Anda di halaman 1dari 16

TUGAS DISASTER PLAN MANAGEMENT

PENANGGULANGAN BENCANA TANAH LONGSOR


KECAMATAN KEBAYORAN LAMA

DISUSUN OLEH :
Immanuella Yosephine Sirait
030.14.093

PEMBIMBING :
dr. Gita Handayani Tarigan, MPH

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS / KESEHATAN MASYARAKAT
PERIODE 28 OKTOBER 2018 – 05 JANUARI 2020
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “PENANGGULANGAN BENCANA
TANAH LONGSOR KECAMATAN KEBAYORAN LAMA”. Penulisan makalah
ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Ilmu kedokteran komunitas periode 29 Oktober 2019 – 5 Januari 2019
Dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada dr. Gita Handayani
Tarigan, MPH sebagai dokter pembimbing, dokter dan staf-staf di bagian IKM,
rekan-rekan sesama koasisten dan semua pihak yang turut serta berperan memberikan
doa, semangat dan membantu kelancaran dalam proses penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan jauh
dari kata sempurna. Pada kesempatan ini, saya memohon maaf kepada para pembaca.
Masukan, kritik, dan saran akan saya jadikan bahan pertimbangan agar makalah kasus
ini kedepannya menjadi lebih baik. Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih.

Jakarta, Oktober 2019

Immanuella Yosephine

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................... 1
BAB 2 Rencana Penanggulangan Bencana.............................................. 2
2.1. Gambaran umum.................................................................... 2
2.1.1 Kependudukan............................................................... 2
2.1.2 Geografis........................................................................ 2
2.2. Analisis Komponen Bencana.................................................. 2
2.2.1 Hazard........................................................................... 2
2.2.2 Vulnerability.................................................................. 3
2.2.3 Capacity......................................................................... 5
2.3 Siklus penangan bencana......................................................... 7
2.4 Disaster Management................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan menggangu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebab kan oleh faktor alam dan faktor
non alam maupun faktor manusiashingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan alam, kerugikan harta benda dan psikologis. Bencana adalah
sesuatu yang tak terpisahkan dalam sejarah manusia, manusia terus bergumul agar
bebas dari bencana (free from disaster). Dalam pergumulan itu, lahirlah praktek
mitigasi, seperti mitigasi banjir dan mitigasi kekeringan (drought mitigation). (1)
Dalam beberapa tahun terakhir ini Indonesia sering dilanda bencana, baik
bencana alam (banjir, gunung meletus, tanah longsor, gempa bumi, banjir, banjir
bandang), non-alam (kegagalan teknologi), maupun bencana sosial (konflik,
terorisme). Berdasarkan data yang dikumpulkan Pusat Krisis Kesehatan, Kementerian
Kesehatan, pada tahun 2013 telah terjadi 493 kali kejadian krisis kesehatan/bencana,
tahun 2014 sebanyak 615 kali, tahun 2015 sebanyak 930 kali, dan tahun 2016
sebanyak 1337 kali. Jumlah korban yang ditimbulkan pun tidak sedikit. Tercatat
korban meninggal sejak tahun 2013 hingga 2016 sebanyak 4052 jiwa atau sekitar
1013 per tahun. (2)
Tanah longsor atau dalam bahasa Inggris disebut Landslide, adalah perpindahan
material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material
campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah
longsor dapat diterangkan sebagai berikut: air yang meresap ke dalam tanah akan
menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang
berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di
atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.(1)
Dalam beberapa tahun terakhir, intensitas terjadinya bencana gerakan tanah di
Indonesia semakin meningkat, dengan sebaran wilayah bencana semakin luas. Hal ini
disebabkan oleh makin meningkatnya pemanfaatan lahan yang tidak berwawasan
lingkungan pada daerah rentan gerakan tanah, serta intensitas hujan yang tinggi
dengan durasi yang panjang, ataupun akibat meningkatnya frekuensi kejadian gempa
bumi (3)

1
BAB II
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA

2.1 Gambaran Umum


2.1.1 Kependudukan

Jumlah Penduduk Kecamatan Kebayoran Lama pada tahun 2018 tercatat


sejumlah 308.699 jiwa, terdiri dari penduduk laki-laki sebesar 153.771 jiwa dan
perempuan sebesar 155.328 jiwa. Dari 6 Kelurahan yang ada penduduk terbanyak
di kelurahan Pondok Pinang sebesar 68.299 jiwa, sedangkan penduduk paling
sedikit di Kelurahan Cipulir tercatat sejumlah 41.140 jiwa. (4)

2.1.2 Geografi Wilayah (4)

Wilayah Kecamatan Kebayoran lama terletak diantara 106 45’ 00,0” Bujur
Timur sampai 06 12’ 40,8” Lintang Selatan dengan ketinggian rata-rata 26,2
meter diatas permukaan air laut. Secara administrasi berbatasan dengan :
- Kecamatan Grogol Petamburan dengan Tanah abang Jakarta di sebelah
utara
- Kecamatan Cilandak di sebelah selatan
- Kecamatan Pesanggrahan dan Kecamatan Cilandak disebelah barat
- Tanah Abang Jakarta Pusat di sebelah timur.
Kabupaten Ogan Komering Ilir terdiri dari 6 Kelurahan , di dalamnya
tersebar 77 RW dan 854 RT. Luas wilayah Kecamatan Kebayoran Lama sebesar
19,31 km2. Kelurahan di Kecamatan Kebayoran Lama yang mempunyai wilayah
paling luas adalah Kelurahan Pondok Pinang sebesar 6,84 km 2, dan yang paling
sempit adalah Kelurahan Kebayoran Lama Utara sebesar 1,78 km2.
Ketinggian tiap kelurahan dari permukaan Laut, Kelurahan Pondok Pinang
berada 33m ditas permukaan laut, Kebayoran lama selatan berada 27m dari
permukaan laut, Kebayoran Lama Utara berada 26 m, Cipulir 19 m, Grogol
Selatan 19 m dan Grogol Utara 11 m. Menurut BPS daerah Jakarta Selatan pada
umunya daapt dikategorikan sebagai daerah perbukitan rendah dengan tingkat
kemiringan 0,25%.

2.2. Analisis Komponen Bencana


2.1.1 Hazard

Daerah-daerah dengan resiko tinggi terhadap ancaman tanah longsor tersebar di


seluruh wilayah Jakarta selatan termasuk Kecamatan Kebayoran Lama. Berikut data
tahun 2019 menurut BPBD yang menunjukkan daerah-daerah rawan Tanah Longsor

2
Jakarta adalah Kebayoran Lama, Kebayoran Baru, Tebet, Pesanggarahan, Pasar
Minggu, dan Cilandak.(5)

Gambar 1. Peta Wilayah Rawan Gerakan Tanah Kecamatan Kebayoran Lama


(5)

2.1.2 Vulnerability

Vulnerability adalah rangkaian kondisi yang menentukan apakah bahaya (baik


bahaya alam maupun bahaya buatan) yang terjadi akan dapat menimbulkan
bencana (disaster) atau tidak. Rangkaian kondisi, umumnya dapat berupa kondisi
fisik, sosial dan sikap yang mempengaruhi kemampuan masyarakat dalam
melakukan pencegahan, mitigasi, persiapan dan tindak-tanggap terhadap dampak
bahaya.
1. Kerentanan dari Aspek Fisik
Gerakan tanah merupakan fenomena alam untuk mencapai kondisi baru aibat
gangguan keseimbangan lereng baik secara alamiah maupun karena ulah
manusia. Potensi pergerakan tanah pada kecamatan Kebayoran Lama berada
pada posisi menengah. (5)
Pada daerah dengan potensi gerak tanah menengah – tinggi bila diguyur hujan
diatas normal dapat terjadi gerakan tanah karena gangguan keseimbangan lereng.
Daerah kebayoran lama sendiri masuk dalam kategori memiliki potensi
menengah terjadinya gerakan tanah.

3
2. Kerentanan dari Aspek Sosial
a. Tingkat kepadatan penduduk
Semakin tinggi tingkat kepadatan penduduk maka semakin rentan
terhadap kejadian dari tanah longsor. Berdasarkan data tahun 2015,
Kepadatan penduduk di Kecamatan Kebayoran Lama, wilayah 19,31km2,
tercatat dalam 1 km2 terdapat 11.474 jiwa.(4)
b. Laju pertumbuhan penduduk
Semakin tinggi pertumbuhan penduduk semakin rentan terhadap
bencana tanah longsor, dengan laju pertumbuhan >1 % maka laju
pertumbuhan dapat dikatakan tinggi. (4)

Gambar 2. Pertumbuhan penduduk menurut jenis kelamin tahun 2010-


2018
c. Persentase jumlah lansia dan balita
Semakin banyak jumlah penduduk usia tua dan balita, maka semakin
rentan terhadap bencana banjir.

3. Kerentanan Lingkungan

Peningkatan curah hujan signifikan dimana hujan lebat terjadi di sebagian


wilayah Indonesia yang berdampak genang, banjir, longsor. Intensitas hujan di
atasa 50 mm/ jam sendiri dapat menyebabkan tanah longsor dangkal. Tingginya

4
laju pembangunan dan pemukiman penduduk sehingga daerah penyerapan air
tanah menurun, Banyaknya lahan yang dipakai sebagai pemukiman dan
sedikitnya lahan yang dipakai sebagai taman dan sedikitnya tumbuhan yang
dapat mengikat tanah membuat tanah pada kecamatan ini menjadi rentan untuk
bergerak.

4. Kerentanan Pengetahuan
Kurangnya pengetahuam tentang risiko bahaya dan bencana , rendahnya
Pendidikan mempengaruhi dengan masyarakat masih ada membangun rumah
pada wilayah rentan longsor. corak budaya individualisme, tingkat kesehatan
masyarakat yang rendah akan mempertinggi tingkat kerentanan.

5. Kerentanan Teknologi
Belum adanya sistem pemantauan, sistem peringatan dini dan
penanggulan tanah longsor. Sehingga seharusnya Pemerintah Daerah dapat
kerja sama lintas sektoral atau studi banding ke daerah lain dengan daerah
yang mempunyai permasalahan yang sama namun sudah mempunyai inovasi.

6. Kerentanan Organisasi
Sampai saat ini belum ada satuan atau tim yang di tunjuk oleh
Pemerintah Daerah dalam menanggulangi atau mencegah bencana tanah
longsor di daerah yang rawan. Alangkah baiknya jika pemerintah daerah
membentuk tim invenstigasi dan penanggulangan bencana disamping
memberikan peringatan kepada kepala daerah setempat.

2.1.3 Capacity
1.Kapasitas Fisik.
a. Fasilitas
- Jumlah fasilitas kesehatan di suatu wilayah dalam menangangi bencana.
- Jarak penduduk untuk mencapai tempat pengungsian ketika terjadi
bencana.
- Pemeliharan dan pengendali bangunan terhadap tanah longsor
- Penanaman tanaman yang ditingkatkan dan pemeliharaan taman untuk
mencegah dalam terjadinya tanah longsor
2. Kapasitas Sosial
b. Keberadaan organisasi
Tingkat keberadaan organisasi kemasyarakatan yang berhubungan
dengan penanggulangan bencana di masyarakat.
c. Kekerabatan penduduk dalam upaya penanggulangan bencana

5
Tingkat kekerabatan penduduk dalam masyarakat sebagai upaya
penanggulangan bencana.

3. Kapasitas Sumber Daya Masyarakat


a. Keterlibatan masyarakat dalam sosialisasi kebencanaan
- Tingkat keterlibatan masyarakat didalam diskusi/sosialisasi.
- Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang resiko tanah longsor dan
informasi mengenai pencegahan dari bencana.
b. Keterlibatan masyarakat dalam pelatihan persiapan sebelum terjadi
bencana. Intensitas warga dalam mengikuti pelatihan persiapan bencana.
c. Jenis dan jumlah sarana kesehatan dasar dan kesehatan rujukan
masyarakat

6
Gambar 3. Jumlah kelurahan yang memiliki sarana ksehatan menurut kelurahan. (4)

4. Kapasitas Ekonomi
2.4.1 Rata-rata pendapatan masyarakat dalam waktu satu bulan
Tingkat pendapatan masyarakat dalam satu bulan.
2.4.2 Kepemilikan asuransi jiwa
Tingkat kepemilikan asuransi jiwa seperti JKN.
2.3 Siklus Penanganan Bencana

Penanganan bencana berdasar siklus bencana berikut:

Gambar 4. Siklus Penanganan Bencana

Tabel 1. Kegiatan dalam Siklus Penanggulangan Tanah Longsor


Siklus Kegiatan
Pencegahan • Upaya - upaya Struktural
(Prevention) - Membuat peta dan denah wilayah yang rawan
terhadap bencana .
• Upaya - upaya Non-Struktural
- Upaya Pencegahan tanah longsor jangka panjang .
- Upaya merubah paradigma dan meningkatkan sikap
masyarakat.
Penanganan • Pemberitahuan dan Penyebaran Informasi Prakiraan
(Intervention/ Response) terjadi pergerakan tanag
• Reaksi cepat dan bantuan penanganan darurat tanah
longsor
• Reaksi cepat dalam mengidentifikasi tanda- tanda
pergerakan tanah.
Pemulihan • Bantuan Segera Kebutuhan Hidup Sehari-hari dan
(Recovery) Perbaikan Sarana dan Prasarana
- Pembersihan dan Rekonstruksi Pasca Tanah longsor

7
- Rehabilitasi dan Pemulihan Kondisi Fisik dan Non-
Fisik
• Penilaian Kerusakan/Kerugian dan Asuransi Bencana
Tanah Longsor
• Kajian Penyebab Terjadinya Bencana Tanah Longsor

2.4 Disaster Management


1. Pra Bencana
a. Pencegahan:
1) Menyusun peraturan dan menertibkan daerah di lahan hijau yang rentan
pergerakan tanah.
2) Pembuatan alur pengendali tanah longsor (Landslide)
3) Pengelolaan Fungsi daerah resapan air (peraturan, pelaksanaan, dan
pelatihan)
4) Menegakkan hukum terhadap pelanggaran pengelolaan daerah lahan
hijau yang dapat dibangun taman untuk meningkatkan pepohonan
5) Merevisi tata ruang propinsi maupun kota secara terkoordinasi dan
terintegrasi
6) Hindari melakukan penggalian pada daerah bawah lereng terjal yang
akan menggangu kestabilan tanah.
7) Hindari membuat pencetakan sawah baru atau kolam renang yang terjal
sehingga mengakibatkan tanah mudah bergerak.
8) Melakukan koordinasi dengan lintas sektoral untuk menggalang
kerjasama dan berbagi tugas sesuai dengan peran dari tiap sektor.
9) Pemberdayaan masyarakat seperti penyuluhan dan pelatihan pada
masyarakat merupakan upaya pemberdayaan masyarakat agar
masyarakat dapat melayani sesama anggota masyarakat dalam
menghadapi kemungkinan munculnya bencana
b. Mitigasi:
1) Membuat peta rawan bencana (Hazard Map) yaitu gambaran wilayah
berisikan jenis bencana dan karakteristik ancaman bencana.
memperkirakan kondisi iklim dan curah hujan, daftar sarana kesehatan
dan tenaga kesehatan, jumlah lansia, balita dan ibu hamil daerah
setempat serta buat penilaian skala resiko bencana.
2) Melukan penyelidikan pada saat dan setelah terjadi bencana agar
diketahui penyebabnya
3) Membuat talut penahan tanaH sebagai upaya bencana tanah longsor.
4) Mengenali daerah setempat dalam menentukan tempat yang aman untuk
mengungsi.

8
5) Memperbaharui rencana kegawatdaruratan dengan informasi,
penyuluhan dan pelatihan penyelamatan dan tanggap darurat yang
melibatkan masyarakat.
6) Penyebarluasan peraturan perundang-undangan atau informasi-
informasi, baik dari Pemerintah maupun pemerintah daerah, berkaitan
dengan masalah tanah longsor
7) Penyebarluasan informasi daerah tanah longsor, ancaman/bahaya, dan
tindakan yang harus diambil oleh masyarakat yang tinggal di daerah
rawan bencana
8) Pemantauan lokasi-lokasi rawan (kritis) secara terus-menerus
9) Optimasi pengoperasian prasarana dan sarana pengendali tanah longsor
10) Persiapan evakuasi ke lokasi yang lebih aman
c. Kesiapsiagaan
1) Kesiapsiagaan dilakukan oleh pemerintah daerah. Kegiatan yang
dilakukan antara lain : pemantauan cuaca, pemantauan gerak tanah
terutama pada musim hujan, pengamatan peringatan dini, penyebaran
informasi, inventarisasi kesiapsiagaan, penyiapan peta rawan tanah
longsor
2) Peningkatan kesiapsiagaan organisasi dan manajemen pengendalian
banjir dengan menyiapkan dukungan sumber daya yang diperlukan dan
berorientasi kepada pemotivasian individu dalam masyarakat setempat
agar selalu siap sedia mengendalikan ancaman/bahaya
3) Peramalan tanah longsor dapat dilakukan dengan cara: analisa hubungan
hujan dengan tanah longosr (rainfall – runoff relationship), metode),
metode lainnya.
4) Menyediakan cadangan pangan dan sandang serta peralatan darurat
banjir lainnya, antara lain radio baterai, senter, korek gas, dan lilin.
5) Siapkan bahan makanan mudah saji danpenyediaan pompa air, mobil
tangki air dan mobil tinja serta persediaan air bersih.
6) Siapkan obat-obatan darurat, tenaga medis, paramedis, dan ambulance
7) Amankan dokumen penting.
8) Penyiapan jalur evakuasi dan lokasi penampungan sementara.
2. Saat Terjadi Bencana
a. Tanggap Darurat
1) Pendirian POSKO
2) Pengerahan personil (Tim Reaksi Cepat)
Mengerahkan kekuatan personil dari berbagai unsur operasi (pemerintah
dan non-pemerintah) terutama untuk penyelamatan dan perlindungan
(SAR).

9
3) Pemenuhan kebutuhan dasar dalam penampungan sementara.
- Distribusi bantuan (hunian sementara, pangan dan sandang) Pada
tahap awal, bantuan pangan berupa makanan siap-santap.
- Pendirian dapur umum.
4) Pemberian layanan air bersih, jamban dan sanitasi lainnya.
5) Pemberian layanan kesehatan, perawatan dan rujukan.
6) Pengoperasian peralatan
Mengoperasikan peralatan sesuai kebutuhan di lapangan, termasuk alat-
alat berat.
7) Pengerahan sarana transportasi
Dilakukan pada situasi/kondisi tertentu yang memerlukan kecepatan
untuk penyelamatan korban bencana dan distribusi bantuan kepada
masyarakat/korban bencana terisolasi.
8) Koordinasi dan Komando
- Setiap kejadian penting dilaporkan kepada POSKO. Komando
dilakukan oleh penanggung jawab.
- Penyampaian laporan perkembangan penanganan bencana ke media
massa.
Puskesmas di semua kecamatan Kebayoran lama yang rawan tanah longsor, dalam
persiapan evakuasi bencana dapat mempersiapkan hal-hal di bawah ini:
1. Membuat perencanaan lokasi posko bencana alam di lokasi yang aman dan
terjangkau.
2. Melakukan kerjasama dengan Rumah Sakit Umum Daerah terdekat untuk
pengadaan kendaraan untuk evakuasi korban bencana.
3. Melakukan kerjasama dengan BASARNAS, POLRI dan TNI untuk membantu
evakuasi korban, membersihkan jalan dari tanah, dan melakukan pengamanan
di posko pengungsian
4. Membuat jalur evakuasi dan lokasi evakuasi bencana dengan rambu-rambu
yang jelas, terutama bila melalui hutan.
5. Melakukan kerjasama lembaga swadaya masyarakat dan perusahaan sekitar
untuk pengadaan pangan dan sembako untuk persedian di posko pengungsian.
6. Membentuk tim darurat bencana dengan melibatkan dokter, perawat, bidan,
mahasiswa di bidang kesehatan/kedokteran, ataupun masyarakat sekitar dalam
membantu para korban bencana di posko pengungsian.
7. Melakukan kerjasama dengan pemuka agama untuk membantu para korban di
bidang spiritual. Atau dengan tokoh masyarakat untuk meningkatkan motivasi
dan menurunkan risiko PTSD.
8. Melakukan pemantauan dan koordinasi dengan BMKG untuk mengetahui
keadaan terkini mengenai cuaca hujan.

10
9. Membuat pendataan yang lengkap mengenai jumlah korban luka, korban
meninggal akibat banjir.
10. Membuat pendataan mengenai persediaan pangan dan obat-obatan di posko
pengungsian.

3. Paska Bencana
A. Rehabilitatif
Fase rehabilitasi umumnya berlangsung selama 1 bulan dan diikuti
fase rekontruksi selama 6 bulan.Tahapan pada fase ini adalah,
a. Inventarisasi dan dokumentasi kerusakan sarana dan prasarana
sumber daya air, kerusakan lingkungan, korban jiwa, dan perkiraan
kerugian yang ditimbulkan;
b. Merencanakan dan melaksanakan program pemulihan,
penanggulangan bencana di pemerintahan.

B. Rekonstruksi
Fase ini meliputi pembangunan prasarana dan pelayanan dasar fisik,
umum, pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial, budaya, keamanan,
lingkungan, pembaharuan rencana tata ruang wilayah, sistem
pemerintahan dan lainnya yang memperhitungkan faktor risiko bencana.

I. Pengawasan
Salah satu tugas dinas dan/atau badan hukum yang mengelola wilayah
sungai adalah melaksanakan pengendalian tanah longsor. Agar tugas tersebut
dapat terlaksana sebagaimana mestinya, maka diperlukan pengawasan oleh
BPBD provinsi (atau Satkorlak) dan BPBD kabupaten/kota (Satlak).

II. Kelembagaan
Pengaturan pengendalian tanah longsor di suatu wilayah sungai
diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, atau badan hukum
sesuai kewenangan masing-masing, yang pelaksanaannya dikoordinasikan
oleh BNPB, BPBD provinsi (atau Satkorlak), dan BPBD kabupaten/kota
(Satlak).

III. Sumber Daya Pendukung


Personil
a. Kelompok tenaga ahli

11
Tenaga ahli yang diperlukan adalah tenaga ahli yang memenuhi
kualifikasi di bidang penanganan bencana terkait tanah longsor.
b. Kelompok tenaga lapangan
Dalam pelaksanaan pengendalian tanah longsor, dibutuhkan
petugas lapangan dalam jumlah cukup, utamanya untuk kegiatan
pemantauan dan tindakan turun tangan.

IV. Sarana dan Prasarana


Peralatan dan bahan dalam rangka pengendalian tanah longosor terdiri
dari:
- Peralatan komunikasi (antara lain: radio komunikasi, telepon,
faksimili)
- Alat-alat berat dan transportasi (antara lain: bulldozer,
excavator, truk)
- Perlengkapan kerja penunjang (antara lain: sekop, gergaji,
cangkul, pompa air)
- Perlengkapan untuk evakuasi (antara lain: tenda darurat, perahu
karet, dapur umum, obat obatan)
- Bahan banjiran (a.l. karung plastik, bronjong kawat, bambu,
dolken kayu)

V. Dana
Dalam pengendalian tanah longsor, diperlukan alokasi dana yang
diupayakan selalu tersedia. Dana yang diperlukan tersebut harus
dialokasikan sebagai dana cadangan yang bersumber dari APBN, APBD,
atau sumber dana lainnya. Dana cadangan disediakan sesuai ketentuan
yang berlaku.

Dalam Pasal 5 UU No. 24/2007 ditegaskan bahwa Pemerintah dan


Pemerintah Daerah bertanggung jawab dalam penyelengaraan
penanggulangan bencana. Tangungjawab ini antara lain diwujudkan dan
ditegaskan dalam Pasal 6 huruf (e) dan (f), yaitu dalam bentuk
pengalokasian anggaran penanggulangan bencana dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang memadai, dan
pengalokasian anggaran belanja dalam bentuk dana siap pakai.
Pendanaan dalam RENAS PB ini hanya terkait untuk penyelenggaraaan
PB yang menjadi tanggung jawab Pemerintah di tingkat nasional. (2)

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Bencana Alam: Definisi dan Jenis


Becana alam. Available from :
https://bnpb.go.id/home/definisi

2. Pusat Krisis Kesehatan.Buku Tinjauan Pusat Krisis Kesehatan. 2015.


Available from :
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=2ahUK
EwjpzKD2i9zlAhUFU30KHeTRBHYQFjAAegQIABAC&url=http%3A%2F
%2Fwww.depkes.go.id%2Fresources%2Fdownload%2Fpenanganan-krisis
%2Fbuku_tinjauan_pkk_2015.pdf&usg=AOvVaw0vN3hinBsEJSX3FfChlR4
P

3. Recana Nasional penanggulangan bencana 2015-2019. 2018. Available from :


https://bnpb.go.id/uploads/24/buku-renas-pb.pdf

4. Badan Pusat Statistik. Kecamatan Kebayoran Lama dalam Angka. 2019.


Available from : https://jakselkota.bps.go.id/publication/download.html?
nrbvfeve=NmJiN2M1Y2FmNjQ3NmM3YjVlZjAxNmNk&xzmn=aHR0cHM6Ly9q
YWtzZWxrb3RhLmJwcy5nby5pZC9wdWJsaWNhdGlvbi8yMDE5LzA5LzI2LzZiY
jdjNWNhZjY0NzZjN2I1ZWYwMTZjZC9rZWNhbWF0YW4ta2ViYXlvcmFuLWx
hbWEtZGFsYW0tYW5na2EtMjAxOS5odG1s&twoadfnoarfeauf=MjAxOS0xMS0w
MyAxMDoxMTowOQ%3D%3D

5. BPBD Provinsi Jakarta Peta Daerah Rawan Pergerakan tanah 2019. Available
from : https://bpbd.jakarta.go.id/news/detail/2396

13

Anda mungkin juga menyukai