Anda di halaman 1dari 59

• Pengertian umum : ilmu yang mempelajari

masalah air
• Federal Council for Science and Technology
USA (Chow, 1964) : “Hidrologi adalah ilmu
tentang seluk beluk air di bumi, kejadiannya,
peredarannya dan ditribusinya, sifat alami
dan kimianya, serta reaksinya terhadap
kehidupan manusia”
Daur Hidrologi
(Siklus Hidrologi / Hydrologic Cycle)
• Air di bumi berada pada suatu ruang disebut dengan
hydrosphere yang terbentang sekitar 15 km ke atas
dari permukaan bumi sampai lapisan atmosfir dan
sekitar 1 km ke bawah permukaan bumi sampai pada
lapisan lithosphere. Air tersebut bergerak di
sepanjang ruang hydrosphere melalui alur jaringan
yang kompleks membentuk suatu daur perputaran
gerakan massa air yang disebut daur hidrologi
(hydrologic cycle).
URUTAN PROSES DAUR HIDROLOGI
• Sebagian massa air terangkat ke atas permukaan bumi
melalui proses penguapan (evaporasi) di laut dan di
permukaan bumi, yaitu berupa penguapan dari
tampungan air di sungai, danau, waduk, permukaan
tanah serta transpirasi dari tanaman. Proses penguapan
dapat terjadi karena adanya pemanasan oleh matahari
sebagai sumber energi bagi alam. Uap air yang terangkat
ke atas ini menjadi bagian atmosfir dan melalui proses
kondensasi dapat terbentuk butir awan. Suatu kondisi
klimatologi tertentu dapat membawa butir awan
tersebut ke atas daratan membentuk awan hujan (rain
cloud).
URUTAN PROSES DAUR HIDROLOGI (LANJUTAN)
• Tidak semua butir awan hujan tersebut akan jatuh sampai di permukaan
bumi sebagai hujan, ukuran butir awan hujan yang tidak cukup berat
untuk melawan gaya gesekan dan gaya tekan udara ke atas akan melayang
dan diuapkan kembali menjadi awan. Bagian yang sampai di bumi
dikatakan sebagai hujan (precipitation) yang sebagian akan tertahan oleh
tanaman dan bangunan yang akan diuapkan kembali. Bagian ini
merupakan air hujan yang tak terukur dan disebut intersepsi (interception).
Bagian yang sampai di permukaan tanah akan mengalir sebagai limpasan
permukaan (overland flow) menuju ke tampungan aliran berupa saluran
atau sungai menuju laut. Sebelum sampai di saluran atau sungai limpasan
permukaan tersebut akan mengalami proses infiltrasi ke bawah
permukaan tanah yang sebagian akan bergerak terus ke bawah
merupakan air perkolasi menuju zona tampungan air tanah (aquifer,
groundwater storage) dan sebagian lain bergerak mendatar di bawah
permukaan tanah sebagai subsurface flow atau aliran antara (interflow)
menuju ke saluran, tampungan waduk, danau, sungai atau laut. Seringkali
bagian yang melimpas menuju alur sungai disebut dengan aliran
permukaan tanah (surface runoff). Rangkaian proses alam tersebut
berjalan secara terus menerus membentuk daur hidrologi.
Presipitasi
Evaporasi (Penguapan)

Air
Permukaan

Presipitasi
Uap Air Curah HUjan
Perkolasi Air Keluar

Kelembaban
tanah dan air
tanah

Evaporasi (Penguapan)

Presipitasi
Sumber: Hidrologi Untuk Pengairan,
Sosrodarsono, 1978
1. Memperkirakan besarnya banjir
2. Memperkirakan jumlah air yang dibutuhkan
atau dapat dimanfaatkan
3. Memperkirakan jumlah air yang tersedia
MANFAAT LEBIH LUAS DALAM TEKNIK HIDRO
1. Hidrologi terapan : hidrometeorologi, aliran air tanah, perkiraan
debit sungai, hidrologi perkotaan, dsb.
2. Teknik irigasi : perencanaan & perancangan sistem irigasi, saluran
& bangunan-bangunan irigasi.
3. Teknik drainase : pengeringan air hujan, pengendalian genangan
& banjir.
4. Bangunan tenaga air : hidroelektrik, turbin, PLTA, mikrohidro.
5. Pengendalian banjir
6. Pengendalian sedimen : checkdam, pengendali sedimen dan
erosi, sabo.
7. Teknik bendungan : perencanaan bendungan & bangunan2
pelengkapnya
8. Teknik sumberdaya air : sungai, waduk, embung, mata air, dsb.
9. Teknik jaringan pipa : air minum/bersih (PDAM)
10. Transportasi air : pelabuhan, saluran-saluran pelayaran.
TUJUAN PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SDA
(sumber: Hydrology and Hydraulics System; Gupta 1989):

1. Kegiatan penyediaan air baku untuk penduduk dan industri


a. pengembangan air permukaan,
b. pengembangan sumber air tanah,
c. Desalinisasi air tawar.
2. Irigasi
a. Pertumbuhan tanaman,
b. Reklamasi lahan,
c. Kontrol kadar garam.
3. PLTA
a. Sungai tadah hujan dan kegiatan penampungan,
b. PLTA dengan pemompaan,
c. PLTA pasang surut.
4. Pengendalian Banjir 6. Konservasi Tanah
a. Waduk dan sistem a. Pengendalian erosi,
penampungan, b. Pengendalian sedimentasi,
b. Tanggul dan perkuatan lereng, c. Pengelolaan DAS
c. Pengelak banjir, 7. Pengendalian Pencemaran
d. Perbaikan alur sungai, a. Pencegahan intrusi air laut,
e. Pengelolaan DAS, b. Penanganan air limbah)
f. Zona banjir, 8. Untuk Tujuan Lain
g. Peramalan banjir dan a. Perikanan dan ekosistem,
peringatan dini. b. Rekreasi,
5. Angkutan Air c. Kesehatan masyarakat dan
a. Sistem navigasi, sanitasi
b. Dermaga dan pelabuhan
Saluran irigasi di gurun pasir

Irrigation channels are spread across 750,000


hectares of southern New South Wales
Australia.
Intake Riam Kanan

Bangunan bagi

Pintu Air
Saluran Drainase Perkotaan
Tinggi tenaga
(H)

Debit (Q)
1 = waduk 7 = generator 13 = spillway
2 = power intake 8 = tail race
3 = bendungan 9 = sungai
4 = pipa pesat (penstock) 10 = trafo utama
5 = katup utama (main inlet valve) 11 = gardu induk
6 = turbin 12 = tegangan tinggi
Alat berat mengeruk tanah dalam proyek Banjir Kanal Timur (BKT) di Pondok Bambu,
Duren Sawit, Jakarta Timur. Pengerjaan proyek yang telah tembus ke laut, diharapkan
mampu mengamankan 150 kilometer persegi wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Utara
dari luapan banjir. KOMPAS
Banjir Kanal Barat
Dam sabo di bawah Gunung Merapi

The Nojiri River sabo dam


Bendungan & waduk Wonogiri

Waduk Jatiluhur
Embung Tambakboyo, Yogyakarta
Aliran pipa untuk pembangkit listrik tenaga mikrohidro
Transportasi air di Sungai Musi Palembang
AWLR

Bendung Irigasi

Sal
Suplesi
Bang Pembuang PDAM
Suplesi

Bendung
Intake Industri
Pertemuan
Pompa
Irigasi Sungai
Air
• Alokasi air adalah suatu proses yang melibatkan banyak
aspek penentu sebagai prasyarat sehingga dapat diterapkan
dan dilaksanakan sesuai dengan tujuannya, bukan hanya
berhenti sampai pada modelingnya saja.
• Kebutuhan adanya sistem alokasi air adalah didasarkan
adanya fakta bahwa ketersediaan air yang ada tidak dapat
memenuhi kebutuhan air bagi seluruh pengguna pada kurun
waktu tertentu.
• Defisit air tersebut menyebabkan munculnya potensi konflik
baik antar hulu dan hilir maupun antar pengguna air yang
ada.
• Salah satu cara untuk mengurangi terjadinya konflik adalah
dengan melalui pengaturan, salah satunya adalah melalui
sistem alokasi air bagi tiap pengguna di tingkat sungai.
• Sebelum sistem alokasi air dibangun di Balai PSDA, maka
harus dilakukan pekerjaan persiapan yang meliputi
inventarisasi kesiapan sarana dan prasarana ketersediaan air
dan penyediaan air, mekanisme pencatatan dan penyediaan
data, kesiapan operasional dan kesiapan SDM pelaksana
untuk penerapan alokasi air.
Qtersedia < Q dibutuhkan

KONFLIK
- Hulu Hilir
Menyebabkan
- Antar Pengguna

Pengaturan melalui
Diperlukan
Alokasi Air

Inventarisasi
Dilakukan
Kesiapan

Sarana dan Pencatatan


Operasional SDM
Prasarana dan
untuk Alokasi Pelaksana
Penyediaan Penyediaan
Air Alokasi Air
Air Data
• Bangunan Pengatur • Bangunan Pengukur
Mengatur besar kecilnya Memastikan bahwa
debit air yang dialirkan ke besarnya debit yang
masing-masing pengguna dialirkan sesuai dengan yang
air dialokasikan
AWLR

Sarana & prasarana


Ketersediaan Penyedia Air
Air

Bendung Irigasi
Kebutuhan Air
Sal
Suplesi
Bang Pembuang
Suplesi PDAM

Bendung
Industri
Pertemuan Intake
Sungai Pompa Air
Irigasi
Ketersediaan Air
1. Sungai (Natural Channel)
Sungai sebagai sumber penyedia air, dalam alokasi air ditetapkan sebagai segmen
sungai, yaitu segmen dari satu pertemuan ke titik pertemuan berikut dimana terjadi
perubahan ketersediaan air / debit yang disebabkan oleh berbagai hal. Titik
pertemuan dapat berupa sebagai berikut:
 Pertemuan antar sungai.
 Adanya bangunan pengambilan air (bendung, intake, pompa, dll).
 Saluran / pembuangan yang masuk ke sungai.
 Pertemuan saluran suplesi dengan sungai yang disuplesi.
AWLR

Segmen Sungai Segmen Sungai

Bendung Irigasi
Sal
Bang Suplesi
Pembuang
Suplesi

Bendung

Irigasi
Dalam alokasi air, maka data tentang sungai yang perlu untuk
diketahui adalah :
• Kapasitas Sungai, yang terdiri dari :
– Debit maksimum yang dapat ditampung oleh sungai
tersebut hingga ke titik terjadinya banjir.
– Debit minimum yang harus ada dan dipertahankan
untuk menjaga fungsi dan pemeliharaan sungai.
• Fungsi Sungai, antara lain:
– Navigasi pelayaran sungai.
– Pembangkit listrik.
– Perikanan.
– Kebutuhan masyarakat.
– Wisata (rafting).
– Dan lain lain.
Debit segmen sungai diketahui melalui:
a. Pos Duga Air (AWLR)
Pos duga air baik yang berupa papan duga manual maupun otomatis memberikan
data besarnya debit melalui pembacaan muka air yang dikonversi menjadi debit
menggunakan rating curve (lengkung debit).
b. Bendung
Besarnya debit segmen sungai juga dapat diketahui berdasarkan data pembacaan
debit bendung (blanko O-8 OP Irigasi). Dalam blanko tersebut terdapat kolom
pembacaan debit intake (kiri dan atau kanan) dan debit limpasan melalui mercu
bendung seperti tampak pada gambar.

Limpasan

Qlmp Penguras

Qkr Qkn

Intake
Kiri Intake
Kanan

Qbendung = Qkr + Qkn+ Qlmp


2. Air Tanah
Ketersediaan air yang bersumber dari luar badan sungai adalah air
tanah. Penggunaan air tanah untuk kebutuhan irigasi yang dialirkan
melalui saluran ke sawah. Pembuangan air sawah (jika ada) pada
akhirnya juga kembali ke sungai (selain meresap ke dalam tanah).
Keberadaan pembuang yang bersumber dari air tanah dan bermuara
ke sungai akan memberikan kontribusi pada penambahan debit
sungai.
3. Waduk
Pada dasarnya waduk adalah tempat penampungan air yang ada di sungai,
dimana besarnya debit sungai yang ada di hilirnya dapat diatur sedemikian
rupa sehingga seolah waduk merupakan sumber air tersendiri di luar
sungai. Data tentang waduk yang penting untuk keperluan alokasi air
adalah data rule curve waduk. Seperti tampak pada gambar.

Model alokasi WRMM dapat mengakomodir rule curve waduk sederhana


menjadi terintegrasi dengan bangunan pengambilan lainnya menjadi satu
sistem alokasi air. Namun jika rule curve waduknya kompleks, maka
besarnya debit yang dirilis dari waduk dapat dianggap sebagai local inflow.
Masing-masing pengguna air memiliki karakteristik yang
berbeda-beda. Besarnya kebutuhan air dan cara pemenuhan
kebutuhan masing-masing juga berbeda-beda. Jenis kebutuhan
air antara lain :
• Air minum.
• Irigasi.
• Industri.
• Pemeliharaan sungai.
• Perkotaan.
• Perikanan.
• Navigasi pelayaran sungai, dll.
1. Air Minum
Pengambilan air untuk pemenuhan kebutuhan air minum (misal
PDAM) biasanya diambil langsung dari sungai menggunakan
pompa atau bangunan intake khusus yang dibangun di sungai.
Selain itu pemenuhan kebutuhan untuk air minum juga sering
ditemui diambil langsung melalui saluran irigasi.

Besarnya kebutuhan air yang diperlukan oleh intake air minum


dapat ditetapkan berdasarkan jumlah kapasitas pompa yang
terpasang.

Intake PDAM di Kesugihan S. Serayu


2. Irigasi
Kebutuhan air untuk irigasi sebagian besar dipenuhi melalui intake bendung, dimana
kebutuhan airnya ditetapkan berdasarkan pola tanamnya. Total kebutuhan airnya
merupakan total semua kebutuhan air per periode tertentu yang akan disalurkan
melalui bangunan bagi dan atau bangunan sadap.
Pola tanam adalah suatu urutan pola tanam pada sebidang lahan dalam satu tahun,
termasuk di dalamnya masa pengolahan tanah. Pelaksanaan pola tanam dari suatu
daerah irigasi dalam satu tahun, biasanya dilaksanakan berdasarkan Surat Keputusan
Bupati setempat.

Jika saluran dari intake bendung tersebut juga digunakan untuk keperluan lain di
luar irigasi (air minum, perikanan, penggerak mikrohidro, industri dan saluran
suplesi ke irigasi lain / sungai), maka kebutuhannya harus ditetapkan masing-
masing tersendiri sesuai dengan jenis kebutuhannya.
3. Industri
Kebutuhan air untuk industri biasanya digunakan untuk keperluan proses industri,
pendinginan mesin, dan utilitas industri. Pengambilan air dapat dilakukan melalui
pengambilan dengan pompa, intake atau dari saluran irigasi seperti tampak pada
gambar.

Pengambilan air untuk industri biasanya menggunakan pompa. Besarnya


kebutuhan air dapat ditetapkan berdasarkan kapasitas pompa terpasang
seandainya tidak diketemukan bangunan pengatur dan pengukurnya.
4. Pemeliharaan Sungai
Meskipun sungai merupakan sumber air, namun sungai juga memerlukan
kebutuhan air misalnya untuk kebutuhan pemeliharaan sungai, karamba ikan,
navigasi pelayaran sungai, penggerak turbin mikrohidro, pengendalian baku mutu
sungai, dan lain lain.
Kebutuhan air untuk keperluan tersebut diberikan salah satunya dalem bentuk
debit minimum.

Pemeliharaan dari Sampah Navigasi Pelayaran

Pembangkit Mikrohidro Karamba Ikan di Sungai


5. Sanitasi Perkotaan
Air baik yang diambil langsung dari sungai atau melalui saluran irigasi juga
dimanfaatkan sebagai penggelontor (flushing) pada sistem sanitasi perkotaan.
Sistem ini dapat dijumpai di kota Jogjakarta dan Makassar.

Saluran Sanitasi Kota,


Yang memerlukan flushing Sumber Air Flushing Sanitasi Kota Jogja
Sarana dan Prasarana Penyedia Air
Ketersediaan air yang ada di sungai atau sumber lain tidak dapat langsung
digunakan oleh pengguna air tanpa ada bangunan atau prasarana yang
memungkinkan untuk itu. Bangunan utama dalam rangka alokasi air adalah terdiri
dari bangunan penangkap air, bangunan pembawa air, bangunan pembuang, dan
bangunan kontrol alokasi air.

1. Bangunan Penangkap Air (Node Junction)


Ketersediaan air yang ada di sungai agar dapat digunakan bagi pengguna air yang
membutuhkan maka diperlukan bangunan penangkap air seperti bendung, free
intake, waduk, dan pompa air pengambilan industri.

Bendung Free Intake Waduk Pompa Industri


2. Bangunan Pembawa Air (Diversion Channel)

Yang dimaksud dengan bangunan pembawa air disini adalah saluran atau
pipa yang digunakan untuk membawa air hingga dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan pengguna.

Saluran Pembawa Saluran untuk Industri Saluran Suplesi

Sebenarnya dalam alokasi air fungsi bangunan pembawa cuma digunakan


untuk membatasi besarnya debit yang bisa dialirkan ke pengguna. Jadi
misalkan kebutuhan air yang ada adalah sebesar 2 m3/det, namun debit
maksimum saluran hanya 1.8 m3/det, maka meski airnya tersedia namun
yang akan disalurkan hanya sebesar 1.8 m3/det dan tidak bisa lebih dari itu.
3. Bangunan Pembuang (Return Flow / Local Inflow)

Setiap saluran irigasi biasanya memiliki saluran pembuang, dimana


pembuangannya biasanya kembali ke sungai.

Selain saluran pembuang irigasi, terdapat pula saluran pembuangan


rumah tangga atau domestik yang tentunya juga sulit untuk diketahui
debitnya karena ketiadaan bangunan ukur di pembuangan tersebut. Untuk
pembuangan industri, mungkin bisa diketahui besarnya karena biasanya
limbah pembuangannya diolah dahulu melalui instalasi pengolah air
limbah yang dimiliki oleh industri tersebut.

Irrigation Return Flow Pembuang Domestik Pembuang Industri


4. Bangunan Kontrol Alokasi Air
Bangunan kontrol untuk alokasi air adalah bangunan pengatur (pintu) yang
mengatur besar kecilnya debit yang akan dialokasikan kepada masing-masing
pengguna. Selain bangunan pengatur maka juga diperlukan bangunan pengukur
untuk mengetahui berapa besarnya debit yang tersedia dan besaran debit yang
akan dialokasikan ke masing-masing pengguna.
Setiap pengambilan harus memiliki bangunan kontrol baik bangunan pengatur
maupun bangunan pengukur.

BENDUNG
AWLR
Irigasi

AWLR

Return Flow
KETERANGAN
Bangunan Pengambilan
Bangunan Suplesi
BENDUNG
(Harus memiliki Bangunan
Kontrol untuk Alokasi Air)
Irigasi
Irigasi
SUPLESI
POMPA
PDAM BENDUNG
INTAKE
Irigasi
INDUSTRI
STAR
T

Pilih DAS

Tdk
DEFISIT
AIR ?
Ya

INVENTARISASI

SUNGAI BANGUNAN BANGUNAN BANGUNAN DATA DATA


PENGAMBIL PEMBAWA KONTROL KETERSEDIAAN KEBUTUHAN
AIR AIR AIR AIR

Skematisasi Lokasi Irigasi


Skematisasi Lokasi
Debit Data
Bendung AWLR Air Minum
Kapasitas Kapasitas Kapasitas Fungsi

Ya Industri
Tabel
Fungsi Fungsi Fungsi Debit ?
Pengatur Pengukur Perkotaan
Tdk
Kebutuhan Kalibrasi & Domestik
Kondisi Kondisi Kondisi Kondisi Pengukuran
Perikanan

Tdk Tdk Baik ?


Baik ? Perbaikan
Perbaikan Pencatatan
Data
Debit Ya Ya
Minimum Tdk Tabel
Kalibrasi Debit ?

PEMBUATAN MODEL ALOKASI AIR


Pemilihan DAS
1. DAS akan
DAS yang tersebut mengalami
dibentuk defisitairketersediaan
sistem alokasi air, artinya
sebaiknya memenuhi ketersediaan
kriteria sebagai
airnya tidak dapat digunakan untuk memenuhi seluruh kebutuhan air
berikut:
yang diperlukan oleh seluruh pengguna air yang ada di dalam DAS
tersebut.
2. Terdapat berbagai macam pengguna air selain untuk keperluan irigasi
yang berpotensi akan menimbulkan konflik di masa datang.
3. Penggunaan air yang berlebihan di hulu, sementara di hilir mengalami
kesulitan air pada saat musim kemarau.
4. Secara umum keberadaan sarana dan prasarana pendukungnya cukup
memadai bagi penerapan alokasi air.
5. Kriteria-kriteria lain yang relevan yang mendukung keputusan penerapan
alokasi air.

Data yang terkait dengan DAS baik kelebihan maupun kekurangan yang
ada selanjutnya dibuat dalam bentuk matriks, sehingga keputusan
pemilihan DAS memiliki justifikasi yang jelas.

Setelah pemilihan DAS dilakukan, selanjutnya adalah melakukan


inventarisasi 6 (enam) komponen alokasi air seperti ditunjukkan diagram
alir.
Daftar bangunan yang perlu dilakukan perbaikan dan kalibrasi berdasarkan
analisa terhadap hasil inventarisasi perlu dibuat. Keberadaan daftar
perbaikan dan kalibrasi diperlukan dalam rangka:
a. Pembuatan skema model alokasi air, apakah model perlu disimplifikasi
disesuaikan dengan kesiapan masing-masing bangunan tersebut.
b. Kebutuhan anggaran biaya yang diperlukan untuk melaksanakan
penerapan alokasi air.
c. Pembuatan skala prioritas perbaikan dan kalibrasi.
d. Pembuatan rencana kerja uji coba dan penerapan alokasi air.
Pemilihan model alokasi air yang sesuai sangat tergantung dari skematik
model alokasi air dan kompleksitas yang harus diakomodir oleh model.
Model alokasi air yang dapat digunakan antara lain skematisasi MS Excel,
WRMM, HydrOper, dan lain lain. Masing-masing memiliki kelebihan dan
kekurangan dan aplikasi yang spesifik tergantung kondisi berikut:

Skema Sederhana <> Skema Kompleks


Tidak ada Penalty <> Sistem Penalty

Bangunan relatif seragam <> Banyak Tipe Bangunan yang terlibat


Tidak ada sistem suplesi <> Ada sistem suplesi
Pemenuhan airnya
<> Pemenuhan airnya beragam
relatif seragam
Tidak ada waduk <> Ada waduk
Keputusan pemilihan penggunaan model seharusnya bukan didasarkan
pada kemudahan pembuatan model alokasi air, namun harus lebih
didasarkan pada kriteria berikut:

a. Apakah hasil yang diperoleh dari model alokasi air dapat memberikan
solusi bagi Balai PSDA dalam menyediakan kebutuhan para
pengguna air yang ada di DAS tersebut sehingga mampu menekan
dan meminimalisir terjadinya konflik penggunaan air?
b. Apakah model alokasi air tersebut mampu mengakomodir kebutuhan
dan kepentingan berbagai pihak sesuai dengan kesepakatan yang
diambil di antara mereka?
c. Apakah model alokasi air yang digunakan dapat menjadi alat yang
dapat mendorong para pengguna air untuk menggunakan air secara
lebih hemat dan lebih efisien?
• Alokasi air adalah suatu cara untuk mengalokasikan air yang tersedia di
DAS bagi seluruh kebutuhan air dari masing-masing pengguna menurut
kaidah dan kesepakatan tertentu. Hubungan antara ketersediaan air
dengan tingkat kebutuhannya dalam periode waktu tertentu diketahui
dari water balance yang ada di dalam DAS tersebut.
• Hubungan antara ketersediaan dan kebutuhan air di dalam DAS
terdapat 2 (dua) kemungkinan, yaitu :
– Ketersediaan Airnya melebihi total kebutuhan airnya (Qtersedia >
Qkebutuhan).
– Ketersediaan airnya lebih kecil dari total kebutuhan airnya (Qtersedia
< Qkebutuhan).
• Secara fungsionalnya DAS dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu:
– DAS yang tidak tergantung pada DAS lainnya yang berdampingan
(DAS Independen).
– DAS yang ketersediaan air dan pemenuhan kebutuhannya
tergantung kepada DAS lain yang berdampingan (Inter Connected
Basin).
DAS Independen

Contoh : DAS Sampean


Inter Connected Basin

CONTOH : DAS PROGO DAN OPAK DI DIY, DAS JANGKOK DAN BABAK DI LOMBOK, DLL

Anda mungkin juga menyukai