Buku Epidemiologi 1
Buku Epidemiologi 1
KEBIDANAN
Edisi 2
Johan Harlan
Johan Harlan
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………................... v
DAFTAR ISI …………………………………………….................. vi
DAFTAR TABEL ……………………………………….................. viii
DAFTAR DIAGRAM …………………………………................... x
BAB 1 PENDAHULUAN
Definisi Epidemiologi ………………………………................... 1
Ruang Lingkup ……………………………………….................. 2
Studi Epidemiologi ………………………………….................... 3
Wabah dan KLB …………………………………….................... 6
Latihan 1 ………………………………………………….................. 8
Lampiran 1.1 Sejarah Epidemiologi ………………..................... 12
Lampiran 1.2 Transisi Demografi dan Transisi Epidemiologi ..... 16
Lampiran 1.3 Kesintasan Populasi: Perbandingan Dua Populasi . 21
BAB 2 KONSEP DASAR TIMBULNYA PENYAKIT
Segitiga Epidemiologi ………………………………................... 22
Inferensi Kausal ……………………………………..................... 24
Konsep Timbulnya Penyakit dalam Pandangan Epidemiologi
Modern ……………………………........................................... 25
Latihan 2 ………………………………………………….................. 28
Lampiran 2.1 Model Epidemiologi pada Trauma …..................... 32
Lampiran 2.2 Inferensi Kausal …………….................................. 35
BAB 3 EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF
Definisi ……………………………………………….................. 37
Karakteristik Orang …………………………………................... 37
Karakteristik Tempat ………………………………..................... 46
Karakteristik Waktu ………………………………….................. 48
Latihan 3 ………………………………………………….................. 52
BAB 4 EPIDEMIOLOGI DALAM LAYANAN KEBIDANAN
Pengertian, Tujuan, dan Manfaat …………………… 56
Terjadinya Masalah Kesehatan dalam Pelayanan
Kebidanan ………………………………………… 59
Faktor-faktor Risiko dalam Pelayanan Kebidanan ….. 60
Ukuran Epidemiologi ……………………………….. 61
Surveilans epidemiologi …………………………… 68
Latihan 4 ….……………………………………………... 72
Lampiran 4.1 Kualitas Layanan Kebidanan di Asia
Tenggara …………………………… 83
vi
Lampiran 4.2 Indikator Indonesia Sehat 2010 ………. 85
Lampiran 4.3 Rancangan Studi Epidemiologi ………. 88
BAB 5 WABAH
Pengertian Wabah …………………………………... 95
Bentuk Wabah ………………………………………. 97
Penanggulangan Wabah …………………………….. 98
Karantina ……………………………………………. 100
Latihan 5 ………………………………………………… 102
Lampiran 5.1 Peraturan Kesehatan Internasional …… 107
Lampiran 5.2 Langkah-langkah pada Penyelidikan
Wabah ………………………………... 109
Lampiran 5.3 Modus Transmisi ……………………... 112
BAB 6 SKRINING
Pengertian Skrining …………………………………. 114
Tujuan Skrining ……………………………………... 114
Cara Melakukan Skrining …………………………… 115
Efek Skrining ………………………………………... 116
Uji Diagnostik ………………………………………. 118
Uji Ganda …………………………………………… 123
Latihan 6 ………………………………………………… 127
BAB 7 PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas ………………. 135
Penyajian Data Survei/Penyelidikan Epidemiologi … 136
Pelaporan Hasil Survei/Penyelidikan Epidemiologi ... 140
Latihan 7 ………………………………………………… 144
Lampiran 7.1 Perujukan …………………………….. 147
Lampiran 7.2 Sistem Referensi Harvard ……………. 149
KEPUSTAKAAN ……………………………………… 159
vii
DAFTAR TABEL
viii
Tabel 6.4 Hasil pemeriksaan kreatin kinase pada penderita di
rumah sakit .................................................................. 122
Tabel 6.5 Nilai prediksi positif, nilai prediksi negatif, rasio
likelihood positif, dan rasio likelihood negatif untuk
pemeriksaan kreatin kinase sebagai uji diagnostik
bagi miokard infark ..................................................... 123
Tabel 6.6 Efek pengujian paralel dan serial terhadap
sensitivitas, spesifisitas, dan nilai prediksi uji ganda .. 124
Tabel 7.1 Contoh petikan pengkodean dan klasifikasi penyakit
dengan ICD-10 ............................................................ 136
Tabel 7.2 Distribusi frekuensi hipotetis hasil tes keterampilan
manual ………………………………………………. 137
Tabel 7.3 Penyebab utama kematian ibu hamil ........................... 140
Tabel VII.1 Beberapa sistem referensi penulis-waktu..................... 147
Tabel VII.2 Beberapa sistem referensi numerik.............................. 148
Tabel VII.3 Beberapa contoh format untuk buku............................ 152
Tabel VII.4 Beberapa contoh format untuk artikel jurnal................ 154
Tabel VII.5 Beberapa contoh format untuk publikasi elektronik.... 156
Tabel VII.6 Beberapa contoh format untuk publikasi khusus......... 157
ix
DAFTAR DIAGRAM
x
Diagram 3.8 Peta jalan di area Golden Square, London, 1854 .. 48
Diagram 3.9 Distribusi kasus limfoma Burkitt yang ditemukan
di Afrika, 1962 ………………………………...... 49
Diagram 3.10 Jumlah kematian per minggu di 122 kota,
Amerika Serikat, 1968-1969 ………………......... 50
Diagram 3.11 Tingkat kematian tahunan beberapa jenis kanker
pada pria berusia 50-74, Inggris dan Wales, 1911-
1965 ……............................................................... 51
Diagram 3.12 Persentase kasus demam berdarah menurut
kelompok usia di Indonesia, 1993-2004 ………... 52
Diagram 4.1 Distribusi awitan gejala gangguan jiwa yang
berkaitan dengan kehamilan dan masa nifas ......... 58
Diagram 4.2 Tingkat kematian fetus menurut urutan kelahiran
pada berbagai kelompok usia ibu, Amerika
Serikat, 1963 …...................................................... 59
Diagram 4.3 Jumlah kasus sindroma Down per 1000 kelahiran
menurut kelompok usia ibu, Massachusetts, 1954-
1965 ....................................................................... 60
Diagram 4.4 Kasus insidens dan kasus prevalen …………….... 63
Diagram 4.5 Pengukuran frekuensi penyakit ............................. 63
Diagram 4.6 Person-time pada kelompok beranggotakan
delapan orang yang diamati selama enam tahun ... 65
Diagram 4.7 Jumlah kasus campak di sembilan rumah sakit di
propinsi Bali, 1981-1984 ……............................... 72
Diagram IV.1 Rancangan studi cross-sectional ............................ 79
Diagram IV.2 Rancangan studi kohort ………………………..... 80
Diagram IV.3 Rancangan studi kasus kontrol ……….................. 81
Diagram 5.1 Wabah kolera pada area Golden Square, London,
Agustus-September 1854 ……………………...... 98
Diagram 5.2 Penjalaran wabah oleh transmisi agen melalui
kontak antar individu ………………………......... 100
Diagram 6.1 Tingkatan prevensi penyakit …………………..... 116
Diagram 6.2 Fase subklinis kasus hipotetis karsinoma kolon … 118
Diagram 6.3 Ilustrasi aspek riwayat alamiah penyakit ……….. 119
Diagram 6.4 Uji serial dan parallel ………………………........ 126
Diagram 6.5 Uji diagnosis tunggal penyakit sifilis dengan
pemeriksaan TPHA …………………………....... 128
Diagram 6.6 Uji diagnosis ganda penyakit sifilis secara serial
dengan pemeriksaan VDRL dan TPHA ……….... 129
Diagram 7.1 Contoh diagram data hipotetis hasil tes
keterampilan manual ………………………......... 141
xi
Diagram 7.2 Kematian ibu hamil di Sri Lanka, 1940-1985:
Jumlah kematian ibu hamil per 100,000 kelahiran
hidup …….............................................................. 141
Diagram 7.3 Contoh peta statistik bergaris ………………….... 142
Diagram 7.4 Penyebab kematian utama kematian ibu hamil ..... 143
xii
Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan
BAB 1
PENDAHULUAN
Definisi Epidemiologi
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang distribusi
penyakit dan determinannya pada manusia (MacMahon & Pugh, 1970).
Distribusi penyakit dapat dideskripsikan menurut faktor orang (usia, jenis
kelamin, ras), tempat (penyebaran geografis), dan waktu, sedangkan
pengkajian determinan penyakit mencakup penjelasan pola distribusi
penyakit tersebut menurut faktor-faktor penyebab-nya.
Istilah epidemiologi berasal dari kata 'epi' (atas), 'demos' (rakyat;
penduduk), dan 'logos' (ilmu), sehingga epidemiologi dapat diartikan sebagai
'ilmu yang mempelajari tentang hal-hal yang terjadi/menimpa penduduk'.
Epidemiologi tidak terbatas hanya mempelajari tentang epidemi (wabah).
Menurut sejarah perkembangan, epidemiologi dibedakan atas:
1. Epidemiologi klasik: terutama mempelajari tentang penyakit menular
wabah serta terjadinya penyakit menurut konsep epidemiologi klasik.
2. Epidemiologi modern: merupakan sekumpulan konsep yang digunakan
dalam studi epidemiologi yang terutama bersifat analitik, selain untuk
penyakit menular wabah dapat diterapkan juga untuk penyakit menular
bukan wabah, penyakit tidak menular, serta masalah-masalah kesehatan
lainnya. Menurut bidang penerapannya, epidemiologi modern dibagi
atas:
(a) Epidemiologi lapangan
(b) Epidemiologi komunitas
(c) Epidemiologi klinik
Menurut metode investigasi yang digunakan, epidemiologi dibedakan
atas:
1. Epidemiologi deskriptif: mempelajari peristiwa dan distribusi penyakit
2. Epidemiologi analitik: mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi
distribusi penyakit ('determinan'-nya)
1
Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan
Ruang Lingkup
Ruang lingkup kajian epidemiologi mencakup:
- Penyakit menular wabah
- Penyakit menular bukan wabah
- Penyakit tidak menular
- Masalah kesehatan lainnya
Secara praktis ruang lingkup epidemiologi lapangan dan komunitas
dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu studi mengenai fenomena dan
studi mengenai penduduk (tabel 1.1), sedangkan ruang lingkup epidemiologi
klinik yang mempelajari mengenai peristiwa klinik serta kaitannya dengan
riwayat alamiah penyakit diperlihatkan pada diagram 1.1.
FENOMENA PENDUDUK
- Status kesehatan & fisiologi - Karakteristik kelompok, mis: usia,
- Penyakit & kematian jenis kelamin, kebudayaan
- Perilaku yg berhubungan dgn - Karakteristik perilaku
kesehatan - Faktor-faktor risiko dlm kelompok
- Determinan dari masing-masing penduduk
tersebut di atas - Keadaan lingkungan
- Program intervensi dari masing-
masing tersebut di atas
*) Omran, 1979
2
Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan
Studi Epidemiologi
Dari spektrum penyakit, yaitu urutan peristiwa yang terjadi pada
manusia sejak saat pajanan (exposure) terhadap agen etiologi sampai dengan
kematian (diagram 1.2), hanya sebagian kecil yang umumnya disadari oleh
pengamat kesehatan, yaitu apabila kasus telah berkembang penuh. Walaupun
demikian, dalam Epidemiologi diupayakan untuk sedapat mungkin
mempelajari seluruh rentang spektrum penyakit.
3
Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan
4
Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan
Penyakit
Pajanan
Ada Tidak ada
Ada a b a+b
Tidak ada c d c+d
a+c b+d n
Pajanan dapat berasal dari luar diri subjek yang dipelajari (kebisingan
lingkungan, zat toksik dalam makanan, dan sebagainya), perilaku subjek
(penggunaan sabuk pengaman saat berkendara, perokok, dan sebagainya),
maupun faktor internal pada subjek (usia, jenis kelamin, dan sebagainya).
Faktor risiko adalah pajanan yang meningkatkan risiko terjadinya penyakit,
sedangkan faktor preventif adalah pajanan yang menurunkan risiko
terjadinya penyakit.
Contoh 1.1:
Misalkan akan dipelajari kebiasaan mencuci tangan sebelum makan
dan kejadian diare dalam satu bulan terakhir pada 100 orang penduduk
sebuah desa. Hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel 2×2 berikut.
Kebiasaan Diare
Jumlah
mencuci tangan Ada Tidak ada
Ya 2 18 20
Tidak 16 64 80
Jumlah 18 82 100
5
Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan
Contoh 1.2:
Wabah akut sering kali berlalu tanpa disadari. Selama kabut tebal di
kota London pada tahun 1952, efek polusi atmosfer oleh SO2 baru diketahui
setelah jumlah kematian pada periode tersebut dihitung dan dibandingkan
dengan angka-angka pada periode sebelum dan sesudahnya (diagram 1.3).
6
Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan
7
Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan
LATIHAN 1
Pilihlah satu jawaban yang paling benar!
1. Epidemiologi adalah:
A. Ilmu yang mempelajari tentang epidemi.
B. Ilmu yang mempelajari tentang distribusi penyakit.
C. Ilmu yang mempelajari tentang determinan penyakit.
D. Ilmu yang mempelajari tentang distribusi dan determinan penyakit.
8
Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan
9
Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan
10
Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan
19. Pada transisi demografi, dalam tahap dini dan lanjut didapatkan:
A. Angka kelahiran kasar < angka kematian kasar
B. Angka kelahiran kasar = angka kematian kasar
C. Angka kelahiran kasar > angka kematian kasar
D. Semuanya salah
11
Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan
Lampiran 1.1
SEJARAH EPIDEMIOLOGI
Periode I: Zaman Mesir Kuno
12
Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan
Masa Transisi
Setelah era Hippokrates, terdapat masa transisi panjang yang ditandai
dengan sangat lambatnya perkembangan Epidemiologi. Periode-periode
terpenting selama masa transisi antara lain adalah:
Zaman Romawi Kuno: Tokoh ilmu pengobatan utama pada zaman ini
ialah Galen (abad ke-2), yang berupaya menghidupkan kembali doktrin
Hippokrates, namun lebih menonjolkan aspek filosofisnya, sehingga
alirannya dikenal sebagai “arm chair epidemiology”.
Zaman Reneisans (Reneisance): Fracostorius (abad ke-16), seorang ahli
Biologi, mencetuskan konsep bahwa penyakit disebabkan oleh benih
yang dinamakannya semenaria, yang pada masa kini dapat dianggap
kurang lebih sama dengan mikroorganisme.
Periode III
Periode dimulai pada abad ke-17 dengan berkembangnya teori
miasma (miasmatic theory), yang menyatakan bahwa selain faktor hospes
dan lingkungan (Hippokrates), ada faktor ketiga yang menimbulkan penyakit
yang dinamakan miasma, yaitu benda-benda yang kotor dan tidak sehat. Atas
dasar teori ini telah dikembangkan berbagai upaya kesehatan dalam bentuk
perbaikan hygiene dan sanitasi yang antara lain dipelopori oleh Edwin
Chadwick di Inggris serta Max von Pattenkofer di Jerman.
Perkembangan epidemiologi selanjutnya
dalam periode ini ditandai dengan upaya untuk
melakukan kuantifikasi kejadian
epidemiologi. John Graunt mencoba
menginterpretasikan mortalitas sebagai fungsi
umur dan tempat, sedangkan William Farr
mengembangkan prosedur matematik untuk
meneliti epidemi pes pada ternak serta metode
statistik untuk peramalan waktu epidemi
penyakit menular. John Graunt dikenal sebagai
‘Bapak Epidemiologi dan Demografi’.
13
Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan
Periode IV
Dalam periode ini berkembang paradigma bahwa kesehatan dan
penyakit merupakan proses biologis yang dinamis antara manusia dan
lingkungan. Konsekuensi paradigma ini ialah pendapat bahwa semua
penyakit yang menyerang manusia mempunyai hukum yang sama, yang
berlaku bagi penyakit infeksi maupun penyakit non-infeksi.
14
Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan
15
Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan
16
Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan
17
Transisi Demografi
Kerangka transisi demografi menggambarkan pertumbuhan populasi dalam perbedaan dan
perubahan dua angka vital kasar – kematian dan fertilitas (mengabaikan komponen ketiga
pertumbuhan, yaitu migrasi).
18
Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan
Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan
19
Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan
20
Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan
Lampiran 1.3
KESINTASAN POPULASI:
PERBANDINGAN DUA POPULASI
6 64 99
16 40 99
26 25 98
36 16 97
46 10 95
56 6 91
66 3 81
76 1 63
21
Epidemiologi Kebidanan_____________Konsep Dasar Timbulnya Penyakit
BAB 2
KONSEP DASAR TIMBULNYA
PENYAKIT
Segitiga Epidemiologi
Dalam pandangan Epidemiologi Klasik dikenal segitiga epidemiologi
(epidemiologic triangle) yang digunakan untuk menganalisis terjadinya
penyakit. Segitiga ini terdiri atas pejamu (host), agen (agent), dan
lingkungan (environment).
22
Epidemiologi Kebidanan_____________Konsep Dasar Timbulnya Penyakit
- parasit (skistosomiasis)
- protozoa (amuba)
- bakteri (tuberkulosis)
- jamur (kandidiasis)
- riketsia (tifus)
- virus (poliomielitis)
(e) Agen psikis: trauma psikologis
2. Faktor pejamu (faktor intrinsik): mempengaruhi pajanan, kerentanan,
respons terhadap agen.
(a) Genetik (buta warna)
(b) Usia
(c) Jenis kelamin
(d) Ras
(e) Status fisiologis (kehamilan)
(f) Status imunologis (hipersensitivitas)
(g) Penyakit lain yang sudah ada sebelumnya
(h) Perilaku manusia (diet)
3. Faktor lingkungan (faktor ekstrinsik): mempengaruhi keberadaan
agen, pajanan, atau kerentanan terhadap agen
(a) Lingkungan fisik (iklim)
(b) Lingkungan biologis:
- Populasi manusia (kepadatan penduduk)
- Flora (sumber makanan)
- Fauna (vektor artropoda)
(c) Lingkungan sosial-ekonomi:
- Pekerjaan (pajanan terhadap zat kimia)
- Urbanisasi dan perkembangan ekonomi (kehidupan perkotaan,
atmosfer, crowding)
- Bencana dan musibah (banjir)
(d) Modus komunikasi: fenomena dalam lingkungan yang
mempertemukan pejamu dengan agen, seperti vektor, media, dan
reservoir.
- Vektor adalah organisme hidup yang berperan pada penyakit
menular, seperti nyamuk dan arthropoda lainnya.
- Media (vehicle) adalah benda mati yang berperan pada penyakit
menular, seperti air minum yang mengandung mikroba, kain lap
yang kotor, dan sebagainya.
23
Epidemiologi Kebidanan_____________Konsep Dasar Timbulnya Penyakit
Inferensi Kausal
Hubungan kausal dalam epidemiologi memiliki pengertian yang lebih
mendasar daripada yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya gaya
gravitasi selalu akan menyebabkan benda-benda yang dilepaskan jatuh ke
tanah, namun hanya sebagian kecil di antara mereka yang merokok seumur
hidupnya akan menderita kanker paru, walaupun dikatakan bahwa merokok
menyebabkan kanker paru.
Hubungan antara dua faktor A dan B dapat diklasifikasikan sebagai:
1. Ada hubungan deterministik: Jika A, pasti B
2. Ada hubungan statistik
- Ada asosiasi kausal
- Tidak ada asosiasi kausal
3. Tidak ada hubungan statistik antara A dan B
Inferensi kausal dalam epidemiologi adalah hubungan statistik
dengan asosiasi kausal, yang harus dijelaskan dalam pengertian
probabilistik, yaitu bahwa keberadaan faktor A (pajanan) akan
meningkatkan peluang terjadinya faktor B (timbulnya penyakit).
Sebuah pajanan harus memenuhi berbagai persyaratan untuk dapat
dinyatakan sebagai faktor kausal bagi suatu penyakit, di antaranya yang
terpenting adalah asosiasi temporal, yaitu pajanan harus ada mendahului
terjadinya penyakit.
Sifat kausal dibedakan lagi atas kausa cukup (sufficient cause) dan
kausa perlu (necessary cause). Kausa cukup tidak selalu harus ada untuk
menimbulkan penyakit, namun jika kausa cukup ada penyakit pasti akan
timbul. Kausa perlu harus ada untuk menimbulkan penyakit, namun jika
kausa perlu ada pun penyakit tidak selalu timbul. Agar dapat dinyatakan
sebagai faktor kausal sebuah penyakit, sebuah pajanan harus merupakan
kausa cukup maupun kausa perlu bagi penyakit tersebut.
24
Epidemiologi Kebidanan_____________Konsep Dasar Timbulnya Penyakit
Contoh 2.1:
Sebelum era pembuktian hubungan antara kebiasaan merokok dengan
kejadian kanker paru, sudah ada dugaan kemungkinan hubungan antara
25
Epidemiologi Kebidanan_____________Konsep Dasar Timbulnya Penyakit
Contoh 2.2:
Contoh penyebab yang multikausal pada penyakit tuberkulosis paru
diperlihatkan pada diagram 2.5. Di sini faktor penyebab dapat dibedakan
lebih lanjut menjadi faktor risiko distal (jauh dari kejadian tuberkulosis paru)
yaitu crowding, malnutrisi, vaksinasi, dan genetik, serta faktor proksimal
(dekat dengan kejadian tuberkulosis paru) yaitu pajanan terhadap
Mikobakterium tuberkulosis sendiri. Dalam Epidemiologi, faktor risiko
distal yang dapat diacu sebagai ‘asal mula’ penyakit inilah yang lebih
mendapat perhatian untuk dipelajari.
26
Epidemiologi Kebidanan_____________Konsep Dasar Timbulnya Penyakit
27
Epidemiologi Kebidanan_____________Konsep Dasar Timbulnya Penyakit
LATIHAN 2
Pilihlah satu jawaban yang paling benar!
28
Epidemiologi Kebidanan_____________Konsep Dasar Timbulnya Penyakit
29
Epidemiologi Kebidanan_____________Konsep Dasar Timbulnya Penyakit
A. Hubungan deterministik.
B. Hubungan statistik dengan asosiasi kausal.
C. Hubungan statistik tanpa asosiasi kausal.
D. Tidak ada hubungan deterministik ataupun statistik di antara
keduanya.
12. Prinsip asosiasi temporal untuk dapat menyatakan adanya hubungan
kausal antara suatu pajanan dengan penyakit adalah:
A. Pajanan harus mendahului terjadinya penyakit.
B. Pajanan harus ada pada saat terjadinya penyakit.
C. Pajanan harus ada menyusul terjadinya penyakit.
D. Semuanya salah
13. Apabila diketahui pajanan E adalah kausa cukup bagi penyakit D,
pernyataan yang benar ialah:
A. Jika kausa cukup E tidak ada, maka penyakit D pasti tidak ada.
B. Jika kausa cukup E ada, maka penyakit D pasti ada.
C. Kejadian penyakit D pasti didahului oleh kausa cukup E.
D. Yang benar lebih daripada satu.
14. Apabila diketahui pajanan E adalah kausa perlu bagi penyakit D,
pernyataan yang benar ialah:
A. Jika kausa perlu E tidak ada, maka penyakit D pasti tidak ada.
B. Jika kausa perlu E ada, maka penyakit D pasti ada.
C. Kejadian penyakit D pasti didahului oleh kausa perlu E.
D. Yang benar lebih daripada satu.
15. Dalam pandangan Epidemiologi Modern, proses terjadinya penyakit
berada di bawah pengaruh:
A. Himpunan faktor risiko.
B. Himpunan faktor preventif.
C. Himpunan faktor risiko, himpunan faktor preventif, serta interaksi
antar masing-masing faktor tersebut.
D. Semuanya salah.
16. Pada tabel di bawah ini, apabila diketahui pajanan E merupakan kausa
cukup bagi penyakit D, pernyataan yang benar adalah:
E E
D a b
D c d
30
Epidemiologi Kebidanan_____________Konsep Dasar Timbulnya Penyakit
17. Pada tabel di bawah ini, apabila diketahui pajanan E merupakan kausa
perlu bagi penyakit D, pernyataan yang benar adalah:
E E
D a b
D c d
31
Epidemiologi Kebidanan_____________Konsep Dasar Timbulnya Penyakit
Lampiran 2.1
trauma terjadi, serta prevensi tersier untuk tindak lanjut medik dan
rehabilitasi. Matriks Haddon adalah kerangka kerja yang dikembangkan
dengan mengkombinasikan ketiga tingkatan prevensi dan Triad
Epidemiologi.
33
Epidemiologi Kebidanan_____________Konsep Dasar Timbulnya Penyakit
34
Epidemiologi Kebidanan_____________Konsep Dasar Timbulnya Penyakit
Lampiran 2.2
INFERENSI KAUSAL
Studi Epidemiologi
Tipe studi yang digunakan dalam penelitian Epidemiologi umumnya
adalah:
- Epidemiologi lapangan: studi observasional
- Epidemiologi komunitas: studi kuasi-eksperimental
- Epidemiologi klinik: studi eksperimental
Perbedaan antara ketiga tipe studi ini secara skematis diperlihatkan
pada tabel II.1 berikut.
Perlakuan Randomisasi
(treatment) (pengacakan)
Ada
Studi eksperimental Ada
(tingkat individual)
Studi kuasi- Tidak ada / ada pada
Ada
eksperimental tingkat kelompok
Studi observasional Tidak ada Tidak ada
35
Epidemiologi Kebidanan_____________Konsep Dasar Timbulnya Penyakit
36
Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif
BAB 3
EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF
Definisi
Epidemiologi deskriptif adalah cabang epidemiologi yang mempelajari
tentang kejadian dan distribusi penyakit. Umumnya distribusi penyakit
dikelompokkan menurut faktor orang, tempat, dan waktu.
Karakteristik Orang
Usia
Usia merupakan variabel yang selalu harus diperhitungkan dalam studi
epidemiologi. Perbedaan angka penyakit yang ada antar kelompok dalam
populasi belum dapat diinterpretasikan sebelum memperhitungkan relevansi
kemungkinan adanya perbedaan usia antar kelompok-kelompok tersebut.
Dengan menghitung jumlah kasus penyakit yang ada pada suatu
kelompok usia tertentu, lalu membaginya jumlah anggota populasi pada
kelompok usia yang sama, akan diperoleh persentase penyakit khas-usia
(age-specific) untuk kelompok usia tersebut.
Contoh 3.1:
Misalkan dimiliki data hipotetis jumlah penderita tuberkulosis paru dan
jumlah penduduk di kota A menurut kelompok usia (tabel 3.1).
Tampak bahwa persentase penderita tuberkulosis paru di kota A adalah
2.43%. Dari angka ini saja belum dapat dibuat kesimpulan tanpa
membandingkannya dengan angka pada tempat dan waktu yang berbeda.
Tampak pula bahwa jumlah (absolut) penderita terbanyak adalah pada
kelompok usia 45-64 tahun, yaitu sebanyak 9,097 kasus, namun setelah
memperhitungkan jumlah anggota populasi (penduduk) untuk tiap kelompok
usia, angka relatif (persentase) tertinggi penderita ada pada kelompok usia >
65 tahun, yaitu 21.77%.
37
Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif
Usia
Penderita Tb paru Penduduk % khas-usia
(tahun)
0-4 1,035 174,687 0.59
5-14 901 301,211 0.30
15-24 2,485 176,960 1.40
25-44 6,794 282,595 2.40
45-64 9,097 119,597 7.61
> 65 5,937 27,275 21.77
Jumlah 26,249 1,082,325 2.43
38
Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif
Contoh 3.2:
Penyakit yang risikonya meningkat sejalan dengan pertambahan usia
akan menunjukkan penurunan jumlah kasus pada kelompok usia tertinggi,
karena anggota populasi itu sendiri menyusut dengan cepat sejalan dengan
pertambahan usia di atas usia 55 tahun (diagram 3.1).
Contoh 3.3:
Pada diagram 3.2 diperlihatkan jumlah kasus baru penyakit Hodgkin
per jutaan penduduk pada ras kulit putih di Brooklyn selama periode 1943-
1952 (MacMahon & Pugh, 1970).
Dengan membuat grafik menurut kelompok usia dapat dikenali adanya
dua kelompok penderita penyakit Hodgkin, yaitu pada kelompok usia
dewasa dini dan kelompok usia lanjut. Penelusuran lebih jauh ternyata
menunjukkan bahwa kedua kelompok penderita ini memang memiliki
karakteristik yang berbeda.
39
Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif
Contoh 3.4:
Pada diagram 3.3 diperlihatkan angka mortalitas tahunan khas-usia
kanker payudara di beberapa negara di sekitar tahun 1965. Tampak adanya
peningkatan angka mortalitas yang tajam sejalan dengan peningkatan usia
50-an, setelah itu kecenderungan peningkatan angka mortalitas berkurang,
bahkan untuk Jepang angka mortalitas tampak agak menurun.
Jenis kelamin
Seperti halnya usia, jenis kelamin pun juga merupakan variabel yang
selalu harus diperhitungkan dalam studi epidemiologi. Dalam kombinasi
dengan faktor usia, harus diingat bahwa distribusi anggota populasi pria dan
wanita di berbagai kelompok usia dan populasi tidak selalu sama.
40
Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif
Contoh 3.5:
Jumlah bayi pria yang dilahirkan sedikit lebih banyak daripada bayi
wanita (51% : 49%), namun dalam kehidupan selanjutnya pada berbagai
kelompok usia tingkat mortalitas hampir selalu lebih tinggi pada jenis
kelamin pria dewasa karena faktor pekerjaan dan lingkungan. Rasio tertinggi
tingkat mortalitas pria : wanita didapatkan pada kelompok usia 15-44 tahun,
karena pada usia 15-44 tahun lingkungan kerja pria umumnya memiliki
risiko kematian lebih tinggi dibandingkan dengan lingkungan kerja wanita.
Usia
Lk Pr Rasio Lk : Pr
(tahun)
<1 162.9 137.1 1.2
1-4 28.3 24.0 1.2
5-14 3.8 3.7 1.0
15-44 9.0 6.1 1.5
45-64 25.4 18.9 1.3
> 65 116.5 114.6 1.0
*) Jumlah kematian per 1000 penduduk
Ras
Banyak studi epidemiologi di tingkat internasional yang telah
dilakukan untuk membandingkan angka-angka morbiditas antar ras
Kaukasia, Negroid, dan Mongoloid. Data statistik vital di Amerika Serikat
pada tahun 1967 misalnya, yang hanya membandingkan tingkat mortalitas
antara kulit putih dengan bukan kulit putih, menunjukkan tingkat kematian
yang lebih tinggi pada populasi bukan kulit putih untuk hampir semua
penyebab kematian, kecuali untuk kematian yang disebabkan oleh penyakit
jantung arteriosklerotik, leukemia, dan bunuh diri (MacMahon & Pugh,
1970).
Di Indonesia terdapat banyak suku yang mungkin memiliki berbagai
kebiasaan yang berpengaruh terhadap status kesehatan, sehingga faktor suku
sering kali juga harus diperhitungkan dalam studi epidemiologi.
41
Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif
Contoh 3.6:
Angka bunuh diri di Jepang lebih tinggi daripada di Amerika Serikat,
baik untuk kelompok pria mapun wanita (diagram 3.4).
Diagram 3.4. Tingkat kematian bunuh diri menurut usia dan jenis
kelamin, Jepang dan ras putih Amerika Serikat, 1954-1956
Status pernikahan
Status pernikahan seringkali menunjukkan keterkaitannya dengan
tingkat morbiditas maupun mortalitas. Dengan mengklasifikasikan status
pernikahan sebagai: (a) Tidak menikah; (b) Menikah; (c) Janda/duda (karena
kematian); dan (d) Bercerai; umumnya didapatkan tingkat kematian yang
lebih rendah baik untuk pria maupun wanita yang menikah dibandingkan
dengan pria dan wanita yang tidak menikah. Untuk semua kategori,
didapatkan tingkat kematian yang lebih tinggi pada pria dibandingkan
dengan wanita, dengan tingkat kematian tertinggi didapatkan pada kategori
pria dan wanita yang bercerai (MacMahon & Pugh, 1970).
42
Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif
Contoh 3.7:
Dengan klasifikasi yang sama seperti di atas, data kesehatan jiwa
menunjukkan adanya tingkat gangguan jiwa tertinggi pada kelompok yang
tidak menikah. Tingkat gangguan jiwa juga menunjukkan kecenderungan
peningkatan sejalan dengan meningkatnya usia, kecuali pada kelompok
janda/duda karena kematian. Pada kelompok terakhir ini kecenderungan
peningkatan gangguan jiwa sejalan dengan peningkatan usia tidak terlihat
jelas (diagram 3.5).
Pekerjaan
Pekerjaan merupakan variabel epidemiologi deskriptif yang penting
karena:
1. Menunjukkan status sosial-ekonomi subjek yang dipelajari.
2. Mengidentifikasi kemungkinan adanya risiko spesifik karena pajanan
terhadap agen yang mengganggu kesehatan pada jenis-jenis pekerjaan
tertentu.
3. Mengindikasikan kondisi umum yang ada pada jenis-jenis pekerjaan
tertentu.
Contoh 3.8:
Persentase mortalitas dokter pria untuk kanker paru di Inggris selama
periode 1951-1971 menunjukkan penurunan, sedangkan untuk kanker
lainnya relatif tetap. Ini terjadi karena dokter lebih cepat menyadari bahaya
merokok dibandingkan dengan anggota populasi lainnya, sehingga relatif
lebih banyak dokter pria yang berhenti merokok dibandingkan dengan
anggota populasi pria lainnya yang seusia.
43
Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif
44
Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif
Status sosial-ekonomi
Walaupun status sosial-ekonomi jelas akan berpengaruh terhadap
tingkat morbiditas dan mortalitas, dalam kenyataannya status sosial-ekonomi
merupakan konsep yang tidak memiliki definisi yang jelas. Definisi yang
digunakan dapat berbeda dari satu ke lain penelitian, sesuai dengan konsep
yang dianut oleh peneliti. Besar penghasilan (income) sering digunakan
sebagai dasar penentuan tingkat sosial-ekonomi, namun parameter ini
terbukti menunjukkan berbagai kelemahan. Dalam hal ini, besar pengeluaran
(expenditure) acapkali dianggap merupakan parameter yang lebih baik untuk
mengukur tingkat sosial-ekonomi.
Contoh 3.9:
Pada diagram 3.7 tampak bahwa rerata hari istirahat di tempat tidur per
tahun berbanding terbalik dengan tingkat penghasilan keluarga, baik untuk
kelompok pria maupun wanita. Dalam hal ini, tingkat penghasilan yang
rendah mungkin menyebabkan rendahnya pula kualitas pemeliharaan
45
Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif
Diagram 3.7. Rerata hari istirahat di tempat tidur per orang per tahun,
menurut jenis kelamin dan penghasilan keluarga,
Amerika Serikat, 1965-1966
Karakteristik Tempat
Frekuensi penyakit di berbagai wilayah di dunia menunjukkan variasi
yang besar dalam distribusi geografinya, walaupun begitu pembandingan
tingkat morbiditas dan mortalitas dengan menggunakan data pelaporan rutin
untuk berbagai wilayah di dunia masih terkendala antara lain oleh adanya
perbedaan dalam standar pelayanan kesehatan, diagnosis, dan pelaporan
penyakit atau kematian yang digunakan.
Data penyebab kematian dan laporan penyakit menular di berbagai
negara dikumpulkan dan diterbitkan secara teratur oleh Organisasi Kesehatan
Sedunia (WHO), walaupun demikian kelengkapan dan validitas data yang
diterbitkan ini sangat tergantung dari kelengkapan dan validitas data yang
disampaikan oleh masing-masing negara pelapor.
Beberapa penyakit mungkin didapatkan dalam frekuensi yang jauh
lebih tinggi hanya untuk wilayah tertentu, bahkan ada penyakit yang hanya
46
Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif
Contoh 3.10:
Diagram 3.8 menunjukkan peta jalan pada area Golden Square,
London, 1854 yang digunakan oleh John Snow dalam penyelidikan
epidemiologinya untuk mencari pompa air yang menjadi sumber penularan
wabah kolera. Penelitian John Snow ini terkenal dalam kepustakaan
Epidemiologi sebagai salah satu langkah awal untuk menerapkan prinsip
penyelidikan epidemiologi dalam praktik.
47
Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif
Contoh 3.11:
Limfoma Burkitt adalah jenis kanker pertama yang ditemukan
keterkaitannya dengan infeksi virus, yaitu virus Epstein-Barr. Diagram 3.9
menunjukkan distribusi penyebaran kasus limfoma Burkitt yang ditemukan
di benua Afrika pada tahun 1962.
Karakteristik Waktu
Data runtun-waktu (time-series) dapat menunjukkan adanya
kecenderungan tertentu (peningkatan atau penurunan tingkat morbiditas atau
mortalitas) untuk berbagai penyakit ataupun kematian oleh sebab tertentu.
Kecenderungan demikian sering terjadi dalam rentang waktu puluhan tahun,
sehingga tidak disadari oleh populasi yang bersangkutan. Data runtun- waktu
juga sangat berguna untuk menentukan kemungkinan adanya wabah.
Data runtun-waktu waktu dapat diperoleh untuk satu kelompok tertentu
(dengan anggota yang sama), yang dipantau dan diikuti perkembangan status
48
Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif
Contoh 3.12:
Diagram 3.10 menunjukkan jumlah kematian per minggu di 122 kota di
Amerika Serikat selama periode 1968-1969. Tampak adanya peningkatan
jumlah kematian yang nyata selama bulan Januari 1969, yang disebabkan
oleh adanya wabah influenza (flu ‘Hong Kong’).
Contoh 3.13:
Penyajian grafik perbandingan tingkat kematian untuk beberapa jenis
kanker di Inggris dan Wales selama kurang-lebing 50 tahun untuk paruh
pertama abad ke-20 menunjukkan adanya peningkatan yang menyolok untuk
49
Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif
Contoh 3.14:
Pada diagram 3.12 diperlihatkan data tahunan persentase kasus demam
berdarah menurut kelompok usia di Indonesia selama periode 1993-2004.
Tampak bahwa sebelum tahun 1999 persentase terbesar penderita didapatkan
pada kelompok usia anak (5-14 tahun), namun sejak tahun 1999 terjadi
perubahan, yaitu beralihnya persentase terbesar penderita demam berdarah
ke kelompok usia dewasa (15 tahun atau lebih).
50
Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif
51
Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif
LATIHAN 3
Pilihlah satu jawaban yang paling benar!
52
Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif
53
Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif
54
Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif
55