Disusun Oleh:
SILVIA LAROZA
2008436873
Pembimbing:
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
Kedokteran Universitas Riau, dr. Indra Yovi, Sp.P (K) atas saran dan
Penulis sadar laporan kasus ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
laporan kasus ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR TABEL............................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN .....................................Error! Bookmark not defined.1
2.3 Transmisi..................................................................................................... 8
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 43
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
1
BAB I
PENDAHULUAN
CoV-2). COVID-19 ditemukan pada akhir tahun 2019 di Kota Wuhan, Republik
Rakyat Cina. Pada tanggal 29 Desember 2019 ditemukan 5 kasus pertama pasien
penyebaran COVID-19 ini menjadi pandemi, pada tanggal 11 Maret 2020.3 Pada
tanggal 13 Januari 2020, Thailand menjadi negara pertama di luar China yang
melaporkan kasus pertama COVID-19 adalah Jepang dan Korea Selatan yang
sebagai pandemi karena seluruh warga di dunia memiliki potensi untuk terjangkit
virus COVID-19. Adanya status pandemi global ini, maka WHO menetapkan
korban akibat virus ini.5 Secara global, pertanggal 19 Juli 2021, terdapat
akibat COVID-19.4
2
Indonesia pada bulan Maret 2020 sebanyak 2 kasus dan setelahnya pada tanggal 6
COVID-19 dengan 73.582 kasus kematian akibat COVID-19 dan 2.260.000 kasus
sembuh.4
Kasus COVID-19 pertama di Riau terjadi pada awal bulan Maret 2020
dalam 14 hari terakhir. Per tanggal 29 Mei 2021 total kasus terkonfirmasi di Riau
sebanyak 58.856 kasus dengan total isolasi mandiri sebanyak 5.159 kasus, di
rawat di RS sebanyak 880 kasus, dan total kematian sebanyak 1.540 kasus. 7
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Coronavirus
tunggal yang memiliki ukuran partikel 120-160 nm, virus ini termasuk dalam
genus betacoronavirus dan famili coronaviridae. Virus ini memiliki spike pada
SARS-CoV-2 memiliki struktur protein yang berbeda dengan virus lain. SARS-
CoV-2 ini terdiri dari lapisan luar non segmented dan memiliki rantai tunggal
RNA tanpa RNA. Kapsid yang berbentuk linear dan helix terdapat pada
permukaan luar corona virus, namun nukleokapsid ini juga terdapat dalam lapisan
virion. Struktur paling khas dari virus ini adalah adanya club-shaped spike
projections yang terdapat pada permukaan virion. Spike ini terlihat seperti solar
dalam subgenus yang sama dengan coronavirus yang menyebabkan wabah Severe
CoV, protein ini memiliki afinitas yang kuat terhadap angiotensin- converting-
virus mampu masuk ke dalam sel menggunakan reseptor ACE2. Studi tersebut
2.2 Patogenesis
seperti paru, jantung, sistem renal, dan traktus gastrointestinal. 14 Protein S pada
ACE2, yaitu reseptor membran ekstraselular yang diekspresikan pada sel epitel,
Sistem kekebalan tubuh host dan respon imunitas host berperan penting
dalam mengatasi infeksi, walaupun faktor lingkungan, biologi dan faktor lain
SARS-CoV-2, protein spike akan berikatan dengan sel host melalui reseptor
ACE2 dan berfusi dengan membran host untuk melepaskan RNA. Pembelahan
virus akan terdeteksi oleh reseptor rekognisi seperti Toll Like Receptor-3,7,8 &
9(TLR) yang mengenali keberadaan RNA virus pada endosome. Walau demikian
ganda yang kurang akan PRRS dan melanjutkan replikasinya di dalam vesikel
sehingga sistem imunitas host tidak dapat mendeteksi virus tersebut atau
melalui TLRs dalam endosome, reseptor asam retinoat RNA viral yang
Kompleks sinyal virus yang terdiri dari Toll interleukin-I receptor (TIR)
Factor 3 (IRF-3), produksi type-I Interferon dan sitokin pro-inflamasi. Karena itu
interaksi dari sel virus dapat memproduksi mediator imunitas untuk melawan
infeksi COVID-19 dapat berkurang dengan sitokin plasma dan kemokin seperti
IP-10, MCP-1, MIP-1α, Hepatocyte Growth Factor (HGF), IFN-ϒ dan TNF-α.
bagian bawah dan menyebabkan cidera pada paru-paru. Partikel virus menginvasi
mukosa saluran napas dan menginfeksi sel lain, dan memicu beberapa respon
imun sehingga menyebabkan badai sitokin pada tubuh yang dihubungkan menjadi
SARS-CoV memiliki afinitas ikatan yang kuat dengan ACE2 pada manusia. Pada
kadar leukosit dan limfosit yang masih normal atau sedikit menurun, serta pasien
belum merasakan gejala. Selanjutnya, virus mulai menyebar melalui aliran darah,
mulai merasakan gejala ringan. Empat sampai tujuh hari dari gejala awal, kondisi
limfosit, dan perburukan lesi di paru. Jika fase ini tidak teratasi, dapat terjadi
7
receptors, NOD-like receptors, dan Toll-like receptors. Hal ini selanjutnya akan
viral seperti sel CD8+, sel Natural Killer (NK), dan makrofag. Infeksi
replikasi virus yang cepat dan produksi IFN yang terlambat, terutama oleh sel
dendritik, makrofag, dan sel epitel respirasi yang selanjutnya diikuti oleh
Infeksi dari virus mampu memproduksi reaksi imun yang berlebihan pada
inang. Pada beberapa kasus, terjadi reaksi yang secara keseluruhan disebut “badai
terjadi produksi sitokin yang cepat dan dalam jumlah yang banyak sebagai respon
penundaan sekresi sitokin dan kemokin oleh sel imun innate dikarenakan blokade
lonjakan sitokin proinflamasi dan kemokin (IL-6, TNF-α, IL-8, MCP-1, IL-1 β,
CCL2, CCL5, dan interferon) melalui aktivasi makrofag dan limfosit. Pelepasan
sitokin ini memicu aktivasi sel imun adaptif seperti sel T, neutrofil, dan sel NK,
proinflamasi yang cepat ini memicu terjadinya infiltrasi inflamasi oleh jaringan
8
paru yang menyebabkan kerusakan paru pada bagian epitel dan endotel.
Kerusakan ini dapat berakibat pada terjadinya ARDS dan kegagalan multi organ
2.3 Transmisi
kontak tidak langsung, atau kontak erat dengan orang yang terinfeksi melalui
sekresi seperti air liur dan sekresi saluran pernapasan atau droplet saluran napas
yang keluar saat orang yang terinfeksi batuk, bersin, berbicara, atau bernyanyi.
Droplet saluran napas memiliki ukuran diameter > 5-10 μm sedangkan droplet
Transmisi droplet saluran napas dapat terjadi ketika seseorang melakukan kontak
erat (berada dalam jarak 1 meter) dengan orang terinfeksi yang mengalami gejala-
gejala pernapasan (seperti batuk atau bersin) atau yang sedang berbicara atau
virus dapat mencapai mulut, hidung, mata orang yang rentan dan dapat
antara inang yang rentan dengan benda atau permukaan yang terkontaminasi
infeksius melalui droplet nuclei (aerosol) yang tetap infeksius saat melayang di
oleh saluran nafas melalui penguapan dan dari proses normal bernapas,
berbicara.16
3. Transmisi fomit
pernapasan atau droplet yang dikeluarkan oleh orang yang terinfeksi dapat
yang terkontaminasi). Virus SARS-CoV-2 yang hidup dan terdeteksi melalui RT-
dan jenis permukaan. Konsentrasi virus atau RNA ini lebih tinggi di fasilitas
juga dapat terjadi secara tidak langsung melalui lingkungan sekitar atau benda-
benda yang terkontaminasi virus dari orang yang terinfeksi (misalnya stetoskop
atau termometer), yang dilanjutkan dengan sentuhan pada mulut, hidung, atau
mata.16
Aerosol (ukuran <5 μm), dapat menularkan dalam jarak dekat (1 meter),
jarak jauh (2 meter) dan kontak tak langsung. Droplets (ukuran ≥ 5 μm)
bertanggung jawab terhadap penularan jarak dekat dan jalur tak langsung. 16
laki-laki, dan perokok aktif merupakan faktor risiko beratnya gejala infeksi
SARS-CoV-2. Keganasan dan penyakit hati kronik lebih rentan terhadap infeksi
produksi sitokin yang berlebihan, supresi induksi agen proinflamasi dan gangguan
maturasi sel dendritik. 1 Beberapa faktor risiko lain yang ditetapkan oleh Centers
for Disease Control and Prevention (CDC) adalah kontak erat, termasuk tinggal
satu rumah dengan pasien COVID-19 dan riwayat perjalanan ke area terjangkit.
11
Berada dalam satu lingkungan namun tidak kontak dekat (dalam radius 2 meter)
dianggap sebagai risiko rendah. Tenaga medis merupakan salah satu populasi
10
yang beresiko tinggi tertular.
1. Kasus Suspek
Kasus suspek adalah orang yang memenuhi salah satu kriteria berikut:1
atau
teridentifikasi; atau
teridentifikasi.
12
2. Kasus Probable
berikut:1
3. Kasus Terkonfirmasi
berikut:1
b. Memenuhi kriteria kasus suspek atau kontak erat dan hasil pemeriksaan
wilayah B dan C.
a. Seseorang dengan status kasus suspek atau kontak erat dan hasil
b. Seseorang dengan status kasus suspek atau kontak erat dan hasil
c. Seseorang dengan status kasus suspek atau kontak erat dan hasil
d. Orang tidak bergejala (asimtomatik) dan bukan kontak erat dan hasil
e. Orang tidak bergejala (asimtomatik) dan bukan kontak erat dan hasil
4. Kontak Erat
Kontak erat adalah orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus
epidemiologi setempat.
isolasi).
Gejala klinis yang muncul demam, batuk, lemas, sakit kepala, nyeri otot,
Pasien dengan gejala tanpa ada bukti pneumonia virus atau tanpa hipoksia.
kongesti hidung, sakit kepala, diare, mual dan muntah, hilang penciuman
Pada pasien remaja atau dewasa: pasien dengan tanda klinis pneumonia
(demam, batuk, sesak, napas cepat) tanpa tanda pneumonia berat termasuk
SpO2 >93% dengan udara ruangan. Pada anak-anak: pasien dengan tanda
klinis pneumonia tidak berat (batuk atau sulit bernapas + napas cepat
dan/atau tarikan dinding dada) dan tidak ada tanda pneumonia berat).
Kriteria napas cepat: usia <2 bulan, ≥60x/menit; usia 2–11 bulan,
Pada pasien remaja atau dewasa: pasien dengan tanda klinis pneumonia
(demam, batuk, sesak, napas cepat) ditambah satu dari: frekuensi napas >
30 x/menit, distres pernapasan berat, atau SpO2 <93% pada udara ruangan.
Pada pasien anak: pasien dengan tanda klinis pneumonia (batuk atau
5. Kritis yaitu:1
syok sepsis.
1. Pemeriksaan radiologi
perifer paru
aspirat endotrakeal)
3. Pemeriksaan Laboratorium
laktat).
4. Pemeriksaan Antigen-Antibodi
Salah satu kesulitan utama dalam melakukan uji diagnostik tes cepat yang
sahih adalah memastikan negatif palsu, karena angka deteksi virus pada rRT-PCR
sebagai baku emas tidak ideal. Selain itu, perlu mempertimbangkan onset paparan
dan durasi gejala sebelum memutuskan pemeriksaan serologi. IgM dan IgA
dilaporkan terdeteksi mulai hari 3-6 setelah onset gejala, sementara IgG mulai hari
10-18 setelah onset gejala. Pemeriksaan jenis ini tidak direkomendasikan WHO
sebagai dasar diagnosis utama. Pasien negatif serologi masih perlu observasi dan
5. Pemeriksaan Virologi
pasien yang termasuk dalam kategori suspek. Pemeriksaan pada individu yang
tidak memenuhi kriteria suspek atau asimtomatis juga boleh dikerjakan dengan
dengan biosafety level 2 (BSL-2), sementara untuk kultur minimal BSL-3. Kultur
2) bila rRT-PCR positif pada minimal dua target genom (N, E, S, atau RdRP)
dengan hasil sequencing sebagian atau seluruh genom virus yang sesuai dengan
SARS-CoV-2.
Untuk kasus tanpa gejala, ringan, dan sedang tidak perlu dilakukan
Untuk PCR follow-up pada kasus berat dan kritis, dapat dilakukan
Untuk kasus berat dan kritis, bila setelah klinis membaik, bebas demam
selama tiga hari namun pada follow-up PCR menunjukkan hasil yang
oleh terdeteksinya fragmen atau partikel virus yang sudah tidak aktif.
2. TANPA GEJALA
pemantauan klinis.19
b. Non-farmakologis
dibawa ke rumah):
Pasien :
- Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer
sesering mungkin.
mesin cuci.
- Ukur dan catat suhu tubuh 2 kali sehari (pagi dan malam hari)
21
Lingkungan/kamar:
- Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer
sesering mungkin.
- Bersihkan kamar setiap hari, bisa dengan air sabun atau bahan
desinfektan lainnya.19
Keluarga:
tertukar.
c. Farmakologi
- Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14 hari)
(selama 30 hari),
Vitamin D
serbuk, sirup).
3. DERAJAT RINGAN
pasien.
terdekat.19
b. Non Farmakologis
tanpa gejala).19
c. Farmakologis
- Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14 hari)
(selama 30 hari),
zink
24
Vitamin D
Antivirus :
4. DERAJAT SEDANG
b. Non Farmakologis.
c. Farmakologis
Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis
Vitamin D
serbuk, sirup)
kohorting.
b. Non Farmakologis
- Limfopenia progresif,
19
Monitor keadaan kritis:
sebagai berikut:
Noninvasif Ventilator
c. Farmakologis
Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis dalam 1
jam diberikan secara drip Intravena (IV) selama perawatan
Vitamin D
- Suplemen: 400 IU-1000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet,
serbuk, sirup)
Bila terdapat kondisi sepsis yang diduga kuat oleh karena ko-infeksi
infeksi dan faktor risiko yang ada pada pasien. Pemeriksaan kultur
Antivirus :
- Favipiravir (sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oral hari
dose atau dapat diberikan 1 kali lagi dosis tambahan apabila gejala
memburuk atau tidak ada perbaikan dengan dosis yang sama. Jarak
dengan kata lain jumlah virus berpotensi tidak akan bertambah lagi.
dilihat dari skor SOFA masih kurang dari 3, sementara terdapat skor
dari 6 L/m dengan nasal kanul atau simple mask), atau laju pernapasan
> 30 per menit, atau foto toraks terdapat infiltrat multilobus bilateral,
- D-dimer ≥ 0,7 µg/L
- IL-6 ≥ 40 pg/mL
resusitasi inisiasi
mekanik)
epinephrine.
dosis norepinephrine
ini).19
32
Identitas Pasien
Nama : Tn.B
No RM : 00186499
Umur : 46 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Pekerjaan : Pegawai Negeri
Alamat : Jl. Beledang no 3 kota Pekanbaru
Tanggal masuk RS : 15 Agustus 2021
I. Anamnesis
Pasien mengeluhkan sesak napas sejak 1 hari SMRS. Sesak napas dirasakan
memberat ketika menarik napas dalam. Sesak tidak dipengaruhi posisi, cuaca,
debu, dan makanan. Pasien juga mengeluhkan batuk tidak berdahak dan tidak
berdarah sejak 2 hari SMRS. Keluhan disertai dengan nyeri menelan, hilangnya
batuk darah (-), nyeri dada (-), pilek (-). Demam (+) 5 hari SMRS, demam
dirasakan terus menerus, turun sesaat jika pasien minum obat penurun panas.
Nyeri sendi (-), mual (+), muntah (-), nafsu makan menurun (+). BAB dan BAK
tidak ada keluhan . Riwayat perjalanan ke luar kota atau ke luar negeri dengan
menjaga jarak)
2021.
Pemeriskaan Umum :
- Nadi : 82 kali/menit
- Suhu : 38 °C
- Pernafasan : 28 kali/menit
- Berat badan : 60 kg
Pemeriksaan Fisik :
Thorax (Paru-paru) :
- Inspeksi :
kanan
Jantung :
Sinistra
- Perkusi :
gallop (-/-)
Abdomen :
Ekstremitas :
- Darah lengkap
- Hitung jenis
Basofil : 0.2 %
Neutrofil : 61.9 %
Limfosit : 26.7 %
- Screening Covid-19
- Hemostasis
INR : 0.79
- Kimia klinik
AST : 21 u/L
ALT : 36 u/L
- Imunologi
c. Pemeriksaan Rontgen
Interpretasi:
2. Marker R
5. Jaringan lunak 2 cm, tidak ada ada benda asing, bengkak ataupun adanya
subcutaneous air
IV. Diagnosis
V. Rencana Pemeriksaan
VI. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
- Vitamin E 1x200 IU
- Aspilet 1x1
- Lansoprazole 1x1
- Inj ranitidine
- Micardis 1x1
- Kalxetin 1x2
- Simvastatin 10-0-0-1
2. Non Farmakologi
- O2 4 lpm NK
- Bed rest
- Fisioterapi
41
BAB IV
PEMBAHASAN
pneumonia berupa sesak napas yang tidak dipengaruhi oleh posisi, cuaca ataupun
makanan, batuk kering dan demam. Keluhan pasien disertai nyeri menelan, hilang
kemampuan indra penciuman dan pengecapan, penurunan nafsu makan dan mual.
pasien kontak dengan banyak orang terutama orang sakit, menjadi salah satu
pada pasien ini adalah pemberian oksigen untuk mencukupi kebutuhan oksigen
vitamin E 1x200 IU. Vitamin D mampu berperan dalam sistem imunitas adaptif
intravena diberikan dengan dosis awal 1x200 mg dan dilanjutkan dosis 1x100 mg
42
pemeriksaan laboratorium (darah rutin, CRP, feritin, hemostasis, kimia darah dan
LDH), pemeriksaan foto thorax secara berkala dan swab PCR untuk evaluasi.
43
DAFTAR PUSTAKA
5. Chan JFW, Yuan S, Kok KH, To KKW, Chu H, Yang J, et al. A familial
cluster of pneumonia associated with the 2019 novel coronavirus indicating
person-to-person transmission: a study of a family cluster. Lancet [Internet].
2020;395(10223):514–23.
12. Gorbalenya AE, Baker SC, Baric RS, de Groot RJ, Drosten C, Gulyaeva AA,
et al. The species Severe acute respiratory syndrome-related coronavirus:
classifying 2019-nCoV and naming it SARS-CoV-2. Nat Microbiol. 2020.
13. Zhou P, Yang X-L, Wang X-G, Hu B, Zhang L, Zhang W, et al. A pneumonia
outbreak associated with a new coronavirus of probable bat origin. Nature.
2020;579(7798):270-3.