Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MK PILIHAN HIV/AIDS & PMS

“Chlamydia Trachomatis”

Disusun Oleh:

KELOMPOK 13

Finny Alfiyonita Hau 18111101152

Frisilia Thelsa Sondang 18111101153

UNIVERSITAS SAM RATULAGI


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala penyertaanNya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Harapan kami semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi kami
penulis.Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini.Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Penulis

Kelompok 13

2
DAFTAR ISI
COVER..............................................................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................

1.1 Latar Belakang.................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah............................................................................................
1.3 Tujuan..............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................
2.1 Pengertian dari C.Trachomatis......................................................................
2.2 Epidemiologi dari C. Trachomatis.................................................................
2.3 Faktor Risiko dari C. Trachomatis.................................................................
2.4 Klasifikasi C. Trachomatis............................................................................
2.5 Faktor yang mempengaruhi C. Trachomatis.................................................
2.6 Gejala dari C.Trachomatis.........................................................................
2.7 Apa Pencegahan dan pengobatan dari C. Trachomatis...................................

BAB III PENUTUP .........................................................................................................


3.1 Kesimpulan ...................................................................................................
3.2 Saran .............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Chlamydia Trachomatis (CT) adalah salah satu penyebab infeksi genital. tidak spesifik pada
pria dan wanita. Infeksi CT adalah salah satu bentuk paling umum dari infeksi menular seksual di
dunia. World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa sebanyak 89 juta kasus baru
terjadi pada tahun 2001. Prevalensi infeksi CT di Indonesia di antara pekerja seks komersial cukup
tinggi, berkisar antara 20-34% (Karyadi, 1996). Chlamydia trakomatis adalah mikroorganisme
intraseluler obligat yang memiliki dinding sel yang sama dengan bakteri gram negatif. Chlamydia
trakomatis diklasifikasikan sebagai bakteri yang mengandung asam deoksiribonukleat (DNA) dan
asam ribonukleat (RNA), mereka membelah dengan fusi biner, tetapi seperti virus, mereka
berkembang secara intraseluler. atau uretra ke atas, dan infeksi klamidia dapat menyebabkan "cacat"
yang serius, karena infeksi klamidia yang meninggi pada saluran genital dapat menyebabkan
kolonisasi bakteri di mukosa endometrium dan tuba fallopia (Hendry, dkk., 2013).
Chlamydia trakomatis adalah bakteri intraseluler yang menyebabkan infeksi yang ditularkan
melalui kontak seksual. Secara umum semua wanita yang aktif secara seksual berisiko terkena
infeksi. Sekitar 60% -80% infeksi Chlamydia trakomatis pada wanita tidak menunjukkan gejala
sehingga sulit untuk menilai penyebarannya, pasien tidak menyadari infeksi ini dan tidak segera
mendapatkan perawatan (Baud, et. al., 2011). Jurnal Teknosains Infeksi Chlamydia trakomatis sulit
untuk didiagnosis, mudah menjadi kronis dan residual, dan dapat menyebabkan berbagai komplikasi
serius. Infeksi ini yang tidak diobati dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius, baik pada
pria dan wanita, serta untuk bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi (Lanjouw, et. al., 2015). Kontak
langsung dengan Chlamydia Trachomatis dalam keadaan tertentu akan menyebabkan peradangan
konjungtiva yang disebut Trachoma. Infeksi pada tahap awal memberikan manifestasi yang sangat
bervariasi yang biasanya mirip dengan konjungtivitis kronis pada umumnya, yaitu mata merah, gatal,
eksudasi dan pembengkakan pada kelopak mata. Di folikel tarsus atas dan hipertrofi papiler
diperoleh. Selama perjalanan penyakit, folikel akan pecah (folikel di Trachoma memiliki sifat rapuh)
dan menyebabkan terjadinya jadingan parut (Frich, et. al., 2006). Dari 100% wanita yang terinfeksi
chlamydia hampir 70% wanita tidak menyadari dan tidak merasakan gejala apapun baik rasa sakit
maupun gejala fisik, hanya saja dapat ditemukan saat dilakukan pemeriksaan di daerah serviks. Pada
infeksi chlamydia pada fase awal terjadi di serviks atau uretra. Pada fase awal timbul beberapa
keluhan yaitu urin yang abnormal disertai rasa terbakar saat melakukan buang air kecil. (Johnson, et..
all).
Gejala tunggal pada infeksi chlamydia yaituterjadi perdarahan setelah melakukan kontak
seksual serta terjadi perdarahan pada siklus menstruasi yang tidak sesuai dengan siklus yang
seharusnya yaitu terjadi perdarahan di pertengahan siklus menstruasi juga merupakan gejala tunggal
infeksi dari infeksi chlamydia. Infeksi tunggal ini dapat dilakukan dengan pemeriksaan venereologik
serviks dimana pemeriksaan venereologik dapat menyebabkan perdarahan saat dilakukan kerokan
atau apusan dengan spatula. Secara medis gejala dan tanda yang dapat diketahui dari infeksi
Chlamydia sangat sulit dibedakan dengan infeksi genital lainnya (Miller, 2006).

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan C. Trachomatis ?
2. Apa Epidemiologi C. Trachomatis ?
3. Apa Faktor Risiko dari C. Trachomatis?
4. Apa Klasifikasi C. Trachomatis ?
5. Apa Saja Faktor yang mempengaruhi C. Trachomatis ?
6. Apa Gejala dari C.Trachomatis?
7. Apa Pencegahan dan pengobatan dari C. Trachomatis ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang di maksud dari C. Trachomatis
2. Mengetahui Epidemiologi C. Trachomatis
3. Mengetahui Faktor Risiko dari C. Trachomatis
4. Mengetahui Klasifikasi C. Trachomatis
5. Mengetahui Faktor yang mempengaruhi C. Trachomatis
6. Mengetahui Gejala dari C.Trachomatis
7. Mengetahui Pencegahan dan pengobatan dari C. Trachomatis

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian C. Trachomatis
C. Trachomatis adalah bakteri obligat intraseluler yang menginfeksi urethra dan serviks.
Serviks adalah tempat yang paling sering terinfeksi dengan Clamydia Trachomatis. Clamydia
bukan merupakan penyebab vaginitis, tetapi dapat mengerosi daerah serviks, sehingga dapat
menyebabkan keluarnya cairan mukopurulen. Cairan ini mungkin dianggap pasien berasal dari
vagina. Neonatus yang lahir dari wanita yang terinfeksi dengan Clamydia memiliki risiko untuk
terjadinya inclusion conjungtivitis saat persalinan. 25 sampai dengan 50% dari bayi yang
terpapar akan terkena konjungtivitis pada 2 minggu pertama setelah lahir, dan 10 sampai dengan
20 % akan berlanjut ke pneumonia dalam 3 sampai 4 bulan setelah lahir jika tidak diobati dengan
segera. Infeksi Clamydia pada awal kehamilan telah dihubungkan dengan terjadinya persalinan
prematur, ketuban pecah dini. Meningkatnya angka kejadian late - onset endometritis yang
terjadi setelah persalinan pervaginam, dan infeksi panggul yang berat setelah operasi sesar dapat
terjadi ketika infeksi Klamidia di diagnosis pada pemeriksaan prenatal awal.
Infeksi C.Trachomatis Pada Jaringan Serviks Dan Tuba Clamydia Trachomatis
merupakan organisme kedua terbanyak dari infeksi menular seksual yang ditemukan pada
sebagian besar wanita, dan paling banyak ditemukan pada wanita dibawah usia 25 tahun.
Dikarenakan banyak dari kasus infeksi ini merupakan infeksi yang asimptomatik atau tanpa
gejala, diperlukan pemeriksaan rutin pada wanita yang sudah aktif secara seksual yang berusia
dibawah 25 tahun dan mereka yang memiliki resiko. Wanita yang dikatakan memiliki risiko
terhadap infeksi klamidia trachomatis adalah wanita yang berganti-ganti pasangan seksual
ataupun mempunyai pasangan sesual baru, pekerja seksual, mengunakan kondom secara tidak
konsisten, memiliki riwayat infeksi menular seksual lainnya, sebelumnya pernah terinfeksi
chlamydia ataupun gonorrhea. Clamydia trachomatis merupakan parasit intraseluler obligate
yang bergantung pada sel lain untuk hidupnya. Parasit ini menyebabkan infeksi pada epitel
kolumnar. Gejala yang muncul diakibatkan karena peradangan pada kelenjar endocervical, yang
menghasilkan duh yang mukopurulenta ataupun duh sekresi dari endoservical. Jika terinfeksi,
jaringan endocervical biasanya akan membengkak dan kemerahan. Seringkali diikuti dengan
urethritis atau infeksi alat kelamin bawah lainnya, sehingga sering dijumpainya adanya nyeri
ketika berkemih.
2.2 Epidemiologi C. Trachomatis
Menurut WHO (2007) diperkirakan 4 juta kasus infeksi Chlamydia dilaporkan setiap
tahunnya di Amerika Serikat dengan prevalensi secara Universitas Sumatera Utara keseluruhan
5%. Pada kelompok berisiko prevelensinya lebih tinggi yaitu pada kelompok remaja wanita yang
seksual aktif, dengan insidensi 10%. Prevalensi Chlamydia mencapai 14% pada remaja wanita
Amerika Afrika usia 18-26 tahun dan 17% dari remaja ini dalam 12 bulan sebelumnya
mempunyai riwayat terinfeksi gonorrhoe atau Chlamydia. Hampir 100.000 neonatus terpapar
Chlamydia setiap tahunnya.Infeksi Chlamydia yang asimptomatik lebih banyak terjadi pada
wanita dibandingkan pria yaitu 80% banding 50% (Kohl, et al, 2003). Namun wanita lebih
mungkin mengalami komplikasi jangka panjang seperti chronic pelvic pain, PID dan
infertilitas.Prevalensi tertinggi terdapat pada kelompok umur remaja wanita usia 15 - 24 tahun

6
yaitu 46% pada usia 15 -19 tahun dan 33% pada usia 20 – 24 tahun. Mukosa vagina dan jaringan
cervix pada wanita yang berusia muda bersifat immature sehingga ini menyebabkan mereka
lebih rentan terhadap infeksi genitalia dibandingkan wanita yang lebih tua (WHO, 2007b).Infeksi
Chlamydia sering dijumpai pada kelompok sosio-ekonomi lemah dan pada orang yang tinggal di
kota.
2.3 Faktor Risiko
Faktor risiko untuk terjadinya infeksi klamidia trakomatis pada wanita seksual aktif
termasuk usia muda (usia 15-24 tahun), riwayat infertilitas, memiliki lebih dari 1 partner seksual,
adanya partner seks yang baru, tidak menikah, ras kulit hitam, mempunyai riwayat atau sedang
menderita penyakit menular seksual, riwayat keguguran, riwayat infeksi saluran kemih, dan
penggunaan tidak teratur dari kontrasepsi barrier.
2.4 Klasifikasi C. Trachomatis
Klasifikasi ilmiah dari Chlamydia trachomatis adalah sebagai berikut: ordo
Chlamydiales, famili Chlamydiaceae, genus Chlamydia dan spesies Chlamydia trachomatis
2.5 Faktor yang mempengaruhi C. Trachomatis
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Infeksi Chlamydia Infeksi Chlamydia merupakan
infeksi menular seksual yang pada umumnya tanpa gejala. Infeksi ini dapat ditularkan langsung
melalui hubungan seksual baik secara vaginal, anal, ataupun oral. Beberapa Universitas
Sumatera Utara faktor diduga dapat mempengaruhi dan mempermudah terjadi infeksi Chlamydia
ini, antara lain:
a. Umur
World Health Organization memperkirakan secara global lebih dari 340 juta
kasus baru sifilis, gonorrhoe, Chlamydia dan trichomoniasis terjadi setiap tahun pada pria
dan wanita umur 15 – 49 tahun (WHO, 2007b). Selama tahun 2007, CDC menyatakan
bahwa lebih dari separuh kasus Chlamydia yang dilaporkan adalah wanita umur 18 – 26
tahun (CDC, 2007). Penelitian di Negeria, pada wanita yang telah menikah mendapatkan
prevalensi infeksi Chlamydia lebih banyak pada kelompok umur 25-29 tahun dan umur
20 – 24 tahun (33%) dibanding kelompok umur lainnya (Mawak et al, 2011).
b. Status Pernikahan dan Paritas
Wanita yang telah menikah ternyata mempunyai prevalensi infeksi Chlamydia
lebih tinggi dari pada wanita yang masih singel. Hal ini juga sejalan dengan
meningkatnya jumlah paritas ibu, dan lamanya status perkawinan yang dijalani ini,
dimana transmisi penyakit dapat terjadi dengan mudah antara suami dan istri. Namun
hasil penelitian Al-Jiffri (2011), mendapatkan bahwa infeksi Chlamydia lebih banyak
dijumpai pada kelompok ibu yang lama menikahnya < 5 tahun, hal diduga karena mereka
ini merupakan kelompok seksual aktif.
c. Sosial Ekonomi
Infeksi Chlamydia sering dijumpai pada kelompok sosio-ekonomi lemah dan pada
orang yang tinggal di kota. Penelitian Nayab (2002) di Pakistan mengenai prevalensi
infeksi saluran reproduksi menunjukkan bahwa kelompok wanita dengan status ekonomi

7
yang rendah lima kali lebih berisiko terinfeksi dibanding kelompok wanita dengan status
ekonomi yang lebih tinggi.
d. Pasangan Seksual
Memiliki pasangan seksual lebih dari satu atau berganti-ganti pasangan seksual
merupakan faktor risiko untuk terinfeksi chlamidia. Perilaku seksual pasangan yang
beresiko, jenis pekerjaan yang menyebabkan pasangan meninggalkan rumah untuk
beberapa waktu juga menjadi faktor predisposisi infeksi Chlamydia (WHO, 2007b).
e. Infeksi Menular Seksual
Pasien dengan penyakit menular seksual tertentu merupakan suatu faktor yang
dapat meningkatkan terjadinya infeksi penyakit menular sexual lainnya (co-infeksi).
Penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara adanya riwayat
penyakit menular seksual lainnya terhadap infeksi Chlamydia (Mawak et al, 2011). Oleh
karena itu adanya infeksi Chlamydia juga dapat digunakan sebagai prediksi atau petunjuk
adanya infeksi menular seksual lainnya.Universitas Sumatera Utara
Ko-infeksi infeksi Chlamydia yang paling sering adalah gonorrhea. Sekitar 40% wanita
dan 20% pria yang terinfeksi Chlamydia, juga terinfeksi gonorrhea.
f. Perilaku: Pengetahuan, Sikap dan Tindakan
Seperti diketahui ranah perilaku mencakup pengetahuan, sikap dan tindakan.
Perilaku kesehatan seringkali dipengaruhi komponen-komponen tersebut. Telaah
mengenai alasan di balik perilaku individu tersebut dapat dilakukan melalui pendekatan
komprehensif (teori perilaku individu). Salah satunya adalah Health Belief Model (HBM)
yang menerangkan konsep perilaku dan hal-hal yang menyebabkan seseorang melakukan
suatu tindakan. Teori Health Belief Model didasarkan pada pemahaman bahwa seseorang
akan mengambil tindakan yang akan berhubungan dengan kesehatan. Teori ini
dituangkan dalam lima segi pemikiran dalam diri individu, yang mempengaruhi upaya
yang ada dalam diri individu untuk menentukan apa yang baik bagi dirinya, yaitu
perceived susceptibility(kerentanan yang dirasakan/ diketahui), perceived severity
(bahaya/ kesakitan yang dirasakan), perceived benefit of action(manfaat yang dirasakan
dari tindakan yang diambil), perceived barrier to action(hambatan yang dirasakan akan
tindakan yang diambil), cues to action(isyarat untuk melakukan tindakan). Hal tersebut
dilakukan dengan tujuan self efficacy atau upaya diri sendiri untuk menentukan apa yang
baik bagi dirinya. Pengetahuan dan sikap sehubungan infeksi menular seksual akan
mempengaruhi tindakan dalam mengambil langkah-langkah pencegahan (likelihood of
action) seperti penggunaan kondom, melakukan pemeriksaan sedini mungkin maupun
mencari pengobatan. Pada kelompok risiko rendah, umumnya pengetahuan tentang
infeksi Chlamydia masih rendah. Wanita yang pernah terpapar infeksi Chlamydia
mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibandingkan wanita yang belum pernah
menderita infeksi Chlamydia. Kesadaran wanita tentang adanya infeksi Chlamydia masih
rendah dibandingkan kesadaran mereka terhadap penyakit lainnya seperti HIV/AIDS dan
gonorrhoe. Penelitian tentang persepsi seseorang terhadap risiko infeksi Chlamydia
genital menunjukkan hanya 18.9% responden yang merasa terancam oleh infeksi
Chlamydia, mayoritas responden tidak mengetahui apakah mereka berisiko terinfeksi
atau tidak (Kellock et al, 1999).
g. Pelayanan Kesehatan
Penanggulangan infeksi menular seksual sering sebenarnya dapat dilakukan oleh
pelayanan kesehatan tingkat dasar, namum penderita lebih memiliki preferensi untuk

8
mencari pengobatan dari pelayanan kesehatan swasta yang dipercaya lebih bermutu
tenaga kesehatannya, mudah terakses, dan tidak terstigmatisasi dibanding memanfaatkan
pelayanan kesehatan primer seperti puskesmas (WHO, 2007).Universitas Sumatera Utara
h. Sanitasi
Penelitian di Vietnam, tentang infeksi saluran reproduksi menyatakan wanita
Vietnam percaya terjadinya infeksi tersebut oleh karena sanitasi air yang jelek dan
higiene personal yang kurang (Nguyen, 2002). Higiene personal dapat mempengaruhi
lingkungan vagina, sehingga memudahkan infeksi secara endogen. Suatu penelitian di
Pakistan menemukan bahwa wanita dengan higiene yang baik saat menstruasi dan
frekuensi mandi yang lebih sering, secara signifikan resikoinfeksi saluran reproduksinya
lebih rendah (Nayab, 2002).

2.6 Gejala C.Trachomatis


Gejala Clamydia Trachomatis pada wanita:
 Nyeri perut disertai demam
 Pendarahan diluar siklus menstruasi
 Haid yang menyakitkan
 Keputihan yang tidak normal dan mungkin berbau
 Rasa sakit saat berhubungan seks
 Gatal atau sensasi terbakar di dalam atau di sekitar vagina
 Nyeri saat buang air kecil.
Gejala Clamydia Trachomatis pada pria:
 Buang air kecil yang menyakitkan
 Mengeluarkan cairan bening atau keruh dari ujung penis
 Sensasi terbakar dan gatal di sekitar lubang penis
 Nyeri dan bengkak di sekitar testis.

2.7 Pencegahan dan Pengobatan C.Trachomatis


Pencegahan

Cara yang paling baik untuk mencegah penularan penyakit ini adalah abstinensia (tidak
melakukan hubungan seksual dengan mitra seksual yang diketahui menderita penyakit ini).
Untuk mengurangi resiko tertular oleh penyakit ini, sebaiknya menjalani perilaku seksual
yang aman (tidak berganti-ganti pasangan seksual atau menggunakan kondom).

Pengobatan

             Penting untuk dijelaskan pada pasien dengan infeksi genital oleh C. trachomatis,
mengenai resiko penularan kepada pasangan seksualnya, Contact tracing (pemeriksaandan
pengobatan partner seksual) diperlukan untuk keberhasilan pengobatan.

Untuk pengobatan, Tetrasiklin adalah antibodi pilihan yang sudah digunakan sejak lama untuk
infeksi genitalia yang disebabkan oleh C.Trachomatis. Dapat diberikan dengan dosis 4 x 500

9
mg/h selama 7 hari atau 4 x 250 mg/hari selama 14 hari. Analog dari tetrasiklin seperti
doksisiklin dapat diberikan dengan dosis 2 x l00 mg/h selama 7 hari. Obat ini yang paling
banyak dianjurkan dan merupakan drug of choice karena cara pemakaiannya yang lebih mudah
dan dosisnya lebih kecil. Azithromisin merupakan suatu terobosan baru dalam pengobatan masa
sekarang. Diberikan dengan dosis tunggal l gram sekali minum.

Regimen alternatif dapat diberikan :

 Erythromycin 4 x 500 mg/hari selama 7 hari atau 4 x 250 mg/hari selama l4 hari.
 Ofloxacin 2 x 300 mg/hari selama 7 hari

Regimen untuk wanita hamil :

Erythromycin base 4 x 500 mg/hari selama 7 hari

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Chlamydia trakomatis adalah salah satu bakteri yang dapat menyebabkan penyakit infeksi
menular seksual yang sangat berbahaya bagi kesehatan baik pria maupun wanita serta akan
menganggu janin pada ibu hamil. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu
dengan metode PCR dan laparoskopi. Infeksi Chlamydia trachomatis memiliki peranan sebagai
faktor risiko terjadinya kerusakan pada tuba fallopi. Penanda adanya infeksi berupa pemeriksaan
imunoglobulin Chlamydia trachomatis dapat membantu memberikan gambaran mengenai
kondisi tuba fallopi pada wanita dengan infertilitas.

3.2 Saran

Cara yang paling baik untuk mencegah penularan penyakit ini adalah:

Abstensia ( tidak melakukan hubungan seksual dengan mitra seksual yang diketahui
menderita penyakit ini ).
Hindari oral seks dengan pasangan yang positif chlamydia karenainfeksiini dapat
ditularkan melalui rongga mulut.
Chlamydia tak jarang pula bisa di tularkan lewat liang dubur jika melakukan sodomi dan
disarankan perilaku tersebut tidak dilakukan.
Untuk mengurangi resiko tertular oleh penyakit ini sebaiknya menjalani perilaku seksual
yang aman (tidak berganti – ganti pasangan seksual atau menggunakan kondom).

11
DAFTAR PUSTAKA
St. Aisyah S1 , Sabilla Suryaning Amanda1. “INFEKSI Chlamydia trachomatis PADA
SALURAN GENITAL, TUBA FALLOPI DAN SERVIKS”. http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/teknosains/article/view/9676/6896
Sari Pustaka. “ INFEKSI KLAMIDIA TRACHOMATIS SEBAGAI SALAH SATU
PENYEBAB OKLUSI TUBA FALOPI”.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/6b619a34ed5f1fd74ba58bafa4603565.pd
f
Chapter II – USU Repository – Universitas Sumatra Utara PDF
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/49422/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y

12

Anda mungkin juga menyukai