DISUSUN OLEH :
Immanuella Yosephine Sirait
030.14.093
PEMBIMBING :
dr. Gita Handayani Tarigan, MPH
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS / KESEHATAN MASYARAKAT
PERIODE 28 OKTOBER 2018 – 05 JANUARI 2020
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “PENANGGULANGAN BENCANA
TANAH LONGSOR KECAMATAN KEBAYORAN LAMA”. Penulisan makalah
ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Ilmu kedokteran komunitas periode 29 Oktober 2019 – 5 Januari 2019
Dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada dr. Gita Handayani
Tarigan, MPH sebagai dokter pembimbing, dokter dan staf-staf di bagian IKM,
rekan-rekan sesama koasisten dan semua pihak yang turut serta berperan memberikan
doa, semangat dan membantu kelancaran dalam proses penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan jauh
dari kata sempurna. Pada kesempatan ini, saya memohon maaf kepada para pembaca.
Masukan, kritik, dan saran akan saya jadikan bahan pertimbangan agar makalah kasus
ini kedepannya menjadi lebih baik. Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih.
Immanuella Yosephine
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................... 1
BAB 2 Rencana Penanggulangan Bencana.............................................. 2
2.1. Gambaran umum.................................................................... 2
2.1.1 Kependudukan............................................................... 2
2.1.2 Geografis........................................................................ 2
2.2. Analisis Komponen Bencana.................................................. 2
2.2.1 Hazard........................................................................... 2
2.2.2 Vulnerability.................................................................. 3
2.2.3 Capacity......................................................................... 5
2.3 Siklus penangan bencana......................................................... 7
2.4 Disaster Management................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan menggangu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebab kan oleh faktor alam dan faktor
non alam maupun faktor manusiashingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan alam, kerugikan harta benda dan psikologis. Bencana adalah
sesuatu yang tak terpisahkan dalam sejarah manusia, manusia terus bergumul agar
bebas dari bencana (free from disaster). Dalam pergumulan itu, lahirlah praktek
mitigasi, seperti mitigasi banjir dan mitigasi kekeringan (drought mitigation). (1)
Dalam beberapa tahun terakhir ini Indonesia sering dilanda bencana, baik
bencana alam (banjir, gunung meletus, tanah longsor, gempa bumi, banjir, banjir
bandang), non-alam (kegagalan teknologi), maupun bencana sosial (konflik,
terorisme). Berdasarkan data yang dikumpulkan Pusat Krisis Kesehatan, Kementerian
Kesehatan, pada tahun 2013 telah terjadi 493 kali kejadian krisis kesehatan/bencana,
tahun 2014 sebanyak 615 kali, tahun 2015 sebanyak 930 kali, dan tahun 2016
sebanyak 1337 kali. Jumlah korban yang ditimbulkan pun tidak sedikit. Tercatat
korban meninggal sejak tahun 2013 hingga 2016 sebanyak 4052 jiwa atau sekitar
1013 per tahun. (2)
Tanah longsor atau dalam bahasa Inggris disebut Landslide, adalah perpindahan
material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material
campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah
longsor dapat diterangkan sebagai berikut: air yang meresap ke dalam tanah akan
menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang
berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di
atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.(1)
Dalam beberapa tahun terakhir, intensitas terjadinya bencana gerakan tanah di
Indonesia semakin meningkat, dengan sebaran wilayah bencana semakin luas. Hal ini
disebabkan oleh makin meningkatnya pemanfaatan lahan yang tidak berwawasan
lingkungan pada daerah rentan gerakan tanah, serta intensitas hujan yang tinggi
dengan durasi yang panjang, ataupun akibat meningkatnya frekuensi kejadian gempa
bumi (3)
1
BAB II
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA
Wilayah Kecamatan Kebayoran lama terletak diantara 106 45’ 00,0” Bujur
Timur sampai 06 12’ 40,8” Lintang Selatan dengan ketinggian rata-rata 26,2
meter diatas permukaan air laut. Secara administrasi berbatasan dengan :
- Kecamatan Grogol Petamburan dengan Tanah abang Jakarta di sebelah
utara
- Kecamatan Cilandak di sebelah selatan
- Kecamatan Pesanggrahan dan Kecamatan Cilandak disebelah barat
- Tanah Abang Jakarta Pusat di sebelah timur.
Kabupaten Ogan Komering Ilir terdiri dari 6 Kelurahan , di dalamnya
tersebar 77 RW dan 854 RT. Luas wilayah Kecamatan Kebayoran Lama sebesar
19,31 km2. Kelurahan di Kecamatan Kebayoran Lama yang mempunyai wilayah
paling luas adalah Kelurahan Pondok Pinang sebesar 6,84 km 2, dan yang paling
sempit adalah Kelurahan Kebayoran Lama Utara sebesar 1,78 km2.
Ketinggian tiap kelurahan dari permukaan Laut, Kelurahan Pondok Pinang
berada 33m ditas permukaan laut, Kebayoran lama selatan berada 27m dari
permukaan laut, Kebayoran Lama Utara berada 26 m, Cipulir 19 m, Grogol
Selatan 19 m dan Grogol Utara 11 m. Menurut BPS daerah Jakarta Selatan pada
umunya daapt dikategorikan sebagai daerah perbukitan rendah dengan tingkat
kemiringan 0,25%.
2
Jakarta adalah Kebayoran Lama, Kebayoran Baru, Tebet, Pesanggarahan, Pasar
Minggu, dan Cilandak.(5)
2.1.2 Vulnerability
3
2. Kerentanan dari Aspek Sosial
a. Tingkat kepadatan penduduk
Semakin tinggi tingkat kepadatan penduduk maka semakin rentan
terhadap kejadian dari tanah longsor. Berdasarkan data tahun 2015,
Kepadatan penduduk di Kecamatan Kebayoran Lama, wilayah 19,31km2,
tercatat dalam 1 km2 terdapat 11.474 jiwa.(4)
b. Laju pertumbuhan penduduk
Semakin tinggi pertumbuhan penduduk semakin rentan terhadap
bencana tanah longsor, dengan laju pertumbuhan >1 % maka laju
pertumbuhan dapat dikatakan tinggi. (4)
3. Kerentanan Lingkungan
4
laju pembangunan dan pemukiman penduduk sehingga daerah penyerapan air
tanah menurun, Banyaknya lahan yang dipakai sebagai pemukiman dan
sedikitnya lahan yang dipakai sebagai taman dan sedikitnya tumbuhan yang
dapat mengikat tanah membuat tanah pada kecamatan ini menjadi rentan untuk
bergerak.
4. Kerentanan Pengetahuan
Kurangnya pengetahuam tentang risiko bahaya dan bencana , rendahnya
Pendidikan mempengaruhi dengan masyarakat masih ada membangun rumah
pada wilayah rentan longsor. corak budaya individualisme, tingkat kesehatan
masyarakat yang rendah akan mempertinggi tingkat kerentanan.
5. Kerentanan Teknologi
Belum adanya sistem pemantauan, sistem peringatan dini dan
penanggulan tanah longsor. Sehingga seharusnya Pemerintah Daerah dapat
kerja sama lintas sektoral atau studi banding ke daerah lain dengan daerah
yang mempunyai permasalahan yang sama namun sudah mempunyai inovasi.
6. Kerentanan Organisasi
Sampai saat ini belum ada satuan atau tim yang di tunjuk oleh
Pemerintah Daerah dalam menanggulangi atau mencegah bencana tanah
longsor di daerah yang rawan. Alangkah baiknya jika pemerintah daerah
membentuk tim invenstigasi dan penanggulangan bencana disamping
memberikan peringatan kepada kepala daerah setempat.
2.1.3 Capacity
1.Kapasitas Fisik.
a. Fasilitas
- Jumlah fasilitas kesehatan di suatu wilayah dalam menangangi bencana.
- Jarak penduduk untuk mencapai tempat pengungsian ketika terjadi
bencana.
- Pemeliharan dan pengendali bangunan terhadap tanah longsor
- Penanaman tanaman yang ditingkatkan dan pemeliharaan taman untuk
mencegah dalam terjadinya tanah longsor
2. Kapasitas Sosial
b. Keberadaan organisasi
Tingkat keberadaan organisasi kemasyarakatan yang berhubungan
dengan penanggulangan bencana di masyarakat.
c. Kekerabatan penduduk dalam upaya penanggulangan bencana
5
Tingkat kekerabatan penduduk dalam masyarakat sebagai upaya
penanggulangan bencana.
6
Gambar 3. Jumlah kelurahan yang memiliki sarana ksehatan menurut kelurahan. (4)
4. Kapasitas Ekonomi
2.4.1 Rata-rata pendapatan masyarakat dalam waktu satu bulan
Tingkat pendapatan masyarakat dalam satu bulan.
2.4.2 Kepemilikan asuransi jiwa
Tingkat kepemilikan asuransi jiwa seperti JKN.
2.3 Siklus Penanganan Bencana
7
- Rehabilitasi dan Pemulihan Kondisi Fisik dan Non-
Fisik
• Penilaian Kerusakan/Kerugian dan Asuransi Bencana
Tanah Longsor
• Kajian Penyebab Terjadinya Bencana Tanah Longsor
8
5) Memperbaharui rencana kegawatdaruratan dengan informasi,
penyuluhan dan pelatihan penyelamatan dan tanggap darurat yang
melibatkan masyarakat.
6) Penyebarluasan peraturan perundang-undangan atau informasi-
informasi, baik dari Pemerintah maupun pemerintah daerah, berkaitan
dengan masalah tanah longsor
7) Penyebarluasan informasi daerah tanah longsor, ancaman/bahaya, dan
tindakan yang harus diambil oleh masyarakat yang tinggal di daerah
rawan bencana
8) Pemantauan lokasi-lokasi rawan (kritis) secara terus-menerus
9) Optimasi pengoperasian prasarana dan sarana pengendali tanah longsor
10) Persiapan evakuasi ke lokasi yang lebih aman
c. Kesiapsiagaan
1) Kesiapsiagaan dilakukan oleh pemerintah daerah. Kegiatan yang
dilakukan antara lain : pemantauan cuaca, pemantauan gerak tanah
terutama pada musim hujan, pengamatan peringatan dini, penyebaran
informasi, inventarisasi kesiapsiagaan, penyiapan peta rawan tanah
longsor
2) Peningkatan kesiapsiagaan organisasi dan manajemen pengendalian
banjir dengan menyiapkan dukungan sumber daya yang diperlukan dan
berorientasi kepada pemotivasian individu dalam masyarakat setempat
agar selalu siap sedia mengendalikan ancaman/bahaya
3) Peramalan tanah longsor dapat dilakukan dengan cara: analisa hubungan
hujan dengan tanah longosr (rainfall – runoff relationship), metode),
metode lainnya.
4) Menyediakan cadangan pangan dan sandang serta peralatan darurat
banjir lainnya, antara lain radio baterai, senter, korek gas, dan lilin.
5) Siapkan bahan makanan mudah saji danpenyediaan pompa air, mobil
tangki air dan mobil tinja serta persediaan air bersih.
6) Siapkan obat-obatan darurat, tenaga medis, paramedis, dan ambulance
7) Amankan dokumen penting.
8) Penyiapan jalur evakuasi dan lokasi penampungan sementara.
2. Saat Terjadi Bencana
a. Tanggap Darurat
1) Pendirian POSKO
2) Pengerahan personil (Tim Reaksi Cepat)
Mengerahkan kekuatan personil dari berbagai unsur operasi (pemerintah
dan non-pemerintah) terutama untuk penyelamatan dan perlindungan
(SAR).
9
3) Pemenuhan kebutuhan dasar dalam penampungan sementara.
- Distribusi bantuan (hunian sementara, pangan dan sandang) Pada
tahap awal, bantuan pangan berupa makanan siap-santap.
- Pendirian dapur umum.
4) Pemberian layanan air bersih, jamban dan sanitasi lainnya.
5) Pemberian layanan kesehatan, perawatan dan rujukan.
6) Pengoperasian peralatan
Mengoperasikan peralatan sesuai kebutuhan di lapangan, termasuk alat-
alat berat.
7) Pengerahan sarana transportasi
Dilakukan pada situasi/kondisi tertentu yang memerlukan kecepatan
untuk penyelamatan korban bencana dan distribusi bantuan kepada
masyarakat/korban bencana terisolasi.
8) Koordinasi dan Komando
- Setiap kejadian penting dilaporkan kepada POSKO. Komando
dilakukan oleh penanggung jawab.
- Penyampaian laporan perkembangan penanganan bencana ke media
massa.
Puskesmas di semua kecamatan Kebayoran lama yang rawan tanah longsor, dalam
persiapan evakuasi bencana dapat mempersiapkan hal-hal di bawah ini:
1. Membuat perencanaan lokasi posko bencana alam di lokasi yang aman dan
terjangkau.
2. Melakukan kerjasama dengan Rumah Sakit Umum Daerah terdekat untuk
pengadaan kendaraan untuk evakuasi korban bencana.
3. Melakukan kerjasama dengan BASARNAS, POLRI dan TNI untuk membantu
evakuasi korban, membersihkan jalan dari tanah, dan melakukan pengamanan
di posko pengungsian
4. Membuat jalur evakuasi dan lokasi evakuasi bencana dengan rambu-rambu
yang jelas, terutama bila melalui hutan.
5. Melakukan kerjasama lembaga swadaya masyarakat dan perusahaan sekitar
untuk pengadaan pangan dan sembako untuk persedian di posko pengungsian.
6. Membentuk tim darurat bencana dengan melibatkan dokter, perawat, bidan,
mahasiswa di bidang kesehatan/kedokteran, ataupun masyarakat sekitar dalam
membantu para korban bencana di posko pengungsian.
7. Melakukan kerjasama dengan pemuka agama untuk membantu para korban di
bidang spiritual. Atau dengan tokoh masyarakat untuk meningkatkan motivasi
dan menurunkan risiko PTSD.
8. Melakukan pemantauan dan koordinasi dengan BMKG untuk mengetahui
keadaan terkini mengenai cuaca hujan.
10
9. Membuat pendataan yang lengkap mengenai jumlah korban luka, korban
meninggal akibat banjir.
10. Membuat pendataan mengenai persediaan pangan dan obat-obatan di posko
pengungsian.
3. Paska Bencana
A. Rehabilitatif
Fase rehabilitasi umumnya berlangsung selama 1 bulan dan diikuti
fase rekontruksi selama 6 bulan.Tahapan pada fase ini adalah,
a. Inventarisasi dan dokumentasi kerusakan sarana dan prasarana
sumber daya air, kerusakan lingkungan, korban jiwa, dan perkiraan
kerugian yang ditimbulkan;
b. Merencanakan dan melaksanakan program pemulihan,
penanggulangan bencana di pemerintahan.
B. Rekonstruksi
Fase ini meliputi pembangunan prasarana dan pelayanan dasar fisik,
umum, pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial, budaya, keamanan,
lingkungan, pembaharuan rencana tata ruang wilayah, sistem
pemerintahan dan lainnya yang memperhitungkan faktor risiko bencana.
I. Pengawasan
Salah satu tugas dinas dan/atau badan hukum yang mengelola wilayah
sungai adalah melaksanakan pengendalian tanah longsor. Agar tugas tersebut
dapat terlaksana sebagaimana mestinya, maka diperlukan pengawasan oleh
BPBD provinsi (atau Satkorlak) dan BPBD kabupaten/kota (Satlak).
II. Kelembagaan
Pengaturan pengendalian tanah longsor di suatu wilayah sungai
diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, atau badan hukum
sesuai kewenangan masing-masing, yang pelaksanaannya dikoordinasikan
oleh BNPB, BPBD provinsi (atau Satkorlak), dan BPBD kabupaten/kota
(Satlak).
11
Tenaga ahli yang diperlukan adalah tenaga ahli yang memenuhi
kualifikasi di bidang penanganan bencana terkait tanah longsor.
b. Kelompok tenaga lapangan
Dalam pelaksanaan pengendalian tanah longsor, dibutuhkan
petugas lapangan dalam jumlah cukup, utamanya untuk kegiatan
pemantauan dan tindakan turun tangan.
V. Dana
Dalam pengendalian tanah longsor, diperlukan alokasi dana yang
diupayakan selalu tersedia. Dana yang diperlukan tersebut harus
dialokasikan sebagai dana cadangan yang bersumber dari APBN, APBD,
atau sumber dana lainnya. Dana cadangan disediakan sesuai ketentuan
yang berlaku.
12
DAFTAR PUSTAKA
5. BPBD Provinsi Jakarta Peta Daerah Rawan Pergerakan tanah 2019. Available
from : https://bpbd.jakarta.go.id/news/detail/2396
13