Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

Kawasan Nusantara pernah dikenal sebagai kepulauan rempah-rempah


karena banyaknya tumbuhan atsiri di kawasan ini. Salah satu tumbuhan atsiri yang
terkenal adalah empon-empon angora familia Zingiberaceae, misalnya Curcuma
(Heyne, 1950). Beberapa spesies anggota genus ini dimanfaatkan sebagai bumbu
masak, rempah-rempah, sayuran (lalaban), karbohidrat (pati), obat, pewarna alami
dan tanaman hias (Holttum, 1950; Heyne, 1950). Minyak atsiri merupakan suatu
campuran senyawa mudah menguap yang kebanyakan tergolong terpenoid
(Hegarty dkk., 2001). Minyak atsiri sangat penting sebagai penyedap rasa dan
sumber obat (Lata dkk., 2000). Minyak atsiri digunakan untuk memberi rasa dan
aroma makanan, minuman, parfum dan kosmetik (Hegarty dkk., 2001). Sifat
toksik alami minyak atsiri berguna dalam pengobatan (Liu dkk., 1998). Metabolit
sekunder merupakan sumber utama senyawa obat (Harvey, 2000). Sekitar 60%
penduduk dunia menggunakan tumbuhan untuk pengobatan (Farnsworth, 1994)
dan minyak atsiri telah lama dikenal sebagai sumber terapi yang penting, misalnya
sebagai senyawa anti bakteri dan anti kangker (Cragg, 1997).
Rimpang kunyit adalah Curcuma domestica Val., suku Zingiberaceae,
mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 3,02% v/b dan kurkuminoid tidak
kurang dari 6,60% dihitung sebagai kurkumin. Dengan pemerian bau khas
aromatic; rasa agak pahit, agak pedas, lama kelamaan menjadi tebal (Materia
Medika Indonesia, 1997). Kunyit banyak dimanfaatkan dalam bentuk ekstrak
maupun minyak atsiri, karena kandungan kurkuminoid yang memeliki banyak
manfaat obat serta tumeron dan linaloon sebagai antiaoksidan. Untuk mendaptkan
minyak atsiri kunyit dilakukan dengan cara destilasi uap. Identifikasi minyak
atsiri semdiri dilakukan dengan kromatografi gas, umtuk mengetahui kadar
minyak atsiri dalam kunyit (Sandjaya, 2000).

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Jenis, Mutu dan Sifat Fungsional Kunyit


Kunyit atau kunir, (Curcuma longa Linn. syn. Curcuma domestica Val.),
adalah salah satu tanaman rempah dan obat asli dari wilayah Asia Tenggara.
Tanaman ini kemudian mengalami penyebaran ke daerah Malaysia,
Indonesia,Timor Leste, Australia bahkan Afrika. Kunyit merupakan jenis rempah-
rempah yang berasal dari rimpang-rimpangan atau akar tinggal. Rimpang kunyit
adalah Curcuma domestica Val., suku Zingiberaceae, mengandung minyak atsiri
tidak kurang dari 3,02% v/b dan kurkuminoid tidak kurang dari 6,60% dihitung
sebagai kurkumin. Kunyit memiliki ciri bau khas aromatic, rasa agak pedas, dan
lama-lama menadi tebal (Materi Medika Indonesia, MMI). Rimpang kunyit
memiliki sifat fungsional sebagai kolagoga atau mengobati empedu, antidiare,
karminativa atau peluruh angin, skabisida atau mengobati penyakit kulit dan
sebagai antiinflamasi (Rahardjo, Balitro, 2005).

Kunyit memiliki mutu yang tinggi untuk digunakan dalam berbagai


industri baik makanan, farmasi, kosmetika dan lain-lain. Kunyit (Curcuma
domestica Val.) merupakan salah satu tanaman obat potensial, selain sebagai
bahan baku obat juga dipakai sebagai bumbu dapur dan zat pewarna alami.
Berdasarkan hasil survei tahun 2003, kebutuhan rimpang kunyit berdasarkan
jumlahnya yang diserap oleh industri obat tradisional di Jawa Timur menduduki
peringkat pertama dan di Jawa Tengah termasuk lima besar bersama-sama dengan
bahan baku obat lainnya. Sebagian besar industri menggunakan rimpang kunyit
dalam bentuk ekstrak maupun minyak atsiri (Rahardjo, Balitro, 2005).
B. Proses Pembuatan Minyak Atsiri Kunyit Dengan Destilasi
Minyak atsiri kunyit diperoleh dengan cara destilasi. Destilasi adalah suatu
metode pemisahan suatu zat berdasarkan kecepatan atau kemudahan menguap
(votalitas) bahan. Dalam penyulingan, campuran zat didihkan sehingga menguap,
dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Isolasi minyak
kunyit dilakukan dengan penyulingan menggunakan air. Pada proses penyulingan
terjadi kontak langsung antara rimpang kunyit dengan air. Simplisia yang telah

2
dipotong-potong, kemudian sebanyak 100 g dimasukkan ke dalam labu destilasi,
ditambah aquades secukupnya dan dididihkan. Selanjutnya labu destilasi
dipasang. Labu dipanaskan dengan penangas udara sehingga penyulingan terjadi
dengan lambat tapi teratur. Minyak atsiri yang terbawa bersama uap air dialirkan
melalui pendingin. Minyak yang belum murni akan mengembun dan ditampung
dalam vial melalui adaptor (Ameliana dkk, 2011).
C. Kandungan Kimia Kunyit

Kunyit mengandung senyawa yang berkhasiat obat, yang disebut


kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin, desmetoksikumin sebanyak 10% dan
bisdesmetoksikurkumin sebanyak 1-5% dan zat- zat bermanfaat lainnya seperti
minyak atsiri yang terdiri dari Keton sesquiterpen, turmeron, tumeron 60%,
Zingiberen 25%, felandren, sabinen, borneol dan sineil. Kunyit juga mengandung
Lemak sebanyak 1 -3%, Karbohidrat sebanyak 3%, Protein 30%, Pati 8%,
Vitamin C 45-55%, dan garam-garam mineral, yaitu zat besi, fosfor, dan kalsium.
Kandungan kimia minyak atsiri kunyit terdiri dari ar-tumeron, α dan β-tumeron,
tumerol, α-atlanton, β-kariofilen, linalol, 1,8 sineol (Rahardjo dkk, Balitro, 2005).

D. Identifikasi Minyak Atsiri pada Kunyit

Identifikasi komponen utama minyak atsiri dengan menggunakan analisis


GCMS. Berdasarkan hasil analisis GCMS dapat diketahui jenis komponen utama
minyak atsiri kunyit (Curcuma domestica Val.). Spektrum massa yang diperoleh
diidentifikasi dengan membandingkan spektrum massa standar dari bank data
National Institute Standart of Technology (NIST Lybrary) (Sanjaya, 2002).
Idenifikasi minyak atsiri ini dilakukan untuk memastikan bahwa minyak yang
diperoleh merupakan minyak atsiri. Hasil dari identifikasi minyak atsiri ini
menunjukkan bahwa tidak ada noda transparan pada kertas saring karena minyak
atsiri menguap pada suhu ruangan, yang membuktikan minyak yang diperoleh
merupakan minyak atsiri. Selanjutnya minyak atsiri yang diperoleh dapat diuji
dengan uji aktivitas antibakteri dan dianalisis menggunakan Kromatografi Gas
dan Spektroskopi Massa (GC-MS).
Kromatografi gas (GC). Minyak atsiri hasil distilasi dianalisis dengan
kromatografi gas untuk menentukan jumlah dan kadar senyawa-senyawa

3
penyusunnya. Jenis senyawa penyusun diidentifikasi berdasarkan puncak yang
terbentuk pada kromatogram, yaitu RT (retention time). Semua senyawa yang
memiliki kadar tinggi (> 1%) dianalisis, sedang yang kadarnya rendah (< 1%)
diabaikan. RT dianggap sama pada jarak 0,05, apabila terjadi tumpang tindih pada
jarak tersebut, maka dilihat nilai di atas atau di bawahnya. Kondisi kromatografi
gas (GC) sebagai berikut: merek: Hewlett-Packard 5890 series II, gas pembawa:
He, jenis detektor: FID (flame ionization detector), jenis kolom: HPS non polar
(30 m, φ 0.33 mm), kecepatan gas: 10 ml/menit, kenaikan suhu: 10 °C/menit,
suhu awal: 120°C, suhu akhir: 270°C, suhu injektor: 260°C, suhu detektor: 270°C,
tekanan kolom: 60 kpa, volume: 0,1 μl, dan waktu awal: 5 menit (Dwi Setyawan,
2003).
Analisis data
Data jenis dan kadar senyawa penyusun minyak atsiri ketujuh Curcuma
ditabulasi dalam bentuk biner (0 dan 1) dan dibuat dendrogram. Setiap jenis
senyawa yang hadir diberi nilai 1, sedang senyawa yang tidak hadir diberi nilai 0.
Dendrogram dibuat secara numerik dengan metode pengelompokkan koefisien
asosiasi (Sneath dan Sokal, 1973), dimana tingkat persamaan harga-harga
koefisien assosiasi
ditentukan dengan analisis klaster (Pielou, 1984). Model perhitungan ini tercakup
dalam UPGMA (unweighted pair group method with arithmetic mean), yang
antara lain dikomputasikan dalam program BIOSYS-1 (Swofford dan Selander,
1989).

4
BAB III
KESIMPULAN

Kunyit atau kunir, (Curcuma longa Linn. syn. Curcuma domestica Val.),
adalah salah satu tanaman rempah dan obat asli dari wilayah Asia Tenggara.
Kunyit masuk dalm contoh klasifikasi mild spices dan aromatic spices sebab
kunyit memiliki pemerian bau khas aromatic; rasa agak pahit, agak pedas. Kunyit
memiliki banyak sifat fungsional yaitu sebagai kolagoga atau mengobati empedu,
obat sakit perut, antidiare, karminativa atau peluruh angin, skabisida atau
mengobati penyakit kulit, antioksidan dan sebagai antiinflamasi. Kunyit banyak
dimanfaatkan pada industri dalam bentuk ekstrak maupun minyak atsiri. Untuk
memperoleh minyak atsiri pada kunyit maka dilakukan destilasi uap. Kemudian,
minyak atsiri kunyit di identifikasi kadar dan kandungannya dengan kromatografi
gas dan Spektroskopi Massa (GC-MS). Kandungan kimia minyak atsiri kunyit
ialah ar-tumeron, α dan β-tumeron, tumerol, α-atlanton, β-kariofilen, linalol, 1,8
sineol, keton sesquiterpen, , zingiberen 25%, felandren, sabinen, borneol dan
sineil. Sehingga kunyit memiliki mutu yang tinggi untuk digunakan dalam
berbagai industri baik makanan, farmasi, kosmetika dan lain-lain. Kunyit
(Curcuma domestica Val.) merupakan salah satu tanaman obat potensial, selain
sebagai bahan baku obat juga dipakai sebagai bumbu dapur dan zat pewarna
alami.

5
DAFTAR PUSTAKA

Ameliana, L., & Winarti, L. (2011). Uji Aktivitas Antinyamuk Lotion Minyak

Kunyit Sebagai Alternatif Pencegah Penyebaran Demam Berdarah


Dengue. Journal of Tropical Pharmacy and Chemistry, 1(2).

Azizah, B., & Salamah, N. (2013). Standarisasi parameter non spesifik dan

perbandingan kadar kurkumin ekstrak etanol dan ekstrak terpurifikasi


rimpang kunyit. Pharmaciana, 3(1).

Hasanah, A. N., Nazaruddin, F., Febrina, E., & Zuhrotun, A. (2011). Analisis

kandungan minyak atsiri dan uji aktivitas antiinflamasi ekstrak rimpang


kencur (Kaempferia galanga L.). Jurnal Matematika & Sains, 16(3), 147-
152.

Muniroh, L., Martini, S., Nindya, T. S., & Solfaine, R. (2011). Minyak atsiri

kunyit sebagai anti radang pada penderita gout artritis dengan diet tinggi
purin. MAKARA of Health Series, 14(2).

Rahardjo, M., & Rostiana, O. (2005). Budidaya tanaman kunyit.

Sirkuler Nomor, 11.

Raji’i, M. (2011). IDENTIFIKASI KOMPONEN MINYAK ATSIRI DALAM

EKSTRAK HEKSANA DARI RIMPANG KUNYIT PUTIH (Curcuma


manga) SECARA KROMATOGRAFI GAS-SPEKTROSKOPI MASSA
(KG-SM) (Doctoral dissertation, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam).

Rukmana, I. H. R. (1994). Kunyit. Kanisius.

Setyawan, A. D. (2003). Diversity of essential oils constituent of Curcuma.

Rumphius Journal of Natural Product Biochemistry, 1(2), 44-49.

Anda mungkin juga menyukai