Anda di halaman 1dari 3

NAMA : PURWATI RETNO WULANDARI

NIM/KELAS : D0120079 / A
Penugasan – Pengamatan Mandiri
Mata Kuliah Ilmu Sistem Sosial dan Budaya Dasar
Perubahan Sosial Sebelum Adanya Pandemi Covid-19 dan Perubahan Sosial yang Terjadi
Selama Setahun Masa Pandemi Covid-19

Sudah terhitung kurang lebih satu tahun pandemi Covid-19 mewabah di Indonesia.
Tingkat penyebaran virus ini berlangsung cepat. Virus tersebut dapat menyebar melalui percikan
air ludah dan ingus yang secara tidak sadar keluar saat bersin dan batuk. Ketika sudah
menginfeksi tubuh inangnya, virus ini dapat menyerang sistem pernapasan manusia. Gejala yang
ditimbulkan bisa berupa infeksi ringan seperti flu dan tidak menutup kemungkinan juga dapat
menimbulkan infeksi berat seperti pneumonia. Virus corona dapat menyerang siapa saja, tidak
mengenal umur, tua maupun muda bisa terinfeksi kapanpun dan dimanapun. Bahkan orang yang
sehat saja bisa terinfeksi apabila melakukan kontak langsung dengan orang yang sudah terinfeksi
virus tersebut. Oleh karena itu beberapa negara di dunia membuat kebijakannya masing-masing
dalam rangka mencegah penyebaran virus corona.

Di beberapa negara langkah yang diambil pemerintah dalam mencegah penyebaran virus
corona yaitu memberlakukan kebijakan lockdown. Namun berbeda hal dengan negara kita,
pemerintah Indonesia tidak menerapkan kebijakan lockdown seperti yang dilakukan di sejumlah
negara di belahan dunia. Presiden Joko Widodo menganggap bahwa tidak semua negara cocok
dengan menerapkan sistem lockdown, termasuk Indonesia. Sehingga langkah yang diambil
pemerintah ialah memberlakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Dengan adanya
kebijakan tersebut, tanpa disadari telah berpengaruh besar terhadap Indonesia.

Kehidupan sosial masyarakat Indonesia sebelum pandemi dan saat pandemi mengalami
berbagai macam perubahan. Memang pada dasarnya suatu kehidupan sosial pasti mengalami
perubahan. Namun, dalam hal pandemi Covid-19, perubahan yang terjadi dalam masyarakat
mengalami perubahan total sehingga menghasilkan sistem sosial yang baru. Pandemi Covid-19
memaksa masyarakat harus lebih adaptif terhadap berbagai macam perubahan yang ada. Dimulai
dari hal terkecil seperti membiasakan diri menggunakan masker setiap keluar rumah dan selalu
mencuci tangan dengan sabun. Sebelum pandemi covid-19 melanda, tidak ada larangan untuk
berkumpul dan membuat kerumunan. Namun, saat pandemi tersebut melanda kini masyarakat
tidak bisa bebas berkumpul dan berkerumun karena harus menerapkan physical distancing. Kini
segala aktivitas yang dilakukan harus berdasarkan standar protokol kesehatan yang dianjurkan
pemerintah.

Saat PSBB jilid pertama diberlakukan, sejumlah daerah di Indonesia yang terdampak
pandemi Covid-19 harus meliburkan sekolah dan tempat kerja, membatasi semua kegiatan di
ruang publik yang beresiko sebagai pusat penyebaran virus corona, contohnya seperti pasar,
tempat ibadah, mall, dan tempat hiburan lainnya. Pemerintah meganjurkan segala aktivitas
seperti belajar, bekerja, dan beribadah dilakukan di rumah saja. Dengan adanya tuntutan tersebut,
pola interaksi dan perilaku masyarakat secara konvensional kini telah bertransformasi menjadi
pola interaksi secara virtual. Hal ini tentu tidak terlepas dari pesatnya perkembangan teknologi.
Perkembangan teknologi di saat pandemi dirasa menguntungkan. Bagaimana tidak, dengan
adanya teknologi kegiatan belajar, bekerja bahkan berkumpul bersama teman-teman dan
keluarga bisa dilakukan secara virtual. Kondisi ini, membuktikan bahwa fungsi teknologi sangat
penting terutama di era pandemi, karena berfungsi sebagai perantara interaksi sosial yang terjadi
dalam masyarakat.

Di samping itu, perilaku masyarakat seperti berbelanja kebutuhan sehari-hari juga


mengalami perubahan. Pada awal pandemi covid-19 masyarakat dihantui rasa takut, cemas, dan
khawatir akan terinfeksi virus tersebut. Sehingga, ada sejumlah masyarakat yang membenarkan
suatu tindakan yang salah dalam rangka bertahan hidup dan menghindari infeksi virus corona.
Tindakan tersebut adalah panic buying. Panic buying merupakan suatu tindakan menimbun
barang kebutuhan sehari-hari, dengan alasan untuk berjaga-jaga. Alih-alih membeli barang yang
diperlukan justru malah terdorong membeli barang yang tidak diperlukan. Bagi mereka hal ini
merupakan suatu bentuk tindakan preventif, agar terhindar dari infeksi virus corona dan
memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa perlu keluar rumah setiap hari untuk berbelanja
kebutuhan. Padahal tindakan panic buying akan merugikan sekelompok masyarakat lain yang
tidak mampu berbelanja dalam skala besar sehingga mereka akan kesulitan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Adanya fenomena panic buying justru malah dimanfaatkan oleh oknum-
oknum yang tidak bertanggung jawab, biasanya harga yang ditawarkan menjadi tidak rasional
bahkan sering terjadi penipuan. Hal ini biasanya dilakukan oleh para penjual toko online.

Pandemi Covid-19 yang telah berlangsung selama satu tahun ini mengakibatkan
masyarakat merasa jenuh bahkan stress. Masyarakat mulai merindukan segala aktivitas di luar
rumah tanpa harus menggunakan masker sehingga tidak perlu cemas akan terinfeksi virus
corona. Namun, dari kejenuhan itu justru malah mendorong sebagian masyarakat menjadi lebih
kreatif. Mereka melakukan hal-hal yang belum pernah dilakukan sebelumnya, contohnya
membuat dalgona coffee, pakaian hingga masker tie dye, garlic cheese bread, strap mask, dan
masih banyak lagi. Tidak jarang pula, segelintir dari mereka malah membuka usaha dengan
berjualan salah satu dari produk tersebut. Tentunya hal ini bisa menjadi peluang bagi para
UMKM yang terdampak selama pandemi Covid-19.

Setelah melalui PSBB dan PKKM selama beberapa bulan, kini pemerintah mulai
menerapkan new normal. New normal merupakan transformasi perilaku hidup masyarakat untuk
tetap menjalankan aktivitas normal namun harus sesuai dengan standar protokol kesehatan
sampai seluruh elemen masyarakat melakukan vaksinasi. Kebijakan new normal membuat
masyarakat sedikit merasa lega, namun di sisi lain sebagian masyarakat justru malah
menganggap kebijakan tersebut akan meningkatkan kasus Covid-19, padahal kebijakan new
normal dilakukan agar dapat meredam kesenjangan sosial yang terjadi di masyarakat. Perubahan
sosial yang terjadi selama new normal tidak berbeda jauh pada saat PSBB masih diberlakukan,
hanya saja masyarakat lebih bebas beraktivitas di luar ruangan, tetapi tetap mematui protokol
kesehatan. Penerapan new normal akan berhasil ketika masyarakat tetap disiplin dan konsisten
untuk mematuhi standar protokol kesehatan. Namun, hal tersebut bukanlah hal yang mudah,
ketika new normal diberlakukan, tidak sedikit pelanggaran protokol kesehatan terjadi.
Pelanggaran protokol kesehatan dapat kita lihat di pusat perbelanjaan, stasiun kereta api, dan
transportasi publik lainnya.

Anda mungkin juga menyukai