Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

UUD 1945 mengamanatkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten

dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten dan kota itu mempunyai

pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang. Pemerintahan daerah

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan

tugas pembantuan. Hubungan wewenang antara pemerintahan pusat dan

pemerintahan daerah provinsi, kabupaten kota atau antara pemerintah provinsi dan

kabupaten/kota, diatur dengan undangundang dengan memperhatikan kekhususan

dan keragamaan daerah. Selain itu Negara mengakui dan menghormati satuan-

satuan pemerintahan daerah yang bersifat istimewa dan menghormati kesatuan-

kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih

hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam penyelenggaraan

pemerintahannya menganut asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas 2

pembantuan. Prinsip penyelenggaraan desentralisasi adalah otonomi seluasluasnya

dalam arti daerah diberikan kewenangan mengatur dan mengurus semua urusan

pemerintahan di luar yang menjadi urusan pemerintah pusat. Daerah memiliki

kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberikan pelayanan,

peningkatan peranserta, prakarsa dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan

pada peningkatan kesejahteraan rakyat.

1
Pemerintahan Daerah ini menggunakan asas-asas sebagai berikut : 1. Asas

Otonomi adalah prinsip dasar penyelenggaraan Pemerintahan Daerah berdasarkan

Otonomi Daerah. Pasal 1 angka (7) UndangUndang Nomor 9 Tahun 2015

Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang

Pemerintahan Daerah, secara eksplisit memberikan otonomi yang seluas-luasnya

kepada pemerintah daerah untuk mengurus dan mengelola berbagai kepentingan

dan kesejahteraan masyarakat daerah. Implementasi kebijakan otonomi daerah

tersebut telah mendorong terjadinya perubahan, baik secara struktural, fungsional

maupun kultural dalam tatanan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Salah satu

perubahan yang sangat esensial yaitu menyangkut kedudukan, tugas pokok dan

fungsi kecamatan. Dalam hal ini kecamatan yang sebelumnya merupakan

perangkat wilayah dalam rangka asas dekonsentrasi, berubah statusnya menjadi

perangkat daerah dalam rangka asas desentralisasi. Sebagai perangkat daerah,

Camat dalam menjalankan tugasnya mendapat pelimpahan kewenangan dari dan

bertanggung jawab kepada bupati/walikota; dalam hal ini Camat mendapatkan

pelimpahan kewenangan yang bermakna urusan pelayanan masyarakat yang

meliputi aspek : perizinan, rekomendasi, koordinasi, pembinaan, pengawasan,

fasilitasi, penetapan, penyelenggaraan, dan kewenangan lain yang dilimpahkan.

Selain tugas tersebut, Camat juga berperan sebagai kepala wilayah (wilayah

kerja), karena melaksanakan tugas umum pemerintahan di wilayah kecamatan

khususnya tugas-tugas atribut dalam bidang koordinasi pemerintahan terhadap

seluruh instansi pemerintahan di wilayah kecamatan, koordinasi kegiatan

pemberdayaan masyarakat, koordinasi penyelenggaraan ketenteraman dan

ketertiban umum, koordinasi penerapan dan penegakkan peraturan

2
perundangundangan, koordinasi pemeliharaan sarana dan fasilitas pelayanan

umum, koordinasi kegiatan penyelenggaraan pemerintahan tingkat kecamatan,

pembinaan penyelenggaraan pemerintahan desa/kelurahan, melaksanakan

pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan/atau yang belum

dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau kelurahan. Oleh karena itu, kedudukan

Camat berbeda dengan kepala instansi pemerintahan lainnya di kecamatan karena

penyelenggaraan tugas instansi pemerintahan lainnya di kecamatan harus berada

dalam koordinasi Camat (UU. No.23 Tahun 2014; UU. No.9 Tahun 2015).

Amanat peraturan perundangundangan tersebut menunjukkan bahwa Camat

mempunyai tugas dan kewenangan mengkoordinasikan program dan kegiatan

pemerintahan dan pembangunan yang diselenggarakan oleh semua instansi

pemerintahan yang ada di kecamatan; dengan kata lain, semua kegiatan

pemerintahan dan pembangunan di kecamatan berada di bawah koordinasi Camat.

Sebagaimana diketahui bahwa koordinasi berkenaan dengan upaya mengarahkan,

menyeimbangkan, menyatupadukan, menyelaraskan, mengsinkronisasikan,

menghubungkan kegiatan dari orang-orang, kelompok orang atau satuan-satuan

kerja dalam suatu organisasi atau antar organisasi-organisasi sehingga kegiatan

yang dilaksanakan menjadi teratur, tertib, lancar, dan 3 mencapai tujuan secara

efisien dan efektif (Sugandha, 1998). Di bidang pembangunan,

koordinasimerupakan fungsi manajemen pembangunan yang berkenaan dengan

usaha penyatupaduan, sinkronisasi, integrasi dan harmonisasi dari program-

program pembangunan agar pelaksanaannya dapat berjalan lancar dan dapat

mencapai sasaran secara efektif (Pariata Westra, 1981). Oleh karena itu untuk

mewujudkan sinkronisasi, integrasi dan harmonisasi programprogram

3
pembangunan di kecamatan maka Camat selaku kepala kecamatan harus dapat

menjalankan fungsi koordinasi pembangunan dengan efektif. George Terry

(terjemahan, 1990) mendefinisikan koordinasi adalah sinkronisasi usaha-usaha

secara teratur yang ditujukan untuk memberikan petunjuk-petunjuk pelaksanaan

agar dengan demikian dapat dicapai tindakan-tindakan harmonis serta yang

disatukan dalam rangka usaha mencapai obyek tertentu. E. F. Brech (dalam

Hasibuan, 1996) menyebut definisi koordinasi yaitu koordinasi adalah

mengimbangi dan menggerakkan tim dengan memberikan lokasi kegiatan

pekerjaan yang cocok kepada masingmasing dan menjaga agar kegiatan itu

dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya diantara para anggota itu

sendiri. Mc.Farland (dalam Handayaningrat, 1995) mendefinisikan koordinasi

adalah suatu proses dimana pimpinan mengembangkan pola usaha kelompok

secara teratur diantara unit-unit dibawahnya dan menjamin kesatuan tindakan di

dalam mencapai tujuan bersama

Sebagai lembaga pemerintahan yang berada di wilayah Kecamatan sebagai

perpanjangan tangan pemerintahan Kota, membawa Visi Misi pembangunan yang

diemban dalam kurun waktu tertentu sebagai upaya pencapaian arah dan tujuan

pembangunan di segala bidang sebagaimana tertuang pada Rencana Starategi

tahunan. Karena, semua stakecholder dituntut proaktif dan bekerja keras dalam

pelaksanaan pembangunan sebagaimana yang diamanatkan UUD NKRI 1945

dalam upaya mensejahterakan rakyat, aparat sebagai pelayan masyarakat saat ini

dituntut adanya kerjasama antar semua pihak yang terkait guna memberikan

pelayanan yang maksimal kepada masyarakat di Kecamatan Girian.

4
Dalam kaitannya dengan bidang pemerintahan, usaha penyempurnaan

administrasi pemerintahan pada semua Desa dan Kelurahan yang secara yuridis

formal merupakan pemerintahan di bawah wilayah Kecamatan, yang merupakan

tumpuan segenap pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan. Untuk itu

pemerintah wilayah harus bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan

pembangunan di wilayah Kecamatan dan juga harus berinisiatif, baik dalam

perencanaan maupun dalam pelaksanaan pembangunan serta mampu dalam

pelaksanaan pembangunan. Olehnya itu, untuk mencapai tujuan pembangunan di

semua sektor diperlukan koordinasi dan kesungguhan dari aparat dalam

melaksanakan tugas-tugas pembangunan dan menggerakkan masyarakat untuk

turut serta berperan di dalamnya.

Kecamatan Girian Kota Bitung terdiri dari 7 kelurahan dan berpenduduk

sebanyak 36.787 jiwa. Terdiri dari laki-laki 17941 jiwa dan perempuan 18846

jiwa. Kecamatan Girian terbentuk berdasarkan PERDA Nomor 03 Tahun 2007

tanggal 31 Agustus 2007 dan di resmikan berdasarkan SK Walikota Bitung

Nomor 05 Tahun 2007 terbentuknya Kecamatan Girian hasil pemekaran dari

Kecamatan Bitung Barat yang sekarang menjadi kecamatan Matuari.

Olehnya itu semua stake cholder dituntut proaktif dan bekerja keras dalam

pelaksanaan pembangunan sebagaimana yang diamanatkan Undang-undang Dasar

1945 dalam upaya mensejahterakan rakyat, aparat sebagai pelayanan masyarakat

saat ini dituntut adanya kerjasama antar semua pihak yang terkait guna

memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat dan dengan pola yang

telah berjalan, dengan menyadari tantangan pemerintahan yang berjalan di

Kecamatan Girian. Khususnya tugas-tugas atribut dalam bidang Koordinasi

5
Pemerintahan terhadap seluruh intansi Pemerintah diwilayah Kecamatan,

Koordinasi kegiatan pemberdayaan masyarakat, Koordinasi peyelenggaraan

ketentraman dan ketertiban umum, Koordinasi penerapan dan penegakkan

peraturan dan perundang-undagan, Koordinasi pemeliharaan sarana dan fasilitas

pelayanan umum, Koordinasi kegiatan penyelenggaran pemerintahan tingkat

kecamatan, pembinaan penyelenggaran pemerintahan desa/kecamatan,

melaksankan pelayanan masyarakat menyangkut pelayanan Registrasi /

Pengesahan / legalisir surat kependudukan, surat keterangan usaha, surat domisili,

surat bepergian, surat pindah / dating, surat kematian dan kelahiran serta surat

pembuatan akta jual beli tanah (AJB)

Pengarahan dana dan daya tenaga secara efisien perlu dilakukan untuk

menumbuhkan swadaya masyarakat karena hal itu ikut menentukan keberhasilan

pembangunan sehingga dengan demikian pembangunan dengan sumber daya

manusia perlu ditingkatkan secara maksimal. Untuk meningkatkan keterpaduan

dalam pemerintahan dan proses pembangunan melalui pola koordinasi di

Kecamatan Girian sepenuhnya belum dapat berjalan efektif. Hal ini disebabkan

oleh berbagai faktor misalnya, adanya kecendrungan aparat dalam bekerja sering

muncul perbedaan dan penafsiran dalam melihat suatu kebijakan, kurangnya

komunikasi antar aparat pemerintah Kecamatan baik secara vertikal maupun

horizontal sehingga terkesan bekerja secara sendiri-sendiri, dan kurangnya

pengetahuan aparat pemerintah mengenai fungsi koordinasi dan kesadaran aparat

dalam mengaplikasikan fungsi koordinasi dengan baik. Akibatnya pemerintahan

dan pembangunan di Kecamatan Giran belum berjalan dengan baik, terarah dan

efektif.

6
Berangkat dari pernyataan di atas, dibutuhkan kesiapan pemerintrah

Kecamatan Girian dalam menjalankan berbagai aktivitas pemerintahan dan

pembangunan, yang harus dipahami bahwa aparat Kecamatan dalam menjalankan

fungsinya dituntut mampu mengkoordinasikan perencanaan pembangunan agar

kiranya dapat seiring dengan pelaksanaan yang dirasakan langsung oleh

masyarakat. Selain itu, juga diperlukan koordinasi yang baik antar aparat

pemerintah di Kecamatan Girian. Atas dasar itulah sehingga Penulis mencoba

menelusuri permasalahan Penerapan fungsi Koordinasi aparat pemerintah

Kecamatan, sehingga diangkat suatu penelitian sederhana dengan judul ”Fungsi

Koordinasi Aparat Pemerintah Dalam Pelaksanaan Pemerintahan dan

Pembangunan Pada Kantor Kecamatan Girian Kota Bitung”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah duraikan di atas, masalah yang

menjadi fokus penelitian ini adalah :

1. Bagaimana implementasi fungsi koordinasi aparat pemerintah dalam

pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan pada kantor Kecamatan

Girian Kota Bitung?

2. Apa saja hambatan – hambatan yang di hadapi dan solusinya para aparat

dalam mengimplementasikan fungsi koordinasi aparat pemerintah dalam

pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan pada kantor Kecamatan

Girian Kota Bitung ?

1.3. Tujuan Penelitian

7
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi fungsi koordinasi

aparat pemerintah dalam pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan pada

kantor Kecamatan Girian Kota Bitung.

2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hambatan-hambatan dan solusi

yang di ambil dalam mengimplementasikan fungsi koordinasi aparat

pemerintah dalam pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan pada

kantor Kecamatan Girian Kota Bitung.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Untuk menambah pengetahuan mengenai penerapan fungsi koordinasi aparat

pemerintah dalam pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan pada

kantor Kecamatan Girian Kota Bitung

2. Sebagai bahan penyusunan kebijakan untuk meningkatkan fungsi

koordinasi aparat pemerintah dalam pelaksanaan pemerintahan dan

pembangunan pada kantor Kecamatan Girian Kota Bitung.

1.5. Sistematika Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN

Didalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang, identifikasi

masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian dan sistematika penelitian.

BAB 2 LANDASAN TEORI

Didalam bab ini akan diuraikan mengenai kajian pustaka dan

penelitian terdahulu.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

8
Dalam bab ini diuraikan mengenai jenis penelitian, tempat dan waktu

penelitian, definisi operasional, jenis dan sumber data, objek dan

subjek penelitian, metode pengumpulan data, dan teknik analisis.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Penerapan

Menurut J.S Badudu dan Sutan Mohammad Zain, penerapan

adalah hal, cara atau hasil (Badudu & Zain, 1996:1487). Adapun menurut

Lukman Ali, penerapan adalah mempraktekkan, memasangkan (Ali,

1995:1044). Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

penerapan merupakan sebuah tindakan yang dilakukan baik secara

individu maupun kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan yang

telah dirumuskan. Adapun unsur-unsur penerapan meliputi :

1. Adanya program yang dilaksanakan

2. Adanya kelompok target, yaitu masyarakat yang menjadi sasaran dan

diharapkan akan menerima manfaat dari program tersebut.

3. Adanya pelaksanaan, baik organisasi atau perorangan yang bertanggung

jawab dalam pengelolaan, pelaksanaan maupun pengawasan dari proses

penerapan tersebut (Wahab, 1990:45).

2.1.2 Pengertian Koordinasi

Dalam sebuah organisasi setiap pimpinan perlu untuk

mengkoordinasikan kegiatan kepada anggota organisasi yang diberikan

dalam menyelesaikan tugas. Dengan adanya penyampaian informasi yang

jelas, pengkomunikasian yang tepat, dan pembagian pekerjaan kepada para

bawahan oleh manajer maka setiap individu bawahan akan mengerjakan

pekerjaannya sesuai dengan wewenang yang diterima. Tanpa adanya

10
koordinasi setiap pekerjaan dari individu karyawan maka tujuan

perusahaan tidak akan tercapai.

Hasibuan (2006:85) berpendapat bahwa : “Koordinasi adalah

kegiatan mengarahkan, mengintegrasikan, dan mengkoordinasikan unsur-

unsur manajemen dan pekerjaan-pekerjaan para bawahan dalam mencapai

tujuan organisasi”.

Koordinasi adalah proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan

kegiatankegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (departemen-

departemen atau bidangbidang fungsional) pada suatu organisasi untuk

mencapai tujuan secara efisien dan efektif (Handoko 2003 : 195).

Menurut G.R Terry dalam Hasibuan (2006 : 85) berpendapat

bahwa koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan teratur untuk

menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, dan mengarahkan pelaksanaan

untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada

sasaran yang telah ditentukan.

Menurut E. F. L. Brech dalam bukunya, The Principle and Practice

of Management yang dikutip Handayaningrat (2002:54) Koordinasi adalah

mengimbangi dan menggerakkan tim dengan memberikan lokasi kegiatan

pekerjaan yang cocok kepada masing-masing dan menjaga agar kegiatan

itu dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya di antara para

anggota itu sendiri.

Siagian(2001:05-22) menyatakan, bahwa koordinasi merupakan

kegiatan yang menyatukan berbagai kegiatan yang saling berbeda-beda

akan tetapi mempunyai tujuan yang saling berhubungan. Sasaran utama

11
koordinasi adalah untuk menciptakan “unity action” yang pada gilirannya

akan menjamin keterpaduan pelaksanaan dan sekaligus meningkatkan

efesiensi, efektivitas dan produktivitas kerjasama komponen yang terlibat.

Menurut Dimock.Dimock Fok. Koordinasi adalah suatu agen aktif

administrasi kerena sama seperti fisiologi, energi dan prestasi tergantung

pada hubungan-hubungan yang terlihat dalam keseluruhan operasi pada

waktu mereka mempergunakan energi yang disumbangkan oleh masing-

masing bagian komponen. Koordinasi adalah suatu aspek adisistrasi yang

sangat kompleks maka sejumlah masalah kompleks terlibat pula

didalamnya.

Menurut Dr.Awaluddin Djamin. M.PA. Koordinasi adalah suatu

usaha kerjasama anatara badan, instansi, unit dalam pelaksanaan tugas-

tugas tertentu demikian rupa, sehingga mendapat, saling mengeri, saling

membantu,dan saling melengkapi. Didalam suatu organisasi kegiatan-

kegiatan dibagi dan didepartementalisasikan, namun manajer masih perlu

mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan agar tujuan organisasi dapat tercpai

secara efektif. Kemampuan manajer untuk mengkoordinasikan

secaraefektif sebagian besar tergantung dari bawahan atau anggota

organisasi untuk menyadari dan mewujudkan komitmen terhadap

organisasi. (Hardjito(2001:47)

Menurut Yahya Yohanes, Koordinasi Adalah proses

pengintegrasian tujuan dan kegiatan pada satuan yang terpisah pada suatu

organisasi untuk mencapai tujuan orgnisasi secara efisien. Menurut

Leonard.d.White maksudnya koordinasi adalah penyesuaian diri

12
(adjusment) dari masing-masing bagian dan usaha menggerakkan serta

mengoperasikan bagian-bagian pada waktu yang cocok, sehingga dengan

demikian masing-masing bagian dapat memberikan sumbangan terbanyak

pada keseluruhan hasil. Dengan demikian unsur koordinasi bagi leonard d

White adalah sebagai berikut:

1. Penyesuaian diri (Adjusment)

2. Pengoperasian (operator)

3. Waktu (time) yang cocok

4. Sumbangan terbanyak (maximum contribution)

5. Hasil (Product)

Sedangkan menurut G. R. Terry dalam bukunya, Principle of

Management yang dikutip Handayaningrat (2002:55) koordinasi adalah

suatu usaha yang sinkron atau teratur untuk menyediakan jumlah dan

waktu yang tepat dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu

tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan.

Menurut tinjauan manajemen, koordinasi menurut Terry meliputi :

1. Jumlah usaha baik secara kuantitatif, maupun secara kualitatif

2. Waktu yang tepat dari usaha-usaha tersebut

3. Directing atau penentuan arah usaha-usaha tersebut Berdasarkan

defenisi di atas maka dapat disebutkan bahwa koordinasi memiliki

syarat-syarat yakni :

1. Sense of Cooperation, perasaan untuk saling bekerja sama,

dilihat per bagian.

13
2. Rivalry, dalam organisasi besar, sering diadakan persaingan

antar bagian, agar saling berlomba

3. Team Spirit, satu sama lain per bagian harus saling menghargai.

4. Esprit de Corps, bagian yang saling menghargai akan makin

bersemangat.

Selanjutnya koordinasi memiliki sifat-sifat sebagai berikut :

1. Koordinasi adalah dinamis, bukan statis.

2. Koordinasi menekankan pandangan menyeluruh oleh seorang

manajer dalam kerangka mencapai sasaran.

3. Koordinasi hanya meninjau suatu pekerjaan secara keseluruhan.

Berdasarkan pengertian di atas jelaslah bahwa koordinasi adalah

tindakan seorang pimpinan untuk mengusahakan terjadinya keselarasan,

antara tugas dan pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang atau bagian

yang satu dengan bagian yang lain. Dengan koordinasi ini diartikan

sebagai suatu usaha ke arah keselarasan kerja antara anggota organisasi

sehingga tidak terjadi kesimpang siuran, tumpang tindih. Hal ini berarti

pekerjaan akan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.

Jadi dapat disimpulkan bahwa koordinasi merupakan proses

pengintegrasian tujuan dan aktivitas di dalam suatu perusahaan atau

organisasi agar mempunyai keselarasan di dalam mencapai tujuan yang

ditetapkan, pengkoordinasian dimaksudkan agar para manajer

mengkoordinir sumber daya manusia dan sumber daya lain yang dimiliki

organisasi tersebut. Kekuatan suatu organisasi tergantung pada

14
kemampuannya untuk menyusun berbagai sumber dayanya dalam

mencapai suatu tujuan.

2.1.2.1 Tipe-tipe koordinasi

Umumnya organisasi memiliki tipe koordinasi yang

dipilih dan disesuaikan dengan kebutuhan atau kondisi-kondisi

tertentu yang diperlukan untuk melaksanakan tugas agar

pencapaian tujuan tercapai dengan baik. Hasibuan (2006:86)

berpendapat bahwa tipe koordinasi di bagi menjadi dua bagian

besar yaitu koordinasi vertikal dan koordinasi horizontal. Kedua

tipe ini biasanya ada dalam sebuah organisasi. Makna kedua tipe

koordinasi ini dapat dilihat pada penjelasan di bawah ini:

a) Koordinasi vertikal (Vertical Coordination} adalah

kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan oleh

atasan terhadap kegiatan unit-unit, kesatuan-kesatuan kerja yang

ada di bawah wewenang dan tanggung jawabnya. Tegasnya, atasan

mengkoordinasi semua aparat yang ada di bawah tanggung

jawabnya secara langsung. Koordinasi vertikal ini secara relatif

mudah dilakukan, karena atasan dapat memberikan sanksi kepada

aparat yang sulit diatur.

b) Koordinasi horizontal (Horizontal Coordinatiori) adalah

mengkoordinasikan tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan

penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan

dalam tingkat organisasi (aparat) yang setingkat. Koordinasi

horizontal ini dibagi atas interdisciplinary dan interrelated.

15
Interdisciplinary adalah suatu koordinasi dalam rangka

mengarahkan, menyatukan tindakan-tindakan, mewujudkan, dan

menciptakan disiplin antara unit yang satu dengan unit yang lain

secara intern maupun ekstern pada unit-unit yang sama tugasnya.

Sedangkan Interrelated adalah koordinasi antar badan (instansi)

beserta unit-unit yang fungsinya berbeda, tetapi instansi yang satu

dengan yang lain saling bergantung atau mempunyai kaitan secara

intern atau ekstern yang levelnya setaraf. Koordinasi horizontal ini

relatif sulit dilakukan, karena koordinator tidak dapat memberikan

sanksi kepada pejabat yang sulit diatur sebab kedudukannya

setingkat.

2.1.2.2 Syarat-syarat Koordinasi

Syarat koordinasi Menurut Tripathi dan Reddy dalam buku

(Moekijat, 2006:39) 9 syarat untuk mencapai koordinasi yang

efektif yakni:

a. Hubungan langsung

b. Kesempatan awal

c. Kontinuitas

d. Dinamisme

e. Tujuan yang jelas

f. Organisasi yang sederhana

g. Perumusan wewenang dan tanggung jawab yang jelas

h. Komunikasi yang efektif

i. Kepemimpinan dan supervise yang efektif

16
Menurut (S.P Hasibuan, 1992) syarat-syarat koordinasi adalah :

1. Sense of Cooperation, perasaan untuk saling bekerja

sama, dilihat per bagian

2. Rivalry, dalam organisasi besar, sering diadakan

persaiangan antar bagaian, agar saling berlomba untuk

mencapai kemajuan

3. Team Spirit, satu sama lain per bagian harus saling

menghargai

4. Espirit de Coorps, bagian yang saling menghargai akan

makin bersemangat.

2.1.2.3 Faktor – Faktor yang mempengaruhi koordinasi

Hasibuan (2006:88), berpendapat bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi koordinasi sebagai berikut:

a. Kesatuan Tindakan

Pada hakekatnya koordinasi memerlukan kesadaran setiap

anggota organisasi atau satuan organisasi untuk saling

menyesuaikan diri atau tugasnya dengan anggota atau satuan

organisasi lainnya agar anggota atau satuan organisasi tersebut

tidak berjalan sendiri-sendiri. Oleh sebab itu konsep kesatuan

tindakan adalah inti dari pada koordinasi. Kesatuan dari pada

usaha, berarti bahwa pemimpin harus mengatur sedemikian rupa

usaha-usaha dari pada tiap kegiatan individu sehingga terdapat

adanya keserasian di dalam mencapai hasil. Kesatuan tindakan ini

adalah merupakan suatu kewajiban dari pimpinan untuk

17
memperoleh suatu koordinasi yang baik dengan mengatur jadwal

waktu dimaksudkan bahwa kesatuan usaha itu dapat berjalan sesuai

dengan waktu yang telah dirncanakan.

b. Komunikasi

Komunikasi tidak dapat dipisahkan dari koordinasi, karena

komunikasi, sejumlah unit dalam organisasi akan dapat

dikoordinasikan berdasarkan rentang dimana sebagian besar

ditentukan oleh adanya komunikasi. Komunikasi merupakan salah

satu dari sekian banyak kebutuhan manusia dalam menjalani hidup

dan kehidupannya. “Perkataan komunikasi berasal dari perkataan

communicare, yaitu yang dalam bahasa latin mempunyai arti

berpartisipasi ataupun memberitahukan” Dalam organisasi

komunikasi sangat penting karena dengan komunikasi partisipasi

anggota akan semakin tinggi dan pimpinan memberitahukan tugas

kepada karyawan harus dengan komunikasi. Dengan demikian

komunikasi merupakan hubungan antara komunikator dengan

komunikan dimana keduanya mempunyai peranan dalam

menciptakan komunikasi.

Dari pengertian komunikasi sebagaimana disebut di atas

terlihat bahwa komunikasi itu mengandung arti komunikasi yang

bertujuan merubah tingkah laku manusia. Karena sesuai dengan

pengertian dari ilmu komunikasi, yaitu suatu upaya yang sistematis

untuk merumuskan secara tegas azas-azas, dan atas dasar azas-azas

tersebut disampaikan informasi serta dibentuk pendapat dan sikap.

18
Maka komunikasi tersebut merupakan suatu hal perubahan suatu

sikap dan pendapat akibat informasi yang disampaikan oleh

seseorang kepada orang lain. Sehingga dari uraian tersebut terlihat

fungsi komunikasi sebagai berikut :

1. Mengumpulkan dan menyebarkan informasi mengenai

kejadian dalam suatu lingkungan.

2. Menginterpretasikan terhadap informasi mengenai

lingkungan

3. Kegiatan mengkomunikasikan informasi, nilai dan norma

sosial dari generasi yang satu ke generasi yang lain.

Maka dari itu komunikasi itu merupakan suatu upaya yang

dilakukan oleh seseorang untuk merubah sikap dan perilaku orang

lain dengan melalui informasi atau pendapat atau pesan atau idea

yang disampaikannya kepada orang tersebut.

c. Pembagian Kerja

Secara teoritis tujuan dalam suatu organisasi adalah untuk

mencapai tujuan bersama dimana individu tidak dapat mencapainya

sendiri. Kelompok dua atau lebih orang yang berkeja bersama

secara kooperatif dan dikoordinasikan dapat mencapai hasil lebih

daripada dilakukan perseorangan. Dalam suatu organisasi, tiang

dasarnya adalah prinsip pembagian kerja (Division of labor).

Prinsip pembagian kerja ini adalah maksudnya jika suatu organisasi

diharapkan untuk dapat berhasil dengan baik dalam usaha

mencapai tujuanya, maka hendaknya lakukan pembagian kerja.

19
Dengan pembagian kerja ini diharapkan dapat berfungsi dalam

usaha mewujudkan tujuan suatu organisasi. Pembagian kerja adalah

perincian tugas dan pekerjaan agar setiap individu dalam organisasi

bertanggung jawab untuk melaksanakan sekumpulan kegiatan yang

terbatas.

Jadi pembagian kerja pekerjaan menyebabkan kenaikan

efektifitas secara dramatis, karena tidak seorangpun secara fisik

mampu melaksanakan keseluruhan aktifitas dalam tugas–tugas

yang paling rumit dan tidak seorangpun juga memiliki semua

keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan berbagai tugas.

Oleh karena itu perlu diadakan pemilahan bagian–bagian tugas dan

membagi baginya kepada sejumlah orang. Pembagian pekerjaan

yang dispesialisasikan seperti itu memungkinkan orang

mempelajari keterampilan dan menjadi ahli pada fungsi pekerjaan

tertentu.

d. Disiplin

Pada setiap organisasi yang kompleks, setiap bagian harus

bekerja secara terkoordinasi, agar masing-masing dapat

menghasilkan hasil yang diharapkan. Koordinasi hádala usa

penyesuaian bagian-bagian yang berbeda-beda agar kegiatan dari

pada bagian-bagian itu selesai pada waktunya, sehingga

masingmasing dapat memberikan sumbangan usahanya secara

maksimal agar diperoleh hasil secara keseluruhan, untuk itu

diperlukan disiplin.

20
Rivai (2005:444) menyatakan pengertian disiplin kerja

adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk

berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk

mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk

meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua

peraturan organisasi dan normanorma sosial yang berlaku”. Jadi

jelasnya bahwa disiplin menyangkut pada suatu sikap dan tingkah

laku, apakah itu perorangan atau kelompok yang untuk tunduk dan

patuh terhadap peraturan suatu organisasi.

Dalam suatu organisasi penerapan peraturan kepada

seseorang atau anggota organisasi dikelola oleh pimpinan.

Pimpinan diharapkan mampu menerapkan konsep disiplin positif

yakni penerapan peraturan melalui kesadaran bawahannya.

Sebaliknya bila pimpinan tidak mampu menerapkan konsep

disiplin positif pada dirinya sendiri tentu dia juga tidak mungkin

mampu menerapkannya pada orang lain termasuk kepada

bawahannya. Dengan demikiam disiplin itu sangat penting artinya

dalam proses pencapaian tujuan, ini merupakan suatu syarat yang

sangat menentukan dalam pencapaian tujuan yang dimaksud.

2.1.2.4 Sifat – sifat Koordinasi

Hasibuan (2006:87), bependapat bahwa sifat-sifat

koordinasi adalah :

a. Koordinasi bersifat dinamis bukan statis.

21
b. Koordinasi menekankan Pandangan menyeluruh oleh seorang

koordinator dalam rangka mencapai sasaran.

c. Koordinasi meninjau suatu pekerjaan secara keseluruhan.

Asas Koordinasi adalah asas skala (scalar principle=

hierarki) artinya koordinasi dilakuakan menurut jenjang – jenjang

kekuasaan dan tanggung jawab yang disesuaikan dengan jenjang –

jenjang yang berbeda satu sama lain. Asas hierarki ini merupakan

setiap atasan (koordinator) harus mengkoordinasi bawahan secara

langsung. Scalar principle merupakan kekuasaan mengkoordinasi

yang harus bekerja melalui suatu proses formal.

2.1.2.5 Ciri-ciri Koordinasi

Menurut Handayaningrat (1989:118) menjelaskan ciri-ciri

koordinasi adalah sebagai berikut :

a. Tanggung jawab koordinasi terletak pada pimpinan. Oleh karena

itu koordinasi adalah menjadi wewenang dan tanggung jawab

daripada pimpinan. Dikatakan bahwa pimpinan berhasil, karena ia

telah melakukan koordinasi dengan baik.

b. Koordinasi adalah suatu usaha kerjasama. Hal ini disebabkan

karena kerjasama merupakan syarat mutlak terselenggaranya

koordinasi dengan sebaik-baiknya.

c. Koordinasi adalah proses yang terus menerus (continues

process). Artinya suatu proses yang berkesinambungan dalam

rangka tercapainya tujuan organisasi.

22
d. Adanya pengaturan usaha kelompok secara teratur. Hal ini

disebabkan karena koordinasi adalah konsep yang diterapkan

didalam kelompok, bukan terhadap usaha individu tetapi sejumlah

individu yang berkejasama di dalam kelompok untuk mencapai

tujuan bersama.

e. Konsep kesatuan tindakan adalah inti daripada koordinasi. Hal

ini berarti bahwa pimpinan harus mengatur usaha-usaha/tindakan-

tindakan daripada setiap kegiatan individu sehingga diperoleh

adanya keserasian di dalam sebagai kelompok dimana mereka

bekerjasama.

f. Tujuan koordinasi adalah tujuan bersama (common purpose).

Kesatuan usaha/tindakan meminta kesadaran/pengertian kepada

semua individu, agar ikut serta melaksanakan tujuan bersama

sebagai kelompok dimana mereka bekerja.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa koordinasi

memiliki ciri yaitu suatu proses dalam melakukan kerjasama yang

merupakan konsep kesatuan tindakan yang dilakukan secara teratur

dan tanggung jawab terletak pada pimpinan.

2.1.2.6 Tujuan Koordinasi

Apabila dalam organisasi dilakukan koordinasi secara

efektif maka ada beberapa manfaat yang didapatkan. Handoko

(2003:197) berpendapat bahwa Adapun manfaat koordinasi antara

lain:

23
a. Dengan koordinasi dapat dihindarkan perasaan terlepas satu

sama lain, antara satuan-satuan organisasi atau antara pejabat yang

ada dalam organisasi.

b. Menghindari suatu pendapat atau perasaan bahwa satuan

organisasi atau pejabat merupakan yang paling penting.

c. Menghindari kemungkinan timbulnya pertentangan antara bagian

dalam organisasi.

d. Menghindari terjadinya kekosongan pekerjaan terhadap suatu

aktifitas dalam organisasi.

e. Menimbulkan kesadaran diantara para pegawai untuk saling

membantu.

Hasibuan (2006:86) berpendapat bahwa koordinasi penting

dalam suatu organisasi, yakni:

a. Untuk mencegah terjadinya kekacauan, percecokan, dan

kekembaran atau kekosongan pekerjaan.

b. Agar orang-orang dan pekerjaannya diselaraskan serta diarahkan

untuk pencapaian tujuan perusahaan.

c. Agar sarana dan prasarana dimanfaatkan untuk mencapai tujuan.

d. Supaya semua unsur manajemen dan pekerjaan masing-masing

individu pegawai harus membantu tercapainya tujuan organisasi.

e. Supaya semua tugas, kegiatan, dan pekerjaan terintegrasi kepada

sasaran yang diinginkan.

24
Jadi koordinasi sangat penting dalam mengarahkan para

bawahan untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan apa yang

direncanakan perusahaan.

2.1.2.7 Fungsi Koordinasi

Menurut Handayaningrat (1989:119-121) menjelaskan

fungsi koordinasi adalah sebagai berikut :

a. Sebagai salah satu fungsi manajemen, disamping adanya fungsi

perencanaan, penyusunan pegawai, pembinaan kerja, motivasi dan

pengawasan. Dengan kata lain koordinasi adalah fungsi organik

dari pimpinan.

b. Untuk menjamin kelancaran mekanisme prosedur kerja dari

berbagai komponen dalam organisasi. Kelancaran mekanisme

prosedur kerja harus dapat terjamin dalam rangka pencapaian

tujuan organisasi dengan menghindari seminimal mungkin

perselisihan yang timbul antara sesama komponen organisasi dan

mengusahakan semaksimal mungkin kerjasama di antara

komponenkomponen tersebut.

c. Sebagai usaha yang mengarahkan dan menyatukan kegiatan yang

mengandung makna adanya keterpaduan (integrasi) yang dilakukan

secara serasi dan simultan/singkronisasi dari seluruh tindakan yang

dijalankan oleh organisasi, sehingga organisasi bergerak sebagai

kesatuan yang bulat guna melaksanakan seluruh tugas organisasi

yang diperlukan untuk mencapai tujuannya. Hal itu sesuai dengan

prinsip koordinasi, integrasi, dan singkronisasi.

25
d. Sebagai faktor dominan dalam kelangsungan hidup suatu

organisasi pada tingkat tertentu dan ditentukan oleh kualitas usaha

koordinasi yang dijalankan. Peningkatan kualitas koordinasi

merupakan usaha yang perlu dilakukan secara terus menerus karena

tidak hanya masalah teknis semata tetapi tergantung dari sikap,

tindakan, dan langkah dari pemegang fungsi organik dari pimpinan.

e. Untuk melahirkan jaringan hubungan kerja atau komunikasi.

Jaringan hubungan kerja tersebut berbentuk saluran hubungan kerja

yang membutuhkan berbagai pusat pengambilan keputusan dalam

organisasi. Hubungan kerja ini perlu dipelihara agar terhindar dari

berbagai rintangan yang akan membawa organisasi ke situasi yang

tidak berfungsi sehingga tidak berjalan secara efektif dan efisien.

f. Sebagai usaha untuk menyelaraskan setiap tindakan, langkah dan

sikap yang terpadu dari para pejabat pengambil keputusan dan para

pelaksana. Dalam organisasi yang besar dan kompleks,

pertumbuhan organisasi akan menyembabkan penambahan beban

kerja, penambahan fungsi-fungsi yang harus dilaksanakan dan

penambahan jabatan yang perlu di koordinasikan.

g. Untuk penataan spesialisasi dalam berbagai keanekaragaman

tugas. Karena timbulnya spesialisasi yang semakin tajam

merupakan konsekuensi logis dari perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi

koordinasi adalah usaha untuk menyelaraskan setiap tindakan,

26
langkah dan sikap yang terpadu dari para pejabat pengambil

keputusan dan para pelaksana, penataan spesialisasi dalam berbagai

keanekaragaman tugas, melahirkan jaringan hubungan

kerja/komunikasi atau dapat dikatakan sebagai salah satu fungsi

manajemen, disamping adanya fungsi perencanaan, penyusunan

pegawai, pembinaan kerja, motivasi dan pengawasan untuk

menjamin kelancaran mekanisme prosedur kerja dari berbagai

komponen dalam organisasi.

2.1.2.8 Pendekatan Dalam Koordinasi

Pendekatan utama dan pertama dalam koordinasi adalah

komunikasi karena dalam pengaturan ruang dan waktu yang

memperlancar pencapaian tujuan koordinasi, adalah hubungan

antara individu ataupun instansi. Namun demikian ada beberapa

komunikasi yang akan penulis sampaikan sesuai hasil penelitian

pada tahun 1987 berkenaan dengan proses koordinasi, yaitu

komunikasi informal dan komunikasi formal. Komunikasi informal

dapat dibagi dua jenis yaitu hubungan langsung dan hubungan

pribadi, karena informal diartikan sebagai penindakresmiansesuatu

sehingga bersifat diluar jalur kedinasan.

Hubungan langsung juga dapat dibagi dua yaitu hubungan

langsung tanpa mempedulikan waktu, dalam hal ini pesan

pengkoordinasian dilakukan lewat telepon, pesan, melalui karir

ataupun undangan hanya secara lisan. Dilain pihak hubungan

langsung yang tanpa memperdulikan ruang yaitu bila

27
pengkoordinasian diatur disembarang tempat misalnya ditempat

melayat, rumah makan, pesta, lapangan olah raga,dan lain-lain.

Hubungan pribadi dibagi dua pula yaitu hubungan pribadi seorang

koordinator yang tanpa sungkan mendatangi rumah pejabat instansi

terkait untuk berbincang-bincang sekaligus membicarakan

pengkoordinasian. Dilain pihak hubungan pribadi sang koordinator

untuk jjuga berkenan di datangi instansi terkait bermain kartu,

sekaligus membicarakan masalah pengkoordinasian pekerjaan

mereka. Komunikasi formal akan penulis bagi dua golongan yaitu

hubungan yang terlegitimasi secara apsah melalui penetapan surat

keputusan, dengan hubungan yang diciptakan dengan keahlian

pencetusnya.

Setelah seseorang percaya absah terlegitimasi menjadi

koordinator tunggal misalnya, kepala wilayah setempat maka cara-

cara yang bisa diperbuatnya antara lain dengan cara kekerasan atau

dengan cara bujukan. Pengkoordinasian secara keras dan kaku

memang cenderung mampu menertibkan koordinasinya, namun

tidak menentramkan para instansi terkait, karena masing-masing

pihak akan ada yang resah dengan perturan tersebut.

Pengkoordinsian secara bujukan memang cukup demokratis,

namun akan berjalan lembut serta cenderung kurang efektif, karena

mengutmakan tanggapan pihak-pihak terkait, pendekatan keahlian

dalam koordinasi memang merupakan pendekatan yang cukup baik

untuk itu dibagi dua jenis yaitu:

28
1. Melalui cara penekanan janji

2. Melalui cara penekanan kesadaran Pendekatan melalui cara

penekanan janji adalah dengan membuat persetujuan lengkap yang

harus dipatuhi. Jadi kemudian apabila ada yang melanggar

dianggap instansi tersebut tidak bersedia untuk dikoordinasi.

Pendekatan melalui cara penekanan kesadaran adalah penciptaan

dorongan yang datang dari dalam diri sendiri sehingga

menimbulkan disiplin pribadi yang mendasar dari dalam diri aagar

setiap instansi berkait berkenaan berkoordinasi dengan baik dan

benar.

2.1.2.9 Kebutuhan Akan Koordinasi

Menurut T.hanni Handoko (2003:196) kegiatan-kegiatan

dari satuansatuan organisasi berbeda dengan kebutuhan integrasi.

Kebutuhan akan koordinasi tergantung pada sifat dan kebutuhan

komunikasi dalam pelaksanaan tugas dan derajat saling

ketergantungan bermacam-macam satuan pelaksanaannya. Bila

tugas-tugas tersebut memerlukan aliran informasi antar satuan,

derajat koordinasi yang tinggi adalah paling baik. Derajat

koordinasi yang tinggi ini sangat bermanfaat untuk pekerjaan yang

tidak rutin dan tidak dapat diperkirakan. Faktor-faktor lingkungan

selalu berubah-ubah serta saling ketergantungan adalah tinggi.

Koordinasi juga sangat dibutuhkan bagi organisasi-

organisasi yang mnetapkan tujuan yang tinggi Menurut James

29
D.Thompson, ada tiga macam saling ketergantungan diantara

satuan-satuan organisasi.

1. Saling ketergantungan yang menyatu, bila satuan-satuan

organisasi tidak saling tergantung satu dngan yang lain dalam

melaksanakan kegiatan harian tetapi tergantung pada pelaksanaan

kerja setiap satuan yang memuaskan untuk suatu hasil akhir.

2. Saling ketergantungan yang berurutan, diman suatu satuan

organisasi harus melakukan pekerjaannya terlebih dahulu sebelum

satuan yang lain dapat bekerja.

3. Saling ketergantungan timbal balik, merupakan hubungan

memberi dan menerima antar satuan organisasi.

Menurut Drs.Dydiet Hardjito (2001:50) kebutuhan

koordinasi berbeda dalam hal sejauh mana aktivitas-aktivitas itu

perlu diintegrasikan dengan aktivitas unit-unit lainnya. Kebutuhan

koordinasi tergantung pada sifat dan perlunya komunikasi dari

tugas-tugas yang dilaksanakan serta tingat kegiatan yang

dikerjakan. Kebutuhan koordinasi menurut Stoner dan Wankel

dapat dibedakan menjadi tiga variari yaitu:

1. Kebutuhan koordinasi atas ketergantungan kelompok

2. Kebutuhan koordinasi atas letergantungan sekuensial

3. Kebutuhan koordinasi atas ketergantungan tibale-balik.

James A.F.Stiner dan Charles Wankel (1986:50)

1. Kebutuhan koordinasi atas ketergantungan kelompok (polled

Interdeprdence) Ketergantungan kelompok terjadi apabila unit

30
organisasi tidak tergantung satu sama lain untuk melaksanakan

pekerjaan sehari-hari tetapi tergantung pada prestasi yang memadai

dari setiap unit demi tercapainya hasil akhir.

2. Kebutuhan koordinasi atas ketergantungan sekuensial

(Sequential Interdependence) Ketergantungan sekuensial tercermin

pada suatu unit organisasi yang harus melaksanakan kegiatan

terlebih dahulu sebelum unit-unit selanjutnya daapat bertindak.

3. Kebutuhan koordinasi atas ketergantungan timbal-balik

( Reciprocal interdepence) Ketergantungan timbal balik melibatkan

hubungan saling memberi dan menerima dan saling

menguntungkan diantara unit-unit.

2.1.2.10. Indikator Koordinasi

Menurut Handayaningrat (1989:80), koordinasi dalam

proses manajemen dapat diukur melalui indikator :

1. Komunikasi

a. Ada tidaknya informasi

b. Ada tidaknya alur informasi

c. Ada tidaknya teknologi informasi

2. Kesadaran Pentingnya Koordinasi

a. Tingkat pengetahuan pelaksana terhadap koordinasi

b. Tingkat ketaatan terhadap hasil koordinasi

3. Kompetensi Partisipan

a. Ada tidaknya pejabat yang berwenang terlibat

b. Ada tidaknya ahli di bidang pembangunan yang terlibat

31
4. Kesepakatan, Komitmen, dan Insentif Koordinasi

a. Ada tidaknya bentuk kesepakatan

b. Ada tidaknya pelaksana kegiatan

c. Ada tidaknya sanksi bagi pelnggar kesepakatan

d. Ada tidaknya insentif bagi pelaksana koordinasi

5. Kontinuitas Perencanaan

a. Ada tidaknya umpan balik dari obyek dan subyek pembangunan

b. Ada tidaknya perubahan terhadap hasil kesepakatan

2.2. Penelitian Terdahulu

Ansari Saiya, Marta Ogotan, Joorie M. Ruru (2017) Fungsi Koordinasi

Dalam Penyelenggaran Pemerintahan Di Kecamatan Gemeh Kabupaten

Kepulauan Talaud.

Koordinasi merupakan fungsi penting dari manajemen pemerintahan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan bagaimana pelaksanaan

fungsi koordinasi dalam pemerintahan di Kecamatan Gemeh Talaud Pulau.

Metode yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif. Informan yang

diwawancarai sebanyak 12 orang tersebut adalah: Camat, Sekretaris Kecamatan,

Kepala Unit Dinas / Lembaga (4), Kepala Vertikal Lembaga (2), Kepala Desa

(2), Tokoh / Tokoh Masyarakat (2). Teknik pengumpulan data yang digunakan

adalah wawancara. Analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif

kualitatif-model interaktif Miles dan Hubernann.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: 1. Koordinasi dalam

perencanaan program / kegiatan tata kelola antar instansi pemerintah

(Pemerintah Kabupaten, SKPD dan Instansi Vertikal) di lingkungan Kecamatan

32
Gemeh sudah cukup baik, yang dilakukan melalui forum rapat koordinasi tingkat

kabupaten yang dipimpin dan dikoordinasikan oleh Kepala, sehingga terwujud

sinkronisasi, harmoni, harmoni, keseimbangan, dan secara keseluruhan integritas

program / kegiatan pemerintah. (2) Koordinasi dalam pelaksanaan program /

Kegiatan di Kabupaten Gemeh sudah cukup baik, yaitu melalui: koordinasi

tingkat kecamatan pertemuan; permintaan dan penyampaian data / informasi

atau laporan kemajuan pelaksanaan program / kegiatan seluruh SKPD dan

instansi vertikal yang ada; dan melalui monitoring / monitoring Kepala

pelaksanaan program / kegiatan.

Berdasarkan kesimpulan yang disarankan: (1) Harus ada komunikasi yang

harmonis antar timbal balik Pemerintah Kabupaten (Kepala dan jajarannya)

dengan seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah atau SKPD (UPT Dinas /

Instansi dan satuan kerja lainnya), dan Instansi Vertikal di wilayah kecamatan

ketenagakerjaan. (2) Kepala sebagai Pimpinan dan koordinator penyelenggara

pemerintahan kecamatan harus berupaya untuk mengoptimalkan penggunaan

sarana koordinasi seperti rapat koordinasi, permintaan dan penyampaian data /

informasi antar semua satuan kerja pemerintah di kecamatan, dan konsultan.

33
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Penelitian Terdahulu

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian

deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Strauss dan Cobin (dalam Tresiana,

2013:14) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang

menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan

menggunakan prosedur stastik atau dengan cara pengukuran. Bungin dan Creswell

(dalam Tresiana, 2013:33) metode kualitatif deskriptif merupakan jenis metode

kulitatif yang paling banyak dipengaruhi oleh pandangan kuantitatif. Pada

penulisan penelitian, peneliti menganalisis data tersebut dan sejauh mungkin

menggambarkan sebagaimana aslinya. Sehingga dengan demikian dapat diperoleh

penjelasan dan gambaran atas topik penelitian yang sesuai dengan judul penelitian

“Kinerja Dinas Pariwisata Dalam Mempromosikan Pariwisata Kota Manado di

Masa Pandemi”

3.2. Tempat Dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah Kantor Kecamatan Girian Kota Bitung, dengan

penelitian lapangan yakni dengan melakukan pengumpulan data penelitian secara

langsung pada objek dengan maksud diperoleh data lapangan yang dijamin

kebenaran dan kesahihanya.

Waktu penelitian dilakukan selama 1 bulan yakni pada bulan maret sampai

bulan april 2021.

34
3.3. Definisi Oprasional

Definisi operasional dimaksudkan untuk menghindari kesalahan

pemahaman dan perbedaan penafsiran yang berkaitan dengan istilah-istilah

dalam judul Proposal. Sesuai dengan judul penelitian yaitu “Fungsi Koordinasi

Aparat Pemerintah Dalam Pelaksanaan Pemerintahan dan Pembangunan

Pada Kantor Kecamatan Girian Kota Bitung”, maka definisi operasional yang

perlu dijelaskan, yaitu :

1. Penerapan

Penerapan merupakan sebuah tindakan yang dilakukan baik secara individu

maupun kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.

Dalam penelitian ini kita akan melihan penerapan fungsi koordinasi aparat

pemerintah dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan.

2. Koordinasi

perihal mengatur suatu organisasi atau kegiatan sehingga peraturan dan

tindakan yang akan dilaksanakan tidak saling bertentangan atau simpang siur.

Dalam penelitian ini akan di lihat garis koordinasi dari aparat pemerintahan dalam

pengambilan keputusan

3. Evaluasi

Evaluasi fungsi koordinasi aparat pemrintah dalam melaksanakan

pemerintahan dan pembangunan di Kecamatan Girian Kota Bitung yang akan

memberikan hasil dari penelitian ini.

35
3.4. Jenis Dan Sumber Data

3.4.1 Jenis Data

Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yaitu

data yang disajikan dalam bentuk kata verbal bukan dalam bentuk angka.1 yang

termasuk data kualitatif dalam penelitian ini yaitu gambaran umum obyek

penelitian, meliputi: Sejarah singkat berdirinya, letak geografis obyek, Visi dan

Misi, struktur organisasi, penerapan koordinasi, keadaan pemerintah, keadaan

sarana dan prasarana, standart penilaian serta pelaksanaan koordinasi, dan

efektivitas fungsi koordinasi.

3.4.2 Sumber Data

Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subyek dari

mana data dapat diperoleh. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua sumber

data yaitu :

a. Sumber data primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh

peneliti (atau petugasnya) dari sumber pertamanya. Adapun yang menjadi sumber

data primer dalam penelitian ini adalah Camat, Sekretaris Kecamatan, Kepala

Seksi Pemerintahan, Kepala Seksi Pembangunan, Pegawai, Lurah di Kecamatan

Girian Kota Bitung

b. Sumber data skunder, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh

peneliti sebagai penunjang dari sumber pertama. Dapat juga dikatakan data yang

tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen. Dalam penelitian ini, dokumentasi dan

angket merupakan sumber data sekunder.

36
3.5. Objek Dan Subjek Penelitian

Objek penelitian merupakan permasalahan yang diteliti. Menurut

Sugiyono (2012) objek penelitian adalah suatu atribut dari orang, obyek atau

kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Objek penelitian ini adalah

fungsi koordinasi aparat pemerintah dalam melaksanakan pemerintahan dan

pembangunan.

Subjek penelitian merupakan tempat variabel melekat. Subjek penelitian

adalah tempat di mana data untuk variabel penelitian diperoleh (Arikunto,

2010). Subjek dalam penelitian ini adalah kantor kecamatan Girian kota Bitung.

3.6. Metode Pengumpulan Data

3.6.1 Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung

secara lisan. Wawancara dapat berfungsi deskriptif yaitu melukiskan dunia

kenyataan seperti yang dialami oleh orang lain. Pada penelitian ini, wawancara

bertujuan untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya dari stake holder

yang terlibat di Kecamatan Girian Kota Bitung.

3.6.2 Observasi

Observasi digunakan untuk memperoleh data fungsi koordinasi aparat

pemerintah dalam pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan pada kantor

kecamatan girian kota bitung melalui pengamatan secara langsung.

3.6.3 Dokumentasi

37
Dokumentasi merupakan pengumpulan data dengan melihat dan mencatat

dokumen yang ada. Data yang akan diperoleh antara lain mengenai tugas pokok,

serta fungsi dan juga visi dan Misi dari kantor kecamatan girian kota bitung.

3.7. Teknik Analisi Data

Analisis data adalah proses penyusunan data agar dapat ditafsirkan.

Menyusun berarti dapat menggolongkan ke dalam pola, tema atau kategori.

Teknik analisis data yang digunakan meliputi 3 tahap, yaitu reduksi data

(penyederhanaan), display data (disajikan), dan verivikasi atau penarikan

kesimpulan.

3.7.1 Reduksi data

Data yang sudah dibuat dalam uraian terperinci, karena menghindari

makin menumpuknya data yang akan masuk untuk di analisis sejak awal uraian

tersebut di reduksi. Reduksi data dilakukan dengan cara menghilangkan atau

membuang bagian-bagian data isi yang tidak mendukung permasalahan yang di

kaji dalam penelitian mengenai efektifitas unit layanan administrasi dalam

peleloaan data Data dan yang di reduksi adalah data yang diperoleh dari hasil

wawancara, observasi dan dokumentasi yang di rasa tidak mendukung terhadap

permasalahan yang di teliti.

3.7.2 Display Data

Display data merupakan suatu proses penyajian data. Dengan tujuan data

yang terkumpul dari observasi, wawancara dan dokumentasi itu bisa di lihat

gambaran seluruhnya, sehingga akan memudahkan dalam mengambilan

kesimpulan yang tepat dan mempermudah dalam penyusunan penelitian. Data

38
yang telah di reduksi atau dipilah-pilah selanjutnya akan disajikan dalam bentuk

teks naratif dilampiri dengan gambar yang diperoleh melalui dokumentasi.

3.7.3 Penarikan Kesimpulan

Dalam penelitian kualitatif penarikan kesimpulan dilakukan sejak awal

penelitian itu dimulai. Kesimpulan itu pada awalnya masih bersifat tentatif, akan

tetapi dengan bertambahnya data kesimpulan itu menjadi mantap. Berdasarkan

data yang disajikan selanjutnya di tarik kesimpulan terhadap seluruh data yang

telah diperoleh selam berlangsungnya proses pengumpulan data. Penarikan

kesimpulan sejak penelitian di mulai atau dilakukan setelah data secara

keseluruhan dianalisis dan ditinjau dari konsep-konsep yang berhubungan.

Kesimpulan merupakan hasil dari penelitian.

39
Daftar Pustaka

Abdul Wahab, Solichin, 1990, Pengantar Analisis Kebijaksanaan Negara, Rineka


Cipta, Jakarta.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka
Cipta.

Ali, Lukman. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Balai Pustaka.

Badudu J.S dan Zain, Sutan Mohammad. (1996). Kamus Umum Bahasa
Indonesia.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Bungin, Burhan. 2013. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan


Publik,
dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Prenada Media Group.

Creswell, John W. 2012. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan


Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

G.R.Terry dan Rule,L.W.2003 “ Dasardasar manajemen”Terjemaha n Ticoula


G.A.
Bumi Aksara. Jakarta

Hardjito, Dydiet. (2001). Teori Organisasi dan Teknik Pengorganisasian. Jakarta:


Pt.
Raja Grafindo Persada.

Handayaningrat, Soewarno, 2002, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan


 

Manajemen,
Jakarta : Haji Masagung

Hasibuan, Malayu S.P., 1996, Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, Edisi
Kedua, Jakarta: PT Toko Gunung Agung.

Hasibuan. Malayu S.P.2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:Bumi


Aksara.

Hasibuan, Malayu S.P, 2006, Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah,Edisi


Revisi, Bumi Aksara:Jakarta.

40
Handayaningrat, Soewarno. 1995. Pengantar Study Administrasi dan Manajemen.
Jakarta. Gunung Agung.

Handoko, T.Hani, 2003, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia,


Yogyakarta, BPFE-Yogyakarta.

James A.F Stoner & Charles Wankel. 2003. Perencanaan & Pengambilan
Keputusan
Dalam Manajemen 1. Terjemahan Sahat Simamora. Jakarta : Rineka
Cipta.

Rivai, Veithzal. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan


Dari
teori Ke Praktik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Siagian, Sondang P. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi


Aksara.

Soewarno, Handayaningrat, 2002. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan


Manajemen. Jakarta: CV Haji Masagung.

Sugandha,D. 1998, Koordinasi Alat Pemersatu Gerak Administrasi, Intermedia,


Jakarta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung:


Alfabeta.

Westra, Pariata., dkk. 1981. Ensiklopedi Administrasi. Jakarta: Gunung Agung

Sumber-sumber lain
Pratiwi. D. D., A. J. Rorong dan J. M. Ruru 2017. Efektivitas Pelayanan Izin
Usaha Perdagangan pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kota Manado.
Manado : Jurnal Administrasi Publik, Fisip Unsrat. Kota Manado. 3 (046)

UU No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah

UndangUndang Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014

41

Anda mungkin juga menyukai