Anda di halaman 1dari 2

SUKSESI TERHADAP HAK-HAK DAN KEWAJIBAN-KEWAJIBAN

Suksesi pada umumnya

Suksesi negara bersangkut paut dengan penalihan hak dan kewajiban negara-negara yang
telah berubah/kehilangan identitasnya pada negara lain yang terjadi apabila perubahan
keseluruhan maupun sebagian kedaulatan atas bagian wilayahnya.
Pasal 2 Konvensi Wina mengenai Suksesi Negara berkaitan dengan traktat tanggal 23
Agustus 1978 dan Pasal 2 Konvensi Wina mengenai suksesi negara berkaitan dengan
Harta Benda, Arsip, dan Utang Negara tanggal 7 April 1983, Suksesi negara artinya
penggantian kedudukan satu negara oleh negara lainnya dalam tanggung jawab hubungan
internasional wilayah itu.
Namun, sebenarnya tidak ada prinsip hukum dalam hukum internasional yang
menyangkut suksesi antar negara, tidakada substitusi yuridis secara penuh dari suatu
negara untuk menggantikan negara lama yang telah kehilangan atau berubah identitasnya.
Sejauh menyangkut hak dan kewajiban menurut hukum internasional, tidak ada masalah
apapun mengenai suksesinya. Negara yang telah mengambil alih hak dan kewajiban
tunduk pada hukum internasional, semata-mata karena sifatnya sebagai sebuah negara,
bukan oleh alasan doktrin suksesi apapun.
Suksesi Pemerintahan masalahnya berlainan. Perubahan kedaulatan adalah masalah
intern semata-mata, apakah hal tersebut melalui proses konstitusional atau proses
revolusi. Pemerintah yang baru memegang kendali pemerintahan dan yang menjadi
persoalan adalah sampai sejauh mana hak dan kewajiban pemerintah lama terhapus, dan
sejauh mana pemerintah baru berhak atas hak dan kewajiban tersebut.

Dalam terminologi yang lebih tepat, kedua istilah dipecah menjadi :

a. Pengalihan hak dan kewajiban karena perubahan kedaulatan atas wilayah oleh
sebab-sebab ekstern
Situasi-situasi umum a yang paling sering terjadi berkaitan dengan perubahan-
perubahan kedaulatan atas wilayah oleh sebab-sebab ekstern, adalah:
i. Sebagian wilayah negara A dimasukkan ke dalam negara B, atau terbagi di antara
beberapa negara B, C, D dan negara lainnya.
ii. Sebagian wilayah negara A dijadikan sebagai basis sebuah negara baru
iii. Seluruh wilayah negara A dimasukkan ke dalam negara B, yang mengakibatkan
negara A lenyap.
iv. Seluruh wilayah negara A dibagi di antara beberapa negara B, C, D dan negara
lain, juga menyebabkan negara A lenyap.
v. Seluruh wilayah negara A menjadi basis beberapa negara baru, negara A dengan
demikian juga menjadi lenyap.
vi. Seluruh wilayah negara A menjadi bagian dari wilayah sebuah negara baru, yang
juga mengakibatkan lenyapnya negara A.
Kasus-kasus perubahan ekstern kedaulatan ini sama sekali tidak menyelesaikan
berbagai macam keadaan yang mungkin timbul. Perubahan
434 hlm

b. Pengalihan hak dan kewajiban karena perubahan kedaulatan oleh sebab-sebab intern,
tanpa memperhatikan adanya perubahan teritorial.

Anda mungkin juga menyukai