Anda di halaman 1dari 15

AKAD MUDHARABAH MUTLAQAH DALAM PRAKTIK

PERBANKAN SYARIAH

Fariz Al-Hasni
Universitas Islam Negeri Mataram

Abstrak

Akad pada dasarnya pertemuan antara para pihak, yang di mana salah satu pihak
mengajukan penawaran (ijab) dan pihak lain memberikan jawaban persetujuan atas
tanggapan dari penawaran tersebut (kabul), dalam bentuk pernyataan kehendak
masing-masing pihak yang tidak berhubungan satu sama lain. Tujuannya menimbulkan
akibat hukum pada objek yang diakadkan oleh kedua belah pihak. Salah satu
pengimplementasian akad dalam dunia perbankan syariah adanya bentuk kerjasama
dengan menggunakan akad mudharabah atau yang sering dikenal dengan istilah sistem
bagi hasil. Mengingat, akad menimbulkan akibat hukum bagi kedua belah pihak, maka
para pihak harus cermat di dalam memahami isi akad. Sehingga, kedepannya tidak
menimbulkan persoalan yang dapat merugikan salah satu pihak. Dengan demikian,
sangatlah penting untuk diketahui bagaimana penerapan akad mudharabah dalam
praktik perbankan syariah agar persoalan-persoalan yang timbul di antara kedua belah
pihak dapat diminimalisir dan tidak ada yang dirugikan.
Kata Kunci: Mudharabah, Akad, Perbankan Syariah

A. PENDAHULUAN dalam produk lainnya. Produk-


Bank syariah merupakan bank produk bank syariah mempunyai
yang melaksanakan kegiatan usaha kemiripan tetapi tidak sama dengan
berdasarkan prinsip syariah, yaitu produk bank konvensional karena
aturan perjanjian berdasarkan hukum adanya pelarangan riba, gharar dan
Islam antara bank dan pihak lain maysir. Oleh karena itu, produk-
untuk penyimpanan dana dan atau produk pendanaan dan pembiayaan
pembiayaan kegiatan usaha, atau seperti pembiayaan modal kerja dan
kegiatan lainnya yang dinyatakan investasi dalam bentuk akad bagi hasil
sesuai dengan syariah. Dalam pada bank syariah harus menghindari
menjalankan usahanya bank syariah unsur-unsur yang dilarang tersebut.1
menggunakan pola bagi hasil yang
merupakan landasan utama dalam
segala operasinya, baik dalam produk 1
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah,
pendanaan, pembiayaan maupun Ed. I, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2007), hlm. v

208 | M ua m a l at Jurnal Hukum Ekonomi Syariah


Prinsip bagi hasil (profit sharing) kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian
merupakan karekteristik umum dan itu diakibatkan karena kecurangan atau
landasan dasar bagi operasional bank kelalaian si pengelola, si pengelola harus
syari’ah secara keseluruhan, secara bertanggung jawab atas kerugian tersebut.3
syari’ah prinsip berdasarkan pada Mudharabah dapat berupa mudharabah
kaidah al mudharabah. Berdasarkan mutlaqah atau mudharabah muqayyadah.4
prinsip ini bank syari’ah akan berfungsi Sehubungan dengan pembagian
sebagai mitra baik dengan penabung tersebut dalam pembahasan ini,
demikian juga dengan pengusaha yang penulis akan lebih memusatkan
meminjam dana. Dengan penabung, perhatian pada akad mudharabah
bank akan bertindak sebagai mudharib mutlaqah dalam praktik perbankan
(pengelola) sementara penabung syari’ah.
sebagai penyandang dan (shahibul
2. Pengertian Mudharabah Mut­
mal). Antara keduanya diadakan
laqah
akad mudharabah yang menyatkan
pembagian keuntungan masing- Mudharabah mutlaqah atau yang
masing pihak.2 disebut juga dengan istilah unrestricted
mudharabah merupakan bentuk kerja
B. PEMBAHASAN sama yang memberikan kebebasan
1. Definisi Mudharabah kepada mudharib untuk mengelola
Mudharabah berasal dari kata modal dalam bentuk usaha apapun
dharb, berarti memukul atau berjalan. yang bisa mendatangkan keuntungan
Pengertian memukul atau berjalan ini selama tidak bertentangan dengan
lebih tepatnya adalah proses seseorang prinsip-prinsip syari’ah. Pada
memukulkan kakinya dalam menjalankan prinsipinya, pihak modal tidak
usaha. Secara teknis, al-mudharabah berhak mengelola persekutuan
adalah akad kerjasama usaha antara dua secara mutlak. Namun pihak
pihak di mana pihak pertama (shahibul mudharib lah yang berhak mengelola,
maal) menyediakan seluruh (100%) sebab mudaharabah merupakan
modal, sedangkan pihak lainnya menjadi percampuran antara badan pengelola
pengelola. Keuntungan usaha secara (pekerja) dengan modal, tetapi bukan
mudharabah dibagi menurut kesepakatan pemilik modal. Sehingga pemodal
yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan
apabila rugi ditanggung oleh pemilik
modal selama kerugian itu bukan akibat 3
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank
Syari’ah: Dari Teori ke Prektik, cet. ke-1, ( Jakarta:
2
Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, Gema Insani, 2001), hlm. 95
cet. ke-2, (Yogyakarta: Unit Penerbit dan 4
Wangsawidjaja Z, Pembiayaan Bank
Percertakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Syariah, ( Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
YKPN, 2011), hlm. 109-110 Utama, 2012), hlm. 192

M u’a m a l at Volume IX, Nomor 2 Desember 2017 | 209


layaknya pihak yang berada di luar mudharabah yang berarti melakukan
persekutuan (syirkah).5 sesuatu perjalanan usaha.9
Dalam pembahasan fiqih ulama b. al-Hadits
salafus saleh sebagaimana yang
dikutip oleh Muhammad Syafi’I ‫َح َّدثَنَا الحْ َ َس ُن بْ ُن َع ِل ٍّي الخْ َ اَّل ُل َح َّدثَنَا‬
Antonio, seringkali dicontohkan ‫ت الْبَزَّا ُر َح َّدثَنَا نَ ْص ُر بْ ُن‬
ٍ ِ‫بِ ْش ُر بْ ُن ثَاب‬
dengan ungkapan if ’al ma syi’ta
(lakukanlah sesukamu) dari shahibul ‫الر مْحَ ِن بْ ِن َدا ُو َد َع ْن‬
َّ ‫اس ِم َع ْن َعبْ ِد‬ ِ ‫الْ َق‬
mal ke mudharib yang memberi
kekuasaan yang sangat besar.6
‫ قَا َل‬:‫ب َع ْن أَبِي ِه قَا َل‬ ٍ ْ‫ص َهي‬
ُ ‫ال بْ ِن‬ ِِ‫ص ح‬ َ
3. Landasan Syari’ah ‫ص َّلى اللهَّ ُ َعلَيْ ِه َو َس َّل َم‬ َ َِّ‫ول الله‬ ُ ‫َر ُس‬
Secara umum, landasan syari’ah ‫ث ِفي ِه َّن الْبرََ َك ُة الْبَيْ ُع إِ ىَل أَ َج ٍل‬ٌ ‫((ثَ اَل‬
al-mudharabah lebih mencerminkan
anjuran untuk melakukan usaha. ‫ري‬
ِ ‫الش ِع‬ َّ ِ‫ب ب‬ ِّ ُ‫ض ُة َوأَ ْخ اَل ُط الْ ر‬ َ ‫َوالمُْ َقا َر‬
Hal ini tampak dalam ayat dan hadits
.))‫ت اَل لِلْبَيْ ِع‬ ِ ْ‫لِلْبَي‬
berikut ini:7
a. al-Qur’an Telah menceritakan kepada
kami Al Hasan bin Ali Al Khallal
َ
ِ ‫آخ ُرو َن يَ ْض ِربُو َن يِف أْال ْر‬
‫ض‬ َ ‫َو‬ berkata, telah menceritakan
َِّ‫يَبْتَغُو َن ِم ْن فَ ْض ِل الله‬ kepada kami Bisyr bin Tsabit Al
Bazzar berkata, telah menceritakan
“…dan orang-orang yang berjalan kepada kami Nashr bin Al Qasim
di muka bumi mencari sebagian dari <Abdurrahman bin Dawud
karunia Allah…”.8 (QS. al- dari Shalih bin Shuhaib dari
Muzammil (73): 20 Bapaknya ia berkata, Rasulullah
SAW bersabda: “Tiga hal yang
Yang menjadi wajhud-dilalah
di dalamnya terdapat barakah;
(‫الد اَللَه‬
ِّ ‫ ) َو ْج ُه‬atau argument dari surah
jual beli yang memberi tempo
tersebut adalah adanya kata yadhribun
(secara tangguh), muqaradhah
yang sama dengan akar kata
(mudharabah), dan campuran
gandum dengan jelai (tepung)
5
Burhanuddin S, Hukum Kontrak Syariah, untuk di konsumsi orang-orang
cet. ke-1, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta,
2009), hlm. 116 rumah (keperluan rumah), bukan
6
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank untuk dijual”.10
Syari’ah…, hlm. 97
7
Ibid., hlm. 95 9
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank
8
Departemen Agama RI, al-Qur’an Syari’ah…, hlm. 95
Transliterasi Per Kata dan Terjemahan Per Kata, 10
Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, “Kitab at-
(Bekasi: Cipta Bagus Segara, 2011), hlm. 575 Tijarah”, terj. Lembaga Ilmu dan Dakwah serta

210 | M ua m a l at Jurnal Hukum Ekonomi Syariah


c. Ijma’ Disamping ketentuan tersebut,
Imam Zailai sebagaimana yang bagi pembiayaan mudharabah berlaku
dikutip oleh Muhammad Syafi’I perlakuan akuntansi sebagaimana
Antonio, telah menyatakan bahwa diatur dalam Pernyataan Standar
para sahabat telah berkonsensus11 Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 105
terhadap legitimasi12 pengolahan tentang Akuntansi Mudharabah dan
harta yatim secara mudharabah. lampiran SEBI No. 5/26/BPS tanggal
Kesepakatan para sahabat ini sejalan 27 Oktober 2003 tentang Pedoman
dengan spirit hadits yang dikutip Abu Akuntansi Perbankan Syariah
Ubaid.13 Indonesia (PAPSI). Pembiayaan
berdasarkan akad mudharabah
d. Landasan Hukum
sebagaimana diuraikan, berlaku bagi
Sebagai landasan hukum Bank Umum Syariah, Unit Usaha
pembiayaan berdasarkan akad Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat
mudharabah antara lain adalah Pasal Syariah.15
19 ayat (1) huruf c dan ayat (2) huruf
c serta Pasal 21 huruf b angka 1 UU 4. Rukun dan Syarat
Perbankan Syariah, Fatwa DSN No. Sebagaimana akad pada
07/DSN-MUI/IV/2000 tentang umumnya, rukun merupakan unsur-
Pembiayaan Mudharabah (Qirad) unsur yang menentukan terbentuknya
dan PBI No. 7/6/PBI/2005 tentang akad. Untuk dapat menjadi rukun,
Transparansi Informasi Produk Bank sesuatu harus memenuhi syarat
dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah sebagai rukun.16 Adapun rukun dan
beserta ketentuan perubahannya, syarat yang berlaku dalam mudharabah
serta PBI No. 9/19/PBI/2007 tentang adalah sebagai berikut:
Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam a. Penyedia dana (shahibul maal)
Kegiatan Penghimpunan Dana dan dan pengelola (mudharib) harus
Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa cakap hukum;
Bank Syariah berikut perubahannya b. Pernyataan ijab dan qabul harus
dengan PBI No. 10/16/PBI/2008.14 dinyatakan oleh para pihak untuk
menunjukkan kehendak mereka
Publikasi Sarana Keagamaan, Ensiklopedia Hadits
dalam mengadakan kontrak
versi Dekstop: Sunan Ibnu Majah, ( Jakarta: Lidwa (akad) dengan memperhatikan
Pusaka, 2015), no. 2280. Hadis diriwayatkan oleh
Shalih bin Shuhaib.
hal-hal berikut:
11
Bersepakat
12
Keterangan yang mengesahkan
13
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank
Syari’ah…, hlm. 96 15
Ibid., hlm. 196
14
Wangsawidjaja Z, Pembiayaan Bank…, 16
Burhanuddin S, Hukum Kontrak…, hlm.
hlm. 195-196 113

M u’a m a l at Volume IX, Nomor 2 Desember 2017 | 211


1) Penawaran dan penerimaan untuk tujuan usaha dengan
harus secara eksplisit (gambling/ syarat sebagai berikut:
tegas) menunjukkan tujuan 1) Modal harus diketahui jumlah
kontrak (akad); dan jenisnya;
2) Penerimaan dari penawaran 2) Modal dapat berbentuk uang
dilakukan pada saat kontrak; atau barang yang dinilai. Jika
3) Akad dituangkan secara tertulis, modal diberikan dalam bentuk
melalui korespodensi atau aset tersebut harus dinilai pada
dengan menggunakan cara-cara waktu akad;
komunikasi modern. 3) Modal tidak dapat berbentuk
c. Keuntungan mudharabah adalah piutang dan harus dibayarkan
jumlah yang didapat sebagai kepada mudharib, baik secara
kelebihan dari modal. Syarat bertahap maupun tidak, sesuai
keuntungan berikut ini harus dengan kesepakatan dalam
dipenuhi: akad.
1) Harus diperuntukkan bagi e) Kegiatan usaha oleh pengelola
kedua pihak dan tidak boleh (mudharib), sebagai perimbangan
modal yang disediakan oleh penyedia
disyaratkan untuk satu pihak;
dana, harus memperhatikan hal-hal
2) Bagian keuntungan proporsional berikut:
bagi setiap pihak harus 1) Kegiatan usaha adalah hak
diketahui dan dinyatakan pada eksklusif (khusus/terpisah)
waktu kontrak disepakati dan mudharib, tanpa campur
harus dalam bentuk presentase tangan penyedia dana, tetapi
(nisbah) dari keuntungan sesuai ia mempunyai hak untuk
kesepakatan. Perubahan nisbah melakukan pengawasan;
harus berdasarkan kesepakatan;
2) Penyedia dana tidak boleh
3) Penyedia dana menanggung mempersempit tindakan
semua kerugian akibat dari pengelola sedemikian rupa yang
mudharabah dan pengelola tidak dapat menghalangi tercapainya
boleh menanggung kerugian tujuan mudharabah, yaitu
apa pun kecuali diakibatkan dari keuntungan;
kesalahan disengaja, kelalaian,
3) Pengelola tidak boleh menyalahi
atau pelanggaran kesepakatan.
hukum syari’ah Islam dalam
d) Modal ialah sejumlah uang dan/ tindakannya yang berhubungan
atau aset yang diberikan oleh dengan mudharabah, dan harus
penyedia dana kepada mudharib

212 | M ua m a l at Jurnal Hukum Ekonomi Syariah


mematuhi kebiasaan yang c. Deposito spesial (special
berlaku dalam aktivitas itu.17 investment), di mana dana yang
5. Resiko Mudharabah dititipkan nasabah khusus
Resiko yang terdapat dalam untuk bisnis tertentu, misalnya
mudharabah, terutama pada murabahah atau ijarah saja.19
penerapannya dalam pembiayaan, Adapun pada sisi pembiayaan
relatif tinggi. Diantaranya: mudharabah mutlaqah diterapkan
untuk:
a. Side streaming, nasabah
menggunakan dana itu bukan Penerapan mudharabah
seperti yang disebut dalam mutlaqah dapat berupa tabungan
kontrak; dan deposito sehingga terdapat dua
b. Lalai dan kesalahan yang jenis penghimpunan dana yaitu:
disengaja; tabungan mudharabah dan deposito
mudharabah. Berdasarkan prinsip ini
c. Penyembunyian keuntungan
tidak ada pembatasan bagi bank dalam
oleh nasabah bila nasabahnya
menggunakan dana yang dihimpun.20
tidak jujur.18
Mudharabah mutlaqah tergolong dalam
6. Aplikasi dalam Perbankan investasi yang tidak terikat. Investasi21
Syari’ah tersebut bukan merupakan kewajiban
Mudharabah biasanya diterapkan atau equitas bank, karena bank tidak
pada produk-produk pembiayaan dan berkewajiban mengembalikan dana
pendanaan. Pada sisi penghimpunan apabila terjadi kerugian pengelolaan
dana, mudharabah diterapkan pada: dana yang bukan disebabkan kelalaian
a. Tabungan berjangka, yaitu atau kesalahan bank sebagai mudharib.
tabungan yang dimaksudkan Dan dalam perbankan syariah
untuk tujuan khusus, seperti jenis mudharabah muthlaqah (investasi
tabungan haji, tabungan kurban, tidak terikat) antara lain investasi
dan sebagainya; tidak terikat dari bukan bank dan
b. Deposito biasa; Investasi tidak terikat dari bank lain.22

17
Muhammad, Manajemen Pembia­ 19
Ibid., hlm. 97
yaan Mudharabah di Bank Syariah: Strategi 20
Janji Mustawa, “Mudharabah
Memaksimalkan Return dan Meminimalkan Mutlaqah”, dalam http://www.sanabila.
Return dan Meminimalkan Resiko Pembiayaan di com/2015/08/mudharabah-muthlaqah.html,
Bank Syari’ah sebagai Akibat Masalah Agency, ed. diakses tanggal 15 April 2016
ke-1, ( Jakarta: Rajawali, 2008), hlm.58-60, lihat 21
Penanaman modal untuk satu atau
juga Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis lebih aktiva yang dimiliki dan memiliki jangka
Fiqih dan Keuangan, cet. ke-7, ( Jakarta: PT. Raja waktu lama, dengan harapan mendapatkan
Grafindo Persada, 2010), hlm. 205 keuntungan di masa-masa yang akan datang.
18
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank 22
Riska Herliyani, “Makalah Ekonomi”,
Syari’ah…, hlm. 98 dalam http://riskaherliyani.blogspot.

M u’a m a l at Volume IX, Nomor 2 Desember 2017 | 213


a. Investasi Tidak Terikat Dari 3) Bagi hasil investasi tidak terikat
Bukan Bank yang sudah diperhitungkan pada
Investasi tidak terikat dari bukan akhir periode tetapi belum jatuh
bank antara lain: tempo disajikan dalam pos bagi
hasil yang belum dibagikan.23
1) Tabungan mudharabah, yaitu
investasi tidak terikat pihak ke b. Investasi Tidak Terikat Dari
tiga pada bank syariah yang Bank Lain
penarikannya hanya dapat  Jenis  Investasi tidak terikat dari
dilakukan menurut syarat bank lain:
tertentu yang disepakati. 1) Tabungan mudharabah,
2) Deposito mudharabah adalah investasi tidak terikat dari bank
investasi tidak terikat pihak lain pada bank syari’ah yang
ketiga pada bank syarian yang penarikkannya hanya dapat
penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat
dilakukan pada waktu tertentu tertentu yang disepakati.
dengan pembagian hasil sesuai 2) Deposito mudharabah, Investasi
dengan nisbah yang telah tidak terikat dari bank lain pada
disepakati di muka antara bank syariah yang penarikannya
nasabah dengan bank syariah hanya dapat dilakukan pada
yang bersangkutan. waktu tertentu dengan
Penyajian, pembagian hasil sesuai dengan
1) Investasi tidak terikat dari pihak nisbah yang telah disepakati
ketiga disajikan sebesar jumlah dimuka antara nasabah
nominalnya untuk masing- dengan bank syari’ah yang
masing bentuk investasi tidak bersangkutan.24
terikat, antara lain tabungan c. Sertifikat Investasi Mudharabah
mudharabah dan deposito Antar Bank Syari’ah
mudharabah. Sertifikat yang digunakan bank
2) Bagi hasil investasi tidak terikat sebagai sarana untuk mendapatkan
yang sudah diperhitungkan dan dana dengan prinsip mudharabah.
telah jatuh tempo tetapi belum Penyajian,
diserahkan kepada nasabah
1) Investasi tidak terikat dari
disajikan dalam pos kewajiban
bank lain disajikan sebesar
segera.
jumlah nominalnnya untuk

co.id/2014/04/contoh-makalah-ekonomi. 23
Ibid.
html, diakses tanggal 15 April 2016. 24
Ibid.

214 | M ua m a l at Jurnal Hukum Ekonomi Syariah


masing-masing bentuk investasi deposito mudharabah, bank
tidak terikat, antara lain wajib memberikan sertifikat
tabungan mudharabah, deposito atau tanda penyimpanan (bilyet)
mudharabah dan Sertifikat IMA. deposito kepada deposan;
2) Bagi hasil investasi tidak terikat c. Tabungan mudharabah dapat
yang sudah diperhitungkan dan diambil setiap saat oleh
telah jatuh tempo tetapi belum penabung sesuai dengan
diserahkan kepada nasabah perjanjian yang disepakati
disajikan dalam pos kewajiban namun tidak diperkenankan
segera. mengalami saldo negatif;
3) Bagi hasil investasi tidak terikat d. Deposito mudharabah hanya
yang sudah diperhitungkan pada dapat dicairkan sesuai dengan
akhir periode tetapi belum jatuh jangka waktu yang telah
tempo disajikan dalam pos bagi disepakati. Deposito yang
hasil yang belum dibagikan.25 diperpanjang, setelah jatuh
7. Ketentuan Umum dalam tempo akan diperlakukan sama
Produk Mudharabah Mutlaqah seperti deposito baru, tetapi bila
Ketentuan umum dalam pada akad sudah dicantumkan
produk mudharabah mutlaqah dapat perpanjangan otomatis maka
dipaparkan sebagai berikut: tidak perlu dibuat akad baru.
e. Ketentuan-ketentuan yang lain
a. Bank wajib memberitahukan
yang berkaitan dengan tabungan
kepada pemilik dana
dan deposito tetap berlaku
mengenai nisbah dan tata cara
sepanjang tidak bertentangan
pemberitahuan keuntungan dan
dengan prinsip syariah.26
atau pembagian keuntungan
secara resiko yang dapat Deposito mudharabah mutlaqah,
ditimbulkan dari penyimpanan pemilik dana tidak memberikan
dana. Apabila telah tercapai batasan atau persyaratan tertentu
kesepakatan; maka hal tersebut kepada bank syariah dalam mengelola
harus dicantumkan dalam akad; investasinya, baik yang berkaitan
dengan tempat, cara maupun
b. Untuk tabungan mudharabah,
objek investasinya. Dengan kata
bank dapat memberikan
lain, bank syariah mempunyai hak
buku tabungan sebagai bukti
dan kebebasan sepenuhnya dalam
penyimpanan, serta kartu ATM
menginvestasikan mudharabah
dan atau alat penarikan lainnya
mutlaqah ini ke berbagai sektor bisnis
kepada penabung. Untuk
Janji
26
Mustawa, “Mudharabah
25
Ibid. Mutlaqah”…,

M u’a m a l at Volume IX, Nomor 2 Desember 2017 | 215


yang diperkirakan akan memperoleh 2) Bagi hasil bulan pertama dihitung
keuntungan. Dalam perhitungan bagi secara proporsional hari efektif
hasil deposito mudharabah mutlaqah, termasuk tanggal tutup buku,
basis perhitungan adalah hari bagi tetapi tidak termasuk tanggal
sebenarnya, termasuk tanggal tutup pembukuan deposito;
buku, namun tidak termasuk tanggal 3) Bagi hasil bulan terakhir dihitung
pembukuan deposito mudharabah secara proporsional bulan efektif
mutlaqah dan tanggal jatuh tempo. tidak termasuk tanggal jatuh
Sedangkan jumlah hari dalam sebulan tempo deposito. Tingkat bagi
yang menjadi angka penyebut/angka hasil yang dibayarkan adalah
pembagi adalah hari kalender bulan tingkat bagi hasil tutup buku
yang bersangkutan (28 hari, 30 hari, bulan terakhir;
atau 31 hari).27 4) Jumlah hari sebulan adalah
Pembayaran bagi hasil deposito hari kalender bulan yang
mudharabah mutlaqah dapat dilakukan bersangkutan (28 hari, 29 hari,
melalui dua metode, yaitu: 30 hari dan 31 hari);
a. Anniversary Date (Tanggal 5) Bagi hasil bulanan yang diterima
Jadian) nasabah dapat diafiliasikan
1) Pembayaran bagi hasil deposito ke rekening lainnya sesuai
dilakukan secara bulanan, yaitu permintaan deposan.28
pada tanggal yang sama dengan Pencairan deposito mudharabah
tanggal pembukaan deposito; mutlaqah dengan pembayaran bagi
2) Tingkat bagi hasil yang hasil bulanan yang dilakukan sebelum
dibayarkan adalah tingkat bagi tanggal jatuh tempo, bank syariah
hasil tutup buku bulan terakhir; dapat mengenakan denda (penalty)
kepada nasabah yang bersangkutan
3) Bagi hasil bulanan yang diterima
sebesar 3% (tiga persen) dari nominal
nasabah dapat diafiliasikan ke
bilyet deposito mudharabah mutlaqah.
rekening lainnya sesuai dengan
Klausul dendan harus ditulis dalam
permintaan deposan.
akad dan dijelaskan kepda nasabah
b. End of Month (Akhir Bulan) pada saat pembukaan deposito
1) Pembayaran bagi hasil deposito mudaharabah mutlaqah semua jangka
dilakukan secara bulanan, yaitu waktu (1, 3, 6 dan 12 bulan) untuk
pada tanggal tutup buku setiap disepakati bersama oleh nasabah dan
bulan; bank. Dalam hal ini, bagi hasil yang

27
Ibid. 28
Ibid.

216 | M ua m a l at Jurnal Hukum Ekonomi Syariah


menjadi hak nasabah dan belum atas segala kerugian yang
dibayarkan, harus dibayarkan. dialaminya;
8. Berakhirnya Mudharabah c. Menurut jumhur ulama,
Lazimnya akad mudharabah akan mudharabah akan batal jika salah
berakhir setelah tujuannnya dapat satu pihak meninggal dunia.
tercapai. Namun tujuan mudharabah Apabila yang meninggal pemilik
tercapai, terkadang akad mudharabah modal (shahibul mal), maka
dapat dikatakan berakhir karena pihak pengelola (mudharib)
adanya hal-hal berikut: tidak berhak untuk melanjutkan
mudharabah. Namun jika
a. Tidak terpenuhinya salah tetap melanjutkan meskipun
satu atau beberapa syarat tanpa izin ahli warisnya, maka
mudharabah. Jika salah satu syarat tindakannya dianggap ghasap
mudharabah tidak terpenuhi, (memanfaatkan sesuatu tanpa
maka pengelola yang sudah izin). Karena itu apabila terjadi
terlanjur mentasharrufkan kerugian, maka pihak pengelola
modal atas izin pemiliknya wajib bertanggung jawab.
berhak mendapatkan upah. Sedangkan apabila mendapatkan
Jika dari usaha tersebut keuntungan, maka hasilnya
mendapatkan keuntungan, dapat dibagi menjadi dua. Jika
maka hasilnya diperuntukkan mudharabah telah batal (fasakh),
bagi pemilik modal. Begitupula sedangkan modal syirkah sudah
sebaliknya, apabila mengalami berbentuk barang dagangan
kerugian akan menjadi tanggung (‘urud), maka kedua belah pihak
jawabnya. Ketentuan ini berlaku boleh menjual agar hasilnya
karena pengelola tidak lebih dapat dibagi;
hanya sebagai pekerja sewaan
d. Adanya pihak yang kehilangan
yang tidak wajib menanggung
kecakapan untuk bertasharruf
kerugian, kecuali karena faktor
(keahlian mengelola harta), baik
kesengajaan;
karena kehilangan ingatan (gila)
b. Pengelola modal (mudharib) maupun sebab-sebab lainnya;
dengan sengaja meninggalkan
e. Kegiatan usaha yang dijalankan
tugas yang diamanahkan
oleh pengelola modal (mudharib)
kepadanya dan berbuat sesuatu
mengalami kerugian, sehingga
yang bertentangan dengan
memungkinkan usaha tersebut
tujuan akad. Jika demikian yang
mengalami kegagalan dan
terjadi, maka pihak pengelola
dinyatakan dalam status
modal bertanggung jawab
kepailitan (muflis);

M u’a m a l at Volume IX, Nomor 2 Desember 2017 | 217


f. Abu Hanifah keadaan ini merupakan akad kerjasama di
menyebabkan akad mudharabah mana pemilik modal (shahibul mal)
menjadi batal.29 menetapkan syarat tertentu yang
9. Analisis Akad Mudharabah harus dipatuhi mudharib baik yang
Mutlaqah dalam Praktik berkaitan dengan tempat kegiatan
Perbankan usaha, jenis usaha, barang yang
Dari pemaparan di atas dapat menjadi objek usaha, waktu dan
dianalisa, bahwa akad mudharabah dari siapa barang tersebut dibeli.30
mutlqah dalam praktik perbankan Keuntungan usaha secara mudharabah
dapat dilihat dari beberapa aspek: dibagi menurut kesepakatan yang
dituangkan dalam kontrak, sedangkan
a. Aspek Pembiayaan apabila rugi ditanggung oleh pemilik
Akad mudharabah mutlaqah modal selama kerugian itu bukan
yang dijadikan bahan acuan di akibat kelalaian si pengelola. Apabila,
dalam menganalisis, ternyata lebih pembiayaan dalam kontrak di atas,
diterapkan pada sisi pembiayaan modal disebut sebagai mudharabah mutlaqah,
kerja jasa kontruksi, yang tertuang rasanya tidaklah tepat karena
dalam Pasal 1 Perjanjian Mudharabah mudharabah mutlaqah sendiri tidak
No. 9072/MDA/VI/2010, di mana sesuai dengan pemaparan di atas, sebab
nasabah dalam kontrak tersebut penerapannya secara umum berupa
menerima amanah pembiayaan tabungan dan deposito sehingga
syirkah sebesar Rp. 180.000.000,- terdapat dua jenis penghimpunan
dengan proyeksi pendapatan sebesar dana yaitu: tabungan mudharabah dan
Rp. 60.000.000,- dan nisbah yang deposito mudharabah.
disepakati bersama, Bank sebesar
Oleh sebab itu, contoh kasus
6% sedangkan nasabah sebesar 94%.
yang tepat dalam mudharabah mutlaqah
Adapun proyeksi angsuran setelah
beradasarkan apa yang dipaparkan di
dihitung dari besarnya nisbah bank dan
atas dapat dipahami sebagai berikut:
proyeksi pendapatan, memperoleh
hasil sebesar Rp. 3.600.000,- dengan 1) Contoh Perhitungan Keun­
jangka waktu selama 3 (tiga) bulan. tungan Tabungan Mudharabah:
Pembiayaan yang menjadi acuan Ibu Ratnaningsih memiliki
di dalam kontrak tersebut menurut tabungan Mudharabah di bank
hemat penulis lebih mengarah kepada syariah A dengan saldo rata-rata
pembiayaan mudharabah muqayyadah, bulan Mei sebesar Rp. 15.000.000,00.
yang dimana mudharabah tersebut Perbandingan nisbah antara bank
30
Dimayuddin Djuwaini, Pengantar Fiqh
29
Burhanuddin S, Hukum Kontrak…, hlm. Muamalah, cet. ke-2, (Yogyakarta: Pustaka
117-119 Pelajar, 2010), hlm. 228

218 | M ua m a l at Jurnal Hukum Ekonomi Syariah


syariah dengan deposan adalah = (Rp. 20.000.000,00 X
40% : 60%. Saldo rata-rata per Rp. 500.000.000,00 X 55%) : Rp.
bulan di seluruh bank syariah 10.000.000.000,00
A sebesar Rp. 7.500.000.000,00. = Rp. 550.000,00, (keuntungan
Kemudian keuntungan bank syariah Tn. Arif dari deposito berjangka 1
yang dibagihasilkan adalah Rp. bulan).31
30.000.000,00. Jadi, Keuntungan Ibu
Ratnaningsih b. Aspek Jaminan
Mengenai jaminan dalam
= (Saldo rata-rata Ibu
kontrak tersebut yang tertuang
Ratnaningsih X Keuntungan Bank
dalam pasal 7 tentang Pernyataan
Syariah X 60%) : Saldo rata-rata bank
dan Jaminan pada dasarnya sudah
syariah D
sesuai dengan peraturan Fatwa
= (Rp. 15.000.000,00 X DSN Tentang Rahn Tasjily, yang
Rp. 30.000.000,00 X 60%) : Rp. menyatakan bahwa “Rahn Tasjily”
7.500.000.000,00 disebut juga dengan Rahn Ta’mini,
= Rp. 36.000,00, 9keuntungan Rahn Rasmi, atau Rahn Hukmi adalah
Ibu Ratnaningsih yang diperoleh jaminan dalam bentuk barang atas
selama bulan tsb.) utang, dengan kesepakatan bahwa
yang diserahkan kepada penerima
2) Contoh Perhitungan Keun­
jaminan (murtahin) hanya bukti sah
tungan Deposito Mudharabah
kepemilikannya (sertifikat barang),
Tn. Arif memiliki deposito sedangkan fisik barang jaminan
mudharabah sebesar Rp. 20.000.000,00 tersebut (marhun) tetap berada
dengan jangka waktu 1 bulan di dalam penguasaan dan pemanfaatan
bank syariah Z. Nisbah antara bank pemberi jaminan (rahin)”.32
syariah dengan nasabah adalah 45%
: 55% . Saldo rata-rata deposito per c. Aspek Kelalaian
bulan di bank syariah Z sebesar Pada pasal 6 angka 1
Rp. 10.000.000.000,00. Kemudian Perjanjian Mudharabah, dijelaskan
pendapatan yang dibagihasilkan bank bahwa kelalaian Nasabah untuk
syariah Z adalah Rp. 500.000.000,00. melaksanakan kewajibannya menurut
Jadi, Keuntungan Nasabah
= (Deposito Tn. Arif X
31
Fadly Knight, “Penerapan Mudharabah
Mutlaqah Dan Muqayadah Dari Sisi Kewajiban
Pendapatan Bank Syariah X 55%) Serta Bagi Hasil Pada Bank Syariah”, dalam
: Saldo rata-rata deposito di bank http://fadlyknight.blogspot.co.id/2012/01/
syariah penerapan-mudharabah-mutlaqah-dan.html,
diakses tanggal 15 April 2016.
32
Fatwa DSN-MUI No. 68/DSN-MUI/
III2008 tentang Rahn Tasjily.

M u’a m a l at Volume IX, Nomor 2 Desember 2017 | 219


Perjanjian ini untuk membayar (menyalinnya secara langsung) tanpa
kembali angsuran Pembiayaan melihat isi dari kontrak pembiayaan
tepat pada waktunya, dalam hal ini yang diadakan oleh nasabah dan
lewatnya waktu saja telah memberi pihak bank, padahal kontrak tersebut
bukti yang cukup bahwa Nasabah menjadi dasar paling penting bagi
telah melalaikan kewajibannya. para pihak ketika terjadi masalah
Untuk hal ini Bank dan Nasabah terkait pembiayaan yang diakadkan.
sepakat untuk mengesampikan Akibatnya, banyak dari isi kontrak
Pasal 1238 Kitab Undang-undang pembiayaan yang seharusnya
Hukum Perdata yang selanjutnya berbeda menjadi sama dikarenakan
disebut KUHPerdata. Dalam pasal hal tersebut, dan memungkinkan
tersebut Nasabah dan Bank sepakat terjadinya permasalahan di antara
untuk mengesampingkan pasal 1238 para pihak, sehingga pembiayaan yang
KUHPerdata, hal tersebut menurut diakadkan dapat menjadi batal dan
penulis, diperbolehkan sebab dalam tidak berjalan sesuai dengan rencana.
hal ini berlaku asas kebebasan Untuk itu, di dalam menyusun
berkontrak, di mana setiap orang sebuah kontrak yang sangat penting
dapat membuat kontrak atau jenis diperhatikan adalah aspek ke-hati-
apapun tanpa terikat pada nama-nama hatian.
yang telah ditentukan dalam Undang-
undang dan memasukkan klausula C. KESIMPULAN
apa saja ke dalam kontrak yang
Sehubungan dengan penjelasan
dibuatnya sesuai dengan kepentingan
di atas, dapat diraih beberapa
sejauh tidak bertentangan dengan
kesimpulan diantaranya adalah:
yang diperjanjikan dan Undang-
undang yang berlaku. 1. Mudharabah Mutlaqah
merupakan bentuk kerjasama
Sedangkan penerpannya
yang dilakukan oleh shahibul
dalam hukum Islam, pada dasarnya
mal dan mudharib dimana
diperbolehkan (sama-sama berlaku
cakupannya luas tanpa dibatasi
asas kebebasan beraqad), selama
dengan spesifikasi jenis usaha,
rukun dan syarat yang diperjanjikan
waktu dan daerah bisnis, yang
terpenuhi, maka aturan yang lain pun
nantinya akan memberikan
boleh dikesampingkan.
kebebasan kepada mudharib
d. Aspek Penysunan Kontrak di dalam mengelola modal
Terkait dengan penyusunan dan bisa mendatangkan
kontrak, baik dari segi isi maupun keuntungan, serta tidak
format penulisan, menurut penulis bertentangan dengan prinsip-
masih mengandalkan kerja cepat prinsip syari’ah. Pada prinsipnya

220 | M ua m a l at Jurnal Hukum Ekonomi Syariah


yang berhak mengelola tersebut berlaku asas kebebasan
modal adalah mudharib dan berkontrak/beraqad yang di mana
pihak pemodal tidak berhak para pihak bebas membuat perjanjian
mengelola persekutuan secara atau jenis apapun serta memasukkan
mutlak. Sedangkan penerapan klausula apa saja, selama rukun dan
mudharabah mutlaqah di bank syarat sudah terpenuhi.
syariah dapat berupa tabungan 4) Aspek Penyusunan Kontrak
mudharabah dan deposito
Mengenai aspek penyusunan
mudharabah.
akad/kontrak mudharabah mutlaqah
2. Akad mudharabah mutlaqah masih mengandalkan kerja cepat
dalam praktik perbankan (menyalinnya secara langsung)
syari’ah, dapat dianalisa dari sehingga isi dari kontrak tersebut
beberapa aspek: kadang-kadang tidak sesuai dengan
1) Aspek Pembiayaan pembiayaan yang diakadkan antara
Pada aspek pembiayaan yang nasabah dan pihak bank.
tertuang dalam akad/kontrak
mudharabah mutlaqah berbeda dengan DAFTAR PUSTAKA
aplikasi mudharabah mutlaqah secara
Agama RI, Departemen, al-Qur’an
umum di perbankan syariah.
Transliterasi Per Kata dan
2) Aspek Jaminan Terjemahan Per Kata, Bekasi:
Jaminan yang tertuang dalam Cipta Bagus Segara, 2011.
akad/kontrak yang dipaparkan di atas Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah,
sudah sesuai dengan Fatwa DSN-MUI Ed. I, Jakarta: PT. Raja Grafindo
tentang Rahn Tasjily sebagaimana Persada, 2007.
yang telah diungkapkan sebelumnya.
Burhanuddin S, Hukum Kontrak
3) Aspek Kelalaian Syariah, cet. ke-1, Yogyakarta:
Kelalaian Nasabah untuk BPFE-Yogyakarta, 2009.
melaksanakan kewajibannya dalam Djuwaini Dimayuddin, Pengantar Fiqh
membayar kembali angsuran Muamalah, cet. ke-2, Yogyakarta:
pembiayaan tepat pada waktunya, Pustaka Pelajar, 2010.
dalam hal ini lewatnya waktu saja
Fatwa Dewan Syariah Nasional -
telah memberi bukti bahwa nasabah
Majelis Ulama Indonesia No.
telah melalaikan kewajibannya. 68/DSN-MUI/III/2008, tentang
Tetapi, aturan tersebut boleh Rahn Tasjily, tanggal 06 Maret
dikesampingkan baik penerapannya 2008.
dalam hukum konvensional maupun
hukum Islam, sebab dalam hal

M u’a m a l at Volume IX, Nomor 2 Desember 2017 | 221


Herliyani, Riska, “Makalah Ekonomi”, Muhammad, Manajemen Bank
dalam http://riskaherliyani. Syari’ah, cet. ke-2, Yogyakarta:
blogspot.co.id/2014/04/ Unit Penerbit dan Percertakan
contoh-makalah-ekonomi.html, Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen
diakses tanggal 15 April 2016. YKPN, 2011.
Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, “Kitab Muhammad, Manajemen Pembiayaan
at-Tijarah”, terj. Lembaga Ilmu Mudharabah di Bank Syariah:
dan Dakwah serta Publikasi Strategi Memaksimalkan Return
Sarana Keagamaan, Ensiklopedia dan Meminimalkan Return dan
Hadits versi Dekstop: Sunan Ibnu Meminimalkan Resiko Pembiayaan
Majah, Jakarta: Lidwa Pusaka, di Bank Syari’ah sebagai Akibat
2015. Masalah Agency, ed. ke-1, Jakarta:
Karim, Adiwarman, Bank Islam: Rajawali, 2008.
Analisis Fiqih dan Keuangan, cet. Mustawa, Janji, “Mudharabah
ke-7, Jakarta: PT. Raja Grafindo Mutlaqah”, dalam http://
Persada, 2010. www.sanabila.com/2015/08/
Knight, Fadly, “Penerapan mudharabah-muthlaqah.html,
Mudharabah Mutlaqah diakses tanggal 15 April 2016
Dan Muqayadah Dari Sisi Syafi’I Antonio, Muhammad, Bank
Kewajiban Serta Bagi Hasil Syari’ah: Dari Teori ke Prektik,
Pada Bank Syariah”, dalam cet. ke-1, Jakarta: Gema Insani,
http://fadlyknight.blogspot. 2001.
co.id/2012/01/pener apan- Wangsawidjaja Z, Pembiayaan Bank
mudharabah-mutlaqah-dan. Syariah, Jakarta: PT. Gramedia
html, diakses tanggal 15 April Pustaka Utama, 2012.
2016.

222 | M ua m a l at Jurnal Hukum Ekonomi Syariah

Anda mungkin juga menyukai