masalah air
• Federal Council for Science and Technology
USA (Chow, 1964) : “Hidrologi adalah ilmu
tentang seluk beluk air di bumi, kejadiannya,
peredarannya dan ditribusinya, sifat alami
dan kimianya, serta reaksinya terhadap
kehidupan manusia”
Daur Hidrologi
(Siklus Hidrologi / Hydrologic Cycle)
• Air di bumi berada pada suatu ruang disebut dengan
hydrosphere yang terbentang sekitar 15 km ke atas
dari permukaan bumi sampai lapisan atmosfir dan
sekitar 1 km ke bawah permukaan bumi sampai pada
lapisan lithosphere. Air tersebut bergerak di
sepanjang ruang hydrosphere melalui alur jaringan
yang kompleks membentuk suatu daur perputaran
gerakan massa air yang disebut daur hidrologi
(hydrologic cycle).
URUTAN PROSES DAUR HIDROLOGI
• Sebagian massa air terangkat ke atas permukaan bumi
melalui proses penguapan (evaporasi) di laut dan di
permukaan bumi, yaitu berupa penguapan dari
tampungan air di sungai, danau, waduk, permukaan
tanah serta transpirasi dari tanaman. Proses penguapan
dapat terjadi karena adanya pemanasan oleh matahari
sebagai sumber energi bagi alam. Uap air yang terangkat
ke atas ini menjadi bagian atmosfir dan melalui proses
kondensasi dapat terbentuk butir awan. Suatu kondisi
klimatologi tertentu dapat membawa butir awan
tersebut ke atas daratan membentuk awan hujan (rain
cloud).
URUTAN PROSES DAUR HIDROLOGI (LANJUTAN)
• Tidak semua butir awan hujan tersebut akan jatuh sampai di permukaan
bumi sebagai hujan, ukuran butir awan hujan yang tidak cukup berat
untuk melawan gaya gesekan dan gaya tekan udara ke atas akan melayang
dan diuapkan kembali menjadi awan. Bagian yang sampai di bumi
dikatakan sebagai hujan (precipitation) yang sebagian akan tertahan oleh
tanaman dan bangunan yang akan diuapkan kembali. Bagian ini
merupakan air hujan yang tak terukur dan disebut intersepsi (interception).
Bagian yang sampai di permukaan tanah akan mengalir sebagai limpasan
permukaan (overland flow) menuju ke tampungan aliran berupa saluran
atau sungai menuju laut. Sebelum sampai di saluran atau sungai limpasan
permukaan tersebut akan mengalami proses infiltrasi ke bawah
permukaan tanah yang sebagian akan bergerak terus ke bawah
merupakan air perkolasi menuju zona tampungan air tanah (aquifer,
groundwater storage) dan sebagian lain bergerak mendatar di bawah
permukaan tanah sebagai subsurface flow atau aliran antara (interflow)
menuju ke saluran, tampungan waduk, danau, sungai atau laut. Seringkali
bagian yang melimpas menuju alur sungai disebut dengan aliran
permukaan tanah (surface runoff). Rangkaian proses alam tersebut
berjalan secara terus menerus membentuk daur hidrologi.
Presipitasi
Evaporasi (Penguapan)
Air
Permukaan
Presipitasi
Uap Air Curah HUjan
Perkolasi Air Keluar
Kelembaban
tanah dan air
tanah
Evaporasi (Penguapan)
Presipitasi
Sumber: Hidrologi Untuk Pengairan,
Sosrodarsono, 1978
1. Memperkirakan besarnya banjir
2. Memperkirakan jumlah air yang dibutuhkan
atau dapat dimanfaatkan
3. Memperkirakan jumlah air yang tersedia
MANFAAT LEBIH LUAS DALAM TEKNIK HIDRO
1. Hidrologi terapan : hidrometeorologi, aliran air tanah, perkiraan
debit sungai, hidrologi perkotaan, dsb.
2. Teknik irigasi : perencanaan & perancangan sistem irigasi, saluran
& bangunan-bangunan irigasi.
3. Teknik drainase : pengeringan air hujan, pengendalian genangan
& banjir.
4. Bangunan tenaga air : hidroelektrik, turbin, PLTA, mikrohidro.
5. Pengendalian banjir
6. Pengendalian sedimen : checkdam, pengendali sedimen dan
erosi, sabo.
7. Teknik bendungan : perencanaan bendungan & bangunan2
pelengkapnya
8. Teknik sumberdaya air : sungai, waduk, embung, mata air, dsb.
9. Teknik jaringan pipa : air minum/bersih (PDAM)
10. Transportasi air : pelabuhan, saluran-saluran pelayaran.
TUJUAN PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SDA
(sumber: Hydrology and Hydraulics System; Gupta 1989):
Bangunan bagi
Pintu Air
Saluran Drainase Perkotaan
Tinggi tenaga
(H)
Debit (Q)
1 = waduk 7 = generator 13 = spillway
2 = power intake 8 = tail race
3 = bendungan 9 = sungai
4 = pipa pesat (penstock) 10 = trafo utama
5 = katup utama (main inlet valve) 11 = gardu induk
6 = turbin 12 = tegangan tinggi
Alat berat mengeruk tanah dalam proyek Banjir Kanal Timur (BKT) di Pondok Bambu,
Duren Sawit, Jakarta Timur. Pengerjaan proyek yang telah tembus ke laut, diharapkan
mampu mengamankan 150 kilometer persegi wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Utara
dari luapan banjir. KOMPAS
Banjir Kanal Barat
Dam sabo di bawah Gunung Merapi
Waduk Jatiluhur
Embung Tambakboyo, Yogyakarta
Aliran pipa untuk pembangkit listrik tenaga mikrohidro
Transportasi air di Sungai Musi Palembang
AWLR
Bendung Irigasi
Sal
Suplesi
Bang Pembuang PDAM
Suplesi
Bendung
Intake Industri
Pertemuan
Pompa
Irigasi Sungai
Air
• Alokasi air adalah suatu proses yang melibatkan banyak
aspek penentu sebagai prasyarat sehingga dapat diterapkan
dan dilaksanakan sesuai dengan tujuannya, bukan hanya
berhenti sampai pada modelingnya saja.
• Kebutuhan adanya sistem alokasi air adalah didasarkan
adanya fakta bahwa ketersediaan air yang ada tidak dapat
memenuhi kebutuhan air bagi seluruh pengguna pada kurun
waktu tertentu.
• Defisit air tersebut menyebabkan munculnya potensi konflik
baik antar hulu dan hilir maupun antar pengguna air yang
ada.
• Salah satu cara untuk mengurangi terjadinya konflik adalah
dengan melalui pengaturan, salah satunya adalah melalui
sistem alokasi air bagi tiap pengguna di tingkat sungai.
• Sebelum sistem alokasi air dibangun di Balai PSDA, maka
harus dilakukan pekerjaan persiapan yang meliputi
inventarisasi kesiapan sarana dan prasarana ketersediaan air
dan penyediaan air, mekanisme pencatatan dan penyediaan
data, kesiapan operasional dan kesiapan SDM pelaksana
untuk penerapan alokasi air.
Qtersedia < Q dibutuhkan
KONFLIK
- Hulu Hilir
Menyebabkan
- Antar Pengguna
Pengaturan melalui
Diperlukan
Alokasi Air
Inventarisasi
Dilakukan
Kesiapan
Bendung Irigasi
Kebutuhan Air
Sal
Suplesi
Bang Pembuang
Suplesi PDAM
Bendung
Industri
Pertemuan Intake
Sungai Pompa Air
Irigasi
Ketersediaan Air
1. Sungai (Natural Channel)
Sungai sebagai sumber penyedia air, dalam alokasi air ditetapkan sebagai segmen
sungai, yaitu segmen dari satu pertemuan ke titik pertemuan berikut dimana terjadi
perubahan ketersediaan air / debit yang disebabkan oleh berbagai hal. Titik
pertemuan dapat berupa sebagai berikut:
Pertemuan antar sungai.
Adanya bangunan pengambilan air (bendung, intake, pompa, dll).
Saluran / pembuangan yang masuk ke sungai.
Pertemuan saluran suplesi dengan sungai yang disuplesi.
AWLR
Bendung Irigasi
Sal
Bang Suplesi
Pembuang
Suplesi
Bendung
Irigasi
Dalam alokasi air, maka data tentang sungai yang perlu untuk
diketahui adalah :
• Kapasitas Sungai, yang terdiri dari :
– Debit maksimum yang dapat ditampung oleh sungai
tersebut hingga ke titik terjadinya banjir.
– Debit minimum yang harus ada dan dipertahankan
untuk menjaga fungsi dan pemeliharaan sungai.
• Fungsi Sungai, antara lain:
– Navigasi pelayaran sungai.
– Pembangkit listrik.
– Perikanan.
– Kebutuhan masyarakat.
– Wisata (rafting).
– Dan lain lain.
Debit segmen sungai diketahui melalui:
a. Pos Duga Air (AWLR)
Pos duga air baik yang berupa papan duga manual maupun otomatis memberikan
data besarnya debit melalui pembacaan muka air yang dikonversi menjadi debit
menggunakan rating curve (lengkung debit).
b. Bendung
Besarnya debit segmen sungai juga dapat diketahui berdasarkan data pembacaan
debit bendung (blanko O-8 OP Irigasi). Dalam blanko tersebut terdapat kolom
pembacaan debit intake (kiri dan atau kanan) dan debit limpasan melalui mercu
bendung seperti tampak pada gambar.
Limpasan
Qlmp Penguras
Qkr Qkn
Intake
Kiri Intake
Kanan
Jika saluran dari intake bendung tersebut juga digunakan untuk keperluan lain di
luar irigasi (air minum, perikanan, penggerak mikrohidro, industri dan saluran
suplesi ke irigasi lain / sungai), maka kebutuhannya harus ditetapkan masing-
masing tersendiri sesuai dengan jenis kebutuhannya.
3. Industri
Kebutuhan air untuk industri biasanya digunakan untuk keperluan proses industri,
pendinginan mesin, dan utilitas industri. Pengambilan air dapat dilakukan melalui
pengambilan dengan pompa, intake atau dari saluran irigasi seperti tampak pada
gambar.
Yang dimaksud dengan bangunan pembawa air disini adalah saluran atau
pipa yang digunakan untuk membawa air hingga dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan pengguna.
BENDUNG
AWLR
Irigasi
AWLR
Return Flow
KETERANGAN
Bangunan Pengambilan
Bangunan Suplesi
BENDUNG
(Harus memiliki Bangunan
Kontrol untuk Alokasi Air)
Irigasi
Irigasi
SUPLESI
POMPA
PDAM BENDUNG
INTAKE
Irigasi
INDUSTRI
STAR
T
Pilih DAS
Tdk
DEFISIT
AIR ?
Ya
INVENTARISASI
Ya Industri
Tabel
Fungsi Fungsi Fungsi Debit ?
Pengatur Pengukur Perkotaan
Tdk
Kebutuhan Kalibrasi & Domestik
Kondisi Kondisi Kondisi Kondisi Pengukuran
Perikanan
Data yang terkait dengan DAS baik kelebihan maupun kekurangan yang
ada selanjutnya dibuat dalam bentuk matriks, sehingga keputusan
pemilihan DAS memiliki justifikasi yang jelas.
a. Apakah hasil yang diperoleh dari model alokasi air dapat memberikan
solusi bagi Balai PSDA dalam menyediakan kebutuhan para
pengguna air yang ada di DAS tersebut sehingga mampu menekan
dan meminimalisir terjadinya konflik penggunaan air?
b. Apakah model alokasi air tersebut mampu mengakomodir kebutuhan
dan kepentingan berbagai pihak sesuai dengan kesepakatan yang
diambil di antara mereka?
c. Apakah model alokasi air yang digunakan dapat menjadi alat yang
dapat mendorong para pengguna air untuk menggunakan air secara
lebih hemat dan lebih efisien?
• Alokasi air adalah suatu cara untuk mengalokasikan air yang tersedia di
DAS bagi seluruh kebutuhan air dari masing-masing pengguna menurut
kaidah dan kesepakatan tertentu. Hubungan antara ketersediaan air
dengan tingkat kebutuhannya dalam periode waktu tertentu diketahui
dari water balance yang ada di dalam DAS tersebut.
• Hubungan antara ketersediaan dan kebutuhan air di dalam DAS
terdapat 2 (dua) kemungkinan, yaitu :
– Ketersediaan Airnya melebihi total kebutuhan airnya (Qtersedia >
Qkebutuhan).
– Ketersediaan airnya lebih kecil dari total kebutuhan airnya (Qtersedia
< Qkebutuhan).
• Secara fungsionalnya DAS dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu:
– DAS yang tidak tergantung pada DAS lainnya yang berdampingan
(DAS Independen).
– DAS yang ketersediaan air dan pemenuhan kebutuhannya
tergantung kepada DAS lain yang berdampingan (Inter Connected
Basin).
DAS Independen
CONTOH : DAS PROGO DAN OPAK DI DIY, DAS JANGKOK DAN BABAK DI LOMBOK, DLL