Anda di halaman 1dari 9

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF UNTUK ABK

DI SURABAYA

Ika Devy Pramudiana


Universitas Dr. Soetomo Surabaya

Email: Ik.pramudiana@gmail.com

Abstract
Education is one of important aspect of human life. A good education will produce
smart and competent nation’s next generation. Education is a human right, with no exception for
children with disabilities (difable). Schools as environment have an important role need
supports from all parties. Role of Parents, school special, expert, high school, SLB, and the
government is still rated low. The school as a means and infrastructure is still limited.
Involvement of parents as one of key to the success of inclusive education should be built well.
Unfortunately, there are still some obstacle ad practical depreciation and conditions,
infrastructure, and the financial conditions.

Key words: inclusive education, disable students, policy

PENDAHULUAN Kecacatan (1997), Kerangka Aksi Dakar


Pendidikan merupakan salah satu (2000) dan Deklarasi Kongres Anak
aspek penting dan menjadi prioritas dalam Internasional (2004).
kehidupan manusia. Dengan pendidikan Karena pendidikan merupakan hak
yang baik pastinya akan melahirkan setiap warga negara tidak terkecuali
generasi penerus bangsa yang cerdas dan pendidikan untuk anak berkebutuhan
kompeten dalam bidangnya. Setiap Negara khusus seperti dijelaskan diatas dan juga
memberikan kebijakan yang terbaik untuk pada Definisi pendidikan adalah hak asasi
masyarakatnya mendapatkan pendidikan. yang paling mendasar bagi setiap manusia,
Indonesia merupakan negara yang tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau
mutu pendidikannya masih rendah jika anak berkebutuhan khusus. Dalam Undang-
dibandingkan dengan negara-negara lain. Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1
Untuk memperbaiki pendidikan di diamanatkan bahwa setiap warga negara
Indonesia diperlukan sistem pendidikan mempunyai kesempatan yang sama untuk
yang responsif terhadap perubahan dan memperoleh pendidikan, yang dipertegas
tuntutan zaman. Perbaikan itu dilakukan dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang
mulai dari pendidikan dasar, pendidikan Sistem Pendidikan Nasional, maupun
menengah dan pendidikan tinggi. Oleh dalam Peraturan Mendiknas No. 70 tahun
karena itu, bangsa Indonesia harus 2009 tentang Pendidikan Inklusif Bagi
menggunakan sistem pendidikan dan pola Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan
kebijakan yang sesuai dengan keadaan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau
Indonesia. Pengakuan atas hak pendidikan Bakat Istimewa.
bagi setiap warga negara, juga diperkuat Pendidikan inklusif merupakan
dalam berbagai deklarasi internasional. salah satu alternatif untuk memperluas
Pada tahun 1948, seperti Deklarasi kesempatan akses pendidikan khususnya
Universal Hak Asasi Manusia (1948), bagi anak berkebutuhan khusus
Deklarasi Dunia tentang Pendidikan untuk (penyandang kelainan dan kelompok anak
Semua (1990),Peraturan Standar PBB kurang beruntung lainnya). Anak
tentang Persamaan Kesempatan bagi Para penyandang kelainan sementara ini
Penyandang Cacat (1993), Pernyataan mendapat pendidikan secara segregatif di
Salamanca dan Kerangka Aksi UNESCO satuan pendidikan khusus atau Sekolah
(1994), Undang-undang Penyandang Luar Biasa (SLB). Dikarenakan jumlah

Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 5 No. 1 Januari 2017 | 1


SLB yang sangat terbatas dibandingkan Akibatnya sebagian dari mereka, terutama
dengan populasi anak penyandang kelainan yang kemampuan ekonomi orang tuanya
dan lokasi SLB yang biasanya di perkotaan lemah, terpaksa tidak disekolahkan karena
mengakibatkan anak penyandang kelainan, lokasi SLB jauh dari rumah, sementara
terutama yang di daerah pinggiran dan kalau akan disekolahkan di sekolah
pedesaan, belum memperoleh layanan terdekat, sekolah tersebut tidak bersedia
pendidikan formal secara memadai. menerima karena merasa tidak mampu
Meskipun ada beberapa undang- melayaninya. Sebagian yang lain, mungkin
undang yang mengatur pendidikan inklusif selama ini dapat diterima di sekolah
tetapi banyak anak-anak berkebutuhan terdekat, namun karena ketiadaan guru
khusus yang berusia sekolah masih sangat pembimbing khusus akibatnya mereka
sedikit yang menikmati layanan pendidikan. beresiko tinggal kelas dan akhirnya putus
Dari perkiraanJumlah siswa berkebutuhan sekolah.
khusus atau siswa inklusi di Berdasarkan fenomena di atas,
Surabayajumlahnya meningkat tahun ini. masih banyak anak-anak berkebutuhan
Jumlah peserta didik inkusi 2014 sebesar khusus yang belum mendapatkan
4.426 orang, dan tahun ini menjadi 8.106 kesempatan untuk memperoleh pendidikan.
orangyang berkebutuhan khusus dan Kondisi ini disebabkan adanya berbagai
memerlukan fasilitas sesuai dengan hambatan termasuk didalamnya kondisi
kebutuhannya. Tetapi anak berkebutuhan sosial dari masyarakat. Hambatan lainnya
khusus di Surabaya hanya sebagian saja datang dari sekolah penyelenggara
yang mendapatkan fasilitas sekolah inklusi pendidikan inklusif belum dapat
tersebut, Ini disebabkan karena masih ada menyelenggarakan pendidikan inklusif
anak-anak dengan hambatan atau kecacatan secara optimal. Sehingga penyelenggara
yang tidak terlayani pendidikannya karena pendidikan inklusif ini sampai sekarang
kurangnya pemahaman orang belum berkembang baik. Padahal menurut
tua,Realitanya sebagian besar masyarakat Foreman (2002) sekolah inklusif harus
merasa malu mempunyai anak cacat atau menyediakan semua kebutuhan siswa,
anak yang mempunyai kemampuan di apapun tingkat kebutuhan dan keadaan
bawah ratarata, sehingga mereka berupaya siswa tersebut.Dari penjelasan diatas maka
menyembunyikan anaknya. Dengan diketahui kebijakan sekolah inklusi belum
demikian anak tersebut tidak dapat mengena kepada ABK karena beberapa hal,
menerima pendidikan sebagaimana Agar pendidikan inklusif dapat berjalan
mestinya. Akibatnya, anak-anak tersebut dengan baik, sangat diperlukan
tidak mendapatkan layanan pendidikan implementasi kebijakan inklusif, oleh
seperti anak-anak lainnya. Selain itu jumlah karena itu sangat dibutuhkan para
tenaga didik ABK juga terbatas yang tidak implementor yang mempunyai komitmen
bisa mengimbangi naiknya jumlah siswa tinggi, mau dan mampu melaksanakan
ABK, Idealnya 1 guru pendamping kebijakan tersebut.
siswa inklusi atau ABK maksimal Berdasarkan permasalahan tersebut
mendampingi empat siswa. Namun karena di atas, penelitian ini dirumuskan sebagai
kurangnya jumlah guru dengan disiplin berikut:
penanganan ABK. a. Bagaimana implementasi kebijakan
Selain itu penyebab lainnya masih pendidikan inklusif di Surabaya?
terbatasnya jumlah sekolah pendidikan b. Apa saja kendala dalam implementasi
inklusi dan biaya operasional yang jauh kebijakan pindidikan inklusif dalam
lebih tinggi dibandingkan dengan sekolah mewujudkan mutu pendidikan di
biasa/reguler. Selain itu pada umumnya Surabaya?
lokasi SLB berada di ibu kota
kabupaten/kota, padahal anak-anak TINJAUAN PUSTAKA
berkebutuhan khusus tersebar hampir di Kebijakan Publik
seluruh daerah (kecamatan/desa), tidak Carl J Federick sebagaimana
hanya di ibu kota kabupaten saja. dikutip Leo Agustino(2008: 7)

Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 5 No. 1 Januari 2017 | 2


mendefinisikan kebijakan sebagai masih ada satu tahap lagi, yakni tahap
serangkaian tindakan/kegiatan yang perubahan kebijakan dan terminasi atau
diusulkan seseorang, kelompok atau penghentian kebijakan. Di dalam setiap
pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu proses terdapat tahap-tahap kebijakan
dimana terdapat hambatan-hambatan publik. Berikut tahapan atau proses
(kesulitan-kesulitan) dan kesempatan- Kebijakan Publik Menurut William Dunn:
kesempatan terhadap pelaksanaan usulan
kebijaksanaan tersebut dalam rangka
mencapai tujuan tertentu. Pendapat ini juga
menunjukan bahwa ide kebijakan
melibatkan perilaku yang memiliki maksud
dan tujuan merupakan bagian yang penting
dari definisi kebijakan, karena
bagaimanapun kebijakan harus menunjukan
apa yang sesungguhnya dikerjakan daripada
apa yang diusulkan dalam beberapa
kegiatan pada suatu masalah.
Irfan Islamy sebagaimana dikutip
Suandi (2010: 12) kebijakan harus
dibedakan dengan kebijaksanaan. Policy Gambar 1. Proses Kebijakan Publik Menurut
diterjemahkan dengan kebijakan yang William Dunn
berbeda artinya dengan wisdom yang
artinya kebijaksanaan. Pengertian Harold D. Lasswell dan Abraham
kebijaksanaan memerlukan pertimbangan- Kaplan mengartikan kebijaksanaan sebagai
pertimbangan lebih jauh lagi, sedangkan a projecterd program of goals, values and
kebijakan mencakup aturanaturan yang ada practice yang artinya adalah suatu program
didalamnya. James E Anderson pencapaian tujuan, nilai-niai dan praktek-
sebagaimana dikutip Islamy (2009: 17) praktek yang terarah. Sedangkan penjelasan
mengungkapkan bahwa kebijakan adalah “a lain mengenai kebijakan publik adalah
purposive course of action followed by an serangkaian tindakan yang di usulkan
actor or set of actors in dealing with a seseorang, kelompok atau pemerintah
problem or matter of concern” (Serangkaian dalam suatu lingkungan tertentu dengan
tindakan yang mempunyai tujuan tertentu menunjukkan hambatan-hambatan dan
yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang kesempatankesempatan terhadap
pelaku atau sekelompok pelaku guna pelaksanaan usulan kebijaksanaan tersebut
memecahkan suatu masalah tertentu). dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Konsep kebijakan yang ditawarkan oleh William Dunn memahami analisis
Anderson ini menurut Budi Winarno (2007: kebijakan sebagai suatu proses ilmu
18) dianggap lebih tepat karena penelitian. Dalam hal ini menganalisis
memusatkan perhatian pada apa yang suatu kebijakan merupakan usaha untuk
sebenarnya dilakukan dan bukan pada apa dapat merekomendasikan kebijakan. Usaha
yang diusulkan atau dimaksudkan. Selain ini bermula dari penyajian secara cermat
itu konsep ini juga membedakan secara informasi yang menunjukkan adanya
tegas antara kebijakan (policy) dengan masalah kebijakan. Informasi ini oleh analis
keputusan (decision) yang mengandung arti kemudian digunakan unluk membuat
pemilihan diantara berbagai alternatif yang informasi tentang altematifalternatif
ada. kebijakan. Begitu seterusnya, sehingga
Proses pembuatan kebijakan publik akivitas ini merupakan suatu siklus.
merupakan suatu konsep yang komplek Sedangkan siklus kebijakaan menurut Dunn
karena melibatkan banyak alur proses. adalah sebagai berikut:
Tahap penilaian kebijakan seperti yang
tercantum dalam bagan ini, bukan termasuk
proses akhir dari kebijakan publik, sebab

Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 5 No. 1 Januari 2017 | 3


dan perumusan tujuan yang jelas,
penentuan ukutan prestasi kerja,
biaya dan waktu;
2. Melaksanakan program, dengan
mendayagunakan struktur-struktur
dan personalia, dana dan sumber-
sumber, prosedur-prosedur, dan
metodemetode yang tepat;
3. Membangun sistem penjadwalan ,
monitoring, dan sarana-sarana
pengawasan yang tepat guna
Gambar 2. Siklus Kebijakan William Dunn menjamin bahwa tidakan-tindakan
yang tepat dan benar dapat segera
Dalam gambar 2 informasi dilaksanakan.
kebijakan termuat di dalam kotak, sedang Dari rangkaian tahap diatas, secara
metode yang digunakan untuk mengubah garis besar implementasi kebijakan
informasi itu menjadi informasi jenis hari meliputi kegiatan perencanaan,
temuat di dalam bentuk lonjong. Aktivitas penjadwalan, dan pengawasan.
menganalisis kebijakan pada pokoknya Kemungkinan, terjadi ketidakefektifan
menerapkan metode-metode pengubahan kebijakan yang telah ditempuh oleh
informasi kebijakaan tersebut. Berdasarkan pemerintah. Hal yang demikian
uraian-uraian diatas mempunyai satu arti, menurut Andrew Dunsire: “karena
bahwa semua kebijakan pasti mengandung adanya implementasi gap (kesenjangan
suatu unsur pengawasan. Teknik implementasi), yaitu suatu istilah yang
pengawasan kebijakan-kebijakan tersebut dimaksudkan untuk menjelaskan suatu
benar-benar diimplementasikan sehingga keadaan dimana dalam proses
kebijakan tersebut benar-benar dapat kebijakan selalu akan terbuka
dioperasionalkan. kemungkinan terjadinya perbedaan
antara apa yang diharapkan
Implementasi kebijakan (direncanakan) oleh pembuat kebijakan
Suatu kebijakan yang telah dengan apa yang senyatanya dicapai
diformulasikan oleh pemerintah tidak akan sebagai hasil atau prestasi pelaksanaan
berarti tanpa diikuti dengan pelaksanaan kebijakan. Besar kecilnya perbedaan
kebijakan. Chief J.O.Udoji menyatakan tersebut tergantung pada kemampuan
bahwa: “pelaksanaan kebijaksanaan adalah organisasi atau aktor untuk
sesuatu yang penting, bahkan lebih penting mengimplementasikan kebijakan yang
daripada pembuatan kebijaksanaan, karena dipercayakan sedemikian rupa,
kalau tidak ada implementasi maka sehingga tujuan yang telah ditetapkan
kebijaksanaan hanya akan berupa impian dalam dokumen kebijakan tercapai
atau rencana bagus yang tersimpan rapi (implementation capacity)”. Dengan
dalam arsip”. Karena itu setiap kebijakan Implernentasi kebijakan diharapkan
dan program yang dicanangkan pemerintah tercapai perubahan sesuai yang
selalu diimplementasikan, sehingga tidak direcanakan. Namun demikian
hanya menjadi hal yang sia-sia. kemungkinan akan terjadi penolakan
 Tahap Implementasi Kebijakan terhadap perubahan sehubungan dengan
Dengan pendekatan-pendekatan implementasi kebijakan tersebut.
prosedural dan manajerial (procedural Ragam pelaksanaan implementasi
and managerial approaches) kebijakan menurut peneliti tidak hanya
mengemukakan tahap implementasi menyangkut perilaku badan-badan
mencakup urut-urutan langkah sebagai administratif yang bertanggung jawab
berikut: melaksanakan program dan
1. Merancang bangun (mendesain) menimbulkan ketaatan pada diri
program beserta perincian tugas kelompok sasaran, melainkan juga

Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 5 No. 1 Januari 2017 | 4


menyangkut jaringan kekuatan- inklusi adalah pelayanan pendidikan untuk
kekuatan politik seperti di eksekutif, peserta didik yang berkebutuhan khusus
anggota legisiatif, yudikatif, kelompok- tanpa memandang kondisi fisik, intelektual,
kelompok kepentingan yang sosial emosional, linguistik atau kondisi
berpengaruh pada jalannya roda lainnya untuk bersama-sama mendapatkan
perekonomian, dan warga masyarakat pelayanan pendidikan di sekolah regular (
sosial yang langsung atau tidak SD, SMP, SMU, maupun SMK).
langsung dapat mempengaruhi perilaku Tujuan Pendidikan InklusifSecara
dari semua pihak yang terlibat. Dengan umum adalah usaha sadar dan terencana
demikian kebijakan publik menjadi untuk mewujudkan suasana belajar dan
efektif, bilamana dilaksanakan dan proses pembelajaran agar peserta didik
mempunyai dampak baik diharapkan secara aktif mengembangkan potensi
maupun tidak bagi kelompok sasaran pribadinya untuk memiliki kekuatan
khususnya, dan anggota rnasyarakat spiritual keagamaan, pengendalian diri,
pada umumnya. kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia dan
yang diperlukan dirinya, masyarakat,
Pendidikan Inklusi bangsa dan Negara ( UU No 20 tahun 2003,
Pengertian Pendidikan Inklusi Pasal 1 ayat 1). Oleh sebab itu intidari
Pendidikan inklusi adalah bentuk pendidikan inklusi adalah hak azasi
penyelenggaraan pendidikan yang manusia atas pendidikan. Suatu
menyatukan anak-anak berkebutuhan konsekuensi logis dari hak ini adalah semua
khusus dengan anak-anak normal pada anak mempunyai hak untuk menerima
umumnya untuk belajar. Menurut Hildegun pendidikan yang tidak mendiskriminasikan
Olsen (Tarmansyah, 2007;82), pendidikan dengan kecacatan, etnis, agama, bahasa,
inklusi adalah sekolah harus jenis kelamin, kemampuan dan lain-lain.
mengakomodasi semua anak tanpa Tujuan praktis yang ingin dicapai dalam
memandang kondisi fisik, intelektual, sosial pendidikan inklusi meliputi tujuan langsung
emosional, linguistik atau kondisi lainnya. oleh anak, oleh guru, oleh orang tua dan
Ini harus mencakup anak-anak penyandang oleh masyarakat.
cacat, berbakat. Anak-anak jalanan dan Tujuan yang ingin dicapai oleh
pekerja anak berasal dari populasi terpencil anak dalam mengikutikegiatan belajar
atau berpindah-pindah. Anak yang berasal dalam inklusi antara lain adalah:
dari populasi etnis minoritas, linguistik, 1) Berkembangnya kepercayaan pada diri
atau budaya dan anak-anak dari area atau anak, merasa bangga pada diri sendiri
kelompok yang kurang beruntung atau atas prestasi yang diperolehnya.
termajinalisasi.Pendidikan inklusi adalah 2) Anak dapat belajar secara mandiri,
sebuah pelayanan pendidikan bagi peserta dengan mencoba memahami dan
didik yang mempunyai kebutuhan menerapkan pelajaran yang
pendidikan khusus di sekolah regular ( SD, diperolehnya di sekolah ke dalam
SMP, SMU, dan SMK) yang tergolong luar kehidupan sehari-hari.
biasa baik dalam arti kelainan, lamban 3) anak mampu berinteraksi secara aktif
belajar maupun berkesulitan belajar bersama teman-temannya, guru,
lainnya. (Lay Kekeh Mar sekolah dan masyarakat.
than, 2007:145) 4) Anak dapat belajar untuk menerima
Menurut Staub dan Peck adanya perbedaan,dan mampu
(Tarmansyah, 2007;83), pendidikan inklusi beradaptasi dalam mengatasi perbedaan
adalah penempatan anak berkelainan tersebut.
ringan, sedang dan berat secara penuh di
kelas. Hal ini menunjukan kelas regular Model Pendidikan Berkebutuhan
merupakan tempat belajar yang relevan Khusus
bagi anak-anak berkelainan, apapun jenis Menurut Suyanto & Mudjito A.K.
kelainanya.Dari beberapa pendapat, maka (20012: 5), ada tiga model pendidikan
dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan untuk menggabungkan anak berkebutuhan

Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 5 No. 1 Januari 2017 | 5


khusus dengan anak normal dalam satu membentuk lingkaran atau duduk di
lingkungan belajar, yakni: bangku bersama-sama sehingga mereka
a. Mainstream, adalah system pendidikan dapat melihat satu sama lain.
yang menempatkan anak-anak d) .Materi belajar Berbagai bahan yang
berkebutuhan khusus di sekolah umum, bervariasi untuk semua mata pelajaran,
mengikuti kurikulum akademis yang contoh pembelajarn matematika
berlaku, dan guru juga tidak harus disampaikan melalui kegiatanyang
melakukan adaptasi kurikulum. Diikuti lebih menarik, menantang dan
oleh anak-anak yang sakit namun tidak menyenangkan melalui bermainperan
berdampak pada kemampuan menggunakan poster dan wayang untuk
kognisinya. pelajaran bahasa.
b. Integrasi, adalah menempatkan anak- e) Sumber Guru menyusun rencana harian
anak berkebutuhan khusus dalam kelas dengan melibatkan anak, contoh
anak-anak normal, dimana mereka meminta anak membawa media belajar
mengikuti pelajaran-pelajaran yang yang murah dan mudah didapat ke
dapat mereka ikuti dari gurunya. dalam kelas untuk dimanfaatkan dalam
Sedangkan untuk mata pelajaran pelajaran tertentu.
akademis lainnya anak-anak f) Evaluasi Penilaian, observasi,
berkebutuhan khusus itu memperoleh portofolio yakni karya anak dalam
pengganti di kelas yang berbeda dan kurun waktu tertentu dikumpulkan dan
terpisah. Penempatan integrasi itu tidak dinilai (Lay Kekeh Marthan, 2007:152).
sama dengan integrasi pengajaran dan Dalam pendidikan inklusi terdapat
itegrasi sosial, karena tergantung pada siswa normal dan berkebutuhan khusus,
dukungan yang diberikan sekolah. dalam rangka untuk menciptakan manusia
c. Inklusi, adalah system penyelenggaraan yang berkembang seutuhnya maka
pendidikan yang memberikan diperlukan adanya pembinaan peserta didik,
kesempatan kepada semua peserta didik melalui pembinaan ini maka diharapkan
yang memiliki kelainan dan memiliki peserta didik mampu berkembang dan
potensi kecerdasan dan/atau bakat memiliki keterampilan secara optimal.
istimewa untuk mengikuti pendidikan
atau pembelajaran dalam lingkungan METODE
pendidikan secara bersama-sama Penelitian ini termasuk dalam
dengan peserta didik pada umumnya penelitian kualitatif, dimana peneliti
(Permendiknas No. 70 tahun 2009). bertujuan untuk mendeskripsikan dan
Karakteristik Pendidikan Inklusi, menganalisa penerapan pelayanan publik
Karakteristik dalam pendidikan inklusi berkait yang diberikan kepada para
tergabung dalam beberapa hal seperti penyandang cacat baik pelayanan fisik
hubungan, kemampuan, pengaturan tempat maupun non-fisik. dimana peneliti
duduk, materi belajar, sumber dan evaluasi bertujuan untuk mendeskripsikan dan
yang dijelaskan sebagai berikut: menganalisa implementasi kebijakan
a) Hubungan Ramah dan hangat, contoh sekolah Inklusif untuk ABK di Surabaya.
untuk anak tuna rungu: guru selalu Jenis data yang dibutuhkan dalam
berada di dekatnya dengan wajah penelitian ini meliputi data primer dan data
terarah pada anak dan tersenyum. sekunder. Data tersebut dikumpulkan
Pendamping kelas( orang tua ) memuji dengan teknik wawancara dan dokumentasi.
anak tuna rungu dan membantu lainnya. Teknik analisa data yang digunakan dalam
b) Kemampuan Guru, peserta didik penelitian ini adalah teknik analisa
dengan latar belakang dan kemampuan kualitatif. Proses analisa data dimulai
yang berbeda serta orang tua sebagai dengan menelaah seluruh data yang telah
pendamping. diperoleh dari berbagai sumber. Kemudian
c) Pengaturan tempat duduk, Pengaturan dilakukan reduksi data dengan jalan
tempat duduk yang bervariasi seperti, membuat abstraksi. Langkah selanjutnya
duduk berkelompok di lantai adalah menyusun data dalam satuan-satuan.

Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 5 No. 1 Januari 2017 | 6


Satuan-satuan itu kemudian Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik
dikategorisasikan pada langkah berikutnya. Yang Memiliki Kelainan dan Memiliki
Pengkategorian itu dilakukan sambil Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat
membuat koding. Tahap terakhir adalah Istimewa. Pernyataan tersebut di atas telah
mengadakan pemeriksaan keabsahan data. menunjukkan kesungguhan upaya
Setelah tahap ini selesai, maka baru pemerintah dalam mengimplementasikan
dilakukan penafsiran data (Moleong, 1990). pendidikan inklusif di Indonesia yang perlu
Sehingga tahap-tahap dalam analisa data ditindaklanjuti dengan peraturan-peraturan
kualitatif meliputi: pemrosesan satuan data, dan pedoman-pedoman teknis serta
reduksi data, pengkategorisasian data serangkaian kegiatan yang dapat
termasuk pemeriksaan keabsahan data, dan mendukung implementasi pendidikan
penafsiran data. inklusif.
Terakhir, peneliti menggunakan Kota Surabaya saat ini telah
teknik triangulasi yaitu melalui tiga tahapan menunjuk total 262 sekolah penyelenggara
pengecekan: Pertama, triangulasi sumber pendidikan inklusif, terdiri dari 168
data, yaitu membandingkan data yang Sekolah Dasar, 90 Sekolah Menengah
diperoleh melalui teknik wawancara dengan Pertama, 2 Sekolah Menengah Atas, dan 2
data hasil observasi dan survei. Kedua, Sekolah Menengah Kejuruan, yang tersebar
melakukan peer review untuk mengetahui di seluruh Kota Surabaya. Jumlah sekolah
pendapat para peneliti dan pakar lain yang inklusif pada jenjang SMA dan SMK
melakukan penelitian serupa. Ketiga, sangat kecil dibandingkan dengan jumlah
peneliti akan melakukan triangulasi teori, SD dan SMP yang menerapkan pendidikan
yaitu membandingkan data empiris dengan inklusif, namun apabila dibandingkan
kajian teoritis yang telah berkembang dan dengan jumlah total sekolah negeri yang
diakui kebenarannya. ada di Kota Surabaya, jumlah sekolah yang
telah ditunjuk menjadi penyelenggara
HASIL DAN PEMBAHASAN pendidikan inklusif dapat dibilang masih
Peraturan Menteri Pendidikan belum terlalu maksimal, sebagaimana
Nasional RI Nomor 70 Tahun 2009 tentang tergambar dalam tabel berikut ini:

Tabel 1. Jumlah ABK di Surabaya


Sekolah yang diunjuk sebagai
No Jenjang Pendidikan Jumlah Sekolah Persentase
sekolah Inklusif
1 SD/MI 358 168 49,76%
2 SMP/ MTS 367 90 24,87%
3 SMA/ MA/ SMK 106 4 3,98%
TOTAL 81 262 31,62%
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Surabaya 2015

Berdasarkan data di atas, terlihat memiliki sekolah inklusif dengan jenjang


bahwa apabila dibandingkan dengan jumlah pendidikan tertentu.
total sekolah negeri yang ada di Kota Sekolah sebagai lingkungan yang
Surabaya sebanyak 831 lembaga, jumlah sangat berperan terhadap perubahan pada
sekolah yang telah ditunjuk menjadi siswa ABK membutuhkan dukungan dari
penyelenggara pendidikan inklusif dapat semua pihak. Peran orang tua, sekolah
dibilang masih belum terlalu maksimal. khusus, tenaga ahli, perguruan tinggi, SLB,
Hampir di semua jenjang pendidikan, dan pemerintah masih dinilai minimal.
jumlah sekolah yang telah ditunjuk sebagai Fasilitas sekolah seperti sarana dan
sekolah inklusif belum mencapai 50%. prasarana juga masih terbatas. Keterlibatan
Sebaran sekolah penyelenggara pendidikan orang tua sebagai salah satu kunci
inklusif dari segi wilayah juga belum keberhasilan dalam pendidikan inklusi,
optimal, di mana belum semua Kecamatan belum terbina dengan baik. Dampaknya
orang tua sering bersikap kurang peduli

Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 5 No. 1 Januari 2017 | 7


terhadap anaknya. Beberapa kecenderungan masyarakat maupun guru juga merupakan
yang terjadi dalam penyelenggaraan kendala dalam penyelenggaraan pendidikan
pendidikan inklusif di Surabaya antara lain inklusif, salah satunya penilaian/persepsi
adanya protes terhadap kenaikan kelas negatif masyarakat terhadap ABK. Power
ABK, sementara ada anak normal yang atau kekuasaan dari penguasa juga
tidak naik kelas, tidak ada guru khusus, merupakan hambatan dalam
tetapi ini justru tantangan untuk penyelenggaraan pendidikan inklusif,
menemukan metode baru (kreatif) melalui misalnya penguasa membuat kebijakan
kebersamaan, saling diskusi, dan saling dimana sekolah hanya menerima siswa-
berbagai. Perubahan dan proses adaptasi siswa normal bukan siswa yang memiliki
pembelajaran dilakukan terus menerus kelainan atau kecerdasan luar biasa.
melalui kerja sama, saling memotivasi, Minimnya sarana penunjang sistem
saling membantu, saling mendukung, pendidikan inklusif, terbatasnya
komunikasi, dan belajar dari pengalaman. pengetahuan dan keterampilan yang
Sekolah juga harus mengembangkan dimiliki oleh para guru sekolah inklusif
kerjasama antar guru dan meningkatkan serta keberadaan guru pendamping khusus
jalinan komunikasi dengan orang tua, yang berkompeten di bidangnya
sekalipun hal tersebut diakui menambah menunjukkan betapa sistem pendidikan
beban tambahan, namun diterima oleh inklusif belum benar-benar dipersiapkan
sekolah sebagai tantangan. dengan baik.
Aspek yang mempengaruhi
keberhasilan implementasi sebuah KESIMPULAN
kebijakan adalah tersedianya sumber daya Berdasarkan hasil penelitian, dapat
yang memadai. Implementasi kebijakan disimpulkan bahwa jalannya implementasi
sangat membutuhkan dukungan sumber kebijakan pendidikan inklusif di Surabaya,
daya manusia maupun sarana dan Sekolah sebagai lingkungan yang sangat
prasarana. Sumber daya manusia yang baik berperan terhadap perubahan pada siswa
dan profesional merupakan patokan agar ABK membutuhkan dukungan dari semua
implementasi pendidikan inklusif dapat pihak. Peran orang tua, sekolah khusus,
berjalan maksimal dan sesuai dengan tenaga ahli, perguruan tinggi, SLB, dan
harapan semua kalangan. Sumber daya pemerintah masih dinilai minimal. Fasilitas
tersebut seharusnya lebih diperhatikan oleh sekolah seperti sarana dan prasarana juga
sekolah maupun Pemerintah.Aspek lain masih terbatas. Keterlibatan orang tua
yang mempengaruhi keberhasilan sebagai salah satu kunci keberhasilan dalam
implementasi sebuah kebijakan aspek pendidikan inklusi, belum terbina dengan
komunikasi, sumber daya, dan disposisi, baik. Dampaknya orang tua sering bersikap
aspek struktur birokrasi juga merupakan kurang peduli terhadap anaknya. Beberapa
salah satu elemen penting yang menentukan kecenderungan yang terjadi dalam
keberhasilan implementasi sebuah penyelenggaraan pendidikan inklusif di
kebijakan. Implementasi kebijakan Surabaya antara lain adanya protes terhadap
peneyelenggaraan layanan pendidikan kenaikan kelas ABK, sementara ada anak
inklusif di Surabaya melibatkan cukup normal yang tidak naik kelas, tidak ada
banyak pihak, sehingga kejelasan tugas dan guru khusus, tetapi ini justru tantangan
pembagian tanggung jawab menjadi hal untuk menemukan metode baru (kreatif)
yang sangat perlu diperhatikan. melalui kebersamaan, saling diskusi, dan
Selain implementasi kebijakan ada saling berbagai. Perubahan dan proses
pula Kendala Pendidikan Inklusif di adaptasi pembelajaran dilakukan terus
Surabaya, Kendala yang ditemui dalam menerus melalui kerja sama, saling
penyelenggaraan pendidikan inklusif ada memotivasi, saling membantu, saling
berbagai macam, diantaranya yaitu kendala- mendukung, komunikasi, dan belajar dari
kendala yang sifatnya praktis sebagai pengalaman. Sekolah juga harus
contoh kondisi geografis, sarana-prasarana, mengembangkan kerjasama antar guru dan
dan kondisi keungan. Psikologi baik dari meningkatkan jalinan komunikasi dengan

Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 5 No. 1 Januari 2017 | 8


orang tua, sekalipun hal tersebut diakui
menambah beban tambahan, namun
diterima oleh sekolah sebagai tantangan.
Sedangkan Kendala yang ditemui dalam
penyelenggaraan pendidikan inklusif ada
berbagai macam, diantaranya yaitu kendala-
kendala yang sifatnya praktis sebagai
contoh kondisi geografis, sarana-prasarana,
dan kondisi keuangan. Psikologi baik dari
masyarakat maupun guru juga merupakan
kendala dalam penyelenggaraan pendidikan
inklusif, salah satunya penilaian/persepsi
negatif masyarakat terhadap ABK.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wahab, Solichin. 1997. Analisis
Kebijaksanaan: Dari Formulasi ke
Implementasi Kebijaksanaan
Negara. Jakarta: Penerbit PT Bumi
Aksara.
Abdullah, 1988. Perkembangan dan
Penerapan Studi Implementasi
(Action Research and Case Studies).
Jakarta: Lembaga Administrasi
Negara.
Dunn, N. William, Muhadjir Darwin
(Penyunting), 2001. Analisis
Kebijakan Publik: Kerangka
Analisis dan Prosedur Perumusan
Masalah, Yogyakarta: Hanindita.
__, 2000. Pengantar Analisis Kebijakan
Publik. Edisi Kedua. Yogyakarta:
Gadjah Mada University.
Milles & Huberman. 1992, Analisis Data
Kualitatif (tentang metode-metode
baru), Jakarta: UI-Press.
Sunardi. 1995. Kecenderungan Dalam
pendidikan Luar iasa. Dikti.
Depdikbud. Jakarta. Tachjan. 2008.
Implementasi Kebijakan Publik.
Penerbit AIPI Bandung, Puslit
KP2W Lemlit Unpad.

Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 5 No. 1 Januari 2017 | 9

Anda mungkin juga menyukai