EKSPERIMEN UNTUK
MENENTUKAN ACTUAL TWIST
TIPE-Z TERHADAP KUALITAS
BENANG KAPAS 100% RING
SPINNING
Andrian Wijayono1, Andriansyah1, Syarif Iskandar1,
Valentinus Galih Vidia Putra1
Textile Engineering Departement, Politeknik STTT Bandung, Indonesia1
1
1. PENDAHULUAN
Proses twist pada benang dapat dilakukan dengan menggunakan mesin Ring
spinning dan open end spinning. Menurut Sema (2008) dan Vaclav (1975)
terdapat perbedaan twist antara hasil twist nyata yang terukur pada alat ukur
Tm ( measured twist) dengan hasil twist yang disetting pada mesin 𝑇𝑎 (adjusted
machine twist) Besar perbedaan twist umumnya dirumuskan sebagai berikut
Tm Ta T Ta (1)
T % 100% m 100%
Tm Tm
2
Menurut Sema (2008) dan Deussen (1993) besar T % untuk serat katun
adalah sebesar 0% hingga -20%, sedangkan untuk katun-poliester berkisar
antara -10% hingga -45%.
Penelitian pengaruh twist nyata (𝑇𝑚 ) terhadap kecepatan sudut benang 𝑛𝑦𝑎𝑟𝑛
(pada ring spinning 𝑛𝑦𝑎𝑟𝑛 berasal dari front roll ) pada proses spinning sudah
banyak dilakukan, Lawrance (2003,2010) menyatakan bahwa jenis twist nyata
pada mesin ring spinning untuk arah yang berlawanan pada spindle-traveller
terhadap kecepatan sudut lilitan benang di traveler maka akan menjadi twist
tipe-Z (spindle dan traveller searah jarum jam), sebaliknya adalah twist tipe-S
(spindle dan traveller berlawanan jarum jam), hal ini senada dengan Rohlena
(1975) bentuk twist nyata dapat dibedakan menjadi dua buah jenis bentuk
yaitu twist tipe-z dan tipe-s. Bentuk twist tipe-z adalah bentuk yang arah
kecepatan antara lilitan benang dengan kecepatan spindel memiliki arah yang
berlawanan, sebaliknya jika memiliki arah yang sama, maka tipe twist s
(Gambar-1).
Gambar-1 Pemodelan Gerakan Benang pada Twist Tipe Z dilihat dari atas.
Menurut Lawrence (2003 dan 2010) hubungan twist tipe z terhadap kecepatan
putar spindle (nspindle ) dan kecepatan front roller (vd ) ditunjukkan apda
persamaan (2) dan (3) di bawah
nspindle (2)
Tz = ,
vd
3
n𝑠𝑝𝑖𝑛𝑑𝑙𝑒 1 n𝑡𝑟𝑎𝑎𝑣𝑒𝑙𝑒𝑟 n𝑡𝑟𝑎𝑎𝑣𝑒𝑙𝑒𝑟 (3)
Tz = = + ≈
vd Ƞπd vd vd
4
2. PEMODELAN PERGERAKAN BENANG TWIST-Z PADA MESIN RING
SPINNING UNTUK MENGHITUNG ACTUAL TWIST
5
( n spindle ntraveler)
V ( n spindle ntraveler) °
R °
d
d 180 360
(8)
ntraveler 1 n spindel
T (10)
Vd d Vd
Dapat dilakukan pendekatan bahwa besar Twist Tz adalah
ntraveler nspindel
T
Vd Vd (11)
keterangan
T = Twist ( 1/m)
n yarn = kecepatan anguler yarn untuk satu putaran penuh (1/s)
6
( R r ) ' ' r R ' V d R ' (12)
(R r) n traveler V d Rn spindel (13)
180 180
2( R r )n traveler V d 2 R.n spindel (14)
2VcR n traveler V d 2 R .n spindel (15)
V d dn spindel Vd n spindel
n traveler (16)
Cd Cd C
n n
spindel 1 nspindel spindel r
T (17)
vd Cd V
d
V
d
R
1 nspindel
T (18)
Cd V
d
dengan nilai R r CR
2( R r ) 2( R r )
C (19)
2R d
C adalah suatu yang bergantung dari jejari yarn dan jejari traveler dan
besarnya sekitar 0.99
V 2R Vd R
n yarn d n n (20)
2( R r ) Traveler 2( R r ) 2R(1 r / R) Traveler R(1 r / R)
V V
d (1 r / R) 1 ntraveler (1 r / R) 1 d (1 r / R) 1 ntraveler (1 r / R) 1 (21)
2R R
Vd r r r 2 3 r 2 3
1 ... n 1 r r ... (22)
2R R R R traveler R R R
V V r (23)
ntraveler d d n r
2R 2R R traveler R
7
Vd r r V
n yarn = nrtraveler ntraveler d = (24)
d R R d
Vd V
n yarn = nC nC c d (25)
d d
n yarn V V
T ntraveler d C d Cn
1 (27)
Vd V traveler
d
d d
n 1 1 n
T traveler C C traveler (28)
Vd d d Vd
n 1 1
T traveler C (untuk d dalam meter) (29)
V d d d
n 1000 1000
T traveler C (untuk d dalam milimeter) (30)
V d d d
8
Pada umumnya untuk menyederhanakan perhitungan di dunia Industri nilai
twist hanya dilakukan dengan pendekatan dan dapat dilakukan aproksimasi
menjadi
T
1
ntraveler
1 GC ntraveler (32)
VCd Vd Vd
n n
T traveler T
1 1 n
traveler
C C traveler (33)
V d d V V
d d d
nspindel
T T T
V a (34)
d
Untuk mencari nilai actual twist secara validasi eksperimen, telah dilakukan
pengujian nilai twist (TPI), kekuatan dan diameter benang pada tiga buah
sampel benang ring spinning kapas 100%. Spesifikasi benang dan hasil validasi
eksperimen dapat dilihat pada Tabel-1.
Tabel-1 Spesifikasi dan hasil validasi eksperimen actual twist benang tunggal
kapas 100% ring spinning
9
25
20
Twist real (tpi)
15
10
0
0 5 10 15 20 25 30 35
y = 1.3927x0.8047 Nomor Benang Ne=Nmx 0,59
R² = 0.968
400
350
300
Kekuatan Benang
250
200
150
100
50
0
0 5 10 15 20 25
y = 18278x-1.426 Twist Real (TPI) =Tpm/ 39,37
R² = 0.9915
10
0.25
0.2
Diameter Benang (mm)
0.15
0.1
0.05
0
0 5 10 15 20 25
y = 3.8713x -1.079
Twist reall (TPI)= Tpm/ 39,37
R² = 0.9844
11
4. HUBUNGAN ANTARA ACTUAL TWIST DENGAN PARAMETER
KUALITAS BENANG
4.1 HUBUNGAN ANTARA ACTUAL TWIST DENGAN NOMOR BENANG
Berdasarkan teori yang dikemukakan hubungan antara twist dengan nomor
benang dikatakan oleh Gunter (1995) dan Lawrence (2010), hasil hubungan
antara twist dan nomor benang adalah berbanding lurus sesuai dengan hasil
studi Further (2009) secara eksperimen dengan bertambahnya nomor benang,
maka nilai twist juga akan semakin membesar, hubungan twist dengan yarn
count seperti pada Gambar-6.
12
25
Twist real (Tpi)=tpm/39,37
20
15
10
0
0 5 10 15 20 25 30 35
y = 1.3927x0.8047 Nomor Benang Ne=Nm x 0,59
R² = 0.968
Data dari hasil validasi eksperimen pada Tabel-1 menunjukan semakin besar
nomor benang maka semakin besar pula nilai twist hal ini sesuai dengan
R.Furter (2009). Perbandingan model teori ini sesuai dengan rumusan secara
eksperimen yaitu dengan bertambahnya nomor benang, maka bertambah juga
nilai twist. Hasil eksperimen pengujian dapat dilihat pada Gambar-7
13
akan menghasilkan koefisien korelasi. Koefisien korelasi adalah indeks yang
digunakan untuk mengukur derajat hubungan, meliputi kekuatan hubungan
bentuk/arah. Semakin dekat nilai koefisien korelasi ke +1, maka semakin kuat
korelasi positifnya, berdasarkan Gambar-7, R kuadrat yang di peroleh adalah
0.968, nilai tersebut mendekati korelasi +1 maka ada kaitannya yang signifikan
antara twist dengan nomor benang.
4.2 HUBUNGAN ANTARA ACTUAL TWIST DENGAN KEKUATAN BENANG
Hubungan antara twist dengan kekuatan benang (strength) pada proses
pemintalan dapat diperlihatkan melalui jumlah serat pada benang. Menurut
Furter (2009) hubungan twist dengan kekuatan benang adalah berbanding
terbalik hal ini senada dengan yang dikatan Zhang (2011) didapakan bahwa
hubungan nomor benang dalam metric terhadap kekuatan adalah berbanding
terbalik , Gambar-8 menunjukan bahwa hubungan twist terhadap tegangan
benang adalah berbanding terbalik.
14
pengujian dapat dilihat pada grafik Gambar-9. Dengan demikian pemaparan
menurut para ahli dengan hasil eksperimen yang dilakukan memiliki hasil yang
sama, bahwa hubungan twist dengan kekuatan benang adalah berbanding
terbalik.
400
350
Kekuatan Benang (g)
300
250
200
150
100
50
0
0 5 10 15 20 25
y = 18278x-1.426
Twist real (TPI)=Tpm/ 39,37
R² = 0.9915
15
Gambar-10 Hubungan twist dengan diameter benang (Zhang, 2011)
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 5 10 15 20 25
y = 3.8713x -1.079
16
Dilihat dari Validasi eksperimen menggunakan regresi non linier eksperimen
menunjukan bahwa R2 menunjukan angka 0.9844, angka tersebut menunjukan
ada kaitannya hubungan twist dengan diameter benang yang cukup kuat.
Menurut Sarwono (2012) regresi no linier merupakan suatu gambaran panjang
yang terbatas yang disusun oleh sekelompok variabel. Hubungan antara
variabel bebas (x) dan tergantung (y) dalam regresi non linier dibentuk dengan
demikian hubungan antara kedua variabel tersebut tidak bersifat linier.
Perhitungan regresi akan menghasilkan koefisien korelasi. Semakin dekat nilai
koefisien korelasi ke +1, maka semakin kuat korelasi positifnya
n n
T ( adjusted ) traveler T
1 1 n
traveler
C C traveler (35)
V d d V V
d d d
nspindel ntraveler
T ( adjusted ) T T ( measured ) T (36)
V V
d d
Pada rumusan (34) dan (35) menjelaskan bahwa bentuk rumus permodelan ini
dapat digunakan untuk menjabarkan kaitan actual twist terhadap
𝑛𝑡𝑟𝑎𝑣𝑒𝑙𝑒𝑟 pada mesin ring spinning. Permodelan di atas menunjukan
pentingnya ∆𝑇 untuk menentukan nilai actual pada twist. Dari hasil
17
perhitungan secara teori dan validasi eksperimen serta literatur (Sema, 2008)
pada jurnal didapatkan bahwa twist mesin yang diukur dari kecepatan putar
spindle akan lebih besar dari twist yang diukur dari kecepatan putar traveller.
Hal ini dikarenakan kecepatan putar spindle lebih besar dari kecepatan putar
traveller, sehingga hasil pemodelan teori sesuai dengan pemodelan Lawrence
(2003, 2010) serta Putra, V.G.V dan Iskandar (2014). Secara validasi
eksperimen didapatkan bahwa twist mesin (twist yang diukur dari kecepatan
putar spindle) akan lebih besar dari twist nyata (yang diukur dari kecepatan
putar traveller). dengan menggunakan persamaan (34) didapatkan persamaan
(1) berdasarkan penelitian Sema (2008)
Pada persamaan (3.32) dapat dijabarkan besar twist nyata (measured twist)
sebagai berikut
18
Menurut Sema (2008) semakin besar T % mengindikasikan bahwa kekuatan
benang akan semakin besar dikarenakan nilai twist nyata (𝑇𝑚𝑒𝑎𝑠𝑢𝑟𝑒𝑑 ) semakin
kecil, sedangkan semakin kecil T % maka akan semakin kecil kekuatan
benang dikarenakn twist measured besar (sedikit jumlah serat yang ada pada
ring spinning), yang sesuai dengan persamaan (3.36) dan (3.37). Menurut
Sema (2008) dan Deussen (1993) besar T % untuk serat katun adalah
sebesar 0% hingga -20%, sedangkan untuk katun-poliester berkisar antara -
10% hingga -45%. Menurut Sema (2008), Lawrence (2003, 2010) dan Rohlena
(1975) terdapat perbedaan twist antara hasil twist yang terukur pada alat ukur
Tm (measured twist) dengan hasil twist yang disetting pada mesin Ta (adjusted
machine twist). Perbedaan twist itu dapat dilihat pada Tabel 4.1. Dari hasil
perhitungan untuk menentukan hasil ∆T didapatkan hasil pada ∆T yang sesuai
dengan yang dikatakan oleh sema (2008) dimana ∆T (delta twist) untuk serat
katun yang di pintal adalah sebesar 0% hingga -20% dan menjelaskan bahwa
twist pada spindle (twist mesin/ adjusted twist machine) akan lebih besar
dibandingkan twist real (measured twist) yang diuji.
6. KESIMPULAN
Telah diperoleh pemodelan actual twist tipe z terhadap kualitas benang kapas
𝑛𝑡𝑟𝑎𝑣𝑒𝑙𝑙𝑒𝑟 1
100% pada mesin ring spinning melalui persamaan 𝑇 = ( + 𝜋𝑑 +
𝑉𝑑
1 𝑛𝑡𝑟𝑎𝑣𝑒𝑙𝑙𝑒𝑟 𝑛𝑡𝑟𝑎𝑣𝑒𝑙𝑙𝑒𝑟
𝐶 𝜋𝑑 + 𝐶 ) dan 𝑇 ≈ = 𝑇𝑎 + ∆𝑇. Hubungan twist dengan
𝑉𝑑 𝑉𝑑
nomor benang adalah berbanding lurus, twist dengan kekuatan benang
berbanding terbalik dan twist dengan diameter benang berbanding terbalik
pada kasus nomor benang divariasi dan koefisien pengali konstan. Jika dilihat
dari segi teori dan validasi eksperimen yang telah dilakukan, maka hasil segi
teori dan eksperimen sesuai.
19
7. REFERENCE
20
[13] Wijayono A, Putra VGV, Iskandar S, Rohmah, S & Irwan. Penerapan
Teknologi Pengolah Citra Dan Fisika Pada Bidang Tekstil. ISBN 978-602-
72713-8-8. CV. Mulya Jaya. 2017.
[14] VGV Putra, MF Rosyid, G Maruto. A Simulation Model of Twist
Influenced by Fibre Movement Inside Yarn on Solenoid Coordinate.
Global Journal of Pure and Applied Mathematics 12 (1), 405-412. 2016.
[15] VGV Putra, MF Rosyid. Theoretical Modeling for Predicting the Optimum
Twist Angle of Cotton Fiber Movement on OE Yarn Made by Rotor
Spinning Machine. Journal of Applied Mathematics and Physics 3 (05),
623. 2015.
[16] V.G.V Putra, M.F Rosyid, G. Maruto. New Theoretical Modeling For
Predicting Yarn Angle On OE Yarn Influenced By Fibre Movement On
Torus Coordinate Based On Classical Mechanics Approach. Indian
Journal of Fibre & Textile Research (IJFTR) 42 (3), 359-363. 2017.
[17] Putra, V.G.V. Penerapan Kalkulus Tensor Pada Kasus Pemintalan
Benang. ISBN 978-602-72713-7-1. CV. Mulya Jaya. 2017.
[18] Putra, V.G.V. Predicting Non Inertia frame related by Speed of Bobbin
Compared by Speed of Rotor. Global Journal of Pure and Applied
Mathematics 12 (5), 4107-4114. 2016.
[19] VGV Putra, RA Dewanto, MF Rosyid. Theoretical Modelling For The
Effect Tenacity On Take-Up Roller (R o) And Tenacity On Winding Device
(R W) Related With The Yarn Breakage On Rotor Open End Spinning. THE
4th INTERNATIONAL CONFERENCE ON THEORETICAL AND APPLIED
PHYSICS (ICTAP-2014).
[20] Hernawati R.M, Putri W.R, Putra VGV. Bentuk Pemodelan Pergerakan
Serat-Benang dalam Tampang Lintang Struktur Benang Ring Spinning
(Tinjauan Fisika Teori). Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan
Pembelajaran Sains 2015 (SNIPS 2015). Pp 157-160. 2015.
[21] Hernawati R.M, Putra V.G.V, Fauzi I. Predicting the Actual Strength of
Open-End Spun Yarn Using Mechanical Model. Applied Mechanics and
Materials Conference, Vol 780 pp 69-74.
21