkan tekanan darah

3. Mengurangi nyeri
4. Meningkatkan relaksasi
Indikasi 5. Klien hipertensi
6. Klien cemas

7. Klien dengan gangguan tidur


Kontraindikasi 8. Diabetes

9. Hilangnya sensasi perifer


10. Meningkatkan relaksasi
Persiapan alat 11. Baskom
dan bahan 12. Handuk

13. Air hangat bersuhu 37-39 OC


14. Thermometer

15. Handscon
Tahap 16. Berikan salam, memperkenalkan diri

orientasi 17. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan
pada klien

18. Anjurkan klien mengambil posisi senyaman mungkin


19. Siapkan baskom berisi air hangat sebanyak 1 liter

55
20. Pastikan air suhu 37-39 oC – 39 O
C dengan menggunakan

thermometer
Tahap Kerja 21. Dekatkan baskom yang telah diisi air hangat

22. Rendam kaki dengan air hangat selama 10-20 menit


23. Bilas dengan handuk
Tahap 24. Beritahu klien bahwa tindakan telah selesai dilakukan
Terminasi 25. Beri reinforcement positif

26. Akhu\iri kegiatan dengan cara yang baik

56
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penyakit arteri koroner adalah penyebab kematian paling umum di negara maju.

Organisasi kesehatan dunia (WHO) melaporkan pada tahun 2002. bahwa 22%
kematian secara global dan 37% kematian di Iran disebabkan oleh penyakit

kardiovaskular. Persentase ini di Iran mencapai 41,3% pada tahun 2005 dan
diperkirakan akan mencapai 44,8% pada tahun 2030. Banyak pasien di ICCU

mengeluhkan penurunan kualitas tidur yang disebabkan oleh: faktor lingkungan dan
mental. Penelitian ini telah menunjukkan bahwa kualitas tidur pasien ACS yang dirawat

di rumah sakit menurun dalam tiga hari pertama di unit perawatan intensif karena
alarm monitor, lampu, suara instrumen dan ventilator, perawatan berkelanjutan.

Intervensi Farmakologis untuk mengurangi gangguanpola tidur diantaranya


menggunakan kolaborasi dengan dokter sementara untuk kondisi pasien di ruang

ICCU intervensi foot massage menjadi pilihan karena kaki mudah diakses tanpa
memerlukan reposisi dari pasien dan juga massage pada kaki, selain merangsang

sirkulasi dapat menurunkan edema dan latihan pasif untuk sendinya, serta melalui
intervensi ini perawat dapat memberikan rasa nyaman dan kesejahteraan bagi pasien

(Puthuseril, 2006;Prapti, Petpichetchian & Chongcharoen, 2012)


Massage adalah suatu merangsang oksitosin yang merupakan neurotransmiter di

otak yang berhubungan dengan perilaku seseorang (Afianti & Mardhiyah, 2017).
Tindakan foot massage dapat mengaktifkan aktifitas parasimpatik kemudian

memberikan sinyal neurotransmiter ke otak, organ dalam tubuh, dan sinyal yang
dikirim ke otak akan mengalirkan gelombang alfa yang ada didalam otak (Guyton &

Hall, 2014).

57
Merendam kaki dalam air hangat dengan temperature 40 OC akan menimbulkan

efek sopartifik (efek ingin tidur) dan dapat mengatasi gangguan tidur. Secara fisiologis
didaerah kaki terdapat banyak syaraf terutama di kulit yaitu flexus nervus dari

rangkaian syaraf ini stimulasi diteruskan ke kornu posterior kemudian dilanjutkan ke


medulla spinalis, dari sini diteruskan ke lamina, I,II,II radiks dorsalis, selanjutnya ke

ventro basal thalamus dan masuk ke batang otak tepatnya didaerah rafe bagian
bawah pons dan medulla disinilah terjadi efek soparifik (ingin tidur) (Wibowo, 2019).

B. SARAN
1. Bagi institusi pelayanan khususnya unit ICCU
Mencoba menerapkan managemen Gangguan pola tidur non farmakologi pada
pasien dengan selalu memperhatikan kenyamanan dan Istirahat pasien. Melakukan
penilaian/evaluasi terhadap. pengaruh Pijat Refleksi Kaki, Mandi Kaki dan
Kombinasinya Terhadap Kualitas Tidur Pada Penderita Sindrom Koroner Akut

intervensi manajemen gangguan pola tidur


2. Bagi ilmu keperawatan
Perlu dilakukan suatu diskusi secara periodik antar perawat medikal bedah tentang
peranan perawat dalam managemen Gangguan Pola Tidur sehingga dapat
dikembangkan suatu metode yang tepat tentang managemen Gangguan pola Tidur
non farmakologi.

58
DAFTAR PUSTAKA

Afrianti Nurlayli , Ai Mardhyah (2017). Pengaruh Foot Massage terhadap

Kualitas Tidur Pasien di Ruang ICCU. Jurnal Keperawatan


Padjajaran Volume 5 Nomor 1 April 2017.

Anderson, PG & Cutshall A.M (2007).” Massage Therapy S ComFORT


Intervention For Cardiac Surgery Patient” Clinical Nurse Specialist.

Fitriyani, Reni (2015) ‘’Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kualitas Tidur


Pada Pasien Dengan Congestive Haert Failure Di Ruang ICCU RS

PKU Muhammadiyah Swureng. Journal Ilmiah Kesehatan


Keperawatan. Vo. 11 No 1

Khosravil A, Bolourchifard, Ikhani (2017). “The Effect Of Massage therapy on


sleep quality in cardiac care unit patients. Bioscience. Biotech.Com

10 (4): 645-651 (2017)


Lee Ks, Lenny Ta, Heo S, Kyeung L, Moser Dk (2016) “Prognostic Improtance

Of Sleep Quality In Patient With Heart Failure”. AJCC American


Assosiation on Critical Care, Vol 25 No. 6 November 2016.

Mangrasih, Rhozy Sadya. (2019). Pengaruh terapi rendam kaki air hangat ter
hadap tingkat kecemasan ibu preeklamsia di wilayah kerja puskes

mas tempurejo kabupaten jember. Universitas Jember.


Nurmalia, L, Kunatarti (2017) “Pengetahuan dan Motivasi Perawat Berperan

Penting dalam Mengatasi Masalah Tidur Di Rumah Sakit” Jurnal


Keperawatan Indonesia.Vol 20 No 3 November 2017, hal (176-

184)
Oshandi Kh, Abdi S, Karampourian A, Maghibaghi A, Homayanfar Sh, ‘’The

effect Foot Massage On Quality Of Sleep In Ishemic Heart

59
Desease Patient Hospitalized In ICCU. Iran J Crit Care Nurs 2014:

7(2):66-73.
Pace, E. F & Spancer R.M.C (2011) Age Related Change In The Cognitive

Function Of Sleep Enthacing Performance For Action And


Perception Vol 19

60

Anda mungkin juga menyukai