Anda di halaman 1dari 5

1.

Kemuliaan Hasan Bin Ali


Hasan bin Ali bin Abi Thalib adalah cucu Rasulullah SAW yang sangat dicintai kaum
muslim. Dia layaknya permata pada masa hidupnya, karena memiliki budi pekerti yang
mulia dan terpuji.

Pada suatu hari Hasan sedang duduk di depan pintu rumahnya. Tiba-tiba datanglah
seorang pemuda Arab badui. Kemudian, pemuda yang tidak dikenal itu mencaci maki
Hasan Bin Ali dan juga ibu-bapaknya.

Anehnya, Hasan Bin Ali hanya mendengar tanpa sedikit pun membalas kata-kata


hinaan pemuda badui tersebut.

Setelah pemuda badui tersebut puas mencaci maki, Hasan berkata kepada pemuda
tersebut, "Wahai Badui, adakah engkau lapar atau dahaga?" Adakah sesuatu yang
memusingkan hatimu?" tanyanya ramah.

Tanpa mempedulikan kata-kata Hasan barusan, pemuda badui itu malah tambah keras
mencaci Hasan Bin Ali.

Kemudian, Hasan menyuruh pembantu rumahnya membawakan sejumlah uang perak.


Lalu dia memberikannya kepada pemuda pemuda badui tersebut. "Wahai Badui,
maafkanlah aku!" Inilah yang aku miliki." ucap Hasan lembut dan simpatik.

Akhirnya, sikap simpatik dan pelayanan lembut Hasan Bin Ali berhasil meluluhkan hati
pemuda badui tersebut. Dia menangis terisak-isak, lantas bersujud di kaki Hasan.

"Wahai cucu Rasulullah, maafkanlah aku karena berlaku kasar kepadamu. Sebenarnya,
aku sengaja melakukan hal ini untuk menguji kebaikan budi pekertimu sebagai cucu
Rasul yang aku kasihi. Sekarang yakinlah aku bahwa engkau mempunyai budi pekerti
yang mulia," kata pemuda badui tersebut sambil terus menangis.
2. Ketabahan iman Zunairah
Satu di antara hamba sahaya Muslim asadah Zunairah, budak Abu Jahal. Karena
keimanannya dalam Islam itulah, dia ditanya Abu Jahal, "Benarkah kamu telah
menganut agama Islam?"

"Benar. Aku percaya pada seruan Muhammad SAW. Karena itulah, aku mengikutinya,"
jawab Zunairah.

Untuk menggoyahkan keyakinan budaknya itu, Abu Jahal bertanya kepada kawan-
kawannya.

"Hai, kawan-kawanku! Apakah kalian juga mengikuti seruan Muhammad?"


"Tidak!" jawab mereka serempak.
"Nah, kalau memang apa yang dibawa oleh Muhammad itu baik, tentu mereka akan
lebih dahulu mengikutinya daripada kamu yang hanya menjadi seorang budak!" kata
Abu Jahal melecehkan hambanya.

Kemudian, Zunairah dianiaya secara keji hingga matanya luka parah dan akhirnya
menjadi buta.

"Matamu buta akibat kamu masuk Islam. Coba kalau kamu mau meninggalkan agama
Muhammad, matamu akan sembuh kembali," bujuk Abu Jahal.

Betapa sakit hati Zunairah mendengar penghinaan majikannya itu. "Kalian semua
adalah pembohong, tidak bermoral! Latta dan Uzza yang kalian sembah itu tidak bisa
berbuat apa-apa. Apalagi memberi manfaat dan mudarat!" katanya.

Mendengar hal itu, Abu Jahal semakin marah. Maka, dipukullah Zunairah sekeras-
kerasnya sambil berteriak kencang, "Wahai Zunairah, ingatlah kepada Latta dan Uzza.
Mereka berhala sembahan kita sejak nenek moyang kita. Tidak takutkah jika mereka
nanti murka kepadamu? Tinggalkanlah segera agama Muhammad yang melecehkan
kita!"
"Wahai Abu Jahal, sebetulnya, Latta dan Uzza itu buta. Lebih buta daripada mataku
yang buta akibat siksaanmu ini, Meskipun mataku buta, Allah SWT tidak akan sulit
mengembalikannya menjadi terang, tidak seperti tuhanmu Latta dan Uzza itu," jawab
Zunairah tegas.

Berkat kekuasaan Allah SWT, pada keesokan paginya, mata Zunairah yang buta akibat
siksaan Abu Jahal, sembuh seperti kembali sediakala. Abu Jahal yang melihatnya
sangat heran.

Namun, Abu Jahal tetap dalam kekafirannya. Dia malah mengabaikan bukti kebenaran
Zunairah yang disiksa oleh majikannya. Maka, Abu Bakar pun segera menebus
Zunairah dari Abu Jahal dan membebaskannya sebagai manusia yang merdeka.
3. Keyakinan dan prasangka baik
Pada dahulu kala, ada seorang murid yang mendambakan seorang guru yang
mengajarinya untuk semakin dekat kepada Allah SWT. Meskipun sudah berusaha
keras, dia juga belum berhasil menemukan guru yang diidamkannya.

Suatu hari, ada seorang yang berkata kepadanya bahwa dia tidak akan menemukan
seorang guru yang bisa mengajarinya semakin dekat dengan Allah SWT, kecuali Fulan
bin Fulan yang tinggal di suatu kota.

Dia pun kemudian berangkat ke kota itu. Setelah sampai di sana, dia menanyakan
tempat tinggal Fulan bin Fulan. Penduduk sekitar kota tersebut menunjukkan
kepadanya seorang lelaki yang berperangai buruk dan suka bermaksiat. Dia
mendatangi rumah orang tersebut dan mengetuk pintunya.

"Siapa?" tanya pemilk rumah.


"Abdullah," jawabnya.

Kebetulan Fulan bin Fulan sedang menunggu orang yang namanya sama dengan si
murid. Mereka berjanji untuk berpesta dan minum-minuman keras. Dia lalu
membukakan pintu karena mengira tamu itu adalah temannya.

Si murid masuk ke rumah. Ketika menatap wajah pemilik rumah, dia lalu duduk
bersimpuh dan menangis. Pertemuan dengan sang calon gurunya itu begitu
mengharukan sehingga dia tidak melihat minuman keras yang ada di situ.

"Apa yang terjadi denganmu?" tanya pemilik rumah keheranan.


"Aku ingin agar engkau mengajariku untuk semakin dekat dengan Allah SWT. Aku telah
berusaha mencari guru, tetapi tidak menemukan selain Tuan," kata si murid.

Karena ingin segera terbebas dari Abdullah, lelaki itu berkata sekenanya, "Pergilah ke
tempat A, di bawah gunung B! Di sana, kamu akan temukan air. Berwudhulah dengan
air itu! Kemudian, beribadahlah di situ sampai Allah SWT memberimu pertolongan!"
Lantas, si murid segera melaksanakan perintah gurunya. Dia beribadah dengan
sungguh-sungguh sampai akhirnya Allah SWT memberinya pertolongan. Setelah itu,
dia baru mengetahui bahwa orang yang selama ini dianggap sebagai gurunya adalah
seorang yang berperangai buruk dan suka bermaksiat.

Dia pun mulai banyak dikenal oleh orang-orang. Kesalehannya menjadi buah bibir
masyarakat. Orang-orang mulai berdatangan untuk menuntut ilmu. Semakin lama,
semakin banyak. Hingga pada suatu hari, dia jatuh sakit. Ketika penyakitnya semakin
parah, murid-muridnya bertanya, "Guru, siapa yang akan engkau angkat
menggantikanmu, jika guru wafat?"

"Fulan bin Fulan yang suka bermaksiat. Oleh karena itu, berdoalah agar sebelum aku
wafat, Allah SWT mengubah keadaannya dengan memberinya petunjuk! karena,
sesungguhnya aku tidak akan menjadi guru kalau bukan karena dia."

Allah SWT pun mengabulkan doa mereka. Lelaki itu bertobat dan menjadi murid dari
mantan muridnya. Dia berusaha sungguh-sungguh mendekatkan diri kepada Allah SWT
di bawah bimbingan gurunya, Sepeninggal sang guru, dia pun dipercaya untuk
menggantikan kedudukannya sebagai guru bagi murid-muridnya.

Anda mungkin juga menyukai