LAPORAN PENELITIAN
KOMPARASI RECIST 1.0 DAN RECIST 1.1 PADA NON SMALL CELL
LUNG CANCER STADIUM LANJUT YANG MENDAPAT KEMOTERAPI
BERBASIS PLATIN DAN IMMUNOTERAPI RACOTUMUMAB
Oleh :
Pembimbing :
KOMPARASI RECIST 1.0 DAN RECIST 1.1 PADA NON SMALL CELL
LUNG CANCER STADIUM LANJUT YANG MENDAPAT KEMOTERAPI
BERBASIS PLATIN DAN IMMUNOTERAPI RACOTUMUMAB
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan
sebagai karya akhir PPDS I Radiologi tepat waktu tanpa ada hambatan
yang berarti.
RECIST 1.0 DAN RECIST 1.1 PADA NON SMALL CELL LUNG
data disajikan dalam bentuk tabel dan grafik yang untuk selanjutnya
dari kata sempurna, untuk itu dengan segala kerendahan hati, kami
Penyusun
vi
Dengan hati yang tulus dan ikhlas kami menghaturkan terima kasih
vii
4. dr. Lies Mardiyana, Sp. Rad (K) selaku Ketua Program Studi
Spesialis I Radiologi.
8. dr. Rosy Setiawati, Sp.Rad (K) dan dr. Paulus Rahardjo, Sp. Rad (K)
pendidikan.
viii
11. Abah dan Mama tercinta serta Suami dan Anak ku tersayang yang
pendidikan.
12. Semua teman dan sahabat serta pihak yang telah membantu baik
karya akhir ini yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
Penyusun
dr.Mayla Yahya
ix
Abstract
Objective : to compare the impact of RECIST 1.1 with RECIST 1.0 on the
selection of target lesions and assesment of tumor response in patients with
advanced NSCLC who received platinum based chemotherapy and
immunotheraphy.
Methods: We retrospectively reviewed medical records MDCT scan thorax of
patients with advanced NSCLC who received platinum based chemotherapy and
immunotheraphy between January and December 2015. Tumor measurements and
response assessment were performed using RECIST 1.0 and RECIST 1.1. The
number of target lesions and tumor response were compared between RECIST
1.1and RECIST 1.0
.Results: A total of 32 samples who had at least one target lesion according to the
RECIST 1.0 were included in the study. The number of target lesions by the
RECIST 1.1 was significantly lower than that by the RECIST 1.0. When adopting
the RECIST 1.1 instead of the RECIST 1.0. 26 samples (81,25 %) showed a
decrease in the number of target lesions. The decrease of target lesions by
adopting the RECIST 1.1 was mainly caused by the change of the lymph node
evaluation criteria. 28 samples (81.25%) had tumor response were similar
between RECIST 1.0 and RECIST 1.1.Tumor responses showed a level of
concordance between the RECIST 1.0 and RECIST 1.1, with a kappa value of
0.614. Six patients (18,75 %) showed disagreement of tumor responses between
the two criteria, which were all due to the change of the lymph node criteria.
Conclusion: RECIST 1.1 provided concordant response assessment with a
decreased
number of target lesions compared with RECIST 1.0 in advanced NSCLC patients
who received platinum based chemotherapy and immunotheraphy. The new
lymph node criteria were the major cause of the reduction of target lesions and
reclassification of the tumor response.
Key words: RECIST 1.0; RECIST 1.1; Lung cancer; NSCLC; Tumor response
KOMPARASI RECIST 1.0 DAN RECIST 1.1 PADA NON SMALL CELL
LUNG CANCER STADIUM LANJUT YANG MENDAPAT KEMOTERAPI
BERBASIS PLATIN DAN IMMUNOTERAPI RACOTUMUMAB
Tujuan: untuk membandingkan RECIST 1.1 dengan RECIST 1.0 pada pemilihan
lesi target dan penilaian respon tumor pada pasien NSCLC stadium lanjut yang
menerima kemoterapi berbasis platin dan immunoterapi.
Metode: Kami meninjau data rekam medis MDCT scan thorax pasien NSCLC
stadium lanjut yang mendapat kemoterapi berbasis platin dan immunoterapi
antara Januari dan Desember 2015. Pengukuran tumor dan penilaian respon
dilakukan menggunakan RECIST 1.0 dan RECIST 1.1. Jumlah lesi target dan
respon tumor dibandingkan antara RECIST 1.1 dan RECIST 1.0.
Hasil: Sebanyak 32 sampel yang memiliki setidaknya satu sasaran lesi menurut
RECIST 1.0 dilibatkan dalam penelitian ini. Jumlah lesi target oleh RECIST 1.1
secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan RECIST 1.0. Ketika
mengadopsi RECIST 1.1, sebanyak 26 sampel (81,25%) menunjukkan penurunan
jumlah lesi target. Penurunan lesi target dengan mengadopsi RECIST 1.1 terutama
disebabkan oleh perubahan kriteria respon. Sebanyak 28 sampel (81,25 %)
memiliki respon tumor yang sama antara RECIST 1.0 dan RECIST 1.1. Respon
tumor menunjukkan tingkat kesesuaian antara RECIST 1.0 dan RECIST 1.1,
dengan nilai kappa 0.614. Enam pasien (18,75%) menunjukkan ketidaksesuaian
respon tumor antara dua kriteria, yang semuanya karena perubahan kriteria lymph
node pada RECIST 1.1.
Kesimpulan: RECIST 1.1 menunjukkan penurunan jumlah lesi sasaran secara
signifikan dibandingkan dengan RECIST 1.0 dan memiliki tingkat kesesuaian
dengan RECIST 1.0 dalam penilaian respon tumor pada pasien NSCLC stadium
lanjut yang mendapat kemoterapi berbasis platin dan immunoterapi. Kriteria
lymph node baru pada RECIST 1.1 merupakan penyebab utama dari pengurangan
lesi target dan reklasifikasi respon tumor.
Kata Kunci: RECIST 1.0; RECIST 1.1; Kanker paru; NSCLC; Respon tumor
xi
DAFTAR ISI
COVER ....................................................................................................................i
PRASYARAT GELAR ......................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iii
SURAT PERNYATAAN ......................................................................................iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................ vii
ABSTRAK .............................................................................................................. x
ABSTRACT ...........................................................................................................xi
xii
xiii
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Diagram ilustrasi sistem staging TNM edisi ke 7 untuk kanker paru. . 9
(RECIST) ............................................................................................................... 11
Gambar 6 Jumlah lesi target berdasarkan revisi RECIST versi 1.1 terdapat
pengurangan jumlah lesi target per organ menjadi dua. ........................................ 15
Gambar 7. Jumlah lesi target berdasarkan revisi RECIST versi 1.1 terdapat
pengurangan jumlah lesi target per organ menjadi lima ........................................ 16
Gambar 8. Penilaian kelenjar getah bening patologis pada RECIST versi 1.1 .... 17
xv
DAFTAR BAGAN
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Evaluasi dari lesi target dan non – target berdasarkan Response
Tabel 2. Evaluasi dari lesi target dan non – target berdasarkan Response
xvii
DAFTAR SINGKATAN
CT : Computed Tomography
FDG : Fluoro-Deoxy-Glucose
CR : Complete Response
PR : Partial Response
SD : Stable Disease
PD : Progressive Disease
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
Sekitar 80% pasien dengan tumor paru NSCLC datang pada stadium lanjut
metastasis ke organ lain atau kondisi fisik pasien yang buruk, sehingga pilihan
dengan tumor paru NSCLC stadium lanjut tidak memiliki pilihan pengobatan
peranan yang vital dan objektif dalam menghitung kuantitas respon tumor
untuk menilai respon terhadap pengobatan pada pasien dengan tumor padat.
Padat (RECIST).
(CT) sangat menentukan dalam mengukur lesi target. Pemilihan tepi antara
jaringan neoplastik dan normal, bisa menstabilkan bias dari waktu ke waktu
stadium lanjut, kebanyakan lesi target memiliki morfologi yang kompleks dan
terkait dengan penyakit paru komorbiditas, sehingga secara radiologis hal ini
merupakan tantangan yang sangat besar untuk menentukan lesi target secara
tepat karena akan memberikan dampak yang sangat besar terhadap penilaian
respon tumor.
diterbitkan pada tahun 2000 mendefinisikan ukuran minimum lesi yang dapat
diukur, jumlah lesi yang diukur, teknik pencitraan yang akan digunakan, dan
evaluasi beban tumor (Therasse et al, 2000). Namun, sejumlah pertanyaan dan
ada standar pengukuran yang objektif untuk penilaian respon tumor padat
terutama tumor paru. Padahal untuk menilai respon tumor diperlukan adanya
Soetomo Surabaya.
scan dan penilaian respon tumor RECIST 1.0 dan RECIST 1.1 pada tumor
paru NSCLC stadium lanjut yang mendapat kemoterapi berbasis platin dan
immunoterapi racotumumab.
Apakah ada perbedaan penilaian respon tumor RECIST 1.0 dan RECIST
1.1 pada tumor paru NSCLC stadium lanjut yang mendapat kemoterapi
1.3 Tujuan
tumor RECIST 1.0 dan RECIST 1.1 pada tumor paru NSCLC stadium lanjut
RECIST 1.1
1.4 Manfaat
padat.
selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Prevalensi
jenis kanker dengan kasus baru tertinggi yaitu sebesar 13,6% atau sekitar
1.824.701 kasus di seluruh dunia dan kematian akibat kanker paru sebesar 11,1%.
kematian karena kanker di dunia, pada tahun 2012 angka mortalitas akibat kanker
paru pada laki-laki sekitar 29% dan pada wanita sekitar 26%. Pasien kanker paru
tanpa metastasis mempunyai angka harapan hidup 5 tahun sebesar 52,2% dan
pasien kanker paru dengan metastasis mempunyai angka harapan hidup 5 tahun
hanya sebesar 3,7%. Angka harapan hidup ini mencakup baik small cell lung
cancer (SCLC) dan non-small cell lung cancer (Hall et al, 2013).
Kanker paru adalah penyakit yang timbul akibat pertumbuhan sel yang
tidak terkontrol pada jaringan paru. Kebanyakan kanker paru yang terjadi
merupakan kanker primer, dimana kanker tumbuh dari sel epitelial paru (Fong et
al, 2003).
2.1.3 Etiologi
Penyebab utama timbulnya kanker paru adalah pajanan yang lama pada
rokok atau asap rokok. Penyebab lainnya adalah faktor genetik, gas radon,
asbestos, dan polusi udara termasuk perokok pasif (Alberg et al, 2010)
(termasuk batuk darah), turunnya berat badan secara signifikan dan sesak napas.
Gejala lainnya termasuk nyeri dada, demam, kelelahan, disfagia, sindrom vena
cava superior dan nyeri pada tulang. Kanker paru paling sering metastasis ke otak,
2.1.5 Klasifikasi
Secara histologis, kanker paru terbagi menjadi dua tipe utama, yaitu small
cell lung carcinoma (SCLC) dan non small cell lung carcinoma (NSCLC) (Maitra,
2007).
ditemukan pada bronchus primer dan sekunder. Kanker jenis ini tumbuh dengan
cepat dan sering metastase pada stadium awal (Lu et al, 2008).
lung carcinoma dan large cell lung carcinoma. Adenocarcinoma merupakan 40%
dari seluruh kanker paru, squamous cell carcinoma sekitar 30% dari seluruh
kanker paru dan large cell carcinoma sekitar 9% dari kanker paru (Lu et al, 2008).
Kanker paru dapat di diagnosa dengan modalitas foto polos thorax dan CT
kanker paru tergantung pada tipe histologis kanker, stadium penyakit dan keadaan
umum pasien. Terapi kanker paru pada umumnya meliputi operasi, kemoterapi
Namun, kombinasi ini ditentukan oleh staging penyakit dan performance status
NSCLC di terapi dengan operasi (reseksi tumor) disertai terapi kuratif intensif,
Jika NSCLC terdiagnosa pada stadium awal (early stage) maka terapi
pilihannya adalah operasi, disertai kemoterapi sebelum dan sesudah operasi. Jika
NSCLC terdiagnosa pada stadium lanjut (advanced stage) maka terapi pilihannya
kelangsungan hidup jangka panjang untuk pasien kanker paru-paru masih rendah.
Bahkan mereka dengan penyakit "tahap awal" sering menyerah pada kanker paru-
komponen yang diperlukan pada manajemen kanker paru-paru (Raez et al, 2005).
Dalam dekade terakhir, telah terjadi pemahaman yang lebih baik tentang
bagaimana kanker berinteraksi dengan sel-sel kekebalan tubuh dan bahwa kanker
telah menemukan cara untuk menghindari sistem kekebalan tubuh, sehingga era
dan hasil pasien kanker dari kedua penyebab dan titik hasil pandang telah lama
mikro tumor, dan keseimbangan antara penekanan tumor-imun dan stimulasi telah
sekarang dengan targeted theraphy seperti inhibitor EGFR tirosin kinase dan
tahun untuk kanker paru-paru (NSCLC) masih < 20% (Morris, 2014).
merupakan pedoman yang sangat penting dalam menentukan terapi dan prognosis
revisi, antara lain kategori tumor subdivisi berdasarkan ukuran, perbedaan antara
rekategorisasi penyakit pleura maligna atau penyakit pericardial dari stadium III
sampai stadium IV, reklasifikasi dari nodul tumor yang terpisah pada paru atau
lobus yang sama dengan tumor primer dari T4 sampai T3 dan reklasifikasi dari
beberapa nodul tumor terpisah pada paru yang sama tapi pada lobus yang berbeda
Gambar 1. Diagram ilustrasi sistem staging TNM edisi ke 7 untuk kanker paru.
serta evaluasi post terapi pada kanker paru (Bouchard et al, 2002).
meliputi foto polos, CT scan, PET dan MRI (Mc Cloud & Boiselle, 2010).
baik untuk screening, diagnosa dan evaluasi post terapi pada kanker paru (Laurent
et al, 2006).
Dengan menggunakan CT scan, kanker paru dapat dideteksi pada stadium awal.
10
kanker paru, karena stadium pada kanker paru sangat menentukan pilihan terapi
Evaluasi secara radiologis pada pasien setelah diterapi juga tidak kalah
pentingnya. Untuk banyak klinisi, CT scan setelah terapi dilakukan secara berkala
pada bulan ke 3, 6 dan 12 dan setelah itu dilakukan tiap tahun, terutama pada
sangat penting. Metode yang terpilih untuk mengukur respon terapi adalah dengan
penting pada terapi kanker. Respon tumor dan perkembangan tumor menjadi
progresif merupakan hal yang penting dalam berbagai uji coba klinis. Namun,
11
kedua hal tersebut hanya bermanfaat jika dapat diterima secara luas dan telah
tahun 2000, telah dipublikasikan suatu kriteria respon tumor yang telah
Tumors) (van Meerten, 2010). Hal-hal kunci dalam RECIST mencakup : definisi
ukuran minimum lesi yang dapat diukur, instruksi berapa banyak lesi yang harus
Pada panduan RECIST versi 1.0 pertama, dibahas mengenai lesi target
yang diukur dan yang tidak diukur. Pada versi ini, pengukuran lesi berdasarkan
diameter terbesar lebih besar sama dengan satu sentimeter dengan ketebalan
kurang sama dengan 5 mm pada potongan gambar CT, atau diameter terbesar
lebih besar sama dengan 2 cm pada non – helical CT dengan ketebalan lebih dari
10 mm, atau diameter tebesar lebih besar sama dengan 2 cm pada radiografi
Gambar.1 Ukuran lesi berdasarkan Response Evaluation Criteria in Solid Tumor (RECIST)
12
A. CT scan thorax, laki – laki, 64 tahun dengan tumor di colon, didapatkan multiple nodul metastasis
di lobus inferior paru kiri dengan diameter terbesar 2,1 cm (tanda panah). Dimana berdasarkan
kriteria, ukuran lesi tersebut lebih dari 1 cm.
B. CT scan abdomen, wanita, 75 tahun dengan tumor paru; didapatkan lesi metastasis di hepar dengan
diameter terbesar 2,1 cm (tanda panah). Dimana berdasarkan kriteria, ukuran lesi tersebut lebih dari
1 cm.
C. Chest X ray, dengan proyeksi PA, wanita, 52 tahun yang didapakan gambaran massa dengan
diameter terbesar 4,2 cm (tanda panah). Menunjukan adanya tumor paru. Dimana berdasarkan
kriteria, ukuran lesi pada foto konvensional tersebut lebih dari 2 cm.
Sedangkan lesi yang tidak diukur memiliki kriteria sebagai berikut, yaitu
lesi kecil yang berdiameter kurang dari 1 cm, metastasis pada tulang tanpa
atau nekrosis, lesi yang berada para area yang tidak diradiasi, dan lesi pada ruang
abdomen yang tidak dikonfirmasi dengan imaging (Gambar .2) (Nishino, 2010).
13
Gambar.2 Lesi yang tidak diukur berdasarkan Response Evaluation Criteria in Solid Tumor (RECIST)
A. CT scan thorax, wanita, 52 tahun dengan tumor paru menunjukkan multiple nodul kecil di kedua
lapang paru dengan ukuran kurang dari 1 cm. Gambaran ini sesuai dengan proses metastasis tipe
milier
B. CT scan pada basis paru, wanita, 59 tahun dengan kanker payudara menunjukkan adanya proses
metastasis pada corpus vertebra (tanda panah).
C. CT scan abdomen, laki – laki, 45 tahun dengan tumor gaster menunjukkan adanya ascites yang
massif. Berdasarkan hasil sitology didapatkan gambaran sel – sel ganas.
D. CT scan thorax, wanita, 70 tahun dengan tumor paru didapatkan penebalan ireguler dari septum
interlobular dan cabang – cabang bronkovaskular di lobus inferior paru. Gambaran ini sesuai
dengan proses metastasis tipe lymphangitic spread
Kedua, lesi target yang dijadikan sebagai landasan dasar pengukuran harus
dijumlahkan total ukurannya dengan target lesi sejumlah lima hingga sepuluh per
organ. Lesi yang diukur tersebut harus tergambar pada imaging dan digunakan
sebagai penilaian yang objektif dari respons suatu tumor.Pengukuran pada lesi
Gambar. 3 Lesi target dengan ukurannya. A-C. Ct scan abdomen, wanita, 49 tahun dengan tumor ovarium
metastasis yang menunjukkan tiga ukuran lesi target di hepar, peritoneal, dan pembesaran kelenjar getah
bening di illiaca dengan diameter masing – masing 1,9 cm, 1,6 cm, dan 3,1 cm. Total semua ukuran tersebut
adalah 6 cm
Tanda RECIST meliputi empat kategori dari suatu respon, yaitu complete
response (CR), partial response (PR), stable disease (SD), progressive disease
(PD). Kriteria dalam mengevaluasi lesi target dan non target diringkas pada tabel.
1 dengan contoh kasus pada gambar.4.Penilaian terhadap semua respons tumor ini
14
berdasarkan hasil evaluasi lesi target dan non-target yang diikuti dan pengukuran
Tabel 1. Evaluasi dari lesi target dan non – target berdasarkan Response Evaluation
15
RECIST dapat diterima secara luas sebagai standard yang objektif dalam
pengukuran respons tumor terhadap terapi dan perkembangan tumor dari waktu ke
waktu, terutama pada uji klinis di bidang onkologi. Walaupun RECIST memiliki
16
Pada bulan Januari 2009, dikenalkanlah revisi dari panduan RECIST versi
1.1 berdasarkan uji klinis dari lebih dari 6500 data pasien dan lebih dari 18000
Perubahan besar dari RECIST versi 1.1 dikaitkan dengan imaging, yaitu
pertama, jumlah lesi target; kedua, penilaian terhadap kelenjar getah bening yang
terhadap perbedaan progresivitas pada lesi non-target; dan kelima, peran F-FDG
Gambar. 6 Jumlah lesi target berdasarkan revisi RECIST versi 1.1 terdapat pengurangan jumlah lesi
target per organ menjadi dua.
A. CT scan abdomen, wanita 72 tahun dengan tumor pankreas menunjukkan massa pancreas
(panah hitam) disertai multiple lesi metastasis di hepar. Berdasarakan RECIST versi 1.0
ditampilkan minimal lima lesi target dengan ukuran masing – masing diameter dari lesi target
(panah bolak – balik).
B. Berdasarkan RECIST versi 1.1 dimana hanya memerlukan dua lesi target pada liver (panah
putih) dengan ukuran masing – masing diameter (panah bolak balik).
17
Gambar 7. Jumlah lesi target berdasarkan revisi RECIST versi 1.1 terdapat pengurangan jumlah lesi
target per organ menjadi lima.
A. CT scan thorax, laki laki, 74 tahun, dengan kanker paru small cell stadium lanjut disertai
multipel pembesaran kelenjar getah bening di cavum thorax dan abdomen bagian atas, lesi
pada lobus kanan paru, dan metastasis kelenjar adrenal bilateral. Berdasarkan RECIST versi
1.0 dibutuhkan maksimal sepuluh lesi target, dimana pada gambar ini didapatkan delapan lesi
target.
B. Berdasarkan RECIST versi 1.1, semua lima lesi dapat dikelompokkan sebagai lesi target,
dengan minimal jumlah lesi target adalah dua.
18
Gambar. 8 Penilaian kelenjar getah bening patologis pada RECIST versi 1.1
A. CT scan thorax, pasien dengan tumor paru, terdapat kelenjar getah bening subcarina dengan
axis yang pendek sebesar 1,2 cm (tanda panah); dimana berdasarkan RECIST versi 1.1,
kelenjar getah bening tersebut merupakan lesi non – target.
B. CT scan thorax, pasien dengan tumor paru, didapatkan kelenjar getah bening pericarina
dengan axis pendek sebesar 0,7 cm. Dimana berdasarkan RECIST versi 1.1, kelenjar getah
bening tersebut merupan lesi non patologis.
A. Lesi target awal sebelum pemberian terapi dengan diameter tiga cm.
B. Setelah pemberian terapi terdapat penurunan diameter lesi menjadi satu cm dengan persentase
sebesar 67% dibandingkan lesi awal.
C. Pada evaluasi berikutnya, terdapat peningkatan ukuran diameter lesi menjadi 1,3 cm, sehingga bila
dibandingkan dengan lesi sebelumnya terdapat peningkatan persentase pertumbuhan lesi tersebut
sebesar 30%. Yang berdasarkan RECIST versi 1.0 terjadi respon yang progresif dari lesi tersebut
dan terapi dapat dihentikan. Sedangkan berdasarkan RECIST versi 1.1 penambahan ukuran
diameter lesi sebesar lima mm yang setara dengan penambahan persentase ukuran lesi sebesar 20%
dapat dikategorikan sebagai SD, dimana terapi dapat dilanjutkan.
19
D. Jika pada evaluasi berikutnya terjadi penambahan ukuran lesi tersebut lebih dari lima mm
dibandingkan evaluasi pertama setelah pemberian terapi; maka berdasarkan RECIST versi 1.1 dapat
dikategorikan sebagai PD.
Gambar. 10 Penjelasan mengenai progresivitas penyakit pada wanita, usia 55 tahun dengan non – small cell
tumor paru yang diterapi dengan epidermal growth factor receptor inhibitor erlotinib.
A. CT scan thorax yang menunjukkan lesi target yang spiculated dengan diameter terpanjang 2,8 cm.
B. Evaluasi imaging setelah pemberian terapi sebanyak satu siklus, didapatkan pengurangan ukuran
lesi tersebut menjadi 1,3 cm dengan persentase pengurangan sebesar 54%. Sehingga penilaian
tumor berdasar RECIST tergolong sebagai PR.
C. Evaluasi setelah pemberian terapi, didapatkan pertumbuhan yang lambat dari sel tumor dengan
diameter terbesar tumor saat ini 1,7 cm dan bila dibandingkan dengan foto sebelumnya terdapat
pertambahan ukuran sebesar 4 mm yang setara dengan 30%. Jika menggunakan panduan RECIST
versi 1.0 dapat digolongkan sebagai PD sehingga terapi dapat dihentikan; tetapi berdasarkan
panduan RECIST versi 1.1 penambahan kurang dari lima mm digolongkan sebagai SD.
D. Evaluasi CT scan thorax selanjutnya terjadi penambahan ukuran diameter lesi menjadi 2 cm dimana
pertambahan ukuran ini bila dibandingkan dengan CT scan evaluasi pada pemberian terapi setelah
satu siklus terjadi penambahan ukuran sebesar 7 mm (setara 54%) sehingga berdasarkan RECIST
versi 1.1 dikategorikan sebagai PD.
20
Pada waktu awal, lesi tumor atau nodul limfatik dikategorikan menjadi
Measurable tumor lesion : harus dapat diukur secara akurat dalam satu
dimensi (diameter terpanjang pada bidang datar pengukuran yang dapat diukur)
measurable)
dapat diukur bila > 15 mm dalam axis pendek ketika dilihat pada CT scan
(dengan ketebalan potongan CT scan < 5 mm). Pada waktu awal dan follow up,
terpanjang < 10 mm atau nodul limfatik patologis dengan axis pendek > 10 mm
dan < 15 mm). Lesi yang termasuk dalam non measurable adalah penyakit
yang teridentifikasi pada pemeriksaan klinis namun tidak dapat diukur pada teknik
21
Lesi target adalah satu atau lebih lesi (total semua lesi maksimal 5 lesi , atau
maksimal 2 lesi tiap organ) yang dapat diukur (measurable lesion) yang ada pada
Lesi non target adalah semua lesi lainnya termasuk nodul limfatik patologis
dan seharusnya didokumentasikan pada awal waktu pengukuran. Lesi non target
tidak dilakukan pengukuran, hanya direpresentasikan sebagai ada atau tidak ada
(Eisenhauer, 2009).
penggaris jika diperiksa secara klinis. Semua pengukuran awal harus dilakukan
sedekat mungkin dengan waktu dimulainya terapi dan tidak lebih dari 4 minggu
Metode pengukuran yang sama dan teknik pengukuran yang sama harus
pengukuran awal dan selama follow up. Evaluasi berdasarkan imaging sebaiknya
selalu dilakukan dibandingkan dengan evaluasi secara klinis kecuali lesi yang
22
nodul limfatik patologis (target atau non target) maka harus berkurang sampai <
diameter lesi target, berdasarkan pada diameter pada waktu pengukuran awal
(Eisenhauer, 2009).
diameter lesi target, dimana yang diambil sebagai patokan adalah diameter
(munculnya 1 atau lebih lesi baru juga dikatakan progressive) (Eisenhauer, 2009).
dimasukkan pada PR atau PD, dimana yang diambil sebagai patokan adalah
Complete Response : hilangnya seluruh lesi non target dan level tumor
marker kembali normal. Semua ukuran nodul limfatik adalah non patologis (< 10
Non-CR atau non-PD : persistensi satu atau lebih lesi non target dan atau
23
yang ada (munculnya 1 atau lebih lesi baru juga dikatakan progressive)
(Eisenhauer, 2009).
Respon secara keseluruhan yang terbaik adalah respon terbaik yang diukur
sejak awal dimulainya terapi hingga terapi berakhir. Kadang kala suatu respon
secara keseluruhan. Respon evaluasi terbaik pasien tergantung pada temuan lesi
target dan non target serta mempertimbangkan ada atau tidaknya lesi baru
(Eisenhauer, 2009).
Tabel 2. Evaluasi dari lesi target dan non – target berdasarkan Response Evaluation
24
baru Keseluruhan
25
atau nonprogressive
Any
Progressive
Disease
Complete Response Not all evaluated (NE) Tidak ada Partial Response
Nonprogressive disease
Not all evaluated atau Not all evaluated Tidak ada Non evaluable
(NE) (NE)
Nonprogressive disease
26
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
27
MDCT scan thorax untuk menentukan staging tumor berdasarkan AJCC tahun
2010. Sampel NSCLC yang diambil adalah NSCLC stadium lanjut yang non-
evaluasi awal (baseline) semua lesi harus dikategorikan sebagai lesi terukur dan
tidak terukur. Setelah semua lesi yang dikategorikan sebagai lesi terukur dan tidak
terukur, lalu diidentifikasi lesi target. Menurut kriteria RECIST 1.0, sepuluh lesi
sasaran (lima per organ) harus dipilih dari antara lesi terukur .Menurut kriteria
RECIST 1.1, lima lesi sasaran (dua per organ) harus dipilih dari antara lesi terukur
mencerminkan beban tumor secara keseluruhan, lesi terbesar belum tentu lesi
target yang terbaik. Semua lesi selain lesi target yang dianggap lesi non
target.Pada evaluasi follow up, jumlah dari diameter terpanjang dari lesi target
harus dihitung dan dicatat. Lesi target yang sama diukur pada setiap evaluasi. Lesi
non target tidak dilakukan pengukuran, hanya direpresentasikan sebagai ada atau
tidak ada baik pada awal (baseline) maupun pada evaluasi follow up. Kemudian
dievaluasi penilaian respon tumor dengan menggunakan metode RECIST 1.0 dan
RECIST 1.1. Kedua kriteria RECIST 1.0 dan 1.1 mendefinisikan empat kategori
respon : complete response (CR), partial response (PR), stable disease (SD), dan
progressive disease (PD). Kemudian hasil evaluasi antara metode RECIST 1.0
28
dan RECIST 1.1 dibandingkan untuk mengetahui apakah ada perbedaan diantara
keduanya.
3.3 Hipotesis
RECIST 1.0 dan RECIST 1.1 pada NSCLC stadium lanjut yang mendapat
29
BAB IV
METODE PENELITIAN
secara retrospektif menggunakan data sekunder yang berasal dari rekam medik.
semua hasil rekam medik MDCT Scan Thorax dengan diagnosa kanker paru tipe
non small cell lung cancer (NSCLC) minimal stadium 3A non-operable yang
Sampel penelitian adalah semua hasil rekam medik MDCT Scan Thorax
dengan diagnosa kanker paru tipe non small cell lung cancer (NSCLC) minimal
Semua hasil rekam medik MDCT Scan Thorax pasien dengan diagnosa
kanker paru tipe non small cell lung cancer (NSCLC) minimal stadium 3A non-
operable yang datanya telah lengkap dan telah didiagnosa secara klinis,
30
Semua hasil rekam medik MDCT Scan Thorax pasien dengan diagnosa
kanker paru tipe non small cell lung cancer (NSCLC) minimal stadium 3A non-
- Tumor paru tipe NSCLC stadium 3A : secara histologis telah terbukti sebagai
NSCLC dengan ketentuan staging T1-T2, N2, M0, atau T1-T3, N2, M0 atau T4,
Surabaya.
- Metode RECIST 1.0 dan RECIST 1.1 : Pedoman Kriteria Respon Evaluasi
Tumor Padat mencakup lesi measurable dan non measurable serta lesi target dan
non-target.
- Pada waktu awal, lesi tumor atau nodul limfatik dikategorikan menjadi
31
a. Measurable tumor lesion : harus dapat diukur secara akurat dalam satu dimensi
(diameter terpanjang pada bidang datar pengukuran yang dapat diukur) dengan
secara patologis dan dapat diukur bila > 15 mm dalam axis pendek ketika dilihat
pada CT scan (dengan ketebalan potongan CT scan < 5 mm). Pada waktu awal
dan follow up, hanya axis pendek yang diukur dan dipantau.
terpanjang < 10 mm atau nodul limfatik patologis dengan axis pendek > 10 mm
dan < 15 mm). Lesi yang termasuk dalam non measurable adalah penyakit
yang teridentifikasi pada pemeriksaan klinis namun tidak dapat diukur pada teknik
imaging.
- Lesi target adalah satu atau lebih lesi (total semua lesi maksimal 5 lesi , atau
maksimal 2 lesi tiap organ) yang dapat diukur (measurable lesion) yang ada pada
- Lesi non target adalah semua lesi lainnya termasuk nodul limfatik patologis dan
seharusnya didokumentasikan pada awal waktu pengukuran. Lesi non target tidak
32
a. Complete Response (CR) : hilangnya seluruh lesi target. Jika terdapat nodul
limfatik patologis (target atau non target) maka harus berkurang sampai < 10 mm
b. Partial Response (PR) : Paling sedikit berkurang sebanyak 30% pada diameter
diameter lesi target, dimana yang diambil sebagai patokan adalah diameter
d. Stable Disease (SD) : Tidak adanya kriteria yang mencukupi untuk dimasukkan
pada PR atau PD, dimana yang diambil sebagai patokan adalah diameter terkecil
Rekam medik MDCT Scan Thorax pasien dengan diagnosa kanker paru tipe non small cell lung
cancer (NSCLC) minimal stadium 3A non-operable yang masuk kriteria inklusi di Instalasi
Radiodiagnostik RSUD Dr.Soetomo Surabaya (Periode Januari 2015 – Desember 2015)
Mengukur diameter lesi target dan Mengukur diameter lesi target dan
mencatat adanya lesi non target mencatat adanya lesi non target
Semua hasil rekam medik MDCT scan thorax pasien dengan diagnosa
kanker paru tipe non small cell lung cancer (NSCLC) minimal stadium 3A non-
studi penilaian berdasarkan metode RECIST 1.0 dan RECIST 1.1. Pada MDCT
scan thorax baseline dilakukan identifikasi dan pemilihan lesi target dan non-
Selanjutnya pada MDCT scan thorax post-treatment dilakukan follow-up pada lesi
target dan non-target yang telah diukur sebelumnya pada MDCT scan thorax
baseline dan menilai apakah ada lesi baru. Lalu dilakukan penilaian respon tumor
berdasarkan RECIST 1.0 dan RECIST 1.1. Respon tumor antara RECIST 1.0 dan
34
- Pada MDCT scan thorax baseline dilakukan identifikasi dan pemilihan lesi
RECIST 1.1
- Kemudian dilakukan pengukuran lesi target dan pencatatan lesi non-target pada
- Pada MDCT scan thorax post-treatment dilakukan follow-up pada lesi target
dan non-target yang telah diukur sebelumnya pada MDCT scan thorax baseline
- Menilai respon tumor berdasarkan metode RECIST 1.0 dan RECIST 1.1
1.1
35
BAB V
HASIL PENELITIAN
Pada penelitian ini, total ada 32 pasien dengan tumor paru tipe NSCLC stadium
lanjut yang mendapat kemoterapi lini pertama berbasis platin dan regimen
immunoterapi racotumumab.
36
Pada penelitian ini diperoleh 32 sampel berusia 32 – 83 tahun dengan rerata usia
56,5 tahun. Kelompok usia terbanyak pada usia 51-60 tahun dan 61-70 tahun
usia 31-40 tahun didapatkan 1 sampel (3,1 %), usia 41-50 tahun sebanyak 6
sampel (18,8 %) dan usia > 80 tahun sebanyak 1 sampel (3,1 %).
Umur
31 - 40 tahun
41 - 50 tahun
51 - 60 tahun
61 - 70 tahun
> 80 tahun
Pada penelitian ini didapatkan sampel laki-laki sebanyak 20 orang (62,5 %) dan
37
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Histopatologi
Adenocarcinoma
Squamous Cell Carcinoma
38
Pada penelitian ini, dari 32 sampel, sebanyak 9 orang dengan staging tumor III A
(28,1 %), 9 orang dengan staging tumor III B (28,1 %) dan 14 orang dengan
Staging
III A
III B
IV
Jumlah lesi target berdasarkan RECIST 1.1 secara signifikan lebih sedikit
dibandingkan dengan jumlah lesi target berdasarkan RECIST 1.0 (p < 0,05).
Rerata jumlah lesi target pada RECIST 1.0 adalah 3 (kisaran 1-6), dan pada
RECIST 1.1 adalah 2 (kisaran 1-6). Pada baseline sebanyak 13 pasien (40,6 %)
39
lesi target dikarenakan kriteria baru lymph node yang digunakan pada RECIST
1.1.
4
RECIST 1.0
RECIST 1.1
3
Gambar 5.2. Perbandingan Jumlah Lesi Target antara RECIST 1.0 dan RECIST
40
4
RECIST 1.0
RECIST 1.1
3
Gambar 5.2. Perbandingan Jumlah Lesi Target antara RECIST 1.0 dan RECIST
41
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
Persentase respon tumor dengan menggunakan RECIST 1.0 dan RECIST 1.1
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
32 100.0 100.0
Total
42
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid COMPLETE
1 3.1 3.1 3.1
RESPONSE
32 100.0 100.0
Total
Tabel. Komparasi Respon Tumor berdasarkan RECIST 1.0 dan RECIST 1.1
kriteria RECIST 1.0 dan RECIST 1.1. Satu pasien dengan partial response (PR)
43
pada RECIST 1.0 di re-klasifikasi menjadi complete response (CR) karena lymph
node dengan diameter short axis < 10 mm dikategorikan normal sesuai dengan
kriteria RECIST 1.1. Tiga pasien dengan progressive disease (PD) pada RECIST
1.0 di re-klasifikasi sebagai partial disease (PR) dan dua pasien dengan
progressive disease (PD) pada RECIST 1.0 di re-klasifikasi sebagai stable disease
(SD) dikarenakan pengukuran lymph node yang < 10 mm pada diameter short-
axis tidak memenuhi kriteria lymph node yang patologis pada RECIST 1.1.
Test Statisticsa
LESI NON
LESI NON LESI NON TARGET LESI NON
RESPON TARGET TARGET ADRENAL TARGET
TUMOR BONE LIVER GLAND LUNG
PASIEN METASTASIS METASTASIS METASTASIS METASTASIS
Mann-Whitney U 427.000 512.000 512.000 512.000 512.000
Wilcoxon W 955.000 1040.000 1040.000 1040.000 1040.000
Z -1.309 .000 .000 .000 .000
Asymp. Sig. (2-tailed) .191 1.000 1.000 1.000 1.000
a. Grouping Variable: KEL
Komparasi respon tumor antara dua kriteria RECIST ditunjukkan pada tabel 4.
antara RECIST 1.0 dan RECIST 1.1 berbeda namun tidak signifikan dengan nilai
Asymp.
Std. Approx. Approx.
Value Error(a) T(b) Sig.
Measure of Kappa
.614 .131 3.767 .000
Agreement
44
N of Valid Cases 32
dan RECIST 1.1, dengan nilai koeffisien kappa sebesar 0,614 dengan nilai p <
0,001.
45
BAB VI
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini dilakukan komparasi respon tumor antara RECIST 1.0
dan RECIST 1.1 pada pasien NSCLC stadium lanjut yang mendapatkan
1.1 secara signifikan mengurangi jumlah lesi target yang diukur untuk
menentukan respon tumor dibandingkan dengan RECIST 1.0 (nilai p < 0,05
pada kriteria evaluasi lymph node. RECIST 1.0 tidak memberikan rekomendasi
tertentu untuk penilaian lymph node. RECIST 1.1 memberikan pedoman khusus
untuk penilaian lymph node : lymph node dengan diameter short-axis kurang dari
tapi kurang dari 15 mm dianggap sebagai lesi non-target, dan lymph node dengan
namun pada uji statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan respon tumor
antara RECIST 1.0 dan RECIST 1.1, namun tidak signifikan dengan nilai p > 0,05
46
RECIST 1.0 dan RECIST 1.1, dengan nilai koeffisien kappa sebesar 0,614 dengan
nilai p < 0,001. Sebanyak 28 sampel (81,25 %) memiliki respon tumor yang sama
antara RECIST 1.0 dan RECIST 1.1. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
kesesuaian antara pedoman RECIST 1.0 dan RECIST 1.1 dalam menilai respon
tumor paru tipe non-small cell cancer stadium lanjut yang mendapatkan
Temuan ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nishino et
al (2010) yang membandingkan RECIST 1.0 dan RECIST 1.1 pada pasien tumor
paru NSCLC stage IV dengan EGFR mutasi yang mendapat terapi inhibitor
EGFR tirosin kinase , Choi et al (2015) yang membandingkan RECIST 1.0 dan
RECIST 1.1 pada pasien tumor paru NSCLC stage III B – IV yang mendapat
Perbedaan yang signifikan antara RECIST 1.0 dan RECIST 1.1 selain
jumlah lesi target yang lebih sedikit dan kriteria baru penilaian lymph node,
adalah adanya perbedaan dalam definisi progressive disease. Perubahan ini pada
RECIST 1.1 antara lain adalah peningkatan ukuran lesi target ≥ 5 mm selain
memberikan penilaian respon klinis yang lebih relevan pada pasien yang diterapi
yang baik untuk terapi yang ditargetkan dan ukuran akan berkurang secara
dramatis. Oleh karena itu, perubahan kecil yang mutlak pada pengukuran dapat
47
penyakit progresif (PD) oleh RECIST 1.0 meskipun pasien tetap asimtomatik dan
ukuran tumor lebih kecil dari ukuran pada baseline. Misalnya, pasien dengan lesi
5,0 cm pada awal memberikan respon yang baik dengan terapi target yang efektif
dan lesi berukuran 1,0 cm pada studi follow-up; jika lesi berukuran 1,2 cm pada
follow-up berikutnya, pasien ini memenuhi kriteria untuk penyakit progresif (PD)
sangat kecil, mungkin saja suatu variabilitas pengukuran bukan perubahan ukuran
yang sebenarnya. Pasien yang sama, menurut RECIST 1.1, tidak memenuhi
kriteria untuk PD karena peningkatan mutlak dalam ukuran kurang dari 5 mm.
1.1. Namun, kriteria terutama tergantung pada perubahan ukuran tumor. Kriteria
konvensional. Hal ini merupakan salah satu kelemahan pada kriteria ini (Kang et
al, 2012).
akurat dan reproduksi volume tumor. Oleh karenanya dapat mengukur volume
bukan hanya diameter satu dimensi tumor. Seperti disebutkan sebelumnya, lesi
terbesar mungkin tidak selalu menjadi lesi target terbaik. Lesi besar mungkin
sebagian nekrotik atau mengandung kavitasi dan mungkin tidak menurun dalam
ukuran pada tingkat yang sama dengan lesi kecil yang respon terhadap
48
perubahan kistik pada tumor padat tanpa tentu menyebabkan penyusutan tumor
kavitasi dan redaman perubahan dalam lesi target dapat digunakan untuk evaluasi
respon pada pasien kanker paru-paru non-small cell lung cancer (NSCLC ) yang
sasaran yang direproduksi dan memiliki hubungan yang signifikan secara statistik
Gambar 5. Diagram yang menggambarkan sasaran lesi pengukuran dengan metode RECIST dan
kriteria respon baru (31). Menurut pengukuran RECIST, ukuran target lesi diukur dengan termasuk
baik padat dan komponen ground glass opacity (x). Menurut pengukuran Lee, ukuran target lesi
diukur dengan termasuk komponen padat sendirian dan dengan menilai ukuran gambar pada
mediastinum window (y). Jika lesi target memiliki kavitasi internal, ukuran lesi diukur dengan
hanya memasukkan ketebalan dinding jaringan lunak dan dengan tidak termasuk komponen udara
dari kavitas (pengurangan diameter rongga dari diameter terpanjang massa kanker) (y - z).
Kriteria RECIST = Evaluasi Respon di Tumor Padat. (Kang et al, 2012)
49
Gambar 6. Pasien dengan NSCLC. Potongan aksial CT scan pada lung window sebelum
(A) dan sesudah (B) kemoterapi menunjukkan kavitasi internal (panah) dikarenakan
nekrosis tumor (Kang et al, 2012).
Cara standar untuk menilai respon tumor padat yang di kemoterapi adalah
pengukuran, dan meningkatkan kekuatan statistik per subjek dalam uji. Zhao et al
secara potensial dapat menjadi biomarker yang cepat dan lebih baik untuk
50
Kelemahan lain dari RECIST 1.1 adalah bahwa tidak ada ketentuan fase di
pengukuran tumor harus dilakukan pada fase yang sama dan pada window yang
Namun, RECIST 1.1 tidak mengatasi semua masalah yang muncul dengan adanya
penemuan sitostatik baru dan terapi bertarget (targeted theraphy). Dengan data
51
kemungkinan adanya lesi baru. Sebuah FDG-PET yang negatif pada awal
baseline, kemudian menjadi FDG-PET yang positif pada follow-up adalah tanda
PD didasarkan pada lesi baru. Sebuah FDG-PET lesi positif berarti lesi dengan
serapan FDG yang lebih besar dari dua kali lipat dari jaringan sekitarnya. Jika
temuan CT.
FDG PET telah diterima sebagai salah satu modalitas pencitraan untuk
baru ini 18F-FDG PET / CT semakin sering digunakan dalam evaluasi respon
pengobatan untuk pasien dengan kanker paru-paru non small cell lung cancer
jaringan jinak dan ganas, staging pra operasi, deteksi penyakit berulang, dan baru-
baru ini dalam identifikasi respon tumor awal untuk terapi. Kriteria untuk
tumor dalam uji coba fase II belum tersedia, meskipun saat ini banyak penelitian
untuk FDG-PET, yang disebut Kriteria PET Response pada Tumor Padat
bahwa kriteria RECIST masih merupakan "standar emas" dalam evaluasi respon
dari tumor padat. Penelitian ini menunjukkan bahwa PERCIST dan RECIST 1.1
52
memiliki konsistensi yang baik dan PERCIST (atau PET) lebih sensitif dalam
53
BAB VII
A. KESIMPULAN
1. RECIST 1.1 secara signifikan mengurangi jumlah lesi target yang diukur
2. Terdapat perbedaan respon tumor antara RECIST 1.0 dan RECIST 1.1,
namun tidak signifikan pada tumor paru tipe non-small cell cancer
immunoterapi racotumumab.
3. Terdapat kesesuaian antara pedoman RECIST 1.0 dan RECIST 1.1 dalam
menilai respon tumor paru tipe non-small cell cancer stadium lanjut yang
B. SARAN
1. Evaluasi pengukuran tumor harus dilakukan pada fase yang sama dan pada
kontras.
berikutnya.
54
DAFTAR PUSTAKA
Alberg AJ, Samet JM. 2010 Murray and Nade’s Textbook of Respiratory
Medicine 5th ed. Saunders Elsevier
Bouchard E, Falen S, Molina P. 2002. Lung Cancer : A Radiologic
Overview. Journal Applied Radiology Volume 31 Number 8, August
55
Nishino M, Jackman DM, Hatabu H, Yeap BY, Cioffredi LA, Yap JT, et
al. 2010. New Response Evaluation Criteria in Solid Tumors (RECIST)
guidelines for advanced non-small cell lung cancer: comparison with original
RECIST and impact on assessment of tumor response to target therapy. AJR Am J
Roentgenol ;195:221-8.
Nishino M, Jagannathan JP, Ramaiyya NH, Van deen Abbeele AD. 2010.
Revised RECIST Guidelines Version 1.1 : What Oncologist Want to Know and
What Radiologist Need to Know. AJR ; 195 : 281-289
Padhani AR, Ollivier L. 2001. The RECIST Criteria : Implictions or
Diagnostic Radiologist. The British Journal of Radiology (74) : 983-986
Raez LE, Fein S, Podack ER. 2005. Lung Cancer Immunoheraphy.
Clinical Medicine and Research ; Volume 3, Number 4: 221-228
Therasse P, Arbuck SG, Eisenhauer EA, et al. 2000. New guidelines to
evaluate the response to treatment in solid tumors (RECIST Guidelines). J Natl
Cancer Inst;92:205–16.
Uybico SJ, Wu Carol C, Suh Robert D et al. 2010. Lung Cancer Staging
Essentials : The New TNM Staging System and Potential Imaging Pitfalss.
Radiographics; 30:1163-1181
van Persijn van Meerten EL, Gelderblom H, Bloem JL. 2010. RECIST
revised: Implications for the Radiologist. A review article on the modified
RECIST guideline.Eur Radiol;20:1456-67
56
Descriptive Statistics
NUMBER OF TARGET
LESION (PRE 32 1.00 6.00 3.0938 1.27910
TREATMENT) RECIST 1.0
NUMBER OF TARGET
LESION (PRE 32 1.00 6.00 2.4375 1.21649
TREATMENT) RECIST 1.1
NUMBER OF TARGET
LESION POST 32 1.00 6.00 3.4063 1.43368
TREATMENT RECIST 1.0
NUMBER OF TARGET
LESION POST 32 1.00 5.00 2.2188 1.28852
TREATMENT RECIST 1.1
Valid N (listwise) 32
57
JENIS KELAMIN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
UMUR
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
HISTOPATOLOGIS
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Squamous cell
7 21.9 21.9 100.0
carcinoma
STAGING TUMOR
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
58
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
59
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
60
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Test Statisticsa
LESI NON
LESI NON LESI NON TARGET LESI NON
RESPON TARGET TARGET ADRENAL TARGET
TUMOR BONE LIVER GLAND LUNG
PASIEN METASTASIS METASTASIS METASTASIS METASTASIS
Mann-Whitney U 427.000 512.000 512.000 512.000 512.000
Wilcoxon W 955.000 1040.000 1040.000 1040.000 1040.000
Z -1.309 .000 .000 .000 .000
Asymp. Sig. (2-tailed) .191 1.000 1.000 1.000 1.000
a. Grouping Variable: KEL
Asymp.
Std. Approx. Approx.
Value Error(a) T(b) Sig.
Measure of Kappa
.614 .131 3.767 .000
Agreement
61
N of Valid Cases 32
A. B
62
A.
B.
63
64