Hadis Dan Sains Kel. 01
Hadis Dan Sains Kel. 01
Hadis Dan Sains Kel. 01
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Remi (1830303056)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt. , yang telah memberikan rahmat-
Nya yang berupa kesehatan dan keselamatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul “ Hadits Mencelupkan Lalat Kedalam Gelas ”. Penulisan
makalah ini merupakan salah satu tugas makalah mata kuliah Hadis dan Sains di Universitas
Islam Negeri Raden Fatah Palembang Program Studi Ilmu Hadis.
Dalam Penulisan makalah ini, Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak
kekurangan baik dari segi isi maupun tata bahasanya, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis dan juga karena pandemic ini yang sangat menghabat laju pergerakan kami dalam
mengumpulkan refrensi. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak guna
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Penulis
ii
[Type here]
DAFTAR ISI
Kesimpulan ......................................................................................................................11
iii
[Type here]
BAB 1 PEMBAHASAN
Al-Quran dan Hadits adalah dua sumber ajaran Islam yang tidak dapat
dipisahkan antara satu dan lainnya. Salah satunya adalah landasan umat Islam setelah
Al-Quran, yakni Hadits. Hadits yang berasal dari Rasulullah Saw. tidak hanya bercerita
tentang tauhid, akhlak, teologi, fiqih, maupun ibadah, akan tetapi juga bercerita tentang
beberapa hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan umum atau sains. Dalam
berbagai kitab hadis ada beberapa hadis yang secara tekstual dapat dipahami dengan
mudah, akan tetapi ada beberapa hadits yang mana harus ditelaah dari sisi
kontekstualnya. Ada beberapa hadis dari Rasulullah Saw. yang notabene nya sudah
memiliki kualitas yang sahih tetapi masih dianggap ganjil (musykil) dalam
pemahamannya. Banyak sekali perdebatan tentang sebuah hadis yang masih bersifat
musykil walaupun sudah berstatus shahih. Terlebih lagi hadits-hadits shahih yang
berkaitan dengan saintifik. Beberapa ilmuwan kontemporer masih tidak
memercayainya, dan sebagian lainnya hanya menelitinya untuk mencari kebenaran
dalam hadits tersebut.
Pemahaman hadits menjadi bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dari
proses penggalian makna dan kandungan al-sunnah. Dalam merespon kompleksitas
permasalahan kehidupan manusia dari waktu ke waktu, pemahaman Hadits dan tradisi
kenabian terus mengalami perkembangan. Berbagai hasil penafsiran dengan mengusung
nuansa yang berbeda, hadir seiring munculnya permasalahanpermasalahan baru dan
menuntut pemahaman yang lebih kontekstual yang relevan dengan zamannya. Salah
satu nuansa baru sekaligus angin segar bagi dunia studi hadits.
4
[Type here]
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
5
[Type here]
BAB II PEMBAHASAN
ِ ِ الذب
َُح ِد ُك ْم َفلَْي ْغ ِم ْس ه
َ اب ف ْي إِنَاء أ
ُ َ ُّ إِ َذا َوقَ َع: ال
ِ َن رس و َل
َ َاهلل ق ْ ُ َ َّ َع ْن أَبِ ْى ُه َر ْي َر َة أ
ِ ِ ُكلَّهُ ثُ َّم لِيطْلرحهُ فَِإ َّن فِي إِح َدى جنَاحي ِه َد
ً اء َوف ْي اآل َخ ِر ش َف
اء ً َْ َ ْ ْ َْ َ
“Apabila sebuah lalat jatuh di minuman salah seoranh dari kamu, maka benamkanlah,
kemudian buanglah karena sesungguhnya di salab satu sayapnya terdapat penyakit dan
di sayap lainnya obatnya.” (HR. Bukhari)
1. Kritik sanad
Bukhari menerima hadits dari Qutaibah dengan cara “haddatsana”, para ulama
menilai positif (ta’dil) dan Bukhari berguru dengan Qutaibah dan mereka dimungkinkan
bertemu sehingga sanadnya bersambung dan dapat diterima. Qutaibah menerima hadits
dari Ismail bin Ja’far dengan cara “haddatsana”, para ulama menilai positif (ta’dil) dan
Qutaibah berguru dengan Ismail bin Ja’far dan mereka dimungkinkan bertemu,
sehingga bersambung dan dapat diterima. Ismail bin Ja’far menerima hadits dari ‘Utbah
bin Muslim dengan cara “an”, para ulama menilai positif (ta’dil) dan beliau juga
berguru kepadanya sehingga sanadnya bersambung dan dapat diterima. ‘Utbah bin
Muslim menerima hadits dari ‘Ubaid bin Hunain dengan cara “an” para ulama menilai
positif (ta’dil) dan beliau pernah berguru dengan ‘Ubaid bin Hunain dan mereka
dimungkinkan bertemu, sehingga sanadnya bersambung dan dapat diterima. ‘Ubaid bin
Hunain menerima hadits dari Abu Hurairah dengan cara “an”, para ulama menilai
positif (ta’dil) dan ‘Ubaid bin Hunain pernah berguru dengan Abu Hurairah dan mereka
dimungkinkan bertemu sehingga sanadnya bersambung dan dapat diterima. Abu
Hurairah menerima hadis dari Nabi Muhammad Saw. dengan cara “an”. Abu Huraurah
6
[Type here]
adalah seorang sahabat yang tidak dapat diragukan lagi ke’adilannya, sehingga
sanadnya bersambung dan dapat diterima.
Dari hasil penelitian sanad, yaitu riwayat Bukhari, periwayatan nya dalam
keadaan bersambung anatara murid dan guru, sanad yang diteliti semuanya bersambung,
tsiqah, tidak syadz dan tidak ada ‘illat, sehingga dapat disimpulkan bahwa sanad hadits
yang diriwayatkan oleh Bukhari berkualitas shahih karena semua perawi bersambung
antara guru dan murid. Hadits diatas mempunyai sanad yang shahih, selain terdapat di
al-Bukhari, hadits ini juga diriwayatkan oleh Abu Dawud, al-Nasa’I, Ibnu Majah, ad-
Darimi dan Ibnu Hanbal. 1
2. Kritik Matan
1
Abu Hajar Muhamamad al-Sa’id Basyuni Zaghlul, Mausu’ah Atraf al-Hadits, al-Nawawi al-
Syarif, Juz 1, hal 424.
2
Nizar Ali, Hadis Versus Sains: Memahami Hadits-Hadits Musykil, Yogyakatya; Teras, 2008,
hal. 30.
3
Abdullah bin Ali an-Najdy al-Qushaimy, Memahami Hadits Musykil, hal. 82-83.
7
[Type here]
Qutaibah, bahwa hadits yang tidak sejalan dengan akal manusia maka dilakukan dengan
cara menghubungkan keduanya, baik secara tekstual maupuan kontekstual. 4
Lalat adalah salah satu jenis binatang yang tidakla disukai oleh manusia, karena
banatang ini dinilai menjadi sumber penyebab penyakit seperti disentri atau penyakit
perut lainnya. Oleh sebab itu, banyak orang yang tidak menginginkan binatang lalat ini
hidup di sekeliling mereka, sehingga berupaya untuk menyingkirkan lalat tersebut dari
makanan atau minuman mereka, bahkan tidak jarang mereka membunuhnya dengan
obat yang banyak dijumpai di toko-toko obat atau warung-warung kecil sekalipun.
Namun didalam hadis Nabi Muhammad saw ditemukan sebuah redaksi yang
memberikan perintah untuk membenamkan binatang lalat ini ketika ia hinggap atau
jatuh ke dalm sebuah minuman.5
8
[Type here]
Sementara, pengertian medis dalam hadits di atas, Abu Ubaid menjelaskan, maksud
ucapan, “Famquluhu” adalah “tenggelamkan lalat itu agar ia mengeluarkan obat
sebagaimana ia telah mengeluarkan penyakitnya”. Maka dalam bahasa Arab jika ada
kalimat “Huma Yatamaqalani” maksudnya adalah ditujukan untuk dua orang yang
sedang menyelam di air.
Harus diketahui bahwa lalat menurut mereka memang mempunyai racun. Hal ini
ditunjukkan oleh munculnya pembengkakan dan rasa gatal akibat gigitannya. Tak
ubahnya seperti senjata, kalau terjerumus dalam sesuatu yang bisa menimbulkan
bahaya, harus diantisipasi dengan senjatanya. Maka Nabi memerintahkan agar racun
pada sayap lalat itu diatasi dengan penawar yang telah Allah sediakan pada sayap yang
lainnya. Maka lalat itu pun ditenggelamkan dalam makanan atau minuman, agar zat
beracun itu dapat ternetralkan oleh zat penawarnya. Akan tetapi sains sendiri dalam hal
ini berbeda pandangan mengenai lalat yang sudah banyak kita ketahui bahwa lalat itu
mengandung banyak sekali kuman yang dapat membahayakan tubuh manusia. Meski
demikian, seorang ahli pengobatan yang bijak dan mendapatkan taufik dari Allah pasti
akan tunduk melakukan terapi ini dan mengakui manusia yang mengajarkan metode ini
sebagai manusia terbaik secara mutlak. Karena, ini didukung oleh wahyu ilahiyyah, di
luar kemampuan manusia biasa.6
6
https://www.republika.co.id
9
[Type here]
7
https://www.kompasiana.com
10
[Type here]
KESIMPULAN
Hadis tentang mencelupkan lalat kedalam gelas ini dapat disimpulkan melalui
kritik sanad yang telah ditakhrij oleh shahih Bukhari yang diriwayatkan oleh Abu
Hurairah yang bersumber dari Qutaibah kesimpulannya bahwa periwayatan nya dalam
kekadaan bersambung anatara murid dan guru, sanad yang diteliti semuanya
bersambung tsiqah, tidak syadz, dan tidak ada illat. Selain terdapat di Bukhari, hadits ini
juga diriwayatkan oleh Abu Dawud, al-Nasa’I, Ibnu Majah, ad-Darimi dan Ibnu Hanbal.
Oleh karena itu hadis ini tidak diragukan lagi. Namun dari segi matan hadis yang
mencelupkan lalat kedalam gelas bahwasannya sayap lalat itu terdapat penyakit beserta
penawarnya. Penelitian sains membuktikan kebenaran mengenai hadis Rosul tersebut,
kemudian telah di katakana oleh para muhadditsin dan diperkuat oleh pakar kesehatan
bahwa penelitian yang dilakukan terhadap lalat terbukti benar bahwa lalat membahwa
obat atau penangkal di sayap kanan. Jadi jika lalat jatuh ke dalam gelas, obat penawar
itu akan menghancurkan racun atau mikroba dengan kehendak Allah Swt.
DAFTAR PUSTAKA
11
[Type here]
https://www.kompasiana.com.
https://www.republika.co.id.
12