Anda di halaman 1dari 21

PEMODELAN DAN VALIDASI

EKSPERIMEN UNTUK
MENENTUKAN ACTUAL TWIST
TIPE-Z TERHADAP KUALITAS
BENANG KAPAS 100% RING
SPINNING
Andrian Wijayono1, Andriansyah1, Syarif Iskandar1,
Valentinus Galih Vidia Putra1
Textile Engineering Departement, Politeknik STTT Bandung, Indonesia1

Abstrak: Twist merupakan parameter terpenting pada pembentukan


benang, twist merupakan salah satu mutu yang dimiliki oleh suatu
benang, sehingga kegiatan pengendalian mutu dan evaluasi tehadap
Twist penting untuk dilakukan. Twist pada benang dapat mempengaruhi
kekuatan benang, nomor benang dan diameter benang. Terdapat
perbedaan twist antara hasil twist yang terukur pada alat ukur Tm
(measured twist) dengan hasil twist yang disetting pada mesin
Ta(adjusted machine twist). Besar perbedaan twist umumnya dirumuskan
Tm  Ta
sebagai T %  100% pada bab ini akan dibahas mengenai
Tm
pemodelan twist serta hasil validasi eksperimennya.

Kata Kunci: twist, pemodelan, benang kapas 100%, twist


measurement, twist adjusted.

1
1. PENDAHULUAN

Pemintalan merupakan rangkaian proses yang dilakukan untuk menghasilkan


produk tekstil berupa benang. Benang yang dihasilkan pada proses pemintalan
dikatakan bekualitas apabila hasilnya dapat memenuhi kriteria standar
dimensi mutu yang telah ditetapkan atau ingin dicapai. Moerdoko (1973)
mengatakan bahwa twist merupakan salah satu mutu yang dimiliki oleh suatu
benang, sehingga kegiatan pengendalian mutu dan evaluasi tehadap twist
penting untuk dilakukan.

Twist merupakan parameter terpenting pada pembentukan benang. Twist


menjelaskan berbagai macam sifat material salah satunya seperti kekuatan
benang, penomoran benang dan diameter benang. Putra, V.G.V dan Iskandar
(2014) mengatakan bahwa definisi dari twist adalah banyaknya lilitan pada
benang tiap satuan panjang dan memiliki dimensi [L]-1 dengan satuandalam SI..

Proses twist pada benang dapat dilakukan dengan menggunakan mesin Ring
spinning dan open end spinning. Menurut Sema (2008) dan Vaclav (1975)
terdapat perbedaan twist antara hasil twist nyata yang terukur pada alat ukur
Tm ( measured twist) dengan hasil twist yang disetting pada mesin 𝑇𝑎 (adjusted
machine twist) Besar perbedaan twist umumnya dirumuskan sebagai berikut

Tm  Ta T  Ta (1)
T %  100%   m 100%
Tm Tm

Menurut Sema (2008) semakin besar T % mengindikasikan bahwa kekuatan


benang akan semakin besar (dikarenakan nilai twist nyata semakin kecil),
sedangkan semakin kecil T % maka akan semakin sedikit jumlah serat yang
ada pada ring spinning yang mengindikasikan bahwa kekuatan benang akan
semakin kecil. Persamaan (1.1) menjelaskan bahwa besar 𝑇𝑚 (twist nyata)
akan lebih kecil dibandingkan twist pada mesin 𝑇𝑎 . Secara umum dapat
dituliskan bahwa 𝑇𝑎 = 𝑇𝑚 + 𝑐𝑜𝑛𝑠𝑡.

2
Menurut Sema (2008) dan Deussen (1993) besar T % untuk serat katun
adalah sebesar 0% hingga -20%, sedangkan untuk katun-poliester berkisar
antara -10% hingga -45%.

Penelitian pengaruh twist nyata (𝑇𝑚 ) terhadap kecepatan sudut benang 𝑛𝑦𝑎𝑟𝑛
(pada ring spinning 𝑛𝑦𝑎𝑟𝑛 berasal dari front roll ) pada proses spinning sudah
banyak dilakukan, Lawrance (2003,2010) menyatakan bahwa jenis twist nyata
pada mesin ring spinning untuk arah yang berlawanan pada spindle-traveller
terhadap kecepatan sudut lilitan benang di traveler maka akan menjadi twist
tipe-Z (spindle dan traveller searah jarum jam), sebaliknya adalah twist tipe-S
(spindle dan traveller berlawanan jarum jam), hal ini senada dengan Rohlena
(1975) bentuk twist nyata dapat dibedakan menjadi dua buah jenis bentuk
yaitu twist tipe-z dan tipe-s. Bentuk twist tipe-z adalah bentuk yang arah
kecepatan antara lilitan benang dengan kecepatan spindel memiliki arah yang
berlawanan, sebaliknya jika memiliki arah yang sama, maka tipe twist s
(Gambar-1).

Gambar-1 Pemodelan Gerakan Benang pada Twist Tipe Z dilihat dari atas.
Menurut Lawrence (2003 dan 2010) hubungan twist tipe z terhadap kecepatan
putar spindle (nspindle ) dan kecepatan front roller (vd ) ditunjukkan apda
persamaan (2) dan (3) di bawah
nspindle (2)
Tz = ,
vd

3
n𝑠𝑝𝑖𝑛𝑑𝑙𝑒 1 n𝑡𝑟𝑎𝑎𝑣𝑒𝑙𝑒𝑟 n𝑡𝑟𝑎𝑎𝑣𝑒𝑙𝑒𝑟 (3)
Tz = = + ≈
vd Ƞπd vd vd

Ƞ adalah koefisien penyusutan dengan nilai Ƞ < 1 dan umumnya berkisar


0,95. Nilai vd adalah kecepatan front roll . Hubungan actual twist terhadap
kecepatan delivery yarn (𝑣𝑑 ) menurut Trommer (1995) sesuai dengan
persamaan (4) berikut
𝑛 1000 1000 n (4)
𝑇 = 𝑡𝑟𝑎𝑣𝑒𝑙𝑒𝑟 +
𝑍 +𝑐 ≈ traveler
𝑣𝑑 𝜋𝑑 𝑣𝑑 vd

Keterangan dari persamaan (1.2), (1.3) dan (1.4):


𝑇𝑧 : Twist z (Actual twist atau twist nyata)
𝑛𝑠𝑝𝑖𝑛𝑑𝑙𝑒 : Rpm spindel Bobbin
𝑣𝑑 : kecepatan front roll
𝑑 : diameter Bobbin
Ƞ : koefisien penyusutan
Pentingnya penjabaran untuk mengetahui hubungan antara persamaan (2) (3)
dan (4) adalah untuk memberikan gambaran utuh rumusan actual twist pada
ring spinning yang berpengaruh terhadap kualitas benang.
Kualitas benang dipandang sebagai hal penting yang dapat dilakukan dan
produksi oleh pabrik penghasil benang. kualitas ini berhubungan dengan
metodenya dengan tidak hanya menghasilkan benang, tetapi juga untuk
menjaga kualitas melalui proses pemintalan.
Menurut P.Balasubramanian (1992) kualitas benang sangat penting sebagai
reputasi suatu perusahaan apabila hasilnya dapat memenuhi kriteria standar
dimensi mutu yang telah ditetapkan atau ingin dicapai dengan berbagai
macam sifat material seperti kekuatan benang, penomoran benang, dan
diameter benang.

4
2. PEMODELAN PERGERAKAN BENANG TWIST-Z PADA MESIN RING
SPINNING UNTUK MENGHITUNG ACTUAL TWIST

Gambar-2 menjelaskan pemodelan twist Z pergerakan benang pada mesin ring


spinning di lihat dari atas. Mengacu apda percobaan Rohlena (1975) dan
Lawrence (2003, 2010) yang menyatakan bahwa jenis twist nyata pada mesin
ring spinning untuk arah yang berlawanan pada spindle-traveller terhadap
kecepatan sudut lilitan benang di traveler maka akan menjadi twist tipe-Z
(spindle dan traveller searah jarum jam). Benang tekstil sudah banyak dibahas
dan diteliti oleh berbagai peneliti [13-21].

Gambar-2 Permodelan twist Z pergerakan benang pada mesin ring spinning

( R  r ) '   ' r  R '  V  R ' (5)


d
Vd  ( R  r ) ' R ' (6)
Jika panjang jejari r <<R maka nilai ( R  r )  R , maka dapat dituliskan
Vd  ( ' ' ) R (7)

5
 ( n spindle  ntraveler)
V  ( n spindle  ntraveler) °
R  °
 d
d 180 360
(8)

Vd= kecepatan pengantar yarn (m/s)


nspindle, nrtraveler = kecepatan putar spindle dan kecepatan traveler dalam
setiap sudut  (1/s)
R= jejari traveler (m)
d = diameter traveler (m)
Jika untuk satu putaran penuh Persamaan (3.4) dapat dituliskan menjadi

Vd  (nyarn  ntraveler )d (9)

ntraveler 1 n spindel
T   (10)
Vd d Vd
Dapat dilakukan pendekatan bahwa besar Twist Tz adalah

ntraveler nspindel
T 
Vd Vd (11)

keterangan
T = Twist ( 1/m)
n yarn = kecepatan anguler yarn untuk satu putaran penuh (1/s)

ntraveler = kecepatan anguler traveler untuk satu putaran penuh (1/s)


Jika jejari yarn r memiliki nilai yang cukup besar, maka dapat dimodelkan
bahwa bentuk persamaan (5) sebagai berikut

6
( R  r ) '   ' r  R '  V d  R ' (12)
 
(R  r) n traveler  V d  Rn spindel (13)
180 180
2( R  r )n traveler  V d  2 R.n spindel (14)
2VcR n traveler  V d  2 R .n spindel (15)
V d  dn spindel Vd n spindel
n traveler    (16)
Cd Cd C
n n
spindel 1 nspindel spindel  r 
T       (17)
vd Cd V
d
V
d
R
 1 nspindel 
T    (18)
 Cd V 
 d 

dengan nilai R  r  CR

2( R  r ) 2( R  r )
C  (19)
2R d

C adalah suatu yang bergantung dari jejari yarn dan jejari traveler dan
besarnya sekitar 0.99
V 2R Vd R
n yarn  d n  n (20)
 2( R  r ) Traveler 2( R  r )  2R(1  r / R) Traveler R(1  r / R)
V V
 d (1  r / R)  1  ntraveler (1  r / R)  1  d (1  r / R)  1  ntraveler (1  r / R)  1 (21)
 2R R

Vd  r  r   r 2 3   r 2 3 
 1         ...  n 1    r    r   ... (22)
      
 2R  R  R   R   traveler  R  R   R 
   
V V r (23)
 ntraveler  d  d    n r
 
 2R  2R  R  traveler  R 

7
Vd  r   r V
n yarn = nrtraveler    ntraveler    d = (24)
d  R   R  d

 Vd   V 
n yarn =  nC     nC  c d  (25)
 d   d 

C adalah konstanta perbandingan jejari yarn dengan jejari traveler.


Umumnya nilai C berkisar 0.003. Umumnya nilai dari Z- twist dapat diambil
pendekatan dengan mengabaikan besar kecepatan sudut yang dimunculkan
oleh GC ntraveler , sehingga dapat dituliskan menjadi

n yarn  ntraveler  Vd  Cspindel Vd (26)


d d

Maka besar twist T secara lengkap adalah

n yarn  V V 
T    ntraveler  d  C d  Cn
1  (27)
Vd V    traveler 
d 
d d

n 1 1 n 
T   traveler  C  C traveler  (28)
 Vd d d Vd 
n 1 1 
T   traveler  C  (untuk d dalam meter) (29)
 V d  d d 
n 1000 1000 
T   traveler  C  (untuk d dalam milimeter) (30)
 V d d  d 

8
Pada umumnya untuk menyederhanakan perhitungan di dunia Industri nilai
twist hanya dilakukan dengan pendekatan dan dapat dilakukan aproksimasi
menjadi

n yarn 1 nrtraveler nrtraveler  r 


T       (31)
Vd Vcons tan tad Vd Vd  R 

T 
1

ntraveler
1  GC   ntraveler (32)
VCd Vd Vd
n  n
T    traveler  T
1 1 n
traveler
 C  C traveler (33)
 V d d V  V
 d d  d
nspindel
T   T  T
V a (34)
d

3. VALIDASI EKSPERIMEN ACTUAL TWIST

Untuk mencari nilai actual twist secara validasi eksperimen, telah dilakukan
pengujian nilai twist (TPI), kekuatan dan diameter benang pada tiga buah
sampel benang ring spinning kapas 100%. Spesifikasi benang dan hasil validasi
eksperimen dapat dilihat pada Tabel-1.

Tabel-1 Spesifikasi dan hasil validasi eksperimen actual twist benang tunggal
kapas 100% ring spinning

Nomor 𝐱̅ 𝑻𝒘𝒊𝒔𝒕 𝐱̅Kekuatan ̅x Diameter Twist di Mesin


Benang (TPI) (gram) Benang (mm) (TPI)

20 15,88 362 0.20 17.31


23 16,78 320 0.18 19.05
30 21,76 227,25 0.14 22.41

9
25

20
Twist real (tpi)

15

10

0
0 5 10 15 20 25 30 35
y = 1.3927x0.8047 Nomor Benang Ne=Nmx 0,59
R² = 0.968

Gambar-3 Grafik hubungan twist dengan nomor benang secara


eksperimen 𝑦 = 1.3927 𝑥 0.8047 dan 𝑅 2=0.968

400
350
300
Kekuatan Benang

250
200
150
100
50
0
0 5 10 15 20 25
y = 18278x-1.426 Twist Real (TPI) =Tpm/ 39,37
R² = 0.9915

Gambar-4 Grafik hubungan twist dengan kekuatan benang perhelai


secara eksperimen 𝑦 = 18278 𝑥 −1.42 dan 𝑅 2=0.9915

10
0.25

0.2
Diameter Benang (mm)

0.15

0.1

0.05

0
0 5 10 15 20 25
y = 3.8713x -1.079
Twist reall (TPI)= Tpm/ 39,37
R² = 0.9844

Gambar-5 Grafik hubungan twist dengan diameter benang secara


eksperimen 𝑦 = 3.8713 𝑥 −1.079 dan 𝑅² = 0.9844

Tabel-2 Perbandingan nilai T % hasil validasi eksperimen

Measured Twist Adjusted machine


Ne
(TPI) Twist (TPI)
T %

20 15,87 17.31 -9.073


23 16,84 19.05 -13.408
30 21,76 22.41 -2.987

11
4. HUBUNGAN ANTARA ACTUAL TWIST DENGAN PARAMETER
KUALITAS BENANG
4.1 HUBUNGAN ANTARA ACTUAL TWIST DENGAN NOMOR BENANG
Berdasarkan teori yang dikemukakan hubungan antara twist dengan nomor
benang dikatakan oleh Gunter (1995) dan Lawrence (2010), hasil hubungan
antara twist dan nomor benang adalah berbanding lurus sesuai dengan hasil
studi Further (2009) secara eksperimen dengan bertambahnya nomor benang,
maka nilai twist juga akan semakin membesar, hubungan twist dengan yarn
count seperti pada Gambar-6.

Gambar-6 Hubungan Twist dengan Nomor Benang (R. Futher, 2009)

12
25
Twist real (Tpi)=tpm/39,37

20

15

10

0
0 5 10 15 20 25 30 35
y = 1.3927x0.8047 Nomor Benang Ne=Nm x 0,59
R² = 0.968

Gambar-7 Grafik Hubungan Twist dengan Nomor Benang secara


validasi Eksperimen

Data dari hasil validasi eksperimen pada Tabel-1 menunjukan semakin besar
nomor benang maka semakin besar pula nilai twist hal ini sesuai dengan
R.Furter (2009). Perbandingan model teori ini sesuai dengan rumusan secara
eksperimen yaitu dengan bertambahnya nomor benang, maka bertambah juga
nilai twist. Hasil eksperimen pengujian dapat dilihat pada Gambar-7

Menurut Sarwono (2012) regresinon non linier merupakan suatu gambaran


panjang yang terbatas yang disusun oleh sekelompok variabel. Hubungan
antara variabel bebas (x) tergantung pada variabel dependen (y) dalam regresi
non linier.
Dengan demikian hubungan antara kedua variabel tersebut tidak bersifat
linier. Regresi ini bermanfaat untuk menggambarkan gejala-gejala yang tidak
linier, seperti hubungan antara twist dan nomor benang . Variabel twist tidak
berhubungan secara linier dengan Nomor benang, artinya apabila variabel
twist bertambah maka nomor benang bertambah juga. Perhitungan regresi

13
akan menghasilkan koefisien korelasi. Koefisien korelasi adalah indeks yang
digunakan untuk mengukur derajat hubungan, meliputi kekuatan hubungan
bentuk/arah. Semakin dekat nilai koefisien korelasi ke +1, maka semakin kuat
korelasi positifnya, berdasarkan Gambar-7, R kuadrat yang di peroleh adalah
0.968, nilai tersebut mendekati korelasi +1 maka ada kaitannya yang signifikan
antara twist dengan nomor benang.
4.2 HUBUNGAN ANTARA ACTUAL TWIST DENGAN KEKUATAN BENANG
Hubungan antara twist dengan kekuatan benang (strength) pada proses
pemintalan dapat diperlihatkan melalui jumlah serat pada benang. Menurut
Furter (2009) hubungan twist dengan kekuatan benang adalah berbanding
terbalik hal ini senada dengan yang dikatan Zhang (2011) didapakan bahwa
hubungan nomor benang dalam metric terhadap kekuatan adalah berbanding
terbalik , Gambar-8 menunjukan bahwa hubungan twist terhadap tegangan
benang adalah berbanding terbalik.

Gambar-8 Hubungan Twist dengan Kekuatan Benang (R. Furter, 2009


dan Zhang, 2011)

Menurut hasil validasi eksperimen pada Tabel-1 menunjukan bahwa hubungan


twist dengan kekuatan benang adalah berbanding terbalik. Perbandingan
model teori ini sesuai dengan rumusan secara eksperimen. Hasil eksperimen

14
pengujian dapat dilihat pada grafik Gambar-9. Dengan demikian pemaparan
menurut para ahli dengan hasil eksperimen yang dilakukan memiliki hasil yang
sama, bahwa hubungan twist dengan kekuatan benang adalah berbanding
terbalik.

400
350
Kekuatan Benang (g)

300
250
200
150
100
50
0
0 5 10 15 20 25
y = 18278x-1.426
Twist real (TPI)=Tpm/ 39,37
R² = 0.9915

Gambar-9 Grafik Hubungan Twist dengan Kekuatan Benang

4.3 HUBUNGAN ANTARA ACTUAL TWIST DENGAN DIAMETER BENANG


Menurut Zhang (2011) menyatakan bahwa hubungan antara twist terhadap
diameter benang untuk material benang katun adalah berbanding terbalik.
Gambar-10 menunjukan hubungan antara twist dengan diameter benang
menurut Zhang (2011).

15
Gambar-10 Hubungan twist dengan diameter benang (Zhang, 2011)

Menurut hasil validasi eksperimen pada Tabel-1 menunjukan bahwa hubungan


twist dengan diameter benang adalah berbanding terbalik. Perbandingan
model teori ini sesuai dengan rumusan secara eksperimen. Hasil eksperimen
pengujian dapat dilihat pada grafik Gambar-11 dibawah ini
0.25
Diameter Benang (mm)

0.2

0.15

0.1

0.05

0
0 5 10 15 20 25
y = 3.8713x -1.079

R² = 0.9844 Twist real (TPI)= Tpm/ 39,37

Gambar-11 Grafik hubungan twist dengan diameter benang

16
Dilihat dari Validasi eksperimen menggunakan regresi non linier eksperimen
menunjukan bahwa R2 menunjukan angka 0.9844, angka tersebut menunjukan
ada kaitannya hubungan twist dengan diameter benang yang cukup kuat.
Menurut Sarwono (2012) regresi no linier merupakan suatu gambaran panjang
yang terbatas yang disusun oleh sekelompok variabel. Hubungan antara
variabel bebas (x) dan tergantung (y) dalam regresi non linier dibentuk dengan
demikian hubungan antara kedua variabel tersebut tidak bersifat linier.
Perhitungan regresi akan menghasilkan koefisien korelasi. Semakin dekat nilai
koefisien korelasi ke +1, maka semakin kuat korelasi positifnya

5. KESESUAIAN HASIL VALIDASI EKSPERIMEN DENGAN TEORI


PEMODELAN

Berdasarkan pemodelan dan hasil validasi eksperimen yang dikemukakan


sebelumnya, bahwa actual twist berpengaruh terhadap kualitas pada benang.
Menurut Yesiltepe (1965) mengemukakan bahwa pengaruh jumlah twist dapat
mempengaruhi kekuatan yang dimiliki oleh benang, hal ini senada dengan R.
Futher (2009) mengatakan bahwa twist pada benang dapat mempengaruhi
kekuatan benang, Nomor benang dan diameter benang. Bentuk permodelan
untuk menentukan pengaruh actual twist terhadap kualitas benang dapat di
lihat pada persamaan 3.29 dan 3.30 sebagai berikut:

n  n
T ( adjusted )     traveler  T
1 1 n
traveler
 C  C traveler (35)
 V d d V  V
 d d  d
nspindel ntraveler
T ( adjusted )    T  T ( measured )  T (36)
V V
d d

Pada rumusan (34) dan (35) menjelaskan bahwa bentuk rumus permodelan ini
dapat digunakan untuk menjabarkan kaitan actual twist terhadap
𝑛𝑡𝑟𝑎𝑣𝑒𝑙𝑒𝑟 pada mesin ring spinning. Permodelan di atas menunjukan
pentingnya ∆𝑇 untuk menentukan nilai actual pada twist. Dari hasil

17
perhitungan secara teori dan validasi eksperimen serta literatur (Sema, 2008)
pada jurnal didapatkan bahwa twist mesin yang diukur dari kecepatan putar
spindle akan lebih besar dari twist yang diukur dari kecepatan putar traveller.
Hal ini dikarenakan kecepatan putar spindle lebih besar dari kecepatan putar
traveller, sehingga hasil pemodelan teori sesuai dengan pemodelan Lawrence
(2003, 2010) serta Putra, V.G.V dan Iskandar (2014). Secara validasi
eksperimen didapatkan bahwa twist mesin (twist yang diukur dari kecepatan
putar spindle) akan lebih besar dari twist nyata (yang diukur dari kecepatan
putar traveller). dengan menggunakan persamaan (34) didapatkan persamaan
(1) berdasarkan penelitian Sema (2008)

𝑇𝑠𝑝𝑖𝑛𝑑𝑙𝑒 = 𝑇𝑡𝑟𝑎𝑣𝑒𝑙𝑙𝑒𝑟 + ∆𝑇 (37)


𝑇𝑎𝑑𝑗𝑢𝑠𝑡𝑒𝑑 𝑚𝑎𝑐ℎ𝑖𝑛𝑒 = 𝑇𝑚𝑒𝑎𝑠𝑢𝑟𝑒𝑑 + ∆𝑇 (38)
−∆𝑇 = 𝑇𝑚𝑒𝑎𝑠𝑢𝑟𝑒𝑑 − 𝑇𝑎𝑑𝑗𝑢𝑠𝑡𝑒𝑑 𝑚𝑎𝑐ℎ𝑖𝑛𝑒 (39)
∆𝑇 𝑇𝑚𝑒𝑎𝑠𝑢𝑟𝑒𝑑 − 𝑇𝑎𝑑𝑗𝑢𝑠𝑡𝑒𝑑 𝑚𝑎𝑐ℎ𝑖𝑛𝑒 (40)
− =
𝑇𝑚𝑒𝑎𝑠𝑢𝑟𝑒𝑑 𝑇𝑚𝑒𝑎𝑠𝑢𝑟𝑒𝑑
∆𝑇 𝑇𝑚𝑒𝑎𝑠𝑢𝑟𝑒𝑑 − 𝑇𝑎𝑑𝑗𝑢𝑠𝑡𝑒𝑑 𝑚𝑎𝑐ℎ𝑖𝑛𝑒
− 100% = 100% (41)
𝑇𝑚𝑒𝑎𝑠𝑢𝑟𝑒𝑑 𝑇𝑚𝑒𝑎𝑠𝑢𝑟𝑒𝑑

Persamaan (41) memperlihatkan bahwa besar ∆𝑇 akan bernilai negatif. Hasil


pemodelan teori dan validasi eksperimen dan literatur jurnal (Sema, 2008)
memperlihatkan hasil yang sama, yaitu besar ∆𝑇 akan bernilai negatif seperti
pada Tabel-2.

Pada persamaan (3.32) dapat dijabarkan besar twist nyata (measured twist)
sebagai berikut

𝑇𝑚𝑒𝑎𝑠𝑢𝑟𝑒𝑑 = 𝑇𝑎𝑑𝑗𝑢𝑠𝑡𝑒𝑑 𝑚𝑎𝑐ℎ𝑖𝑛𝑒 − ∆𝑇 (42)


Zhang (2011) menyatakan bahwa hubungan antara twist (untuk nomor benang
bervariasi dnegan koefisien pengali konstan) terhadap kekuatan benang
adalah berbanding terbalik.
1 (43)
𝐹𝑏𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔 ∝
𝑇𝑚𝑒𝑎𝑠𝑢𝑟𝑒𝑑

18
Menurut Sema (2008) semakin besar T % mengindikasikan bahwa kekuatan
benang akan semakin besar dikarenakan nilai twist nyata (𝑇𝑚𝑒𝑎𝑠𝑢𝑟𝑒𝑑 ) semakin
kecil, sedangkan semakin kecil T % maka akan semakin kecil kekuatan
benang dikarenakn twist measured besar (sedikit jumlah serat yang ada pada
ring spinning), yang sesuai dengan persamaan (3.36) dan (3.37). Menurut
Sema (2008) dan Deussen (1993) besar T % untuk serat katun adalah
sebesar 0% hingga -20%, sedangkan untuk katun-poliester berkisar antara -
10% hingga -45%. Menurut Sema (2008), Lawrence (2003, 2010) dan Rohlena
(1975) terdapat perbedaan twist antara hasil twist yang terukur pada alat ukur
Tm (measured twist) dengan hasil twist yang disetting pada mesin Ta (adjusted
machine twist). Perbedaan twist itu dapat dilihat pada Tabel 4.1. Dari hasil
perhitungan untuk menentukan hasil ∆T didapatkan hasil pada ∆T yang sesuai
dengan yang dikatakan oleh sema (2008) dimana ∆T (delta twist) untuk serat
katun yang di pintal adalah sebesar 0% hingga -20% dan menjelaskan bahwa
twist pada spindle (twist mesin/ adjusted twist machine) akan lebih besar
dibandingkan twist real (measured twist) yang diuji.

6. KESIMPULAN

Telah diperoleh pemodelan actual twist tipe z terhadap kualitas benang kapas
𝑛𝑡𝑟𝑎𝑣𝑒𝑙𝑙𝑒𝑟 1
100% pada mesin ring spinning melalui persamaan 𝑇 = ( + 𝜋𝑑 +
𝑉𝑑
1 𝑛𝑡𝑟𝑎𝑣𝑒𝑙𝑙𝑒𝑟 𝑛𝑡𝑟𝑎𝑣𝑒𝑙𝑙𝑒𝑟
𝐶 𝜋𝑑 + 𝐶 ) dan 𝑇 ≈ = 𝑇𝑎 + ∆𝑇. Hubungan twist dengan
𝑉𝑑 𝑉𝑑
nomor benang adalah berbanding lurus, twist dengan kekuatan benang
berbanding terbalik dan twist dengan diameter benang berbanding terbalik
pada kasus nomor benang divariasi dan koefisien pengali konstan. Jika dilihat
dari segi teori dan validasi eksperimen yang telah dilakukan, maka hasil segi
teori dan eksperimen sesuai.

19
7. REFERENCE

[1] Putra, V.G.V dan Iskandar, S. 2014. Pemodelan Untuk Menentukan


Hubungan Actual Twist tipe z terhadap kecepatan sudut Pada Mesin
Spinning . Texere majalah Sains Dan Teknologi Tekstil Sekolah Tinggi
Teknologi Teksil Vol.12 No. 1 pp 63.
[2] Lawrance, Advances in yarn spinning technology, The textile institute,
Cam bribge, UK, 2010
[3] Trommer, Gunter., Rotor Spinning , Deutcher fachvrlag, Frankurt, 1995
[4] R. Furter,Measurment significance of yarn Twist, Uster zwigle Twist
tester 5, 2009
[5] P. Balasublamanian.,Indo Rama synthetics (1), Ltd,7A. Rotlam
Kothi,1992
[6] V. Carvalho. 2010. Yarn Diameter Characterization Using Two
Orthogonal Direction. IEEE Transaction On Instrumentation and
Measurment, Vol. 58, No. 3, Hal 594-601.
[7] Sema ,2008, Kadoglu.,Textile Engginering Departement, pamukkale
university, 20070 Denzili Turkey,
[8] Zhang H., Chen D., Wan Y 2011.; Textile Research Journal. 73(11),
(2003)p. 945
[9] Sarwono,Jonathan, Model-Model Linier dan Non-Linier dalam IBM SPSS,
PT.Elex Media Komputiondo, Jakarta, 2012
[10] Pawitro,dkk., Teknologi Pemintalan Bagian Kedua, Institut Teknologi
Tekstil,
Bandung, 1975
[11] Y.A Ozkaya, M. Acer and M.R Jackson, School of Machanical and
Manufacturing Engineering, Loughbrough university, Loughbroug,
Leicestershire, Uk (Received 21 February 2008; final version received 9
June 2008)
[12] Noerati, dkk.2013. BAHAN AJAR PENDIDIKAN dan LATIHAN PROFESI
GURU (PLPG), Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.

20
[13] Wijayono A, Putra VGV, Iskandar S, Rohmah, S & Irwan. Penerapan
Teknologi Pengolah Citra Dan Fisika Pada Bidang Tekstil. ISBN 978-602-
72713-8-8. CV. Mulya Jaya. 2017.
[14] VGV Putra, MF Rosyid, G Maruto. A Simulation Model of Twist
Influenced by Fibre Movement Inside Yarn on Solenoid Coordinate.
Global Journal of Pure and Applied Mathematics 12 (1), 405-412. 2016.
[15] VGV Putra, MF Rosyid. Theoretical Modeling for Predicting the Optimum
Twist Angle of Cotton Fiber Movement on OE Yarn Made by Rotor
Spinning Machine. Journal of Applied Mathematics and Physics 3 (05),
623. 2015.
[16] V.G.V Putra, M.F Rosyid, G. Maruto. New Theoretical Modeling For
Predicting Yarn Angle On OE Yarn Influenced By Fibre Movement On
Torus Coordinate Based On Classical Mechanics Approach. Indian
Journal of Fibre & Textile Research (IJFTR) 42 (3), 359-363. 2017.
[17] Putra, V.G.V. Penerapan Kalkulus Tensor Pada Kasus Pemintalan
Benang. ISBN 978-602-72713-7-1. CV. Mulya Jaya. 2017.
[18] Putra, V.G.V. Predicting Non Inertia frame related by Speed of Bobbin
Compared by Speed of Rotor. Global Journal of Pure and Applied
Mathematics 12 (5), 4107-4114. 2016.
[19] VGV Putra, RA Dewanto, MF Rosyid. Theoretical Modelling For The
Effect Tenacity On Take-Up Roller (R o) And Tenacity On Winding Device
(R W) Related With The Yarn Breakage On Rotor Open End Spinning. THE
4th INTERNATIONAL CONFERENCE ON THEORETICAL AND APPLIED
PHYSICS (ICTAP-2014).
[20] Hernawati R.M, Putri W.R, Putra VGV. Bentuk Pemodelan Pergerakan
Serat-Benang dalam Tampang Lintang Struktur Benang Ring Spinning
(Tinjauan Fisika Teori). Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan
Pembelajaran Sains 2015 (SNIPS 2015). Pp 157-160. 2015.
[21] Hernawati R.M, Putra V.G.V, Fauzi I. Predicting the Actual Strength of
Open-End Spun Yarn Using Mechanical Model. Applied Mechanics and
Materials Conference, Vol 780 pp 69-74.

21

Anda mungkin juga menyukai