Anda di halaman 1dari 69

PELATIHAN DASAR CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL

BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PUPR WILAYAH III JAKARTA


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

LAPORAN PELAKSANAAN AKTUALISASI

JUDUL AKTUALISASI
PEMBUATAN BUKU PEDOMAN TATA CARA PELAKSANAAN
KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA (KPBU)
DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR.

DISUSUN OLEH :
NAMA : ETHANA RAHMAINI PUTRI WILIS
NIP : 199407232019032009

BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PUPR WILAYAH III JAKARTA


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
TAHUN 2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..........................................................................................................1


DAFTAR TABEL...................................................................................................2
BAB I ....................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
1.1 .. Latar Belakang ..............................................................................................3
1.2 .. Tujuan ...........................................................................................................4
1.3 .. Manfaat Kegiatan ..........................................................................................5
1.4 .. Ruang Lingkup ..............................................................................................5
BAB II ...................................................................................................................6
LANDASAN TEORI ..............................................................................................6
2.1 Nilai – nilai Aneka .........................................................................................6
2.2 Peran Kedudukan PNS dalam NKRI ............................................................15
BAB III ..................................................................................................................21
RANCANGAN AKTUALISASI ..............................................................................21
3.1 Identifikasi Isu .................................................................................................21
3.2 Isu yang Diangkat ...........................................................................................21
3.3 Gagasan Pemecahan Isu ...............................................................................21
3.4 Matriks Rancangan Aktualisasi .......................................................................24
BAB IV ..................................................................................................................30
PELAKSANAAN AKTUALISASI ..........................................................................30
4.1 Deskripsi Kegiatan Aktualisasi ........................................................................30
4.2 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan ........................................................................30
4.3. Kegiatan Aktualisasi yang telah dilaksanakan ................................................32
BAB V ...................................................................................................................37
PENUTUP .............................................................................................................37
5.1 KESIMPULAN .................................................................................................37
5.2 SARAN ............................................................................................................37

1
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Skor USG (Urgent, Seriousness, Growth)…………………………………21

Tabel 3.2 Rancangan AKtualisasi……………………………………………………….23

Tabel 3.3 Timeline Kegiatan Aktualisasi………………………………………………..27

Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan……………………………………………….31

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Direktorat Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan
Perumahan (DJPI) mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan di bidang pembiayaan infrastruktur bidang pekerjaan
umum dan perumahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Direktorat Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan
Perumahan terdiri atas
 Sekretariat Direktorat Jenderal,
 Direktorat Perumusan Kebijakan dan Evaluasi,
 Direktorat Pelaksanaan Pembiayaan Infrastruktur Sumber Daya Air,
 Direktorat Pelaksanaan Pembiayaan Infrastruktur Jalan dan Jembatan,
 Direktorat Pelaksanaan Pembiayaan Perumahan,
 Direktorat Pelaksanaan Pembiayaan Infrastruktur Permukiman.

Direktorat Pelaksanaan Pembiayaan Infrastruktur Sumber Daya Air (Dit PPI


SDA) mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan dan
pelaksanaan kebijakan di bidang pembiayaan infrastruktur sumber daya air
termasuk menjadi koordinator pemrograman, penyusunan kebijakan dan
pelaksanaan kebijakan proyek-proyek KPBU dengan unit organisasi di
Linkungan Kementerian PUPR.

Keterlambatan dan rendahnya penyerapan APBN pemerintah serta


keterbatasan dana dan banyak prioritas lain yang harus dipenuhi oleh
Pemerintah Daerah, merupakan kendala pemerintah dalam pengadaan
infrastruktur dasar. Oleh karenanya pemerintah perlu mencari terobosan dalam
hal kewajiban penyediaan sarana dan infrastruktur dasar tersebut, dimana
skema kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU) menjadi salah satu
alternatif solusinya.

Dalam rangka menjadi koordinator pemrograman, penyusunan kebijakan dan


pelaksanaan kebijakan proyek-proyek KPBU, pegawai Direktorat Pelaksanaan
Pembiayaan Infrastruktur Sumber Daya Air (Dit. PPI SDA) membutuhkan

3
kegiatan pengenalan pasar dalam rangka mendorong partisipasi Badan Usaha
dalam Penyediaan Infrastruktur. Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015,
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional telah menerbitkan Peraturan Menteri PPN/Kepala
Bappenas Nomor 4 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Peraturan
Menteri ini merupakan panduan umum (guideline) bagi pelaksanaan KPBU.
Dalam peraturan menteri ini telah disediakan tata cara proses perencanaan,
penyiapan dan transaksi proyek kerjasama Sebagai pendukung kegiatan
pengenalan pasar tersebut, diperlukan petunjuk untuk memudahkan investor
dalam mengimplementasikan petunjuk pelaksanaan Kerjasama Pemerintah
dengan Badan Usaha (KPBU). Petunjuk dapat dibuat sesuai dengan
kebutuhan masing-masing unit organisasi dapat berupa media elektronik atau
media cetak. Dit PPISDA saat ini sedang membutuhkan media elektronik dan
media cetak sebagai pendukung kegiatan pengenalan pasar tentang KPBU.
Media elektronik dipilih karena terdapat media elektronik / TV yang tidak
digunakan. Pengenalan KPBU dengan media TV dapat mengoptimalkan fungsi
media elektronik dengan lebih baik. Media cetak dipilih karena di Dit PPISDA
belum ada buku yang berisi tentang tata cara pelaksanaan KPBU. Dalam
waktu dekat, Dit PPISDA akan menyelenggarakan acara Investor Gathering
yang akan diselenggarakan pada tanggal 19 september 2019. Acara tersebut
akan mengundang para investor. Rencananya, Buku Pedoman Tata Cara
KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur akan dibagikan kepada seluruh investor
yang hadir. Buku Pedoman Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah
Dengan Badan Usaha (KPBU) dipublikasikan dengan maksud memberikan
informasi untuk mendorong partisipasi Badan Usaha dalam Penyediaan
Infrastruktur.

1.2 Tujuan
Tujuan kegiatan aktualisasi ini adalah untuk memberikan pedoman bagi
investor mengenai tata cara pelaksanaan KPBU dalam rangka mendorong
partisipasi Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.

4
1.3 Manfaat Kegiatan
Manfaat kegiatan pada rancangan aktualisasi ini adalah :
1. Memberikan kontribusi yang bagus bagi Direktorat Pelaksanaan
Pembiayaan Infrastruktur Sumber Daya Air (Dit PPI SDA) guna
meningkatkan partisipasi Badan Usaha dalam Penyediaan Infratsruktur.
2. Memberikan informasi bagi investor tentang Tata Cara Pelaksanaan
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan
Infrastruktur.

1.4. Ruang Lingkup


Ruang lingkup pada rancangan aktualisasi ini antara lain:
1. Isu yang diangkat merupakan isu yang terjadi di Direktorat Pelaksanaan
Pembiayaan Infrastruktur Sumber Daya Air (Dit PPI SDA)
2. Pelaksanaan kegiatan aktualisasi dilaksanakan di tempat on the job
training (OJT) yaitu di Direktorat Pelaksanaan Pembiayaan Infratruktur
Sumber Daya Air (Dit PPI SDA)
3. Aktualisasi ini dilaksanakan selama 30 hari kerja terhitung mulai 25 Juli
2019 sampai dengan 4 September 2019.

5
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Nilai-Nilai Aneka


Untuk dapat mewujudkan fungsi Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagai
pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, serta perekat dan pemersatu
bangsa, maka diperlukan ASN yang profesional, kompeten dan berintegritas
yang berkarakter ANEKA. Karakter ANEKA yaitu mempunyai nilai-nilai dasar
Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi.
Adapun inti penjelasan terkait nilai-nilai ANEKA adalah sebagai berikut:
1. Akuntabilitas

Akuntabilitas hampir memiliki kesamaan makna dengan


responsibilitas atau tanggung jawab. Namun, keduanya memiliki konsep
yang berbeda. Akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang
harus dicapai, sedangkan responsibilitas adalah kewajiban untuk
bertanggungjawab. Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu,
kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi
amanahnya. Amanah seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah
menjamin terwujudnya nilai-nilai publik.

Nilai-nilai publik tersebut antara lain adalah:

a. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik
kepentingan, antara kepentingan publik dengan kepentingan sektor,
kelompok, dan pribadi;

b. Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah


keterlibatan PNS dalam politik praktis;

c. Memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam


penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik;

d. Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan


sebagai penyelenggara pemerintahan.

6
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama, yaitu menyediakan kontrol
demokratis, mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan, serta
meningkatkan efisiensi dan efektivitas.

Pengambilan keputusan secara akuntabel dan beretika berarti dapat


membuat keputusan dan tindakan yang tepat dan akurat. Sebuah
keputusan yang akuntabel dan beretika sangat penting dalam menjaga
kepercayaan dan keyakinan terhadap masyarakat dalam pekerjaan
pemerintahan. Dalam praktiknya, penempatan kepentingan umum berarti
bahwa memastikan tindakan dan keputusan yang berimbang dan tidak
bias; bertindak adil dan mematuhi prinsip-prinsip due process; Akuntabel
dan transparan; melakukan pekerjaan secara penuh, efektif dan efisien;
berperilaku sesuai dengan standar sektor publik, kode sektor publik etika
sesuai dengan organisasinya; serta mendeklarasikan secara terbuka bila
terjadi adanya potensi konflik kepentingan.

Untuk menciptakan lingkungan organisasi yang akuntabel, maka


diperlukan beberapa aspek yang merupakan indikator dari nilai dasar
akuntabilitas, antara lain kepemimpinan, integritas, tanggung jawab,
keadilan, kepercayaan, keseimbangan, kejelasan, dan konsistensi.

Sementara itu, indikator adanya akuntabilitas pada pelaksanaan


pemerintahan antara lain:

a. Terciptanya komunikasi antara pemerintah dan masyarakat;

b. Terwujudnya masyarakat madani yang berintegrasi dengan pemerintah;

c. Terciptanya Good Governance dan tercapainya tujuan nasional yakni


Indonesia Jaya;

d. Adanya dukungan serta legitimasi masyarakat terhadap Pemerintah;

e. Adanya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah;

f. Masyarakat mendukung dan melaksanakan kebijakan Pemerintah.

7
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu
akuntabilitas personal, akuntabilitas individu, akuntabilitas kelompok,
akuntabilitas organisasi, dan akuntabilitas stakeholder.
1. Akuntabilitas Personal (Personal Accountability)
Akuntabilitas personal mengacu pada nilai-nilai yang ada pada diri
seseorang seperti kejujuran, integritas, moral dan etika. Pertanyaan
yang digunakan untuk mengidentifikasi apakah seseorang memiliki
akuntabilitas personal antara lain “Apa yang dapat saya lakukan untuk
memperbaiki situasi dan membuat perbedaan?” Pribadi yang akuntabel
adalah yang menjadikan dirinya sebagai bagian dari solusi dan bukan
masalah.
2. Akuntabilitas Individu
Akuntabilitas individu mengacu pada hubungan antara individu dan
lingkungan kerjanya, yaitu antara PNS dengan instansinya sebagai
pemberi kewenangan. Pemberi kewenangan bertanggungjawab untuk
memberikan arahan yang memadai, bimbingan, dan sumber daya serta
menghilangkan hambatan kinerja, sedangkan PNS sebagai aparatur
negara bertanggung jawab untuk memenuhi tanggung jawabnya.
Pertanyaan penting yang digunakan untuk melihat tingkat akuntabilitas
individu seorang PNS adalah apakah individu mampu untuk
mengatakan “Ini adalah tindakan yang telah saya lakukan, dan ini
adalah apa yang akan saya lakukan untuk membuatnya menjadi lebih
baik”.
3. Akuntabilitas Kelompok
Kinerja sebuah institusi biasanya dilakukan atas kerjasama kelompok.
Dalam hal ini tidak ada istilah “Saya”, tetapi yang ada adalah “Kami”.
Dalam kaitannya dengan akuntabilitas kelompok, maka pembagian
kewenangan dan semangat kerjasama yang tinggi antar berbagai
kelompok yang ada dalam sebuah institusi memainkan peranan yang
penting dalam tercapainya kinerja organisasi yang diharapkan.
4. Akuntabilitas Organisasi
Akuntabilitas organisasi mengacu pada hasil pelaporan kinerja yang
telah dicapai, baik pelaporan yang dilakukan oleh individu terhadap
8
organisasi/institusi maupun kinerja organisasi kepada stakeholders
lainnya.
5. Akuntabilitas Stakeholder
Stakeholder yang dimaksud adalah masyarakat umum, pengguna
layanan, dan pembayar pajak yang memberikan masukan, saran, dan
kritik terhadap kinerjanya. Jadi akuntabilitas stakeholder adalah
tanggung jawab organisasi pemerintah untuk mewujudkan pelayanan
dan kinerja yang adil, responsif dan bermartabat.
2. Nasionalisme

Nasionalisme adalah pemahaman mengenai nilai-nilai kebangsaan.


Nasionalisme memiliki pokok kekuatan dalam menilai kecintaan individu
terhadap bangsanya. Salah satu cara untuk menumbuhkan semangat
nasionalisme adalah dengan menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai
Pancasila. Pengamalan nilai-nilai luhur yang terkandung didalamnya oleh
setiap penyelenggara negara, baik di pusat maupun di daerah.

Seorang PNS dituntut untuk memiliki perilaku mencintai tanah air


Indonesia (nasionalisme) dan mengedepankan kepentingan nasional.
Nasionalisme merupakan salah satu perwujudan dari fungsi PNS sebagai
perekat dan pemersatu bangsa. Dalam menjalankan tugas, seorang ASN
senantiasa harus mengutamakan dan mementingkan persatuan dan
kesatuan bangsa. Kepentingan kelompok, individu, golongan harus
disingkirkan demi kepentingan yang lebih besar yaitu kepentingan bangsa
dan Negara diatas segalanya.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, PNS harus berpegang


pada prinsip adil dan netral. Adil dalam artian tidak boleh berperilaku
diskriminatif serta harus obyektif, jujur, transparan. Sementara bersikap
netral adalah tidak memihak kepada salah satu kelompok atau golongan
yang ada.

Dengan bersikap netral dan adil dalam melaksanakan tugasnya, PNS


akan mampu menciptakan kondisi yang aman, damai, dan tentram di
lingkungan kerja dan masyarakat sekitar.

9
Nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham kecintaan
manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan
pada nilai-nilai Pancasila. Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia
dilandasi nilai-nilai Pancasila yang diarahkan agar bangsa Indonesia
senantiasa; menempatkan persatuan kesatuan, kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau
kepentingan golongan; menunjukkan sikap rela berkorban demi
kepentingan bangsa dan negara; bangga sebagai bangsa Indonesia dan
bertanah air Indonesia serta tidak merasa rendah diri; mengakui
persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama
manusia dan sesama bangsa; menumbuhkan sikap saling mencintai
sesama manusia; mengembangkan sikap tenggang rasa.

3. Etika Publik

Etika Publik adalah refleksi tentang standar/norma yang menentukan


baik atau buruk, benar atau salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk
mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung
jawab pelayanan publik. Etika merupakan sistem penilaian perilaku serta
keyakinan untuk menentukan perbuatan yang pantas guna menjamin
adanya perlindungan hak-hak individu, mencakup cara-cara dalam
pengambilan keputusan untuk membantu membedakan hal-hal yang baik
dan yang buruk serta mengarahkan apa yang seharusnya dilakukan
sesuai nilai-nilai yang dianut. Kode Etik adalah aturan-aturan yang
mengatur tingkah laku dalam suatu kelompok khusus, sudut pandangnya
hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam bentuk ketentuan-ketentuan
tertulis.

Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam pasal 4


Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN, yakni:

a. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila;

b. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan


Republik Indonesia 1945 serta pemerintah yang sah;

c. Mengabdi kepada Negara dan rakyat Indonesia;


10
d. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;

e. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;

f. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif;

g. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur;

h. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik;

i. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program


pemerintah;

j. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat,


akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun;

k. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;

l. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama;

m. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai;

n. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan; dan

o. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai


perangkat sistem karir.

Kode etik dan kode perilaku sesuai dengan pasal 5 Undang-undang


Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN, bertujuan untuk menjaga martabat
dan kehormatan ASN. Kode etik mengatur perilaku agar pegawai ASN:

a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab, dan


berintegritas tinggi;

b. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;

c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;

d. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


undangan;

11
e. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau pejabat yang
berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan etika pemerintahan;

f. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan Negara;

g. Menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara


bertanggungjawab, efektif, dan efisien;

h. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan


tugasnya;

i. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak


lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;

j. Tidak menyalahgunakan informasi intern Negara, tugas, status,


kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan
atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain;

k. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan
integritas ASN; dan

l. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai


disiplin pegawai ASN.

Setiap jenjang Pemerintahan memiliki lingkup kekuasaan masing-


masing yang dipegang oleh pejabatnya. Semakin tinggi dan luas
kekuasaan seorang pejabat, semakin besar juga implikasi dari
penggunaan kekuasaan bagi warga masyarakat. Oleh sebab itu, azas
etika publik mensyaratkan agar setiap bentuk kekuasaan pejabat dibatasi
dengan norma etika maupun norma hukum.

4. Komitmen Mutu

Penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih (good and clean


governance) sudah menjadi keniscayaan di era reformasi saat ini. Berbagai
upaya telah dilakukan untuk mewujudkan keniscayaan tersebut, namun
dalam implementasinya masih belum sesuai dengan harapan.
Penyelengaraan pemerintahan yang berorientasi pada layanan prima

12
sudah tidak bisa ditawar lagi ketika lembaga pemerintah ingin
meningkatkan kepercayaan publik.

Paradigma pemerintah harus segera berubah, dari pola paternalisitik


dan feodal yang selalu minta dilayani, menjadi pola pemerintahan yang
siap melayani dan senantiasa mengedepankan kebutuhan dan keinginan
masyarakat sebagai stakeholder pemerintah. Bidang apapun yang menjadi
tanggungjawab PNS, semua harus dilaksanakan secara optimal agar dapat
memberikan kepuasan kepada masyarakat. Aspek utama yang menjadi
target stakeholder adalah layanan yang komitmen pada mutu, melalui
penyelenggaraan tugas secara efektif, efisien dan inovatif.

Komitmen mutu merupakan pemahaman konsep mengenai efektivitas,


efisiensi, inovasi, dan mutu penyelenggaraan Pemerintah. Ekeftivitas
merupakan sejauh mana sebuah organisasi dapat mencapai tujuan yang
ditetapkan. Sementara efisien merupakan jumlah sumber daya yang
digunakan untuk mencapai tujuan organisasi. Efisien ditentukan oleh
berapa banyak bahan baku, biaya, dan tenaga yang dibutuhkan untuk
mencapai sebuah tujuan. Dari kedua definisi tersebut, dapat disimpulkan
bahwa karakterisitik utama yang dijadikan dasar untuk mengukur tingkat
efektivitas adalah ketercapaian target yang telah direncanakan, baik dilihat
dari capaian jumlah maupun mutu hasil kerja, sehingga dapat memberikan
kepuasan, sedangkan tingkat efisiensi diukur dari penghematan biaya,
waktu, tenaga, dan pikiran dalam menyelesaikan kegiatan.

Sementara inovasi, muncul karena adanya dorongan kebutuhan


organisasi/perusahaan untuk beradaptasi dengan tuntutan perubahan yang
terjadi disekitarnya. Di sisi lain, mutu merupakan suatu kondisi dinamis
berkaitan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang
sesuai atau bahkan melebihi harapan konsumen atau pengguna Nilai-nilai
dasar komitmen mutu adalah efektivitas, efisiensi, inovasi, dan berorientasi
pada mutu.

13
5. Anti Korupsi

Korupsi berasal dari bahasa latin coruptio dan corruptus yang berarti
perbuatan yang tidak baik, buruk, dapat disuap dan tidak bermoral.
Sedangkan tidak pidana korupsi berarti tindakan melanggar hukum yang
dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja oleh seseorang atau
sekelompok orang yang dapat dipertanggungjawabkan oleh peraturan
perundang-undangan. Berdasarkan UU No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, bahwa korupsi adalah tindakan
melawan hukum dengan melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri
atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara. Sedangkan pada UU No. 20 Tahun
2001, terdapat 7 kelompok tindak pidana korupsi antara lain: (1) Kerugian
Keuangan Negara, (2) suap-menyuap, (3) pemerasan, (4) perbuatan
curang, (5) penggelapan dalam jabatan, (6) benturan kepentingan dalam
pengadaan, dan (7) gratifikasi.

Anti korupsi dapat diidentifikasi ke dalam 9 (sembilan) nilai yang terdiri


dari nilai-nilai anti korupsi, yaitu:

a. Kejujuran berasal dari kata jujur yang dapat didefinisikan sebagai sebuah
tindakan maupun ucapan yang lurus, tidak berbohong dan tidak curang.

b. Kepedulian adalah mengindahkan, memerhatikan dan menghiraukan.


Rasa kepedulian dapat dilakukan terhadap lingkungan sekitar.

c. Kemandirian berarti dapat berdiri di atas kaki sendiri, artinya tidak banyak
bergantung kepada orang lain dalam berbagai hal.

d. Kedisiplinan adalah ketaatan/kepatuhan kepada peraturan.

e. Tanggung Jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatu.

f. Kerja keras didasari dengan adanya kemauan di dalam kemauan


terkandung ketekadan, ketekunan, daya tahan, daya kerja, pendirian
keberanian.

g. Kesederhanaan yaitu dibiasakan untuk tidak hidup boros.

14
h. Keberanian dapat diwujudkan dalam bentuk berani mengatakan dan
membela kebenaran.

i. Keadilan adalah sama berat, tidak berat sebelah dan tidak memihak.
Menempatkan segala sesuatu pada tempatnya.

2.2 Peran Kedudukan PNS dalam NKRI


1. Whole of Government
Dalam pengertian USIP, WoG ditekankan pada pengintegrasian upaya-
upaya kementerian atau lembaga pemerintah dalam mencapai tujuan-tujuan
bersama. WoG juga dipandang sebagai bentuk kerjasama antar seluruh
aktor, pemerintah dan sebaliknya. Pengertian dari USIP ini menunjukkan
bahwa WoG tidak hanya merupakan pendekatan yang mencoba mengurangi
sekat-sekat sektor, tetapi juga penekanan pada kerjasama guna mencapai
tujuan-tujuan bersama. Dari dua pengertian di atas, dapat diketahui bahwa
karakteristik pendekatan WoG dapat dirumuskan dalam prinsip-prinsip
kolaborasi, kebersamaan, kesatuan, tujuan bersama, dan mencakup
keseluruhan aktor dari seluruh sektor dalam pemerintahan.

Dalam banyak literatur lainnya, WoG juga sering disamakan atau


minimal disandingkan dengan konsep policy integration, policy coherence,
cross-cutting policymaking, joined-up government, concerned decision
making, policy coordination atau cross government. WoG memiliki kemiripan
karakteristik dengan konsep-konsep tersebut, terutamakarakteristik integrasi
institusi atau penyatuan pelembagaan baik secara formal maupun informal
dalam satu wadah. Ciri lainnya adalah kolaborasi yang terjadi antar sektor
dalam menangani isu tertentu. Namun demikian terdapat pula
perbedaannya, dan yang paling nampak adalah bahwa WoG menekankan
adanya penyatuan keseluruhan (whole) elemen pemerintahan, sementara
konsep-konsep tadi lebih banyak menekankan pada pencapaian tujuan,
proses integrasi institusi, proses kebijakan dan lainnya, sehingga penyatuan
yang terjadi hanya berlaku pada sektor-sektor tertentu saja yang dipandang
relevan. Tantangan yang akan dihadapi dalam penerapan WoG di tataran
praktek antara lain adalah:

15
i. Kapasitas SDM dan institusi
Kapasitas SDM dan institusi-institusi yang terlibat dalam WoG tidaklah
sama. Perbedaan kapasitas ini bisa menjadi kendala serius ketika
pendekatan WoG, misalnya, mendorong terjadinya merger atau akuisisi
kelembagaan, di mana terjadi penggabungan SDM dengan kualifikasi
yang berbeda.
ii. Nilai dan budaya organisasi
Seperti halnya kapasitas SDM dan institusi, nilai dan budaya organisasi
pun menjadi kendala manakala terjadi upaya kolaborasi sampai dengan
penyatuan kelembagaan.

2. Pelayanan Publik
Pelayanan publik adalah “Sebagai segala bentuk kegiatan pelayanan
umum yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintahan di Pusat dan Daerah,
dan di lingkungan BUMN/BUMD dalam bentuk barang dan/atau jasa, baik
dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. (Lembaga Administrasi Negara:
1998). Sementara Departemen Dalam Negeri menyebutkan bahwa:
Pelayanan publik adalah suatu proses bantuan kepada orang lain dengan
cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal
tercipta kepuasan dan keberhasilan. Setiap pelayanan menghasilkan produk,
baik berupa barang dan jasa (Pengembangan Kelembagaan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu, 2004).
Pelayanan publik dapat disimpulkan sebagai pemberian layanan atau
melayani keperluan orang atau masyarakat dan/atau organisasi lain yang
mempunyai kepentingan pada organisasi itu, sesuai dengan aturan pokok
dan tata cara yang ditentukan dan ditujukan untuk memberikan kepuasan
kepada penerima pelayanan. Dengan demikian, terdapat 3 unsur penting
dalam pelayanan publik, yaitu unsur pertama, adalah organisasi
penyelenggara pelayanan publik, unsur kedua, adalah penerima layanan
(pelanggan) yaitu orang, masyarakat atau organisasi yang berkepentingan,
dan unsur ketiga, adalah kepuasan yang diberikan dan atau diterima oleh
penerima layanan (pelanggan).

16
3. Manajemen ASN
Manejemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan pegawai
ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari
intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme.
Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai
sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya ASN yang unggul
selaras dengan perkembangan zaman.
a. Kedudukan ASN
Kedudukan atau status jabatan PNS dalam sistem birokrasi selama ini
dianggap belum sempurna untuk menciptakan birokrasi yang
profesional. Untuk dapat membangun profesionalitas birokrasi, maka
konsep yang dibangun dalam UU ASN tersebut harus jelas. Berikut
beberapa konsep yang ada dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN.
a. Berdasarkan jenisnya, pegawai ASN terdiri atas Pegawai Negeri
Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
PNS merupakan warga negara Indonesia yang memenuhi syarat
tertentu, diangkat sebagai pegawai ASN secara tetap oleh pejabat
pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan,
memiliki nomor induk pegawai secara nasional. Sedangkan PPPK
adalah warga negara Indonesia yang memnuhi syarat tertentu, yang
diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian berdasarkan perjanjian
kerja sesuai dengan kebutuhan instansi pemerintah untuk jangka
waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan.
b. Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang
menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi
pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua
golongan dan partai politik. Pegawai ASN dilarang menjadi anggota
dan/atau pengurus partai politik. Selain itu untuk menjauhkan birokrasi
dari pengaruh partai politik, hai ini dimaksudkan untuk menjamin
keutuhan, kekompakan dan persatuan ASN, serta dapat memusatkan
segala perhatian, pikiran dan tenaga pada tugas yang dibebankan
kepadanya. Oleh karena itu dalam pembinaan karir pegawai ASN,

17
khususnya di daerah dilakukan oleh pejabat berwenang yaitu pejabat
karir tertinggi.
c. Kedudukan ASN berada di pusat, daerah dan luar negeri. Namun
demikian pegawai ASN merupakan kesatuan. Kesatuan bagi pegawai
ASN sangat penting, mengingat dengan adanya desentralisasi dan
otonomi daerah, sering terjadinya isu putra daerah yang hampir terjadi
dimana-mana sehingga perkembangan birokrasi menjadi stagnan di
daerah-daerah. Kondisi tersebut merupakan ancaman bagi kesatuan
bangsa.
b. Peran ASN
Untuk menjalankan kedudukan pegawai ASN, maka pegawai ASN
berfungsi dan bertugas sebagai berikut:
a. Pelaksana kebijakan publik
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk melaksanakan
kebijakanyang dibuat oleh pejabat pembina kepegawaian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk itu ASN
harus mengutamakan kepentingan publik dan masyarakat luas dalam
menjalankan fungsi dan tugasnya, serta harus mengutamakan
pelayanan yang berorientasi pada kepentingan public.
b. Pelayan publik
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk memberikan pelayanan
publik yang profesional dan berkualitas. Pelayanan publik merupakan
kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan
penduduk atas barang, jasa dan/atau pelayanan administratif yang
diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik dengan tujuan
kepuasan pelanggan.
c. Perekat dan pemersatu bangsa
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk mempererat persatuan
dan kesatuan NKRI. ASN senantiasa setia dan taat sepenuhnya
kepada Pancasila, UUD1945, negara dan pemerintah. ASN senantiasa
menjunjung tinggi martabat ASN serta senantiasa mengutamakan
kepentingan negara dari pada kepentingan diri sendiri, seseorang dan
18
golongan. Dalam UU ASN disebutkan bahwa dalam penyelengaraan
dan kebijakan manajemen ASN, salah satu diantaranya asas
persatuan dan kesatuan.
c. Hak dan Kewajiban ASN
Hak adalah suatu kewenangan atau kekuasaan yang diberikan oleh
hukum, suatu kepentingan yang dilindungi oleh hukum, baik pribadi
maupun umum. Dapat diartikan bahwa hak adalah sesuatu yang patut
atau layak diterima. Agar melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya
dengan baik , dapat meningkatkan produktivitas, menjamin
kesejahteraan ASN dan akuntabel, maka setiap ASN diberikan hak.
Hak ASN dan PPPK yang diatur dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang
ASN sebagai berikut;
PNS berhak memperoleh:
a. gaji, tunjangan, dan fasilitas;
b. cuti;
c. jaminan pensiun dan jaminan hari tua;
d. perlindungan; dan
e. pengembangan kompetensi.
PPPK berhak memperoleh:
a. gaji dan tunjangan;
b. cuti;
c. perlindungan; dan
d. pengembangan kompetensi.
d. Kode etik dank ode perilaku ASN
Dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN disebutkan bahwa ASN
sebagai profesi berlandaskan pada kode etik dan kode perilaku. Kode
etik dan kode perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan
kehormatan ASN. Kode etik dan kode perilaku berisi pengaturan
perilaku agar pegawai ASN.
a. melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan
berintegritas tinggi.
b. melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
c. melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan
19
b. melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
c. melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau
Pejabat yangberwenang sejauh tidak bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan
d. menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan
e. menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab,efektif, dan efisien
f. menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam
melaksanakan tugasnya
g. memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan
kepada pihak lain yangmemerlukan informasi terkait kepentingan
kedinasan
h. tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status
kekuasaan dan jabatannya untuk mendapat atau mencari
keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain.
i. memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan
integritas ASN
j. melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan mengenai
disiplin Pegawai ASN.

20
BAB III
RANCANGAN AKTUALISASI

3.1 Identifikasi Isu


Dari latar belakang yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya dapat
diketahui bahwa isu makro yang terdapat di Direktorat Pelaksanaan
Pembiayaan Infrastruktur Sumber Daya Air (Dit PPI SDA), adalah Perlunya
media informasi tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha
(KPBU) untuk mendukung partisipasi Badan Usaha dalam Penyediaan
Infrastruktur.

3.2 Isu Yang Diangkat


Untuk menentukan core issue, maka dilakukan analisis penilaian terhadap
kualitas dari isu-isu yang ada menggunakan metode USG (Urgency,
Seriousness, dan Growth). Analisis dengan metode USG dilakukan dengan
memberi nilai skala 1 sampai 5 terkait dengan seberapa mendesak, serius, dan
dampak perkembangan isu jika tidak segera ditanggulangi untuk memperoleh
isu dengan total poin paling besar yang kemudian ditetapkan sebagai core
issue. Berikut merupakan analisis core issue yang dilakukan.

Tabel 3.1 Skor USG (Urgent, Seriousness, Growth)


No Isu U S G Total Peringkat
1 Belum ada briefing pagi
untuk memulai 3 3 4 10 3
pekerjaan
2 Belum ada buku
pedoman tata cara 5 5 4 14 1
pelaksanaan KPBU
3 Belum ada schedule
board yang berisi 4 4 4 12 2
agenda kantor
berdasarkan skala likert 1-5 (5=sangat besar, 4=besar, 3=sedang, 2=kecil,
1=sangat kecil)

Keterangan :

21
U : Urgency
S : Seriousness
G : Growth

Dari penilaian kualitas isu bedasarkan tingkat urgency, seriousness, dan


growth, diperoleh core issue “Belum ada buku pedoman tata cara pelaksanaan
KPBU” sebagai materi aktualisasi.

3.3 Gagasan Pemecahan Isu


Untuk mengatasi isu tersebut dibutuhkan sebuah gagasan yang mampu
memberikan solusi yang dapat menjadi pemecahan masalah yang ada. Dalam
rancangan aktualisasi ini, diberikan gagasan pemecahan isu berupa Buku
Pedoman Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan
Usaha (KPBU) Dalam Penyediaan Infrastruktur

3.4 Matriks Rancangan Aktualisasi

22
Matriks Rancangan Aktualisasi

Unit Kerja : Direktorat Pelaksanaan Pembiayaan Infrastruktur Sumber Daya Air


Identifikasi Isu : Perlunya media informasi tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) untuk
mendukung partisipasi Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.
Isu yang Diangkat : Belum ada buku pedoman tata cara pelaksanaan KPBU
Gagasan Pemecahan Isu : Buku Pedoman Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha (KPBU)
Dalam Penyediaan Infrastruktur
Tebel 3.2 Tabel Rancangan Aktualisasi
Keterkaitan Substansi Kontribusi Terhadap Visi /
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan Output / Hasil dengan Mata Pelatihan Misi Organisasi
ANEKA
1 2 3 4 5 6
1 Konsultasi Kegiatan a. Konsultasi dengan atasan Izin pelaksanaan Langsung:
Aktualisasi b. Pengenalan gagasan/ide kegiatan atualisasi a. Penerapan Nilai Pembuatan Buku Pedoman
kepada rekan kerja Akuntabilitas dalam Tata Cara Pelaksanaan
Kesepakatan tidak hubungan antara Kerjasama Pemerintah
tertulis /komitmen individu dan lingkungan dengan Badan Usaha akan
dengan rekan kerja kerja mendorong partisipasi badan
b. Penerapan nilai etika usaha dalam rangka
publik dalam penyediaan infrastruktur.
menghargai
komunikasi,konsultasi
dan kerjasama di
lingkungan kerja
c. Penerapan nilai
Komitmen Mutu dalam
pengenalan ide baru
sebagai bentuk inovasi
di lingkungan kerja
Tidak Langsung:
a. Nasionalisme
b. Anti Korupsi
2 Mempelajari materi tata a. Mengumpulkan materi tata Materi yang sudah Langsung:
cara pelaksanaan KPBU cara pelaksanaan KPBU tekumpul tentang tata Penerapan nilai
b. Memahami materi tata cara cara pelaksanaan komitmen mutu dalam
pelaksanan KPBU dengan baik KPBU tercapainya
dan benar pemahaman materi
yang efektif
Tidak Langsung:
a. Akuntabilitas
b. Nasionalisme
c. Etika Publik
d. Anti Korupsi
Keterkaitan Substansi Kontribusi Terhadap Visi /
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan Output / Hasil dengan Mata Pelatihan Misi Organisasi
ANEKA
1 2 3 4 5 6
3 Menyusun buku pedoman a. Membuat Kerangka penulisan Draft pedoman tata Langsung:
tata cara pelaksanaan buku pedoman tata cara cara pelaksanaan Penerapan nilai
KPBU pelaksanaan KPBU KPBU komitmen mutu dalam
b. Menulis materi buku pedoman tercapainya
pemahaman materi
tata cara pelaksanaan KPBU
yang efektif
yang sudah terkumpul Tidak Langsung:
c. Menentukan design cover buku a. Akuntabilitas
yang menarik b. Nasionalisme
d. Mencetak draft buku pedoman c. Etika Publik
tata cara pelaksanaan KPBU d. Anti Korupsi
4 Finalisasi buku pedoman a. Mendiskusikan draft buku yang buku pedoman tata Langsung:
tata cara pelaksanaan telah dibuat dengan atasan cara pelaksanaan a. Penerapan Nilai
KPBU b. Mencatat hasil diskusi dengan KPBU Akuntabilitas dalam
atasan hubungan antara
c. Melakukan revisi serta individu dan lingkungan
pengeditan buku sesuai arahan kerja
dari atasan b. Penerapan nilai etika
d. Melakukan penjilidan buku publik dalam
pedoman tata cara
pelaksanaan KPBU menghargai
e. Menyampaikan kepada atasan komunikasi,konsultasi
buku akan dipublikasikan. dan kerjasama di
lingkungan kerja
c. Penerapan nilai
Komitmen Mutu dalam
mendiskusikan buku
yang telah dibuat ke
atasan
Tidak Langsung:
a. Nasionalisme
b. Anti Korupsi
Keterkaitan Substansi Kontribusi Terhadap Visi /
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan Output / Hasil dengan Mata Pelatihan Misi Organisasi
ANEKA
1 2 3 4 5 6
5 Penulisan Laporan Akhir Menuliskan laporan kegiatan Laporan Aktualisasi Langsung:
aktualisasi yang telah dilakukan a. Penerapan nilai
akuntabilitas
dalam tanggung
jawab
menyelesaikan
laporan aktualisasi
b. Penerapan nilai
komitmen mutu
dalam tercapainya
pemahaman materi
yang efektif
Tidak Langsung:
a. Nasionalisme
b. Etika Publik
c. Anti Korupsi
Tabel 3.3 Timeline Kegiatan Aktualisasi

Juli Agustus September


No Rancangan Kegiatan Tahapan Kegiatan 3
25 26 29 30 31 1 2 5 6 7 8 9 12 13 14 15 16 19 20 21 22 23 26 27 28 29 0 2 3 4
a. Konsultasi dengan
atasan
Konsultasi Kegiatan
1 b. Pengenalan
Aktualisasi
gagasan/ide kepada
rekan kerja
a. Mengumpulkan
materi tata cara
pelaksanaan KPBU
Mempelajari materi
2 tata cara
b. Memahami materi
pelaksanaan KPBU tata cara pelaksanan
KPBU dengan baik
dan benar
a. Membuat
Kerangka
penulisan buku

Menyusun buku
pedoman tata cara
pelaksanaan KPBU b. Menulis materi
3 buku sudah
terkumpul

c. Menentukan
design cover buku

27
d. Mencetak draft
buku pedoman
tata cara
pelaksanaan KPBU

a. Mendiskusikan
draft buku dengan
atasan

b Mencatat hasil
Finalisasi buku diskusi dengan
4 atasan
pedoman tata cara
pelaksanaan KPBU
c. Melakukan revisi
serta pengeditan
buku sesuai
arahan dari atasan

d. Melakukan
penjilidan buku

e. Menyampaikan
kepada atasan
buku akan
dipublikasikan.

28
Menuliskan laporan
Penulisan Laporan kegiatan aktualisasi
5 yang telah dilakukan
Akhir

Keterangan:
Rancangan Aktualisasi
Pelaksanaan Aktualisasi

29
BAB IV
PELAKSANAAN AKTUALISASI

4.1 Deskripsi Kegiatan Aktualisasi


Kegiatan aktualisasi dibagi kedalam 5 tahapan selama masa habituasi dari
tanggal 25 Juli sampai dengan tanggal 4 September 2019. Tahapan-tahapan
kegiatannya adalah sebagai berikut:
1. Konsultasi Kegiatan Aktualisasi
2. Mempelajari materi tata cara pelaksanaan KPBU
3. Menyusun buku pedoman tata cara pelaksanaan KPBU
4. Finalisasi buku pedoman tata cara pelaksanaan KPBU
5. Penulisan Laporan Akhir

4.2 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan


Jadwal pelaksanaan kegiatan aktualisasi adalah sebagai berikut:

30
Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

31
4.3 Kegiatan Aktualisasi yang telah dilaksanakan
4.3.1 Konsultasi Kegiatan Aktualisasi
Sosialisasi Kegiatan Aktualisasi dilakukan sebagai langkah awal
pelaksanaa tugas aktualisasi yaitu Pembuatan Buku Pedoman Tata
Cara Pelaksanaaan KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur.
Tahapan kegiatan yang dilakukan adalah berkoordinasi dengan
atasan dan pengenalan gagasan/ide kepada rekan kerja.. Kegiatan
ini dilaksakan mulai tanggal 25 Juli – 29 Juli 2019.

Dokumentasi Kegiatan:

Gambar 4.1 Konsultasi dengan Atasan


Kasi Penyiapan, Subdirektorat Penyiapan dan Kerjasama Investasi

Gambar 4.2 Pengenalan Gagasan atau Ide kepada Rekan Kerja

32
Hasil yang diperoleh dari kegiatan berkoordinasi dengan atasan
dan pengenalan gagasan/ide kepada rekan kerja adalah
mendapatkan izin untuk pelaksanaan kelancaran kegiatan
aktualisasi dari atasan, serta kesepakatan gagasan/ide secara tidak
tertulis dengan rekan kerja. Rekan kerja dapat memberikan
masukan dan saran yang mendukung terkait gagasan/ide
pembuatan buku pedoman tata cara pelaksanaan KPBU dalam
penyediaan infrastruktur.

4.3.2 Mempelajari materi tata cara pelaksanaan KPBU


Kegiatan mempelajari materi tata cara pelaksanaan KPBU ini
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menentukan materi yang
akan digunakan untuk menyusun buku. Kegiatan ini dilaksanakan
mulai tanggal 30 Juli – 14 Agustus 2019. Tahapan kegiatan yang
dilakukan dalam tahap ini adalah mengumpulkan dan memahami
materi tata cara pelaksanaan KPBU dengan baik dan benar.

Dokumentasi Kegiatan:

Gambar 4.3 Mempelajari materi tata cara pelaksanaan KPBU

Hasil yang diperoleh dari kegiatan mengumpulkan dan memahami


materi tata cara pelaksanaan KPBU dengan baik dan benar adalah
materi yang terkumpul dari berbagai sumber yang akan dipilih untuk
disusun menjadi buku pedoman tata cara pelaksanaan KPBU
dalam penyediaan infrastruktur.

4.3.3 Menyusun buku pedoman tata cara pelaksanaan KPBU


Kegiatan menyusun buku pedoman tata cara pelaksanaan KPBU
merupakan kegiatan inti yang dilakukan untuk menyusun buku.
Kegiatan ini dilaksanakan mulai tanggal 5 Agustus – 22 Agustus

33
2019. Tahapan kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah
sebagai berikut:
1. Membuat Kerangka penulisan buku pedoman tata cara
pelaksanaan KPBU
2. Menulis materi buku pedoman tata cara pelaksanaan KPBU
yang sudah terkumpul
3. Menentukan design cover buku yang menarik
4. Mencetak draft buku pedoman tata cara pelaksanaan KPBU

Dokumentasi Kegiatan:

Gambar 4.4 Menyusun buku pedoman tata cara pelaksanaan


KPBU

Hasil yang diperoleh dari kegiatan menyusun buku pedoman tata


cara pelaksanaan KPBU adalah Draft buku Pedoman Tata Cara
Pelaksanaan KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur yang telah
selesai disusun. Buku tersebut selanjutnya akan di koordinasikan
kepada atasan untuk mendapatkan masukan dan arahan agar buku
yang akan dipublikasikan sesuai dengan kebutuhan organisasi.

4.3.4 Finalisasi buku pedoman tata cara pelaksanaan KPBU


Kegiatan koordinasi dengan atasan merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk meminta arahan dan masukan dari atasan terkait
pembuatan buku pedoman tata cara pelaksanaan KPBU. Masukan
dari atasan diperlukan agar buku yang dibuat sesuai dengan
kebutuhan organisasi baik dari sisi internal maupun eksternal.
Kegiatan ini dilaksanakan mulai tanggal 12 Agustus – 28 Agustus
2019. Tahapan yang dilakukan dalam tahap ini adalah:
1. mendiskusikan buku yang telah dibuat dengan atasan,
2. atasan berkoordinasi dengan Tim Penyusun Buku
3. mencatat hasil diskusi/revisi.

34
4. Melakukan revisi serta pengeditan buku sesuai arahan dari
atasan
5. Melakukan penjilidan buku pedoman tata cara pelaksanaan
KPBU
6. Memperlihatkan buku pedoman tata cara pelaksanaan KPBU
yang sudah final ke atasan

Dokumentasi Kegiatan:

Gambar 4.5 Finalisasi buku pedoman tata cara pelaksanaan KPBU

Hasil yang diperoleh dari kegiatan koordinasi dengan atasan adalah


revisi berupa arahan dan masukan yang dibutuhkan untuk
mengoptimalkan buku pedoman tata cara pelaksanaan KPBU
dalam penyediaan infrastruktur agar buku tersebut dapat sesuai
dengan kebutuhan organisasi. buku yang telah selesai disusun dan
siap untuk dipublikasikan.

Gambar 4.6 Cover Buku Pedoman Tata Cara Pelaksanaan KPBU

35
4.3.5 Penulisan Laporan Akhir
Kegiatan penulisan laporan akhir merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk melaporkan setiap kegiatan yang dilakukan dalam
proses penyusunan Buku Pedoman Tata Cara Pelaksanaan KPBU
dalam Pembiayaan Infrastruktur. Kegiatan ini dilaksanakan mulai
tanggal 28 Agustus – 4 September 2019. Tahapan kegiatan yang
dilakukan dalam tahap ini adalah Menuliskan laporan kegiatan
aktualisasi yang telah dilakukan.

36
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Kegiatan pembuatan Buku Pedoman Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) dalam Penyediaan Infrastruktur
dibutuhkan sebagai media pengenalan pasar untuk memberikan pedoman
kepada investor mengenai tata cara pelaksanaan KPBU dalam rangka
mendorong partisipasi badan usaha dalam penyediaan infrastrutur. Apabila
sampai saat ini buku tersebut belum terealisasi, dikhawatirkan masih ada
yang belum mengerti tentang tata cara pelaksanaan KPBU dengan baik dan
benar. Dalam waktu dekat buku tersebut akan dipublikasikan untuk yang
pertama kali di acara yang akan diselenggarakan oleh Direktorat
Pelaksanaan Pembiayaan Infrastruktur Sumber Daya Air yaitu “ Investor
Gathering KPBU” pada hari Kamis, 19 September 2019. Buku tersebut akan
dibagikan kepada seluruh tamu yang hadir yaitu para investor. Buku
Pedoman Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan
Usaha (KPBU) kedepannya akan dipublikasikan pada saat ada acara yang
berhubungan dengan KPBU.

5.2 SARAN
Adapun saran yang penulis berikan diantaranya:
- Dengan adanya buku ini diharapkan dapat mendorong partisipasi badan
usaha untuk bekerja sama dengan pemerintah dalam penyediaan
infrastruktur
- Buku Pedoman Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan
Badan Usaha (KPBU) dalam Penyediaan Infrastruktur dapat
memberikan pedoman bagi investor untuk mengatur tata cara
pelaksanaan KPBU.
- Diharapkan Buku Pedoman Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) dalam Penyediaan
Infrastruktur dapat terus berkembang luas tidak hanya di lingkungan unit
organisasi saja dan dapat menarik semakin banyak partisipasi badan
usaha dalam penyediaan infrastruktur.

37
PEMBUATAN BUKU PEDOMAN TATA CARA PELAKSANAAN
KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA (KPBU)
DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR.
Oleh :
ETHANA RAHMAINI PUTRI WILIS
199407232019032009
KPBU

Kerjasama antara Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur untuk
kepentingan umum dengan mengacu pada spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya
oleh Menteri PUPR, yang sebagian atau seluruhnya menggunakan sumber daya Badan
Usaha dengan memperhatikan pembagian risiko diantara para pihak .
OUTLINE
01 Latar Belakang
02 Penetapan Isu
03 Pelaksanaan Aktualisasi
04 Kesimpulan dan Saran
Latar Belakang
- Kerja sama pemerintah dan
badan usaha (KPBU) menjadi salah
satu alternatif solusi dalam
penyediaan infrastruktur

- Dit PPISDA membutuhkan media


informasi sebagai pengenalan
KPBU

- Dit PPISDA belum ada buku


pedoman tata cara pelaksanaan
KPBU
Identifikasi Isu
Perlunya media informasi tentang Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) untuk
mendukung partisipasi Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur.

Isu yang Diangkat


Belum ada buku pedoman tata cara pelaksanaan
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU)
Proses Penyelesaian Isu
Identifikasi Isu Aktualisasi dan
Habituasi

Ruang Lingkup
01 02 03 Direktorat Pelaksanaan
Pembiayaan Infrastruktur
Sumber Daya Air (Dit PPI
SDA)

Rancangan
Aktualisasi
Tahapan Kegiatan Aktualisasi

Konsultasi Mempelajari Menyusun buku Finalisasi buku Penulisan


Kegiatan materi tata cara pedoman tata pedoman tata Laporan Akhir
Aktualisasi pelaksanaan cara pelaksanaan cara pelaksanaan
KPBU KPBU KPBU
Tabel Pelaksanaan Aktualisasi
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
Tahapan Kegiatan Aktualisasi
1. Konsultasi dengan atasan
(Kasi Penyiapan, Subdirektorat Penyiapan dan Kerjasama Investasi)
Tahapan Kegiatan:
a.Konsultasi dengan atasan
b.Pengenalan gagasan/ide kepada rekan kerja
Langsung:
a.Penerapan Nilai Akuntabilitas dalam hubungan antara
individu dan lingkungan kerja
b.Penerapan nilai etika publik dalam menghargai
komunikasi,konsultasi dan kerjasama di lingkungan kerja
c.Penerapan nilai Komitmen Mutu dalam pengenalan ide
baru sebagai bentuk inovasi di lingkungan kerja
Tidak Langsung:
a.Nasionalisme
b.Anti Korupsi
Dokumentasi Kegiatan:

Hasil : Izin pelaksanaan kegiatan


atualisasi
Kesepakatan tidak tertulis /komitmen
dengan rekan kerja Kasi Penyiapan, Subdirektorat Penyiapan dan Kerjasama Investasi
2. Mempelajari materi tata cara pelaksanaan
KPBU
Tahapan Kegiatan:
a.Mengumpulkan materi tata cara
pelaksanaan KPBU
b.Memahami materi tata cara
pelaksanan KPBU dengan baik danLangsung:
benar Penerapan nilai komitmen mutu
dalam tercapainya pemahaman
materi yang efektif
Tidak Langsung:
a. Akuntabilitas
b. Nasionalisme
c. Etika Publik
d. Anti Korupsi
Dokumentasi Kegiatan:

Hasil : materi yang terkumpul


dari berbagai sumber yang akan
dipilih untuk disusun menjadi
buku
3. Menyusun draft buku pedoman tata cara
pelaksanaan KPBU
a. Membuat Kerangka penulisan Langsung:
buku pedoman tata cara pelaksanaan Penerapan nilai komitmen
KPBU mutu dalam tercapainya
b. Menulis materi buku pedoman tata pemahaman materi yang
cara pelaksanaan KPBU yang sudah efektif
terkumpul Tidak Langsung:
c.Menentukan design cover buku a.Akuntabilitas
yang menarik b.Nasionalisme
d.Mencetak draft buku pedoman tata c.Etika Publik
cara pelaksanaan KPBU d.Anti Korupsi
Dokumentasi Kegiatan:

Hasil: Draft buku Pedoman Tata


Cara Pelaksanaan KPBU dalam
Penyediaan Infrastruktur yang
telah selesai disusun
4.Finalisasi buku pedoman tata cara

pelaksanaan KPBU
Tahapan Kegiatan: Langsung:
a. Mendiskusikan draft buku yang telah a.Penerapan Nilai Akuntabilitas dalam
dibuat dengan atasan hubungan antara individu dan lingkungan
kerja
b.Mencatat hasil diskusi dengan atasan
b.Penerapan nilai etika publik dalam
c.Melakukan revisi serta pengeditan buku menghargai komunikasi,konsultasi dan
sesuai arahan dari atasan kerjasama di lingkungan kerja
d.Melakukan penjilidan buku pedoman c.Penerapan nilai Komitmen Mutu dalam
tata cara pelaksanaan KPBU mendiskusikan buku yang telah dibuat ke
e.Menyampaikan kepada atasan buku atasan
akan dipublikasikan. Tidak Langsung:
a.Nasionalisme
b.Anti Korupsi
Dokumentasi Kegiatan:

Hasil : buku pedoman tata cara


pelaksanaan KPBU dalam penyediaan
infrastruktur telah selesai disusun dan siap
untuk dipublikasikan.
5. Penulisan Laporan Akhir
Langsung:
Menuliskan laporan kegiatan
a. Penerapan nilai
aktualisasi yang telah
akuntabilitas dalam tanggung
dilakukan
jawab menyelesaikan laporan
aktualisasi
b. Penerapan nilai komitmen
mutu dalam tercapainya
pemahaman materi yang
efektif
Tidak Langsung:
a. Nasionalisme
b. Etika Publik
c. Anti Korupsi
Kontribusi Terhadap Nilai

Pembuatan Buku Pedoman Tata Cara Pelaksanaan


Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha akan
mendorong partisipasi badan usaha dalam rangka
penyediaan infrastruktur.
Cover Buku Pedoman Tata cara
Pelaksanaan KPBU dalam
Penyediaan IInfrastruktur
Kesimpulan:
Kegiatan pembuatan Buku Pedoman Tata Cara Pelaksanaan
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) dalam
Penyediaan Infrastruktur dibutuhkan sebagai media pengenalan
pasar untuk memberikan pedoman kepada investor mengenai tata
cara pelaksanaan KPBU dalam rangka mendorong partisipasi badan
usaha dalam penyediaan infrastrutur.

Saran:
- Diharapkan Buku Pedoman Tata Cara Pelaksanaan
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) dalam
Penyediaan Infrastruktur dapat terus berkembang luas tidak hanya
di lingkungan unit organisasi saja

Dampak Jika Isu tidak ditanganii


- Pengenalan tentang tata cara pelaksanaan KPBU kurang maksimal
- Membuang kesempatan untuk memperkenalkan KPBU kepada para
investor di acara “investor Gathering”
THANKS!

Anda mungkin juga menyukai