PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja karakteristik di masa anak-anak akhir
2. Untuk memahami bagaimana perkembangan fisik, motoric, sosial, emosional, bahasa
dan kognitif anak
3. Untuk mengetahui apa saja tugas perkembangan masa anak-anak akhir
1
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut kriswanto (2006) pola perkembangan anak, usia yang paling rawan
adalah usia anak SD (10 -12 tahun). Pada usia 10 – 12 tahun , mereka ini sedang
dalam perkembangan pra-remaja, yang mana secara fisik maupun psiklogi pada masa
ini mereka sedang menyongsong pubertas. Perkembangan aspek fisik, kongnitif,
emosional, mental, dan sosial anak SD membutuhkan cara – cara penyampaian dan
2
instensitas pengetahuan tentang seks dan kesehatan reproduksi yang berbeda dengan
tahap – tahap usia yang lain
Masa kanak-kanak akhir berlangsung pada usia sekitar 6-12 tahun dengan ciri-
ciri sebagaimana digambarkan oleh para orang tua, para guru, dan para psikolog
(Hurlock, 1997: 146-148), sebagai berikut.
1. Menurut orang tua, masa kanak-kanak akhir merupakan:
Masa yang menyulitkan
Masa atau usia yang tidak rapi (the dirty age)
Masa bertengkar
2. Menurut guru, masa kanak-kanak akhir merupakan:
Masa bersekolah
Masa kritis
3. Menurut psikolog, masa kanak-kanak merupakan:
Masa atau usia berkelompok (the gang age)
Masa penyesuaian diri
Masa bermain
Masa kreatif
Dengan mengesampingkan adanya perbedaan yang bersifat individual dapat
diidentifikasi tingkat perkembangan individu pada masa kanak-kanak akhir (Tim
Dosen FIP IKIP Malang, 1980 : 114-115), sebagai berikut.
Pertumbuhan fisik dan perkembangan motoric mengalami kemajuan
pesat.
Kehidupan sosialnya diperkaya, selain mengalami perkembangan
dalam melakukan kerjasama juga perkembangan kemampuan untuk
bersaing dengan kelompok sebayanya.
Kesadaran terhadap diri sendiri semakin berkembang.
Kemampuan berpikirnya sampai pada tingkat persepsional.
Dalam bergaul dan melakukan kegiatan bersama tidak membedakan
jenis kelamin. Yang lebih menonjol dalam hal ini adalah perhatian dan
pengalaman yang sama.
Mampu memahami suatu gejala berdasarkan hubungan sebab-akibat
(prinsip kausalitas).
3
Ketergantungan kepada orang tua dan orang dewasa lainnya semakin
berkurang.
4
Robert Havighurst (Adam & Gullota, 1983) melalui perspektif psikososial
berpendapat bahwa periode yang beragam dalam kehidupan individu menuntut untuk
menuntaskan tugas-tugas perkembangan yang khusus. Tugas- tugas ini berkaitan erat
dengan perubahan kematangan, persekolahan, pekerjaan, pengalaman beragama, dan
hal lainnya sebagai prasyarat untuk pemenuhan dan kebahagiaan hidupnya.
5
(d) belajar berorganisasi.
3. Tuntutan dari dorongan dan cita-cita individu sendiri, misalnya:
(a) memilih pekerjaan
(b) memilih teman hidup.
4. Tuntutan norma agama, misalnya:
(a) taat beribadah kepada Allah
(b) berbuat baik kepada sesame manusia.
6
Faktor yang Mempengaruhi Penguasan Tugas Perkembangan
Sejumlah faktor mempengaruhi penguasaan tugas perkembangan; sebagian
diantaranya bertindak sebagai hambatan dan sebagian lagi sebagai pembantu
penguasaan ini. Beberapa faktor ini dapat dikendalikan, seperti halnya dalam kasus
kesempatan belajar. Beberapa yang lain, misalnya untuk membangun tubuh dan
kecerdaasan, tidak dapat dikendalikan atau hanya dikendalikan dalam batas yang
sangat sempit.
Beberapa faktor yang mempengaruhi penguasaan tugas perkembangan,
sebagai berikut:
a. Bantuan dalam menguasai
Perkembangan fisik yang dipercepat
Kekuatan dan energi di atas rata-rata untuk usia tertentu
Kecerdasan di atas rata-rata
Lingkungan ysng memberiksn kesempatan untuk belajar
Bimbingan belajar dari orang tua dan guru
Motivasi kuat untuk belajar
Kreativitas yang disertai dengan kemauan untuk berbeda
b. Hambatan dalam menguasai
Kelambatan dalam tingkat perkembangan, baik fisik maupun
mental
Kesehatan buruk yang mengakibatkan energi dan tingkat
kekuatan rendah
Cacat tubuh yang mengganggu
Tiadanya kesempatan untuk belajar apa yang diharapkan
kelompom sosial
Tiadanya bimbingan dalam belajar
Tiadanya motivasi untuk belajar
Rasa takut untuk berbeda
(Hurlock, Elizabeth B. 1997: 41)
7
1) Membuat anak merasa rendh diri, dan hal ini menimbulkan perasaan
tidak bahagia.
2) Menimbulkan ketidaksetujuan sosial, yang sering disertai dengan
penolakan sosial. Anak itu dianggap tidak matang dan kekanak-kanakan.
3) Menyulitkan penguasaan tugas perkembangan baru. Setiap tahun anak
semakin mundur karena tidak ada dasar yang dieperlukan untuk
membangun selanjutnya.
Sebaliknya, anak yang cepat dewasa dalam menguasai tugas prkembangan
yang ditetapkan kelompok sosial dihargai oleh persetujuan sosial dan diri sendiri.
Kedua hal ini ikut mempengaruhi kebahagiaan. Sebagai tambahan, persetujuan sosial
memungkinkan anak memainkan peran kepemimpinan, karena mereka dinilai lebih
terampil dan matang oleh teman sebayanya. Persetujuan pada diri sendiri
menimbulkan rasa percaya diri dan motivasi yang kuat untuk memenuhi harapan
sosial dan dirinya sendiri.
(Hurlock, Elizabeth B. 1997: 41-42)
2.3. Perkembangan Fisik, Motorik, Sosial, Emosional, Bahasa dan Kognitif Anak.
A. Perkembangan fisik.
(Desmita, 2017)
Sampai dengan usia sekitar 6 tahun terlihat badan anak bagian atas
berkembang lebih lambat dari pada bagian bawah. Anggota-anggota badan relatif
8
masih pendek, kepala dan perut relatif masih besar. Selama akhir anak-anak,
tinggi bertumbuh sekitar 5 hingga 6% dan berat badan sekitar 10% tiap tahun.
(Desmita, 2017)
B. Perkembangan motorik.
Dengan terus bertambahnya berat dan kekuatan badan, maka selama masa
pertengahan dan akhir anak-anak ini perkembangan motorik menjadi lebih halus
dan lebih terkoordinasi dibandingkan dengan awal masa kanak-kanak.
(Desmita, 2017)
Mereka mulai memperlihatkan gerakan-gerakan yang kompleks, rumit, dan cepat
yang diperlukan untuk menghasilkan karya kerajinan yang bermutu bagus atau
memainkan instrumen musik tertentu.
(Santrock, 1995)
8-10 tahun Tangan dapat digunakan secara bebas, dimana anak sudah
dapat menulis dengan baik. Ukuran huruf mulai lebih
kecil dan lebih rapi.
(Desmita, 2017)
Untuk memperhalus ketrampilan-ketrampilan motorik mereka, anak-anak
terus melakukan berbagai aktivitas fisik. Anak- anak maa sekolah ini
mengembangkan kemampuan melakukan permainan dengan peraturan, sebab
mereka sudah dapat memahami dan menaati aturan-aturan suatu permainan.
Partisipasi di berbagai cabang orlahraga, dengan memberikan konsekuensi positif
dan negatif bagi anak-anak, antara lain:
9
a. Konsekuensi positif: memberikan latihan dan kesempatan untuk belajar
bersaing, meningkatkan latihan dan esempatan untuk belajar bersaing,
meningkatkan harga diri (self-esteem), dan memperluas pergaulan dan
persahaban dengan teman-teman sebaya.
(Desmita, 2017)
C. Perkembangan Kognitif.
a. Negasi (negation). Pada masa pra operasional anak hanya melihat keadaan
permulaan dan akhir dari deretan benda, yaitu padamulanya keadaannya
sama dan pada akhirnya keadaannya menjadi tidak sama. Anak tidak
melihat apa yang terjadi diantaranya.tetapi pada masa konkrit operasional,
anak memahimi proses apa yang terjadi di antara kegiatan itu dan
memahami hubungan-hubungan anatara keduanya.
10
b. Hubungan timbal balik (resiprokasi). Ketika anak melihat bagaimana
deretan dari benda-benda itu diubah, anak mengetahui bahwa deretan
benda-benda bertambah panjang, tetapi tidak rapat lagi dibandingkan
dengan deretan lain. Hal ini karena anak mengetahui hubungan timbal
balik antara panjang dan kurang rapat atau sebaliknya kurang panjang
tetapi, lebih rapat, maka anak tahu pula bahwa jumlah benda-benda yang
ada pada kedua deretan itu sama.
Apa yang dipikirkan oleh anak masih terbatas pada hal-hal yang ada
hubungannya dengan suatu yang konkrit, suatu realitas secara fisik, benda-
benda yang benar-benar nyata. Sebaliknya, benda-benda atau peristiea yang
tidak ada hubungannya secara jelas dan konkrit dengan realitas, masih sulit
dipikirkan oleh anak. Ketrbatasan lain yang terjadi dalam kemampuan berpikir
konkrit anak ialah egosentrisme. Artinya anak belum mampu membedakan
antara perbuatan-perbuatan dan obyek-obyek yang hanya ada dalam
pikirannya.
(Desmita, 2017)
2. Perkembangan Memori.
12
sifat-sifat anak (termasuk sikap, motivasi, dan kesehatan), serta pengetahuan
yang telah diperoleh anak sebelumnya.
(Desmita, 2017)
g. Mengembangkan metakognitif.
13
e. Memotivasi anak untuk menggunakan keterampilan-keterampilan berpikir
yang baru saja dipelajari.
Menurut Santrock (1998) untuk mampu berpikir secara kritis, anak harus
mengambil peran aktif dalam proses belajar. Ini berarti anak-anak perlu
mengembangkan berbagai proses berpikir aktif, seperti:
e. Melakukan deduksi.
a. Pengertian intelegensi.
14
dirumuskan oleh para ahli, secara umu dapat dimasukkan ke dalam salah
satu dari 3 klasifikasi berikut:
b. Pengukuran integensi.
15
Di bawah Terbelakang secara Tidak dapat mengikuti pendidikan di
70 mental sekolah.
16
melainkan sekaligus EQ dan SQ. Dengan demikian diharapkan akan lahirlah
dari lembaga-lembaga manusia yang benar-benar utuh.
(Desmita, 2017)
7. Perkembangan krativitas.
a. Produk yang sifatnya baru sama sekali yang sebelumnya belum ada.
c. Suatu produk yang bersifat baru sebagai hasil pembaruan (inovasi) dan
perkembangan (evolusi) dari hal yang sudah ada.
b. Mempunyai inisiatif.
17
h. Penuh semangat.
(Munandar, 1999).
D. Perkembangan bahasa
18
pagi dan permainan-permainan ringan, seperti sepak bola, loncat tali,
berenang, dan sebagainya.
b. Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai
makhluk biologis.
Hakikat tugas ini ialah (1) mengembangkan kebiasaan untuk
memelihara badan, meliputi kebersihan, keselamatan diri, dan kesehatan;
(2) mengembangkan sikap positif terhadap jenis kelaminnya (pria atau
wanita) dan juga menerima dirinya (baik rupa wajahnya maupun postur
tubuhnya) secara positif.
c. Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya.
Yakni belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang
baru serta teman-teman sebayanya. Pergaulan anak di sekolah atau teman
ssebayanya mungkin diwarnai perasaan senang, karena secara kebetulan
temannya itu berbudi baik, tetapi mungkin juga diwarnai oleh perasaan
tidak senang karena teman sepermainannya suka mengganggu atau nakal.
d. Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.
Apabila anak sudah masuk sekolah, perbedaan jenis kelamin akan
semakin tampak. Dari segi permainan umpamanya akan tampak bahwa
anak laki-laki tidak akan memperbolehkan anak perempuan mengikuti
permainannya yang khas laki-laki, seperti main kelereng, main bola, dan
layang-layang.
e. Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung.
Salah satu sebab masa usia 6-12 tahundisebut masa sekolah karena
pertumbuhan jasmani dan perkembangan rohaninya sudah cukup matang
untuk menerima pengajaran. Untuk dapat hidup dalam masyarakat yang
berbudaya, paling sedikit anak harus tamat sekolah dasar (SD), karena dari
sekolah dasar anak sudah memperoleh keterampilan dasar dalam membaca,
menulis, dan berhitung.
f. Belajar mengembangkan konsep sehari-hari.
Apabila kita telah melihat sesuatu, mendengar, mengecap, mencium,
dan mengalami, tinggallah suatu ingatan pada kita. Ingatan mengenai
pengamatan yang telah lalu itu disebut konsep (tanggapan). Demikianlah
kita mempunyai tanggapan tentang ayah, ibu, rumah, pakaian, buku,
sekolah, dan juga mengenai gerak-gerik yang dilakukan, seperti berbicara,
berjalan, berenang, dan menulis. Bertambahnya pengalaman akan
19
menambah perbendaharaan konsep pada anak. Tak perlu diuraikan lagi
bahwa dalam kehidupan sangat banyak konsep yang dibutuhkan. Semakin
bertambah pengetauhan, semakin bertambah pula konsep yang diperoleh.
Tugas sekolah yaitu menanamkan konsep-konsep yang jelas dan benar.
Konsep-konsep itu meliputi kaidah-kaidah atau ajaran agama (moral), ilmu
pengetahuan, adat istiadat, dan sebagainya. Untuk mengembangkan tugas
perkembangan anak ini, maka guru dalam mendidik/mengajar di sekolah
sebaiknya memberikan bimbingan kepada anak untuk:
1) Banyak melihat, mendengar, dan mengalami sebanyak-banyaknya
tentang sesuatu yang bermanfaat untuk peningkatan ilmu dan kehidupan
bermasyarakat.
2) Banyak membaca buku-buku atau media cetak lainnya.
Semakin diaahami konsep-konsep tersebut, semakin mudah untuk
membicarakannya dan semakin mudah pula bagi anak untuk
mempergunakannya pada waktu berpikir.
g. Mengembangkan kata hati
Hakikat tugas ini ialah mengembangkan sikapdan perasaan yang
berhubungn dengan norma-norma agama. Hal ini menyangkut penerimaan
dan penghargaan terhadap peraturan agama (moral) disertai dengan
perasaan senang untuk melakukan atau tidak melakukannya. Tugas
perkembangan ini berhubungan dengan masalah benar-salah, boleh-tidak
boleh, seperti jujur itu baik, bohon itu buruk, dan sebagainya.
h. Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi.
Hakikat tugas ini ialah untuk dapat menjadi diri yang berdiri sendiri,
dalam arti dapat membuat rencana, berbuat untuk masa sekarang, dan masa
yang akan datang bebas dari pengaruh orangtua dan orang lain.
i. Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial dan lembaga-
lembaga.
Hakikat tugas ini ialah mengembangkan sikap sosial yang demokratis
dan menghargai hak orang lain. Umpamanya, mengembangkan sikap
tolong-menolong, sikap tenggang rasa, mau bekerjasama dengan orang lain,
toleransi terhadap pendapat orang lain, dan menghargai hak orang lain.
20
Menurut ahli psikologi lain tentang tugas-tugas perkembangan fase anak 6-12
tahun :
1. Charlotte Buhler (1930) dalam bukunya yang berjudul The first tear of
life :
a. Fase ketiga (6-8 tahun)
Anak belajar bersosialisasi dengan lingkungannya.
b. Fase keempat (9-12 tahun)
Anak belajar mencoba, bereksperimen,bereksplorasi, yang
distimulasi oleh dorongan-dorongan menyelidik dan rasa ingin tahu
yang besar
2. Elizabeth B. Hurlock (1978) dalam bukunya Developmental
Psychology :
a. Masa anak (6-11 tahun). Anak belajar menyesuaikan diri dengan
lingkungan.
b. Masa praremaja (11-12 tahun). Anak belajar memberontak yang
ditunjukkan dengan tingkah laku negatif.
3. Erik Erickson (1963) dalam bukunya Chilhood and Society :
a. Awal masa kanak-kanak (6-7 tahun)
Anak belajar menyesuaikan diri dengan teman sepermainannya,
ia mulai bisa melakukan hal-hal kecil (berpakaian, makan) secara
mandiri.
b. Akhir masa kanak-kanak (8-11 tahun)
Anak belajar untuk membuat kelompok dan berorganisasi.
c. Awal masa remaja (12 tahun)
Anak belajar membuang masa kanak-kanaknya dan belajar
memusatkan perhatian pada diri sendiri.
Pada masa ini anak memasuki masa belajar di dalam dan diluar sekolah. Anak
belajar di sekolah, tetapi membuat latihan perkerjaan rumah yang mendukung hasil
belajar disekolah. Asepek prilaku banyak dibentuk melalui pengetahuan verbal,
keteladanan, dan identifikasi. Anak – anak pada masa ini harus menjalani tugas –
tugas perkembangan, yaitu :
21
1. Mempelajari ketrampilan fisik yang diperlukan untuk permaian yang
umum.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut Robert J. Havighurst (Monks, et al., 1984, syah, 1995; Andrissen,
1974; Havighurst, 1976) tugas-tugas perkembangan masa sekolah (6 – 12 tahun) atau
masa kanak-kanak akhir adalah :
1. Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan.
2. Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai
makhluk biologis.
3. Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya.
4. Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.
5. Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung.
6. Belajar mengembangkan konsep sehari-hari.
7. Mengembangkan kata hati
8. Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi.
9. Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial dan
lembaga-lembaga.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan agar para pembaca bisa
memahami materi tentang Tugas Perkembangan Masa Anak-Anak Akhir serta
sebagai calon tenaga kesehatan yang baik kami mampu memahami setiap hal yang
berhubungan dengan psikologi perkembangan.
23
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Rachman,dkk. 1998. Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. Jakarta: Depdikbud
LN, Syamsu Yusuf. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Mansur, Herawati. 2011. Psikologi Ibu dan Anak ntuk Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika
Yusuf, Syamsu. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja & Anak, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
_________. “Tugas-Tugas Perkembangan” (online),
(http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/194412051967101-
KOKO_DARKUSNO_A/TUGAS-TUGAS_PERKEMBANGAN.pdf , diakses 23 Agustus 2019).
24