Setiap orang ingin selalu berada dalam kondisi yang aman. Dalam melakukan
aktivitas sehari-hari, dalam melakukan perjalanan ke suatu tempat dan juga dalam
melakukan pekerjaannya. Tempat kerja yang aman akan menjadi sebuah hal yang
sangat penting dalam menunjang para pekerja melakukan pekerjaannya. Dengan
bekerja di tempat kerja yang aman, para pekerja dapat bekerja dengan baik dengan
seluruh potensi yang ada tanpa perlu kuatir akan ancaman kesehatan maupun
ancaman keselamatan pada dirinya.
Salah satu hal yang perlu dilakukan dalam menciptakan sebuah lingkungan
bekerja adalah tempat yang aman adalah kegiatan monitoring. Secara garis besar
kegiatan monitoring dapat dibagi menjadi 3 bagian. Pertama, monitoring yang
dilakukan terhadap sebuah individu, dalam hal ini adalah si pekerja itu sendiri untuk
menilai apakah sang pekerja terpajan terhadap suatu zat yang berbahaya dan juga
memantau status kesehatan dari pekerja tersebut. Kedua, monitoring juga dapat
dilakukan pada lingkungan sekitar dari sebuah perusahaan atau industri dengan
tujuan memastikan bahwa ligkungan sekitar tidak mengalami dampak negatif dari
berjalannya sebuah perusahaan atau sebuah industri. Ketiga, monitoring dapat
dilakukan terhadap lingkungan atau tempat kerja itu sendiri untuk memastikan bahwa
tempat tersebut merupakan tempat yang aman untuk bekerja.
Kegiatan monitoring dapat ditinjau dari berbagai macam aspek bergantung dari
tujuannya. Kegiatan monitoring dapat dilakukan untuk menilai seberapa besar
pajanan yang diterima para pekerja di suatu area kerja. Setelah menilai besarnya
suatu pajanan di suatu area, kita dapat menentukan kontrol seperti apa yang tepat
untuk diterapkan di area kerja tersebut agar jumlah pajanan dapat dikurangi dan risiko
gangguan kesehatan yang dapat dialami oleh para pekerja dapat dikurangi.
Monitoring juga dapat dilakukan untuk menilai sebuah keadaan udara pada sebuah
ruang tertutup atau confined space. Bekerja pada confined space memiliki risiko yang
amat besar. Monitoring pada area tersebut perlu dilakukan secara kontinyu untuk
memastikan situasi yang aman bagi para pekerja. Selain itu, data yang diperoleh dari
kegiatan monitoring melalui pengukuran tersebut dapat juga dijadikan catatan dan
statistik untuk dijadikan acuan atau dijadikan informasi dalam melaksanakan
pekerjaan serupa di tempat yang berbeda.
Setiap perusahan memiliki kewajiban untuk memastikan tempat kerja yang
aman, dimana kegiatan pemantauan / pengukuran lingkungan kerja menjadi bagian
dari kewajiban yang dimaksud. Hal ini tertuang dalam pasal 7.2 dari Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No.50 tahun 2020 tengan Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja yang berbunyi demikian:
(1) Pengukuran lingkungan kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2)
dilakukan untuk mengetahui tingkat pajanan Faktor Fisika, Faktor Kimia, Faktor
Biologi, Faktor Ergonomi, dan Faktor Psikologi terhadap Tenaga Kerja
(2) Pengukuran lingkungan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
sesuai dengan metode uji yang ditetapkan Standar Nasional Indonesia.
(3) Dalam hal metoda uji belum ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia,
pengukuran dapat dilakukan dengan metoda uji lainnya sesuai dengan standar
yang telah divalidasi oleh lembaga yang berwenang.
Dalam melakukan kegiatan pemantauan, baik kepada pekerja itu sendiri dan
kepada lingkungan kerja, terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatika. Faktor-
faktor tersebut antara lain adalah karakteristik paparan, lamanya waktu paparan dan
besaran dari paparan itu sendiri. Metode pemilihan sampel dari pekerja yang akan
dilakukan pemantauan juga bervariasi, mulai dari seluruh populasi tenaga kerja,
secara acak dari sebuah kelompok kerja ataupun dari tenaga kerja yang memiliki
risiko paling besar. Pengambilan sampel tersebut harus didasari dari keseragaman
pekerjaan, keseragaman eksposur dan keseragaman lingkungan kerja. Dengan
mengambil sampel dari antara keseragaman tersebut, hasil pemantauan dan
pengukuran akan lebih valid dikarenakan sampel yang kita ukur benar-benar mewakili
populasi yang kita pantau.
Pemantauan tempat kerja bertujuan untuk mengetahui konsentrasi dari
pajanan di tempat kerja dari suatu pekerjaan atau suatu proses di tempat kerja.
Pemantauan juga dapat dilakukan untuk memperoleh konsentrasi tertinggi dari
paparan dalam periode waktu tertentu. Hal tersebut sangat penting untuk dilakukan,
mengingat bahwa beberapa zat kimia yang sangat berbahaya hanya membutuhkan
waktu yang sangat singkat dengan dosis yang sangat kecil untuk bisa menimbulkan
masalah kesehatan yang sangat serius pada pekerja.
Terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan untuk melakukan pengukuran
seperti pengambilan sampel udara di tempat kerja. Teknik tersebut harus disesuaikan
dengan tempat kerja yang akan diukur. Terdapat berbagai macam metode dalam
melakukan pengukuran. Namun, metode seperti apapun tidak masalah selama
mengikuti standar yang berlaku seperti NIOSH, OSHA atau ACGIH.
Direct reading technique merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan
saat melakukan monitoring paparan bahan kimia berbahaya di udara tempat kerja.
Alat yang digunakan dapat berupa colorimetric tubes yang sifatnya spesifik untuk
menilai zat tertentu dan penilaian konsentrasi dilakukan dengan menilai perubahan
warna pada alat. Keunggulannya adalah mudah digunakan dan tidak membutuhkan
laboratorium khusus, akan tetapi kelemahan dari alat ini adalah tidak tersedia untuk
semua jenis zat berbahaya dan tingkat akurasinya kurang lebih hanya 25%.
Beberapa jenis gas yang dapat dinilai melalui tube detector antara lain:
• Ammonia: perubahan warna abu-abu atau violet
• Benzene: perubahan warna hijau - coklat
• Karbon dioksida: perubahan warna violet
• Karbon disulfida: perubahan warna hijau – coklat
• Karbon monoksida: perubahan warna coklat
Teknik berikutnya yang dapat digunakan adalah collection techniques. Konsep
dasar dari teknik ini adalah menampung atau menangkap zat yang akan diukur ke
sebuah media dan kemudian dianalisa dengan menggunakan alat tertentu. Beberapa
alat yang dapat digunakan untuk memeperoleh sampel antara lain adalah Impinger,
kertas filter dan charcoal tube. Sedangkan beberapa alat di laboratorium yang dapat
digunakan untuk melakukan analisa antara lain adalah UV-spectrofotometry,
analytical balance, gas chroamtografi dan AAS.
Hal yang perlu diingat mengenai debu dan serat fiber adalah ukuran dari
partikelnya. Partikel berukuran diantara 0.5 – 10 micron tidak mencapai paru-paru;
partikel berukuran 0.2 – 0.5 micron dapat mencapai paru-paru dan terakumulasi di
paru; partikel berukuran lebih kecil dari 0.2 micron dapat dikeluarkan melalui proses
exhalasi.
Berbicara mengenai zat berbahaya di udara, kita perlu mengetahui kadar dari
zat tersebut melalui proses pengukuran. Satuan kadar dari bahan kimia di udara untuk
kelompok bukan partikel dinyatakan dalam ppm (part per million). Sedangkan, kadar
bahan kimia di udara untuk kelompok partikel dinyatkan dalam mg/m 3.
Dalam melakukan analisa partikulat dengan menggunakan kertas filter, hal
yang pertama dilakukan adalah menggunakan dessicator untuk mengeringkan atau
menyerap uap air pada kertas tersebut. Kemudian kertas tersebut ditimbang dengan
menggunakan analytical balance baru kemudian digunakan untuk proses
pengambilan sampel pada pekerja. Alat yang digunakan pada pekerja biasanya
berupa particulate respirable sampler. Setelah selesai, kertas tersebut akan diukur
kembali untuk dilakukan pengukuran akan perbedaan berat dari sebelum dan
sesudah pengukuran.
Untuk melakukan pengukuran pajanan di sebuah lingkungan kerja, kita
memerlukan data berupa volume udara di area yang akan diukur dan juga massa dari
kontaminan yang akan diukur. Rumus yang perlu diperhatikan dalam proses ini antara
lain:
• Flow rate x time = air volume
• Concentration of contaminant in air = mass of contaminant /air volume
Untuk memperoleh sampel dalam bentuk gas reaktif atau uap, kita dapat
menggunakan alat yang disebut dengan Impingers. Alat ini memiliki nozzle untuk
meningkatkan kontak dengan udara dan cairan. Cairan tersebut akan terlarut atau
menimbulkan reaksi dengan bahan kimia tertentu. Dengan menggunakan metode
kolorimetry maka adsorbent yang digunakan harus menyesuaikan dengan zat yang
akan diperiksa. Berikut adalah tabel berdasarkan gas, adsorbent, reagen dan juga
metode analisa yang digunakan:
Untuk melakukan analisis kepada zat metal, maka dapat digunakan Impingers
atau kertas filter dengan melalui proses Ashing terlebih dahulu, untuk kemudian
dilakukan analisa dengan AAS (Atomic Absorption Spectrofotometry). Hal yang dapat
dilihat dari pemeriksaan ini adalah perubahan warna pada alat tersebut.
Proses pengambilan sampel gas dan uap juga dapat dilakukan dengan
menggunakan sorbent tubes. Prinsip kerjanya adalah sejumlah udara dialirkan
melewati adsorbent kemudian penyerap tersebut dimasukkan dalam larutan tertentu
agar uap organik terdesorbsi ke dalam larutan untuk selanjutnya dianalisa dengan
kromatografi gas.
Teknik terakhir yang dapat digunakan adalah wipe sampling. Teknik ini
digunakan untuk melakukan pemantuan zat kimia pada permukaan tertentu.Teknik ini
melibatkan filter seperti Glass Fiber Filters untuk zat kimia yang dianalisa dengan GC
dan HPLC atau menggunakan MCE filter untuk metal. Teknik ini juga memerlukan
solvent air yang terdeionisasi atau isopropyl alcohol untuk membasahi kertas filter
yang akan digunakan.