Anda di halaman 1dari 8

ANTIBIOTIKA RASIONAL DALAM ILMU BEDAH

Mochamad Aleq Sander


Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang
e-mail: aleq.sander@yahoo.com blog: bedahunmuh.wordpress.com

ABSTRACT
Utilizing of antibiotics to cure operation infection actually not differ from gift antibiotics
in general. The difference was antibiotic treatment be addition therapy after surgery. The aim of
antibiotics treatment was prevent or cure infection by reducing or eliminating bacteria until
human body can handle this pathogenic organism.

Keywords: rational antibiotic, infection, surgery

ABSTRAK
Penggunaan antibiotika untuk mengobati infeksi operasi sebenarnya tidak berbeda dengan
pemberian antibiotika pada umumnya. Perbedaannya ialah bahwa terapi antibiotika merupakan
terapi tambahan setelah terapi utama pembedahan.
Tujuan pemberian terapi antibiotika adalah untuk mencegah atau mengobati infeksi dengan
cara menurunkan atau mengeliminasi bakteri sampai daya tahan tubuh sendiri dapat mengatasi
organisme patogen ini.

Kata kunci: antibiotika rasional, infeksi, pembedahan

Pendahuluan
Pengobatan secara rasional, efektif Semua antibiotika mempunyai
dan aman sebetulnya harus berlaku untuk potensi toksisitas. Efek toksik dapat berupa
semua tindakan pengobatan yang dilakukan idiosinkrasi, seperti alergi atau aplasia
oleh profesi kedokteran dan tidak hanya sumsum tulang disebabkan kloramfenikol,
terbatas pada penggunaan antibiotika. atau kerusakan organ atau jaringan seperti
Rasional berarti bahwa diagnosis penyakit ginjal karena aminoglikosida dan ototoksik
harus ditentukan dengan tepat sehingga oleh amphotericin B. Antibiotika juga dapat
pemilihan obat dapat dilakukan dengan tepat mengakibatkan perubahan ekologi mikroba
dan mengenai sasarannya dengan efek di rumah sakit yang menyebabkan resistensi,
samping seminimal mungkin. suatu masalah yang sering terjadi di ICU.
Hal utama yang perlu mendapat Masalah biaya (cost) merupakan hal
perhatian pada pemberian antibiotika ini yang juga perlu mendapat perhatian dalam
adalah efektivitas, toksisitas, dan harga pemilihan antibiotika. Pemilihan antibiotika
(cost). Efektivitas merupakan hal terpenting tidak hanya ditentukan oleh harga obatnya
dalam pemilihan antibiotika. Antibiotika saja (drug acquisition cost) tapi perlu
yang efektif harus aktif terhadap patogen dipertimbangkan biaya pemberian, waktu
penyebab infeksi dan harus mampu pemberian, cairan, dan peralatan infus serta
mencapai tempat infeksi dengan konsentrasi biaya monitoring (drug delivery cost).
yang cukup.
Antibiotika Profilaksis ditentukan oleh karakteristik penderita dan
Antibiotika sering dipergunakan keadaan penyakitnya. Dukungan nutrisi dan
secara profilaksis pada penderita yang kontrol infeksi yang jauh akan menurunkan
dioperasi untuk mencegah infeksi luka risiko infeksi luka. Pencegahan terhadap
dimana diperkirakan kemungkinan akan resistensi lokal ini merupakan tugas bedah.
terjadi atau dimana kalau terjadi infeksi, Beberapa faktor seperti adanya darah, benda
konsekuensi infeksi akan berat walaupun asing, iskemi, atau jaringan nekrotik pada
kemungkinan infeksinya kecil. Sepsis pasca tempat operasi dapat menggangu pertahanan
bedah merupakan infeksi nosokomial lokal serta meningkatkan risiko infeksi. Oleh
tersering pada pasien yang mengalami karena itu teknik operasi yang baik akan
pembedahan. Hal ini merupakan faktor menurunkan beberapa faktor risiko tersebut.
penting yang menambah kesakitan, waktu Manfaat utama pemberian antibiotika
rawat yang makin panjang, menambah adalah mengurangi inokulasi bakteri hidup
ongkos perawatan dan ketidaknyamanan pada luka operasi. Infeksi dianggap sudah
untuk pasien dan keluarganya. terjadi pada tindakan bedah pada luka yang
terkontaminasi atau kotor. Pemberian
Identifikasi Penderita Risiko Tinggi antibiotika pada keadaan ini lebih dianggap
Infeksi sebagai “terapeutik” untuk infeksi yang
Infeksi luka yang terjadi merupakan dalam daripada profilaksis untuk infeksi
interaksi yang kompleks antara inokulasi luka operasi. Indikasi utama pemberian
bakteri kedalam luka selama pembedahan antibiotika profilaksis pada bidang bedah ini
dan daya tahan sistemik tubuh terhadap adalah dimana infeksi luka pasca bedah
infeksi. Jumlah bakteri yang terinokulasi cukup tinggi atau dimana kemungkinan
mempunyai korelasi langsung dengan risiko infeksi cukup rendah tetapi konsekuensinya
infeksi pasca bedah. Tindakan bedah dapat cukup signifikan jika terjadi infeksi.
diklasifikasikan sesuai dengan kemungkinan Pemberian antibiotika profilaksis pada
terjadinya kontaminasi luka dan jumlah pembedahan yang clean-contaminated
bakteri yang terinokulasi kedalam luka yaitu secara umum dapat diterima. Pemberian
luka: clean, clean-contaminated, antibiotik profilaksis pada kasus bedah yang
contaminated, dan dirty (Tabel 1). Angka clean pada awalnya ditujukan pada insersi
infeksi pada luka yang clean adalah 1.5% - alat prostetik. Beberapa pedoman prinsip
3.9%, pada clean-contaminated 3% - 4%, pemberian antibiotika profilaksis dapat
pada contaminated 8.5%, serta 28% - 40% dilihat pada tabel 2. Pemilihan antibiotika
pada dirty wound. Kemungkinan infeksi profilaksis ini juga harus didasarkan pada
juga akan meningkat dengan meningkatnya kemungkinan bakter i yang akan
virulensi kuman, begitu pula dengan faktor mengkontaminasi luka (Tabel 1).
seperti lama perawatan pra bedah yang
panjang, dan penggunaan antibiotika yang Antibiotika Terapeutik
berlebihan dengan akibat kolonisasi Kebanyakan infeksi dapat diatasi
hospital-acquired pathogen. Perubahan dengan pemberian antibiotika peroral
resistensi tubuh terhadap infeksi dapat dengan rawat jalan. Tetapi pada keadaan
terjadi secara sistemik atau lokal (didalam infeksi bedah yang berat terapi harus
luka). Resistensi sistemik terutama diberikan antibiotika secara intravena.
Awalnya antibiotika dapat diberikan secara Terapi Empirik
empirik karena kita tidak dapat menunggu Pemberian antibiotika empirik yang
hasil pemeriksaan mikrobiologi. Terapi rasional harus memperhatikan
antibiotika seharusnya dimulai sebelum mikroorganisme yang biasa terdapat pada
didapat hasil kultur pada kasus peritonitis, tempat infeksi dan pola kerentanan kuman
abses, dan necrotizing soft tissue infection. pada rumah sakit atau unitnya (misal: ICU).
Infeksi bedah intraabdomen hampir selalu
disebabkan oleh infeksi campuran gram ceftizoxime, cefoperazone, ceftriaxone,
negatif dan gram positif aerob dan anaerob. ceftazidime, dan polymixin sebaiknya
Oleh karena itu pemberian antibiotika awal tidak diberikan secara tunggal karena
pada kasus ini harus antibiotika dengan cakupan yang kurang adekuat untuk
spektrum luas yang mencakup kuman basil gram negatif anaerob.
tersebut. Pada kasus pemasangan alat Antibiotika yang dapat diterima untuk
prostetik, bakteri yang berperan umumnya community acquired intraabdominal
adalah gram positif kokus seperti Staph. infection adalah cefoxitin, cefotetan,
aureus dan S. epidermidis, tetapi dapat juga cefmetazole, dan ticarcilin/clavulanic acid.
disebabkan oleh kuman gram negatif. Tetapi antibiotika ini jangan diberikan jika
Banyak antibiotika yang tersedia baik infeksi intraabdomen ini terjadi di rumah
untuk pemberian tunggal atau kombinasi. sakit setelah pemberian antibiotika
Surgical Infection Society (SIS) sebelumnya. Untuk infeksi ini dapat
mengeluarkan rekomendasi pemberian diberikan imipenem-cilastatin. Dapat juga
antibiotika secara empirik pada kasus infeksi diberikan kombinasi metronidazole atau
intraabdomen, seperti: clindamycin ditambah amino glycoside atau
§ Tidak memberikan antibiotika seperti antianaerob ditambah cephalosporin
cefazolin, cephalosporin generasi generasi tiga atau clindamycin ditambah
pertama, penicillin, ampicilin, monobactam. Pertimbangan harga dan
erythromycin, dan vancomycin karena toksisitas yang membuat rekomendasi
obat ini tidak mencakup kuman aerob pemberian yang membuat rekomendasi
dan anaerob sekaligus. pemberian obat-obat ini lebih disukai
§ Metronidazole dan clindamycin dibandingkan dengan kombinasi lainnya.
sebaiknya tidak diberikan secara tunggal
pada infeksi campuran karena kurang Terapi Definitif
aktifitasnya terhadap kuman aerob. Terapi antibiotika harus dirubah
§ Antibiotika lain seperti setelah diperoleh hasil pemeriksaan
aminoglycoside, aztreonam, pewarnaan gram, kultur, dan sensitivitas.
cefuroxime, cefonicid, cefamandole, Data sensitivitas dapat menentukan
ceforanide, cefotetan, cefotaxime,
antibiotika mana yang sedang dipergunakan klinis, leukosit normal, dan fungsi
tetapi tidak aktif terhadap kuman hasil pencernaan baik. Jika dalam waktu 4-5
isolasi. Data ini juga dapat dipergunakan hari tidak terjadi perbaikan secara klinis
untuk mengganti penggunaan antibiotika maka perlu dipikirkan kemungkinan
dengan antibiotika lain yang kurang toksik kegagalan terapi.
atau yang lebih ekonomis. 3. Kegagalan Terapi
Infeksi yang berasal dari ICU Walaupun sering dianggap bahwa
biasanya disebabkan oleh kuman yang kegagalan respon bakteri terhadap
resisten terhadap antibiotika. Ini biasa pengobatan adalah karena pemilihan
terjadi pada hospital-acquired Staph. aureus antibiotika yang salah, biasanya ada
yang sering resisten terhadap methicilin. faktor lain yang berpengaruh. Infeksi
Vancomycin biasanya diberikan pada kasus intraabdomen yang disertai dengan
MRSA, tetapi jika kuman sensitif terhadap demam atau leukositosis yang persisten
penicillin G atau methicilin maka obat ini biasanya disebabkan oleh rekuren
sebaiknya yang diberikan karena lebih (ter sier) peritonitis atau abses
efektif dan ekonomis dibandingkan dengan intraabdomen yang memerlukan tindakan
vancomycin. Antibiotika yang sering drainase. Penyebab demam yang lain
digunakan untuk infeksi oleh P. aeruginosa misalnya pneumonia, infeksi saluran
adalah antipseudomonas beta-lactam seperti kencing, infeksi karena infus catheter,
mezlocilin atau ceftazidime kombinasi drug fever, dan thrombophlebitis.
dengan aminoglycoside, dengan tujuan Mungkin antibiotika yang
untuk mencegah resistensi dan manfaat digunakan juga tidak tepat, dapat berupa
sinergi obat. antibiotika jenis yang salah, serta cara
pemberian dan dosis yang tidak tepat.
Pemberian Obat Bakteri mungkin tidak suseptibel dengan
1. Cara konsentrasi obat pada tempat infeksi atau
Untuk infeksi bedah yang berat, telah terjadi superinfeksi oleh bakteri lain
antibiotika sebaiknya diberikan secara yang tidak sensistif terhadap antibiotika
intravena untuk menjamin kadar obat yang diberikan.
yang adekuat dalam serum. Absorpsi 4. Toksisitas Obat
dengan cara lain pada penderita infeksi Biasanya antibiotika terutama akan
berat adalah tidak konsisten dimana diekskresi oleh ginjal dan akan terjadi
biasanya pencernaan tidak berfungsi akumulasi dalam serum pada penderita
dengan baik. Cara pemberian lain dapat dengan gangguan fungsi ginjal. Oleh
dipakai jika telah terjadi perbaikan. karena itu perlu mengurangi dosis atau
2. Lama Pemberian penambahan interval pemberian. Obat
Sedikit sekali data yang menjelaskan yang toksik seperti aminoglycoside
lamanya pemberian antibiotika yang sebaiknya tidak diberikan pada penderita
tepat. Kebanyakan infeksi bedah dapat gangguan ginjal atau kalau diberikan
diterapi dengan efektif dengan pemberian perlu dimonitor kadarnya dalam serum
antibiotika selama 5-7 hari. Pada kasus untuk menjamin tidak dicapai kadar
peritonitis, penghentian antibiotika dapat toksik. Pada umumnya pemberian
dilakukan setelah terdapat perbaikan antibiotika pada gangguan ginjal adalah
dengan memberikan 80%-100% dosis faktor biaya memegang peranan. Fokus
pertama, kemudian dosis kedua diberikan terhadap biaya saja tanpa memperhatikan
sesuai dengan dugaan dosis dan saat indikasi klinis yang ter arah sering
pemberian sesuai waktu paruh obat. menyesatkan sehingga menyebabkan
kegagalan terapi. Terapi yang gagal
Cost (Biaya) menyebabkan bertambahnya biaya
Pelayanan kesehatan biasanya kurang perawatan dan obat-obatan sebagai akibat
memperhatikan aspek biaya terapi secara dari komplikasi yang terjadi. Disinilah
keseluruhan. Sering pemberi layanan peranan analisis farmakoekonomik.
kesehatan berfokus kepada aspek finansial Ada 4 metoda analisis
yang sederhana, seperti drug acquisition farmakoekonomik yaitu cost minimization,
cost, sehingga tidak memperhatikan cost-benefit analysis, cost-effectiveness
perbedaan respon klinis dari setiap produk analysis, dan cost-utility analysis. Cost-
yang dipakai. Padahal, respon klinis yang effectiveness analysis berasumsi bahwa
optimal dapat meningkatkan kepatuhan dana cukup tersedia, kemudian dipilih
pasien (compliance), menurunkan jumlah program dengan biaya minimal. Biaya
kunjungan ke rumah sakit, menurunkan lama program dihitung dengan unit moneter,
rawat, atau menghindari rawat inap di sedangkan hasil akhir di gambarkan dengan
rumah sakit. Hal ini penting, karena jika pengukuran non-moneter seperti quality of
tidak diper hatikan, pemberi layanan life. Tipe inilah yang cocok digunakan untuk
kesehatan cenderung mengontrol biaya menganalisis profilaksis antibiotika yang
serendah mungkin. Padahal, penekanan paling tepat untuk prosedur bedah.
biaya semata sering mengorbankan kualitas, Terdapat enam faktor biaya yang harus
sehingga mengurangi kepercayaan pengguna diperhitungkan dalam pemberian antibiotika
(pasien) terhadap pemberi layanan (dokter intravena:
dan rumah sakit). Untuk menghindari hal ini, 1. Harga obat (acquisition cost). Harga
dilakukan analisis farmakoekonomik. ini biasanya berdasarkan harga
Analisis farmakoekonomik dapat distributor (HNA). Biaya yang
mengevaluasi dan membandingkan semua terkait seperti penyimpanan atau
aspek biaya dari terapi yang diberikan. transportasi obat dari pabrik sampai
Dalam pemilihan antibiotika untuk ke konsumen tidak diperhitungkan.
suatu profilaksis ataupun pengobatan, ada 2. Biaya pemberian obat ke pasien
tiga faktor yang harus diperhitungkan (delivery cost). Ini mencakup biaya
sebelum memperhatikan faktor biaya. tenaga kerja (per awat) untuk
Pertama adalah harus terdapat indikasi klinis mempersiapkan dan menyuntikkan
yang valid. Kemudian, regimen pemberian antibiotika ke pasien, dan biaya
harus sesuai, meliputi dosis, frekuensi, dan bahan habis pakai. Biaya jasa
metoda pemberian. Setelah itu, pemberian perawat dihitung melalui gaji
obat tidak boleh menyebabkan resistensi perawat per bulan dibagi dengan
bakteri sehingga menyebabkan kegagalan berapa jam ia bekerja, kemudian
terapi. Apabila semua langkah ini telah didapat ber apa jam sehar i ia
diikuti, tetapi kemudian terdapat banyak mengerjakan penyuntikan antibiotika
pilihan antibiotika yang tersedia, barulah tersebut. Bahan habis pakai antara
lain kapas, cairan antiseptik, sarung pelayanan kesehatan yang
tangan, dan alat suntik. Dengan ditanggung oleh pasien, antara lain
demikian, antibiotika yang diberikan hilangnya waktu produktif pasien
hanya satu kali per hari akan secara dan anggota keluarga, yaitu sesuai
bermakna lebih murah dibandingkan dengan expected income dari pasien
dengan antibiotika yang diberikan atau anggota keluarga yang
dua bahkan tiga kali per hari. bersangkutan. Adanya tuntutan
3. Biaya monitoring laboratorium. hukum, meskipun di Indonesia sangat
Meskipun biaya ini kadang tidak jarang, dapat pula mempertinggi
mempunyai efek yang bermakna, biaya ini.
kadang-kadang dapat sangat Pembuangan sampah dan limbah.
mempengaruhi biaya total harian. Meskipun biaya ini pada umumnya
Misalnya pemberian aminoglikosida sering diabaikan, nilainya dapat
memerlukan kontrol laboratorium cukup bermakna. Contohnya, Kerr et
untuk melihat fungsi ginjal. Biaya ini al memperlihatkan bahwa biaya
akan cukup tinggi pada pasien kritis pembuangan bahan habis pakai
di ICU, karena memerlukan karena pemberian antibiotika tiga
pemeriksaan berulang. Untungnya, kali sehari selama lima hari adalah
pemberian sefalosporin tidak 0,78 poundsterling.
memerlukan monitoring
laboratorium seperti demikian. Biaya nomor 1 sampai 3 cukup
4. Biaya komplikasi. Komplikasi dari mudah dihitung, tetapi biaya nomor 4 sampai
suatu terapi akan sangat 6 biasanya didapat dari estimasi saja. Contoh
meningkatkan biaya, terutama dari perhitungan ekonomi dalam memilih
memanjangnya waktu perawatan. alternatif antibiotika terdapat pada Tabel 3.
Komplikasi yang mungkin terjadi Dari tabel 3 terlihat bahwa obat yang
sebagai akibat pemberian antibiotika harganya lebih murah belum tentu
antara lain reaksi alergi, efek menghasilkan biaya keseluruhan yang lebih
hematologis, nefrotoksisitas, rendah.
ototoksisitas, neurotoksisitas, dan
efek gastro-intestinal. Kesimpulan
5. Biaya karena terapi yang Peranan antibiotika dibidang bedah adalah
suboptimal. Biaya yang timbul sebagai terapi tambahan setelah terapi utama
karena penggunaan antibiotika yang pembedahan. Dalam pemberian antibiotika,
tidak sesuai indikasi ataupun agar dicapai tujuan eradikasi kuman
dosisnya cukup sulit untuk patogen, harus diperhatikan efektivitas,
dikuantifikasi. Biaya ini meliputi toksisitas dan harga. Pada pemberian
biaya karena meningkatnya resistensi profilaksis, diperlukan pengetahuan yang
bakteri, memanjangnya waktu cukup mengenai pola kuman pada suatu luka
perawatan, terjadinya morbiditas operasi. Terapi empirik yang rasional harus
yang serius atau bahkan kematian. memperhatikan mikroorganisme yang biasa
Memanjangnya waktu perawatan terdapat pada tempat infeksi dan pola
akan berakibat adanya biaya non- suseptibilitas kuman pada rumah sakit atau
unitnya. Faktor biaya tidak ditentukan oleh
drug acquisition cost semata, melainkan
harus meliputi perhitungan aspek
multifaktorial terhadap penggunaan semua
sumber daya. Dengan memperhatikan semua
aspek pemberian antibiotika yang rasional,
akan diperoleh hasil yang memuaskan dokter
dan rumah sakit sebagai penyedia layanan
kesehatan, dan memuaskan pasien sebagai
konsumen.

DAFTAR PUSTAKA

Antibiotic Guidelines. Antibiotic Guidelines


Sub-Committee Victorian Drug
Usage Advisory Committee. 7th ed,
January 1992.
Gani A. Analisis ekonomi dalam pelayanan
bedah. Makalah dibacakan di
Muktamar Ahli Bedah Indonesia ke
13, Jakarta 11-14 Juli 1999.
Goldwater SH, Milkovich G. Health
Economic Aspects of Parenteral
Antibiotic Treatment in the Hospital.
Rev Contemp Pharmacother 1995; 6:
429-434.
Plumridge RJ. Cost of antibiotics: delivery
versus acquisition. Spectrum in
General Medicine 1998; 1 (1): 1-4.
Pession A, Prete A, Paolucci G. Cost-
effectiveness of ceftriaxone and
amikacin as single daily dose for the
empirical management of febrile
granulocytopenic children with
cancer. Chemotherapy 1997; 43 (5):
358-366.
Rudiman R. Analisis farmakoekonomik:
Aplikasi pada Sefalosporin Parenteral
untuk Profilaksis dan Terapi Bedah.
Medika 2000; 26(5): 303-306.
Smyth ETM, Barr JG, O’Neill CA, Hogg
GM. An Assessment of the Hidden
and Total Antibiotic Costs of Four
Parenteral Cephalosporins.
Pharmacoeconomics 1995; 8(6):
541-550.

Anda mungkin juga menyukai