Anda di halaman 1dari 8

A.

Sejarah Kerajaan Islam di Sumatera

Sejarah Kerajaan Islam di Sumatera – Masuknya kerajaan-kerajaan Islam di tanah


diperkirakan telah berlangsung sekitar abad ke 13 hingga abad ke 16.

Maraknya perdagangan antara pedagang muslim dari berbagai daerah seperti Arab,
Maroko, Persia, Tiongkok dan lain-lain menjadikan masyarakat Indonesia saat itu mudah
berbaur dengan para pedagang muslim.

Kegiatan perdagangan ini makin membuat agama Islam tersebar dengan pesat hingga ke
berbagai daerah seperti Jawa, Maluku, Sulawesi hingga Sumatra.

Proses masuknya Islam di Nusantara sebenarnya tidak tersiar secara bersamaan. Tiap
daerah memiliki periode yang berbeda-beda saat Islam masuk di wilayahnya. Menurut
para sejarawan Islam, Sumatera merupakan tempat yang menjadi awal mula masuknya
Islam di nusantara.

Aspek budaya, sosial pemerintahan dan politik juga tersentuh dengan nilai-nilai Islam
yang diajarkan. Secara umum, perubahan besar itu terlihat jelas dari berdirinya berbagai
kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam di nusantara termasuk di wilayah Sumatera.

Kerajaan Islam di Indonesia diperkirakan kejayaannya berlangsung antara abad ke-13


sampai dengan abad ke-16. Timbulnya kerajaan-kerajaan tersebut didorong oleh
maraknya lalu lintas perdagangan laut dengan pedagang-pedagang Islam dari Arab, India,
Persia, Tiongkok, dll. Kerajaan tersebut dapat dibagi menjadi berdasarkan wilayah pusat
pemerintahannya, yaitu di Sumatra, Jawa, Maluku, dan Sulawesi.

Masuknya agama Islam ke nusantara (Indonesia) pada abad 6 akhir dibawa oleh Syekh
Abdul Kadir Jailani periode I atau fase pertama, telah membawa banyak perubahan dan
perkembangan pada masyarakat, budaya, dan pemerintahan. Perubahan dan
perkembangan tersebut terlihat jelas dengan berdirinya kerajaan-kerajaan yang bercorak
Islam.

Sejak awal kedatangan Islam, Pulau Sumatra termasuk daerah pertama dan terpenting
dalam pengembangan agama Islam di Indonesia. Dikatakan demikian mengingat letak
Sumatra yang strategis dan berhadapan langsung dengan jalur peradangan dunia, yakni
Selat Malaka. Berdasarkan catatan Tomé Pires dalam Suma Oriental (1512-1515)
dikatakan bahwa di Sumatra, terutama di sepanjang pesisir Selat Malaka dan pesisir barat
Sumatra terdapat banyak kerajaan Islam, baik yang besar maupun yang kecil.

B. Kerajaan Islam di Sumatra

.Kerajaan Jeumpa (777 M)

Kerajaan Jeumpa merupakan salah satu kerajaan Islam di nusantara yang muncul sekitar
abad ke 7 M. Adapun pendiri dari kerajaan Jeumpa ini ialah Salman Al Parsi. Kerajaan
Jeumpa menjadi tempat penyebaran pertama Islam untuk pertama kalinya di wilayah
nusantara kala itu.

Penyebaran agama Islam di Kerajaan Jeumpa kala itu dipengaruhi oleh para pedagang
muslim yang berasal dari Persia. Secara perlahan Kerajaan Jeumpa hingga para
masyarakat pun memeluk Islam. Sekitar tahun 777 Masehi, kerajaan secara sepenuhnya
menjadi kerajaan yang bercorak Islam.

Daerah cakupan Kerajaan Jeumpa mencakup Kabupaten Beureun. Masa keruntuhan


Jeumpa terjadi sekitar tahun 880 M. Secara umum kerajaan Jeumpa menjadi kerajaan
yang memiliki ramai penduduk. Adapun pusat pemerintahan dari Kerajaan Jeumpa ialah
kota Pelabuhan.

Kota ini termasuk sebagai tempat persinggahan dan perdagangan strategis di pulau
Sumatera. Kerajaan Jeumpa juga masuk dalam jalur perdagangan dan pelayaran yang
strategis di wilayah Selat Malaka. Wilayahnya yang strategis tersebut menjadikan
masyarakat Kerajaan Jeumpa memilih berdagang.

Kawasan perdagangan Kerajaan Jeumpa terletak di wilayah pesisir utara Pulau Sumatera.
Kerajaan Jeumpa juga telah menjalin hubungan kerja sama perdagangan dengan berbagai
kerajaan-kerajaan yang ada di seluruh pulau Sumatera.

Selain dengan kerajaan-kerajaan di nusantara, Kerajaan Jeumpa juga telah memiliki kerja
sama perdagangan dengan berbagai kerajaan dari wilayah Persia, Arab, India bahkan
Tiongkok.

Kesultanan Peureulak (840-1292)

Kesultanan Perlak merupakan salah satu Kerajaan Islam di wilayah Sumatera. Kesultanan
Perlak juga terkenal akan daerahnya yang menghasilkan banyak kayu perlak. Kayu perlak
sendiri merupakan jenis kayu yang sangat cocok dalam pembuatan kapal.

Oleh karena itu daerah ini terkenal dengan sebutan Kesultanan Perlak. Karena
wilayahnya yang strategis serta memiliki hasil alam yang baik, menjadikan Perlak
sebagai kawasan pelabuhan niaga yang berkemang pada abad ke 8 M.

Semakin ramainya transaksi perdagangan yang dilakukan oleh pedagang muslim dari
Arab dan Persia menjadikan masyarakat di daerah Perlak semakin dekat dengan Islam.
Berbagai perkawinan campur dengan saudagar muslim dan warga setempat juga menjadi
faktor utama semakin meluasnya Islam.

Kesultanan Samudera Pasai (1267-1521)

Nama lain dari Kesultanan Samudera Pasai ialah Samudera Darussalam. Kerajaan ini
merupakan salah satu kerajaan Islam yang terletak di bagian pesisir pantai utara
Sumatera. Lokasinya berada di sekitar kota Loksumawe dan Aceh Utara.
Beberapa bukti sejarah yang mengaitkan keberadaan Kerajaan Samudera Pasai adalah
ditemukannya beberapa makam raja serta berbagai penemuan koin berbahan emas dan
perak yang berisikan nama-nama raja.

Kesultanan ini didirikan oleh Marah Silu yang memiliki gelar Sultan Malik As-Shaleh
pada tahun 1267. Kerajaan Samudera Pasai Runtuh pada tahun 1521 ketika dikalahkan
oleh bangsa Portugis.

.Kesultanan Lamuri (800-1503)

Kesultanan Lamuri terletak di daerah Aceh Besar yang berpusat di Lam Reh, Kecamatan
Masjid Raya. Kesultanan Lamuri merupakan kerajaan yang lebih dulu muncul sebelum
berdirinya Aceh Darussalam.

Data mengenai keberadaan Kesultanan Lamuri ini didasarkan pada berita-berita luar yang
selalu dikemukakan oleh para pedagang dan pelaut asing dari India, Arab dan China.

.Kerajaan Linge (1025-sekarang)

Kerajaan Linge termasuk ke dalam kerajaan kuno yang terletak di Aceh. Kerajaan ini
berdiri sekitar tahun 1025 M atau 416 H di mana raja pertamanya ialah Adi Genali.

Adi Genali sendiri memiliki empat orang anak yaitu Empuberu, Sibayak, Linge, Merah
Johan dan yang terakhir Merah Linge. Menurut sejarah, Raja Linge I mewariskan sebuah
pedang dan sebentuk cincin pertama untuk keturunannya. Pedang dan cicin tersebut
berasal dari Mahmud Syah.

.Kerajaan Siguntur (1250-sekarang)

Kerajaan Siguntur merupakan kerajaan yang telah berdiri sejak tahun 1250 setelah
runtuhnya kerajaan Dharmasraya. Setelah bertahan beberapa periode, Kerajaan Siguntur
pun kemudian dikuasai oleh Kerajaan Pagaruyung.

Namun, para ahli waris istana kerajaan masih tetap diberikan gelar sultan. Hingga hari ini
ahli waris yang melanjutkan jabatan raja Siguntur ialah Sultan Hendiri. Bahasa yang
digunakan di lingkungan Kerajaan Siguntur ialah bahasa Minang dialek Siguntur yang
memang memiliki kesamaan dengan dialek Payakumbuh.

Kesultanan Indrapura (1347-Sekarang)


Kerajaan ini adalah sebuah kesultanan yang berlokasi di Pesisir Selatan, Sumatra Barat
serta berbatasan dengan Jambi dan Bengkulu. Secara resmi, kerajaan ini pernah menjadi
bawahan Kerajaan Pagaruyung akan tetapi pada akhirnya kesultanan ini berdiri sendiri
sehingga bisa mengatur sendiri urusan kerajaan tanpa campur tangan kerajaan
Pagaruyung.

Kerajaan Pedir (1400-1524)

Kerajaan Pedir merupakan kerajaan kecil yang digambarkan terletak di wilayah dataran
rendah. Wilayahnya luas serta subur sehingga para penduduknya hidup dengan makmur.
Batas-batas kerajaan ini ialah sebelah timur wilayah kerajaan Samudera Pasai, kemudian
bagian barat wilayah kerajaan Aceh Darussalam dan bagian selatan berbatasan dengan
pegunungan serta di bagian utara berbatasan dengan Selat Malaka.

Kerajaan Daya (1480-Sekarang)

Dulu wilayah kerajaan ini terdapat hulu sungai Daya. Di tempat ini terdapat sebuah dusun
Lhan Na dan dihuni oleh masyarakat yang belum beragama. Tak lama setelah itu
masyarakat di sekitar hulu menjadi ramai dan berkembang karena berbagai pendatang
menikah dengan penduduk asli hulu. Agama Islam mulai meluas di kerajaan ini setelah
orang-orang dari Aceh besar dan Pasai datang ke kerajaan ini.

Kesultanan Aceh (1496-1903)

Kesultanan Aceh Darussalam termasuk juga sebagai kerajaan Islam yang berada di
provinsi Aceh. Kesultanan Aceh berlokasi di utara pulau Sumatra yang beribu kotakan
Banda Aceh Darussalam.

Adapun sultan pertama dari kerajaan ini Sultan Ali Mughayat. Selama berdirinya
kerajaan Aceh, kesultanan ini fokus pada sistem pendidikan militer yang bertujuan untuk
menentang imperialism bangsa Eropa.

Dengan adanya sistem pemerintahan yang teratur dan sistematik, kerajaan Aceh menjadi
pusat pengkajian ilmu pengetahuan serta menjadi sebuah kerajaan yang memiliki
hubungan diplomatik dengan negara lain.

Kerajaan Sungai Pagu (1500-Sekarang)

Kerajaan ini telah ada sejak abad ke 16 di daerah Solok Selatan. Adapun nama lengkap
dari kerajaan ini ialah Kerajaan Alam Surambi Sungai Pagu. Kerajaan ini terletak di Pasir
Talang dan wilayah Bandar Sepuluh.

Kerajaan ini memiliki wilayah dari Surian hingga rantau XII Koto.  Hingga hari ini
penerus tahta raja dari Sungai Pagu sedang vakum setelah wafatnya Almarhum
Zulkarnain Daulat yang memiliki gelar Baginda Sultan Besar Tuanku Rajo Disambah.
 

Kerajaan Bungo Setangkai

Kerajaan Bungo Setangkai merupakan kerajaan yang sudah lama berdiri di Minangkabau
sebelum berdirinya Kerajaan Pagaruyung. Kerajaan ini juga merupakan pecahan dari
Kerajaan Pasumayan Koto Batu yang berada di Sungai Tarab, Kabupaten Tanah Datar
saat ini. Kerajaan ini sendiri diprakrasai oleh Datuk Ketumanggungan.

Kesultanan Jambi (1600-Sekarang)

Wiayah Jambi sebelumnya memang merupakan wilayah dari Kerajaan Melayu. Namun,
setelah itu menjadi bagian dari wilayah Sriwijaya yang berada di Palembang. Sekitar
abad ke 14 M, Jambi merupakan vassal dari kerajaan Majapahit.

Pengaruh Jawa saat itu juga masih sangat kental di dalam kerajaan Jambi yang
berlangsung sekitar abad ke 17 dan ke 18. Munculnya kesultanan Jambi bersamaan
dengan hadirnya Islam di wilayah tersebut.

Sekitar tahun 1616, Jambi menjadi pelabuhan terkaya setelah Aceh. Kemudian di tahun
1670, kerajaan Jambi mulai bersanding dengan kekuatan Kerajaan Johor dan Palembang.
Sayangnya, masa kejayaan Jambi hanya seumur jagung. Di tahun 1680, Jambi telah
kehilangan kedudukan sebagai pelabuhan lada utama karena adanya konflik internal
dengan Johor.

Kesultanan Asahan (1630-Sekarang)

Kesultanan Asahan terletak di wilayah yang saat ini disebut sebagai kota Tanjung Bali,
Kabupaten Asahan. Kerajaan ini telah berdiri sejak tahun 1630.  Di tahun 1865 kerajaan
Asahan mengalami kemunduran setelah ditaklukkan Belanda.

Di tahun 1946, Kesultanan Asahan masuk menjadi bagian negara Indonesia. Adapun raja
pertama di kesultanan Asahan ini ialah Raja Abdul Jalil. Hingga abad ke 19, Asahan tetap
berada di bawah Kesultanan Aceh.

Kesultanan Serdang (1723-Sekarang)

Pada tahun 1723 kerajaan Serdang mulai berdiri kemudian di tahun 1946 kerajaan ini pun
masuk menjadi bagian dari negara RI. Kesultanan Serdang berpisah dengan Deli d tahun
1720 karena adanya sengketa tahta kerajaan. Kerajaan ini masuk sebagai kerajaan yang
makmur karena majunya perkebunan kelapa sawit, tembakau dan karet di wilayahnya.
Sayangnya, pada tahun 1865 Serdang ditaklukkan oleh Belanda.

 
Kesultanan Deli (1632-Sekarang)

Kesultanan Deli masuk sebagai Kesultanan Melayu dan didirikan sejak tahun 1632 oleh
Tuanku Panglima Gocah Pahlawan. Lokasi kerajaan ini terletak di Tanah Deli atau di
kota Medan saat ini. Kesultanan Deli masih ada hingga hari meskipun sudah tak memiliki
kekuatan politik lagi setelah terjadinya perang dunia II dan Indonesia memproklamasikan
kemerdekaannya.

Kesultanan Langkat (1568-Sekarang)

Kesultanan Langkat adalah sebuah kerajaan yang pernah memerintah wilayah kabupaten
Langkat yang saat ini dikenal sebagai Sumatera Utara. Kesultanan langkat menjadi
makmur setelah dibukanya wilayah perkebunan karet hingga ditemukannya cadangan
minyak di wilayah Pangkalan Brandan.

Kesultanan Siak

Kesultanan Siak yang juga dikenal sebagai Kesultanan Siak Sri Indreapura merupakan
sebuah kerajaan Melayu Islam yang pernah berdiri di wilayah Kabupaten Siak, Provinsi
Riau. Kesultanan Siak didirikan di Buantan oleh Raja Kecil dari Pagaruyung dan bergelar
Sultan Abdul Jalil di tahun 1723.

Kesultanan Palembang (1455-Sekarang)

Kesultanan Palembang merupakan sebuah kerajaan bercorak Islam dan berada di kota
Palembang, Sumatera Selatan.

Kesultanan ini berada di bawah pimpinan Sri Susuhunan Abdurrahman, yaitu seorang
bangsawan Palembang di tahun 1659. Kemudian di tahun 1823 pemerintah Belanda
menghapuskan keberadaan Kesultanan Palembang.

Kesultanan Riau Lingga(1824-1911)

Kesultanan Lingga yang bercorak Islam ini didirikan di wilayah Pulau Lingga.
Kesultanan ini didirikan pada tahun 1824 yang merupakan pecahan wilayah Kesultanan
Johor Riau.

Pendiri dari kerajaan ini ialah Sultan Abdul Rahman Muazzam Syah. Pusat pemerintahan
kesultanan Lingga awalnya terletak di Tanjung Pinang lalu kemudian dipindahkan ke
pulau Lingga.

Kesultanan Kota Pinang (1630-1946)


Kesultanan Kota Pinang telah ada sejak tahun 1630 di area yang sekarang telah menjadi
Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Kesultanan ini dikuasai oleh Belanda sekitar tahun 1837
dan kemudian masuk menjadi bagian negara Indonesia di tahun 1946.

Kesultanan Pelalawan (1725-1946)

Kesultanan Pelalawan telah ada sejak 1725 M hingga 1946 M. Kerajaan ini berada di
wilayah kabupaten Pelalawan. Kerajaan ini pernah menguasai wilayah Melayu yang turut
serta dalam pewarisan budaya Melayu dan Islam di wilayah Riau. Sebutan Tengkoe Besar
adalah gelar untuk raja Pelalawan kala itu.

Kerajaan Indragiri (1347-1945)

Kerajaan Inderagiri menjadi kerajaan Melayu yang terletak di wilayah Kabupaten


Indragilir Provinsi Riau. Sebelumnya, kerajaan ini menjadi bawahan dari Kerajaan
Pagaruyung sekaligus kawasan pelabuhan. Setelah itu, Kerajaan Indragiri diperebutkan
oleh Kesultanan Jambi, Siak dan Aceh.

Kerajaan Aru (1200-1613)

Kesultanan Aru juga dikenal dengan sebutan Haru yang merupakan kerajaan yang pernah
berdiri di wilayah pantai Timur Sumatera Utara Sekarang. Nama kerajaan ini juga
disebut-sebut dalam Sumpah Palapa Gadjah Mada.

Kesultanan Barus (1300-1858)

Kerajaan Barus berada di Tapanuli Tengah. Kesultanan ini didirikan oleh Sultan
Ibrahimsyah. Kesultnanan ini berakhir masa kejayaannya saat ditaklukkan Belanda di
tahun 19 M.

Kerajaan Padang (1630-1946)

Kerajaan Padang masuk sebagai kerajaan Melayu yang bercorak Islam. Lokasi utama
kerajaan Padang saat ini ialah di Tebing Tinggi.

Kerajaan Tamiang (1330-1558)

Kerajaan Tamiang juga dikenal dengan sebutan Benua Tunu yang merupakan kerajaan
bercorak Islam di Aceh. Wilayah kerajaan ini memiliki perbatasan antara Provinsi Aceh
dan Sumatera Utara.
 

Kerajaan Tulang Bawang (1500-Sekarang)

Kerajaan Tulang Bawang merupakan sebuah kerajaan yang terletak di Lampung.


Kerajaan ini berlokasi di wilayah Kabupaten Talang Bawang, Lampung sekarang. Tidak
banyak catatan sejarah mengenai kerajaan ini.

Kepaksian Sekala Brak (1400-Sekarang)

Kerajaan ini merupakan kerajaan yang bercorak Islam dan terletak di wilayah Lampung.
Menurut sejarah kedatangan Empat Umpu Ratu dari Pasai membuat kerajaan ini menjadi
kerajaan yang bercorak Islam.

Kerajaan Dharmasraya

Nama Dharmasraya berasal dari nama ibu Kota di sebuah Kerajaan Melayu yang berada
di Sumatera. Kerajaan ini mengalami masa kemundurannya setelah Kerajaan Sriwijaya di
serang oleh Raja Chola dari Koromandel di tahun 1025.

Kegiatan perdagangan memiliki andil besar dalam penyebaran agama Islam di Indonesia.
Kegiatan tersebut menghubungkan para pedagang dengan penduduk pribumi dan
membuka peluang masuknya ajaran Islam di Nusantara.

Mengutip Jurnal Sejarah Perkembangan Pendidikan Islam di Sumatera: Suatu Kajian


terhadap Tokoh dan Lembaganya tulisan St. Aisyah Abbad dan Nur Rahma Asnawi
(2020), kebanyakan ahli sejarah mengungkap bahwa pulau Sumatera merupakan wilayah
pertama yang dimasuki Islam.

Penyebaran agama Islam didukung oleh jalur perdagangan, dakwah, perkawinan, ajaran
tasawuf dan tarekat, kesenian, hingga pendidikan. Kedatangan Islam sendiri identik
dengan berdirinya kerajaan Islam di wilayah Nusantara, salah satunya adalah Sumatera.

Anda mungkin juga menyukai