Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

AKUNTANSI SYARIAH

Akuntansi Mudharabah

Oleh

Kelompok 9

Indah Vista Annur Riva ( Bp 19. 005 AK )

Geby Triana Ardi ( Bp 19.0 AK )

Dosen Pembimbing : Eka Hendrayeni, SE, MM

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi

Haji Agus Salim

Bukittinggi

1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat, berkat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Pendidikan
inklusif. Salawat dan salam senantiasa penulis panjatkan kepada Nabi besar Muhammad
SAW, yang sangat di teladani umat islam di bumi ini.

Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan,hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan pengetahuan dan pengalaman yang
kami miliki, namun demikian banyak pula pihak yang telah membantu kami dengan
menyediakan sumber informasi , memberikan masukan pemikiran, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan makah ini diwaktu yang
akan datang.

Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya dan kepada
pembaca pada umumnya. Dengan adanya makalah ini mudah-mudahan bermanfaat bagi
pembaca dan menambah pengetahuan dan wawasan serta kelak dapat di amalkan kepada
generasi selanjutnya.

Bukittinggi, Mei 2021

Kelompok 9

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan masalah...............................................................................................................2
BAB II................................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
A. Definisi dan Penggunaan.......................................................................................................3
D. Rukun Mudharabah.........................................................................................................5
E. Ketentuan dari rukun mudharabah..................................................................................6
F. Alur Transaksi Mudharabah............................................................................................7
G. Karakteristik Akuntansi Mudharabah.............................................................................9
H. Perhitungan Transaksi Mudharabah................................................................................9
I. Penyajian dan Pengungkapan Transaksi Mudharabah..................................................15
J. Standar Akuntansi Keuangan Transaksi Mudharabah..................................................16
K. Jurnal.............................................................................................................................16
L. Kerugian Penurunan Asset Mudharabah.......................................................................19
M. Pembayaran Angsuran Pembiayaan Mudharabah (Pokok Pembiayaan)...................20
N. Pengakuan Bagi Hasil (Profit Loss Sharing) Mudharabah...........................................22
BAB III.....................................................................................................................................29
PENUTUP................................................................................................................................29
O. Kesimpulan...................................................................................................................29
P. Saran..............................................................................................................................29
Daftar Pustaka..........................................................................................................................31

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akad mudharabah merupakan salah satu produk pembiayaan yang disalurkan
oleh perbankan syari’ah. Seperti yang disebutkan dalam Undang-Undang No 21 Tahun 2008
Tentang Perbankan Syari’ah (selanjutnya disebutUUPS). Pasal 19 UUPS menyebutkan,
bahwa salah satu akad pembiayaanyang ada dalam perbankan syari’ah adalah akad
mudharabah. Selain itubank Indonesia juga mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia
(PBI) Nomor,10/16/PBI/2008 Tentang Prinsip Syari’ah Dalam Kegiatan
Penghimpunan Dana Dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank
Syari’ah, juga menyebutkan mudharabah adalah salah satu akad pembiayaan yang
ada didalam perbankan syari’ah.Akad Mudharabah adalah akad antara pemilik modal dengan
pengelolamodal, dengan ketentuan bahwa keuntungan diperoleh dua belah
pihaksesuai dengan kesepakatan. Didalam pembiayaan mudharabah pemilik dana (Shahibul
Maal) membiayai sepenuhnya suatu usaha tertentu. Sedangkan nasabah bertindak
sebagai pengelola usaha (Mudharib).

Pada prinsipnya akad mudharabah diperbolehkan dalam agama Islam, karena


untuk saling m e m b a n t u a n t a r a p e m i l i k m o d a l d e n g a n s e o r a n g y a n g p a k a r
d a l a m mengelola uang. Dalam sejarah Islam banyak pemilik modal yang tidak
memiliki keahlian dalam mengelola uangnya. Sementara itu banyak pula para
pakar dalam perdagangan yang tidak memiliki modal untuk berdagang. Oleh karena itu,
atas dasar saling tolong menolong, Islam memberikan kesempatan untuk saling
berkerja sama antara pemilik modal dengan orang yang terampil dalam mengelola dan
memproduktifkan modal itu.

Akad mudharabah berbeda dengan akad pembiayaan yang ada pada p e r b a n k a n


p a d a u m u m n y a ( p e r b a n k a n k o n v e n s i o n a l ) . P e r b a n k a n konvensional pada
umumya menawarkan pembiayaan dengan menentukan s u k u b u n g a t e r t e n t u d a n
p e n g e m b a l i a n m o d a l y a n g t e l a h d i g u n a k a n mudharib dalam jangka waktu
tertentu. Namun Akad mudharabah tidak m e n e n t u k a n s u k u b u n g a t e r t e n t u
p a d a m u d h a r i b y a n g m e n g g u n a k a n pembiayaan mudharabah, melainkan
mewajibkan mudharib memberikan b a g i h a s i l d a r i k e u n t u n g a n y a n g
d i p e r o l e h m u d h a r i b . P e m b i a y a a n mudharabah pada dasarnya diperuntukan
untuk jenis usaha tertentu ataubisnis tertentu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud akuntansi mudharabah?
2. Apa saja jenis-jenis mudharabah?
3. Apa saja rukun mudharabah?
4. Apa saja ketentuan dari rukun mudharabah?

1
5. Bagaimana alur transaksi mudharabah?
6. Apa saja karakteristik akuntansi mudharabah?
7. Bagaimana perhitungan transaksi mudharabah?
8. Bagaimana penyajian dan pelaporan transaksi mudharabah?
9. Bagaimana standar akuntansi keuangan transaksi mudharabah?
10. Bagaimana jurnal akuntansi mudharabah?
11. Bagaimana kerugian penurunan asset transaksi mudharabah?
12. Bagaimana pembayaran angsuran pembiayaan mudharabah?
13. Bagaimana pengakuan bagi hasil pada akuntansi mudharabah?

C. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud akuntansi mudharabah
2. Untuk mengetahi apa saja jenis-jenis mudharabah
3. Untuk mengetahui apa saja rukun mudharabah
4. Untuk mengetahui apa saja ketentuan dari rukun mudharabah
5. Untuk mengetahui bagaimana alur transaksi mudharabah
6. Untuk mengetahui apa saja karakteristik akuntansi mudharabah
7. Untuk mengetahui bagaimana perhitungan transaksi mudharabah
8. Untuk mengetahui bagaimana penyajian dan pelaporan transaksi mudharabah
9. Untuk mengetahui bagaimana standar akuntansi keuangan transaksi mudharabah
10. Untuk mengetahui bagaimana jurnal akuntansi mudharabah
11. Untuk mengetahui bagaimana kerugian penurunan asset transaksi mudharabah
12. Untuk mengetahui bagaimana pembayaran angsuran pembiayaan mudharabah
13. Untuk mengetahui bagaimana pengakuan bagi hasil pada akuntansi mudharabah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi dan Penggunaan


Mudharabah berasal dari kata adh-dharbu fil ardhi, yaitu berjalan di muka bumi. Dan
berjalan di muka bumi ini pada umumnya dilakukan dalam rangka menjalankan suatu usaha,
atau berdagang. Disebut juga qiradh yang berasal dari kata al-qardhu yang berarti potongan,
karena pemilik memotong sebagain hartanya untuk diperdagangkan dan memperolah
sebagian keuntungan. Kadang-kadang juga dinamakan dengan muqaradhah yang berarti
sama-sama memiliki hak untuk mendapatkan laba karena si pemilik modal memberikan
modalnya sementara pengusaha meniagakannya dan keduanya sama-sama berbagi
keuntunga.
Sedangkan secara istilah, mudharabah adalah akad penyerahan modal oleh pemilik
modal kepada pengelola untuk diperdagangkan dan keuntungan dimiliki bersama antara
keduanya sesuai dengan persyaratan yang mereka buat. Adapun sacara teknis, Antonio
(2001) mendefinisikan mudharabah sebagai akad kerja sama usaha antara dua pihak di mana
salah satu pihak menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi
pengelola.
Kemudian berdasarkan PSAK 105 mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua
pihak di mana pihak pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak
kedua (pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi di antara mereka
sesuai kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung oleh pemilik dana.
Dalam mudharabah unsur terpenting adalah kepercayaan, yaitu kepercayaan dari
pemilik dana kepada pengelola dana. Kepercayaan itu penting karena dalam akad
mudharabah, pemilik dana tidak boleh ikut campur di dalam manajemen perusahaan atau
proyek yang dibiayai dengan dana pemilik dana tersebut. Kecuali sebatas memberikan saran
dan melakukan pengawasan pada pengelola dana. Sedangkan apabila usaha tersebut
mengalami kerugian yang mengakibatkan sebagian atau mungkin seluruh modal yang
ditanam oleh pemilik dana itu habis maka yang menanggung kerugian adalah pemilik dana.
Namun jika kerugian terjadi karena kelalaian pengelola, maka pengelola harus menanggung
sendiri.

3
Dari beberapa penjelasan di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa mudharabah adalah
akad kerja sama antara pemilik dana dan pengelola dana dalam mendirikan usaha tertentu
untuk saling menguntungkan. Di mana besarnya proporsi bagi hasil berdasarkan kesepakatan
bersama.

B. Jenis- Jenis Mudharabah


1. Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah muqayyadah yaitu mudharabah yang pemilik dananya memberikan
batasan kepada pengelola dana mengenai lokasi, cara, dan atau objek investasi atau sektor
usaha. Dalam PSAK 105  par. 7 tantang mudharabah, batasan tersebut bisa berupa:

a. Tidak mencampurkan dana yang dimiliki oleh pemilik dana dengan dana lainnya;
b. Tidak menginvestasikan dananya pada teransaksi penjualan cicilan tanpa penjamin
atau jaminan;

Apabila pengelola dana bertindak bertentangan dengan syarat-syarat yang diberikan


oleh pemilik dana, maka pengelola dana harus bertanggung jawab atas konsekuensi yang
ditimbulkannya, termasuk konsekuensi keuangan.

Dalam praktik perbankan mudharabah Muqqayadah terdiri atas dua jenis yaitu
Mudharabah Muqqayadah Executing dan Mudharabah Muqqayadah Channeling. Pada
Mudharabah Muqqayadah executing, bank syariah sebagai pengelola menerima dana dan
dari pemilik dana dengan pembatasan dalam hal tempat, cara, dan atau objek investasi.
Akan tetapi, bank syariah memiliki kebebasan dalam melakukan seleksi terhadap calon
mudharib yang layak meneglola dana tersebut. Sementara itu, pada Mudharabah
Muqqayadah Channeling, bank syariah tidak memiliki kewenangan dalam menyeleksi
calon mudharib yang akan mengelola dana tersebut.

2. Mudharabah Muthlaqah
Mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara pemilik dana dan pengelola
tanpa adanya pembatasan oleh pemilik dana dalam hal tempat, cara, maupun objek
investasi. Dalam hal ini, pemilik dana memberi kewenangan yang sangat luas kepada
mudharib untuk menggunakan dana yang diinvestasikan. Dalam perbankan syariah
kontrak mudharabah muthlaqah digunakan untuk tabungan maupun pembiayaan. Pada

4
tabungan mudharabah, penabung berperan sebagai pemilik dana, sedang bank sebagai
pengelola yang mengkontribusikan keahliannya dalam mengelola dana penabung.

Sedangkan pada investasi mudharabah, bank berperan sebagai pemilik dana yang
menginvestasikan dana yang ada padanya kepada pihak lain yang memerlukan dana untuk
keperluan usahanya. Mudharabah mutlaqah biasa juga disebut dengan mudharabah mutlak
atau mudharabah tidak terikat.

3. Mudharabah Musytarakah
Mudharabah musytarakah adalah bentuk mudharabah di mana pengelola dana
menyertakan modal atau dananya dalam kerja sama investasi. Di awal kerja sama, akad
yang disepakati adalah akad mudharabah dengan 100% modal dari pemilik dana, setelah
berjalannya operasi usaha dengan pertimbangan tertentu  dan kesepakatan dengan pemilik
dana, pengelola ikut menambahkan modalnya dalam usaha tersebut. Kemudian akadnya
disebut mudharabah musytarakah, yaitu perpaduan antara akad mudharabah dan
musyarakah.

Ketentuan bagi hasil untuk akad ini berdasarkan PSAK 105 dapat dilakukan dengan
dua pendekatan, yaitu:

a. Hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai mudharib) dan pemilik dana
sesuai dengan nisbah yang disepakati, selanjutnya bagian hasil investasi setelah
dikurangi untuk pengelola dana (sebagai mudharib) tersebut dibagi antara pengelola
dana (sebagai musytarik) dengan pemilik dana sesuai dengan porsi modal masing-
masing; atau
b. Hasil investasi dibagi antara pengelola dana (sebagai musytarik) dan pemilik dana
sesuai dengan porsi modal masing-masing, selanjutnya bagian hasil investasi setelah
dikurangi untuk pengelola dana (sebagai musytarik) tersebut dibagi antara pengelola
dana (sebagai mudharib) dengan pemilik dana sesuai dengan nisbah yang disepakati.

C. Rukun Mudharabah
Faktor-faktor yang harus ada (rukun) dalam akad mudharabah  adalah:
1. Transaktor (pemilik modal dan pelaksana usaha.
2. Objek mudharabah (modal dan kerja)

5
3. Persetujuan kedua belah pihak (ijab-qabul)

D. Ketentuan dari rukun mudharabah


1. Transaktor
Dalam akad mudharabah, harus ada minimal dua pelaku. Pihak pertama bertindak
sebagai pemilik modal, dan pihak kedua bertindak sebagai pelaksana usaha. Sedangkan
untuk ketentuan syariahnya yaitu:

a. Pelaku harus cakap hukum dan baligh.


b. Dapat dilakukan sesama atau dengan non muslim.
c. Pemilik dana tidak boleh ikut campur dalam pengelolaan usaha tetapi ia boleh
mengawasi.

2. Objek mudharabah (modal dan kerja)


Objek mudharabah merupakan konsekuensi logis dari tindakan yang dilakukan oleh
pelaku. Pemilik modal menyerahkan modalnya sebagai objek mudharabah, sedangkan
pelaksana usaha menyerahkan kerjanya sebagai objek mudharabah. Modal yang
diserahkan bisa berbentuk uang atau barang yang dirinci berapa nilai uangnya. Sedangkan
kerja yang diserahkan bisa berbentuk keahlian, keterampilan, management skill, dan lain-
lain. Menurut Fatawan DSN No. 7 Tahun 2000, bahwa kegiatan usaha harus
memperhatikan:
a. Kegiatan usaha adalah hak eksklusif mudharib, tanpa campur tangan penyedia dana,
tetapi ia mempunyai hak untuk melakukan  pengawasan.
b. Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola sedemikian rupa yang
dapat menghalangi tercapainya tujuan mudharabah, yaitu keuntungan.
c. Pengelola tidak boleh menyalahi hukum syariah Islam dalam tindakannya yang
berhubungan dengan mudharabah dan harus mematuhi kebiasaan yang berlaku
dalam aktivitas itu.

3. Ijab kabul
Ijab kabul atau persetujuan kedua belah pihak dalam mudharabah yang merupakan
wujud dari prinsip sama-sama rela (an-taraddim minkum). Di sini kedua belah pihak harus
secara rela bersepakat untuk megikatkan diri dalam akad mudharabah. Si pemilik dana
setuju dengan perannya untuk mengkontribusikan dana, sementara si pelaksana usaha pun

6
setuju dengan perannya untuk mengkontribusikan kerja. Adapun hal spesifik dalam akad
mudharabah antara lain kesepakatan tentang dasar bagi hasil (revenue sharing atau profit
sharing), besar nisbah bagi hasil, pernyataan bank sebagai shahibul mal untuk
menanggung kerugian kecuali yang disebabkan oleh kelalaian mudharib, pernyataan hak
bank untuk memasuki tempat usaha dan tempat lainnya untuk mengadakan pengawasan
terhadap pembukuan, catatan- catatan, transaksi mudharib yang berhubungan dengan
pembiayaan mudharabah, baik secara langsung maupun tidak langsung. Nisbah ini
mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua belah pihak yang berakad.

4. Pengawasan Syariah Transaksi Mudharabah


Pengawasan tersebut berdasarkan pedoman ditetapkan oleh Bank Indonesia
dilakukan untuk hal-hal sebagai berikut :

a. Meneliti apakah pemberian informasi secara lengkap telah disampaikan oleh bank
kepada nasabah, baik secara tertulis maupun lisan tentang persyaratan investasi
mudharabah telah dilakukan.
b. Menguji apakah perhitungan bagi hasil telah dilakukan sesuai prinsip syariah.
c. Memastikan adanya persetujuan para pihak dalam perjanjian investasi mudharabah.
d. Memastikan terpenuhinya rukun dan syarat mudharabah.
e. Memastikan bahwa kegiatan investasi yang dibiayai tidak termasuk jenis kegiatan
usaha yang bertentangan dengan syariah.

E. Alur Transaksi Mudharabah


1. Pertama, dimulai dari permohonan pembiayaan oleh nasabah dengan mengisi formulir
permohonan pembiayaan.
2. Kedua, bank mengontribusikan modalnya dan nasabah mulai mengelola usaha yang
disepakati berdasarakan kesepakatan dan kemampuan terbaik.
3. Ketiga, hasil usaha dievaluasi pada waktu yang ditentukan berdasarkan kesepakatan.
4. Keempat, bank dan nasabah menerima porsi bagi hasil masing-masing berdasarkan
metode perhitungan yang telah disepakati.
5. Kelima, bank menerima pengembalian modalnya dari nasabah.

7
F. Karakteristik Akuntansi Mudharabah
1. Entitas dapat bertindak baik sebagai pemilik dana atau pengelola dana.
2. Mudharabah terdiri dari mudharabah muthlaqah, mudharabah muqayyadah, dan
mudharabah musytarakah. Jika entitas bertindak sebagai pengelola dana, maka dana
yang diterima disajikan sebagai dana syirkah temporer.

Dalam mudharabah muqayadah, contoh batasan antara lain:


1. Tidak mencampurkan dana pemilik dana dengan dana lainnya;
2. Tidak menginvestasikan dananya pada transaksi penjualan cicilan, tanpa penjamin,
atau tanpa jaminan
3. Mengharuskan pengelola dana untuk melakukan investasi sendiri tanpa melalui pihak
ketiga.

G. Perhitungan Transaksi Mudharabah


1. Saat Penandatanganan Akad Mudharabah
Jurnal pada tanggal 1 Agustus atau saat akad mudharabah ditandatangani terdiri atas
jurnal pembukaan rekening administratif komitmen pembiayaan PT Haniya dan jurnal
pembebanan biaya administrasi.

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


Db. Pos lawan
komitmen
01/08/X administratif 1.450.000.00
A pembiayaan 0
Kr. Kewajiban
komitmen
administratif 1.450.000.00
pembiayaan 0
(izin tarik tgl
10 Agustus
sebesar

8
1.450.000.000
)
Db.
Kas/Rekening
nasabah -PT.
Haniya 14.500.000
Kr.
Pendapatan
administrasi 14.500.000

2. Penyerahan Investasi Mudharabah


Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak dana atau modal usaha
mudharabah diterima oleh pengelola dana. Berdasarkan PSAK 105 disebutkan bahwa
dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai investasi
mudharabah pada saat pembayaran kas kepada pengelola dana. Investasi mudharabah
dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan.
Misalkan tanggal 10 Agustus 20XA, BMS  mencairkan pembiyaan sebesar Rp
1.450.000.000 untuk investasi mudharabah.

Tanggal Rekening Debit Kradit


05/10/X Db. Investasi 1.450.000.00
A mudharabah* 0
Kr.
Kas/Rekenin
g nasabah 1.450.000.000
Db.
Kewajiban
komitmen
05/10/X administratif
A pembiayaan 14.500.000
Kr. Pos lawan 14.500.000

9
komitmen
administratif
pembiayaan
*Dalam praktik perbankan, istilah “investasi mudharabah”, sebagai mana yang terdapat
dalam PSAK 105, belum umum dipakai. Saat ini perbankan syariah di Indonesia masih
menggunakan istilah “pembiayaan mudharabah”.

3. Penerimaan Bagi Hasil Mudharabah


Berdasarkan PSAK 105 par. 22 dinyatakan bahwa pengakuan penghasilan usaha
mudharabah dalam praktik dapat diketahui berdasarkan laporan bagi hasil atas realisasi
penghasilan usaha dari pengelola dana dan tidak diperkenankan mengakui pendapatan
dari proyeksi bagi hasil. Sekiranya hasil usaha belum dibayar oleh pengelola, bagian
tersebut diakui sebagai piutang.
Berikut adalah realisasi laba bruto PT Haniya selama 10 bulan yang dilaporkan
setiap tanggal 10 bulan berikutnya.

Jumlah Porsi
laba bank Tanggal
N bruto 30% Pembayara
o. Bulan (Rp) (Rp) n Hasil
20.000.00
1 Agustus 0 6.000.000 10 Sep
Septemb 50.000.00 15
2 er 0 000.000 10 Okt
45.000.00 13.500.00
3 Oktober 0 0 10 Nov
Novemb 40.000.00 12.000.00
4 er 0 0 10 Des
Desembe 60.000.00 18.000.00
5 r 0 0 10 Jan
50.000.00 15.000.00
6 Januari 0 0 10 Feb

10
Jumlah Porsi
laba bank Tanggal
No bruto 30% Pembayara
. Bulan (Rp) (Rp) n Hasil
Februar 40.000.00 12.000.00
7 i 0 0 10 Mar
50.000.00 15.000.00
8 Maret 0 0 10 Apr
55.000.00 16.500.00
9 April 0 0 05 Jun
60.000.00 18.000.00
10 Mei 0 0 15 Jun
Klasifikasi transaksi di atas yaitu sebagai berikut.

a)      Penerimaan bagi hasil yang pembayarannya dilakukan bersamaan dengan pelaporan
bagi hasil, seperti pada bulan Agustus, September, Oktober November, Desember, Januari,
Februari, Maret. Bentuk transaksinya sebagai berikut.

Debit Kredit
Tanggal Rekening (Rp) (Rp)
10/09/X Db. Kas/Rekening
A nasabah 6.000.000
Kr. Pendapatan bagi
hasil mudharabah 6.000.000
10/10/X Db. Kas/Rekening 15.000.00
A nasabah 0
Kr. Pendapatan bagi
hasil mudharabah 15.000.000
10/11/X Db. Kas/Rekening 13.500.00
A nasabah 0
Kr. Pendapatan bagi
hasil mudharabah 13.500.000

11
10/12/X Db. Kas/Rekening 12.000.00
A nasabah 0
Kr. Pendapatan bagi
hasil mudharabah 12.000.000
Db. Kas/Rekening 18.000.00
10/01/XB nasabah 0
Kr. Pendapatan bagi
hasil mudharabah 18.000.000
Db. Kas/Rekening 12.000.00
10/02/XB nasabah 0
Kr. Pendapatan bagi
hasil mudharabah 12.000.000
Db. Kas/Rekening 15.000.00
10/03/XB nasabah 0
Kr. Pendapatan bagi
hasil mudharabah 15.000.000
Db. Kas/Rekening 15.000.00
10/04/XB nasabah 0
Kr. Pendapatan bagi
hasil mudharabah 15.000.000
b) Penerimaan bagi hasil yang waktu pembayarannya berbeda dengan tanggal pelaporan bagi
hasil seperti pada bulan April dan Mei. Berdasarkan PSAK 105 disebutkan bahwa bagian
hasil usaha belum dibayar oleh pengelola, maka bagian tersebut diakui sebagai piutang.
Bentuk transaksinya adalah sebagai berikut.

Kredit
Tanggal Rekening Bebit (Rp) (Rp)
Db. Piutang
10/05/X pendapatan bagi 16.500.00
B hasil mudharabah 0
Kr. Pendapatan bagi 16.500.000
hasil mudharabah –

12
akrual
05/06/X Db. Kas/rekening 16.500.00
B nasabah 0
Kr. Piutang
pandapatan bagi
hasil mudharabah 16.500.000
Db. Piutang
10/06/X pendapatan bagi 18.000.00
B hasil mudharabah 0
Kr. Pendapatan bagi
hasil mudharabah –
akrual 18.000.000
15/06/X Db. Kas/rekening 18.000.00
B nasabah 0
Kr. Piutang
pandapatan bagi
hasil mudharabah 18.000.000
4) Saat Akad Berakhir

Pada tanggal 10 juni, saat jatuh tempo, PT Haniya malunasi investasi mudharabah sebesar Rp
1.450.000.000. Maka, jurnal transaksi tersbut adalah sebagai berikut.

Tanggal Rekening Debit (Rp) Kredit (Rp)


Db.
10/06/X Kas/rekening
B nasabah 1.450.000.000
Kr. Investasi
mudharabah 1.450.000.000

H. Penyajian dan Pengungkapan Transaksi Mudharabah


1. Penyajian
Investasi mudharabah atau transaksi mudharabah disajikan dalam laporan
keuangan (pada bagian asset) sebesar nilai tercatat (PSAK 105 paragraf 36).
13
2. Pengungkapan
Berdasarkan PSAK 105 paragraf 38 dan PAPSI (2006) terdapat beberapa hal
yang harus diungkap dalam transaksi mudharabah. Beberapa hal tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Isi kesepakatan utama usaha mudharabah (PSAK 105 paragaraf 38a)
b. Rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya (PSAK 105 paragraf
38b)
c. Jumlah investasi mudharabah yang diberikan kepada pihak yang mempunyai
hubungan istimewa (PAPSI, 2006)
d. Jumlah investasi mudharabah yang telah direstrukturisasi dan informasi lain tentang
mudharabah yang direstrukturisasi selam periode berjalan (PAPSI, 2006)
e. Metode yang digunakan untuk menentukan penyisihan khusus dan umum (PAPSI,
2006)
f.Kebijakan manajemen dan pelaksanaan pengendalian resiko portofolio investasi
mudharabah (PAPSI, 2006)
g. Besarnya investasi mudharabah bermasalah dan penyisihannya untuk setiap sektor
ekonomi (PAPSI, 2006)
h. Kebijakan dan metode yang dipergunakan dalam penanganan mudharabah
bermasalah (PAPSI, 2006)
i. Ikhtisar investasi mudharabah yang dihapus buku (PAPSI, 2006)
j. Kerugian atas penurunan nilai investasi mudharabah (apabila ada) (PAPSI, 2006)

14
I. Standar Akuntansi Keuangan Transaksi Mudharabah
1. Penyempurnaan Akuntansi Mudharabah pada PSAK 105
PSK 105 : Akuntansi mudharabah merupakan penyempurnaan dari PSAK 59:
Akuntansi Perbankan Syariah (2002) yang mengatur mengenai Mudharabah. Bentuk
penyempurnaan dan penambahan pengaturannya adalah sebagai berikut :

a. PSAK 105 berlaku untuk entitas yang melakukan transaksi Mudharabah baik
sebagai pemilik dana (shahibul maal) maupun pengelola dana (mudharib). Namun,
PSAK ini tidak berlaku untuk obligasi syariah (sukuk) yang menggunakan akad
Mudharabah.
b. Sistematika penulisan secara garis besar disusun dengan memisahkan akuntansi
untuk pemilik dana (shahibul maal) dan akuntansi untuk pengelola dana (mudharib)
dalam transaksi Mudharabah.
c. Mudharabah yang dimaksud dalam PSAK ini terdiri dari Mudharabah mutlaqah,
Mudharabah muqayyadah, dan Mudharabah musytarakah.
d. Pada bagian pengakuan dan pengukuran untuk entitas sebagai pemilik dana
penyempurnaan

J. Jurnal
Pada saat bank membayar uang tunai kepada mudharib
(Dr) pembiayaan mudharabah             xx

(Cr) kas                                               xx

Pada saat bank menyerahkan aktiva non kas kepada mudharib


1. Jika nilai wajar aktiva yang diserahkan lebih rendah atas nilai buku.

(dr) pembiayaan mudharabah 9sebesar nilai wajar)                xx

(dr) kerugian penyerahan aktiva                                             xx

(cr) aktiva non kas                                                                   xx

15
2. Jika nilai wajar aktiva yang diserahkan lebih tinggi atas nilai buku.

(dr) pembiayaan mudharabah (sebesar nilai wajar)                 xx

(cr) aktiva non-kas (sebesar nilai buku)                                   xx

(cr) keuntungan penyerahan aktiva                                         xx

3. Pengakuan biaya akad mudharabah

Saat terjadi biaya akad


(dr) beban akad mudharabah                                                  xx

(cr) kas                                                                                    xx

Jika biaya akad diakui sebagai beban


Tidak ada jurnal

Jika berdasarkan kesepakatan dapat diakui sebagai pembiayaan


(dr) pembiayaan mudharabah                                                 xx

(cr) beban akad mudharabah                                                   xx

Apabila sebagian pembiayaan mudharabah dalam bentuk aktiva nonkas hilang sebelum
dimulainya pekerjaan kaarena adanya kerusakan atau sebab lainnya tanpa adnaya kelalaian
mudharib.
(dr) kerugian pembiayaan mudahrabah                                               xx

(cr) pembiayaan mudharabah                                                              xx

Apabila sebagian pembiayaan mudharabah hilang setelah dimulainya pekerjaan karena


adanya kerusakan atau sebab lainnya tanpa adanya kelalaian mudaharib
Tidak ada jurnal

Penerimaan keuntungan mudharabah


(dr) kerugian bagi hasi mudharabah                                                    xx

16
(cr) pembiayaan mudaharabah                                                            xx

Pencatatan kerugian yang timbul bukan akibat kelalaian atau kesalahan mudharib
(dr) kerugian bagi hasil mudaharabah                                                 xx

(cr) pembiayaan mudharabah                                                              xx

Pencatatan kerugian yang timbul akibat kelalaian atau kesalahan mudharib


(Dr) piutang kepada mudharib                                                            xx

(cr) pembiayaan mudharabah                                                              xx

Pelunasan pembiayaan mudharabah sebelum atau saat akad jatuh tempo


(dr) kas                                                                                                xx

(cr) pembiayaan mudharabah                                                              xx

Pengambilan modal mudharabah non kas dngan niai wajar lebih rendah dari nilai historis
(dr) aktiva non kas                                                                              xx

(dr) kerugian penyelesaian pembiayaan mudharabah                         xx

(cr)pembiayaan mudharabah                                                               xx

Pengembalian modal mudharbah non kas dengan nilai wajar lebih tinngi dari nilai historis
(dr) aktiva non kas                                                                              xx

(cr) Keuntungan penyelesaian pembiayaan mudhrabah                      xx

(cr) pembiayaan mudharabah                                                              xx

Pada saat akad mudharabah diakhiri sebelum jatuh tempo dan kerugian bukan karena
kesalahan mudharabah maka kerugian tersebut mengurangi pembiayaan mudharbah.
(dr) kerugian bagi hasil mudharabah                                                   xx

(cr) pembiayaan mudharabah                                                              xx

17
K. Kerugian Penurunan Asset Mudharabah
Jika mengikuti alur pembiayaan pada ilustrasi 2, maka terdapat perbedaan perlakuan
akuntansi antara modal kas dan nonkas. Berkaitan dengan penyediaan modal nonkas, jika
terjadi penerunan modal aktiva sebelum diserahakan misalkan computer server yang
rencananya dikirim kepada PT.JIT ternyata 30 unit diantaranya mengalami kerusakan akibat
peristiwa kebakaran di gudang milik bank syariah IQTISADUNA sebelum diserahkan kepada
PT.JIT. hal ini terjadi karena kelalaian bank syariah IQTISADUNA dalam melakukan
pengamanan terhadap aktiva tersebut. Kerugian yang ditanggung bank syariah adalah sebesar
Rp 60.000.00,-. Jurnal-jurnal yang dibuat bank syariah IQTISADUNA untuk transaksi
tersebut antara lain :

Pada saat pembentukan cadangan kerugian piutang (sebagai contoh cadangan kerugian
piutang yang dibentuk sebesar Rp 75.000.000)

(Dr) beban
penyisihan kerugian
piutang pembiayaan
mudharabah Rp 5.000.000
(kr) penyisihan
kerugian piutang
pembiayaan
mudharabah Rp 5.000.000
Pada saaat penghapusbukuan cadangan kerugian piutang sebagai akibat hilangnya/rusaknya
asset mudharabah

(Dr) penyisihan
kerugian piutang
pembiayaan
mudharabah Rp 60.000.000
(Kr) pembiayaan
mudharabah Rp 60.000.000

18
Apabila sebagian pembiayaan mudharabah hilang setelah dimulai usaha tanpa adanya
kelalaian/kesalahan pengelola dana (mudharib) maka rugi tersebut diperhitungkan pada saat
bagi hasil. Apabila pembiayaan diberikan dalam bentuk modal nonkas dan barang tersebut
mengalami penurunan nilai pada saat atau setelah barang dipergunakan secara efektif untuk
kegiaatan usaha, maka rugi tersebut tidak langsung mengurangi jumlah pembiayaan namun
diperhitungkan pada saat pembagian hasil usaha.

Sebaliknya, apabila kecelakaan tersbut terjadi setelah usaha tersebut berjalan dan
berdasarkan hasil investigasi ternyata terbukti bahwa kerugian terjadi akibat kelalain
mudharib, maka kerugian menjadi tanggungan mudharib. Pada akhir masa akad, kerugian
akan dikompensasi dengan bagi hasil untuk shohibul maal.

L. Pembayaran Angsuran Pembiayaan Mudharabah (Pokok Pembiayaan)


Pengembalian modal pembiayaan mudharabah oleh mudharib dapat dilakukan sesuai
kesepakatan, secara sekaligus pada masa akhir akad atau dilakukan secara bertahap sesuai
kemampuan mudharib. Setiap pembayaran kembali atas pembiayaan mudharabah akan
mengurangi saldo pembiayaan mudharabah.

Khusus untuk pembayaran modal pembiayaan mudharabah dengan system cicilan perlu
memperhatikan penurunan proporsi modal milik shohibul maal karena penurunan modal akan
membawa konsekuensi penurunan nisbah bagi hasil yang sejalan dengan penurunan
modalnya. Sebagai contoh PT. JIT sepakat melakukan pembayaran modal pembiayaan
mudharabah secara bertahap sebanyak tiga kali dengan komposisi :

1. Akhir tahun pertama akan dikembalikan modal mudharabah sebesar Rp 250.000.000


2. Akhir tahun kedua akan dikembalikan modal mudharabah sebesar Rp 250.000.000
3. Akhir athun ketiga akan dikembalikan modal mudharabah sebesar Rp 500.00.000

Saldo Nisbah
Pembayara pembiayaan Ban Nasaba
n modal mudharabah k h
Rp
Awal 1.000.000.00
tahun Rp 0 0 40 60

19
Akhir
tahun Rp
pertam 250.000.00 Rp
a 0 750.000.000 30 70
Akhir Rp
tahun 250.000.00 Rp
kedua 0 500.000.000 20 80
Akhir Rp
tahun 500.000.00
ketiga 0 Rp 0 0 100
Prinsip yang digunakan pada perhitungan adalah prinsip keadilan dimana modal yang
dikembalikan kepada shohibul maal pada dasarnya merupakan pengurang investasinya
sehingga nisbah yang menjadi hak shohibul maal juga menurun sejalan dengan penurunan
modalnya. Misalnya pada tahun ke-2 sebelum pengembalian modal yang kedua, PT. JIT
mendapatkan laba sebesar Rp 100.000.000,- maka bagian hak shohibul maal adalah 30% saja
yaitu Rp 30.000.000,- karena pada akhir tahun pertama PT. JIT telah mengembalikan modal
sejumlah Rp 250.000.000.

Sedangkan untuk pencatatan dalam jurnal dalam pembayaran angsuran pembiayaan


mudharabah (pokok pembiayaan) bisa dalam bentuk uang kas/tunai atau modal non kas.
Dalam kasus diatas diilustrasikan bahwa PT. JIT mengembalikan modal kas sebesar Rp
250.000.000,- maka jurnalnya menjadi :

(Dr) kas rekening


PT.JIT Rp 250.000.000
(Kr) pembiayaan
mudharabah Rp 250.000.000
Jika PT. JIT mengembalikan 20 buah computer server senilai Rp 40.000.000,- maka
jurnalnya menjadi:

(Dr) persediaan aktiva


mudharabah Rp 40.000.000
(Dr) kerugian Rp 10.000.000

20
penyerahan aktiva
(Kr) pembiayaan
mudharabah Rp 50.000.000
Catatan : kerugian penyerahan aktiva dimaksudkan untuk mengeliminasi keuntungan yang
sudah diakui pada saat penyerahan awal aktiva mudharabah non kas.

M. Pengakuan Bagi Hasil (Profit Loss Sharing) Mudharabah


Dewan Syariah Nasional (DSN) mengeluarkan fatwa nomor 15/DSN-MUI/IX/2000
tentang prinsip distribusi hasil usaha dimana lembaga keuangan syariah boleh menggunakan
prinsip revenue sharing (bagi pendapatan) maupun profit loss sharing (bagi
untung/rugi).Menurut fatwa tersebut dilihat dari sisi kemaslahatan, pembagian hasil usaha
sebaiknya menggunakan prinsip revenue sharing.Penentuan penggunaan prinsip yang dipilih
harus disepakati pada awal akad.

Dalam pembagian hasil usaha mempergunakan prinsip revenue sharing, shohibul maal
tidak pernah mengalami kerugian kecuali usaha mudharib dililuidasi dimana jumlah aktiva
lebih kecil dari kewajibannya.Dengan prinsip ini belum pernah terjadi pendapatan yang
negative karena sekecil-kecilnya pendapatan adalah nol (tidak ada pendapatan), sehingga
apabila hal tersebut terjadi maka modal yang dikembalikan sejumlah modal awal yang
diberikan (tidak ada penambahan modal).

Sedangkan prinsip profit/loss sharing dilakukan dengan menggunakan perhitungan


kinerja secara berkala untuk memperhitungkan pendapatan yang dikurangi biaya-biaya
sehingga menghasilkan keuntungan atau kerugian tergantung mana yang lebih besar. Untuk
mendukung hal ini, mudharib perlu menyusun laporan pengelolaan dana mudharabah jika
ternyata modal yang digunakan oleh mudharib tidak berasal dari satu unsur saja sehingga
perlu memisahkan porsi alokasi penggunaan dana mudharabah.  Dalam praktiknya tidak
mudah bagi mudharib menyusun laporan ini secara berkala karena melibatkan beberapa
variable dan tidak mudah juga bagi shohibul maal untuk melakukan pengawasan untuk
memastikan beban-beban yang dialokasikan untuk pengelolaan dana mudharabah. Prinsip
profit/loss sharing memerlukan kejujuran diantara kedua belah pihak., lebih khusus bagi
mudharib selaku pengelola dana sehingga tidak banyak perbankan syariah yang
menggunakan prinsip ini untuk mengadakan pembiayaan mudharabah.

21
Dalam pembiayaan mudharabah melewati satu periode pelaporan.Laba pembiayaan
mudharabah diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai dengan nisbah sesuai yang
disepakati; dan rugi yang terjadi diakui dalam periode terjadinya rugi tersebut dan
mengurangi saldo pembiayaan mudharabah. Pengakuan laba/rugi mudharabah dalam
praktinya dapat diketahui berdasarkan laporan bagi hasil dari pengelola dana yang diterima
shohibul maal.

Hal mendasar yang perlu diketahui tentang pembagian laba atau rugi mudharabah,
sesuai dengan prinsip mudharabah adalah pembagian laba yang dilakukan antara shohibul
maal dan mudharib sesuai dengan nisbah yang disepakati sedangkan kerugian yang bukan
kelalaian mudharib merupakan tanggungan shohibul maal.Sebaliknya jika kerugian akibat
kelalaian mudharib merupakan tanggungan shohibul maal.Sebaliknya jika kerugian akibat
kelalaian mudharib, maka kerugian dibebankan kepada mudharib tanpa mengurangi modal
mudharabah milik shohibul maal.

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, namun dalam pelaksanaannya tidak mudah


memutuskan bahwa mudharib lalai atau tidak dalam kasus kerugian pengelolaan
mudharabah.

1. Kasus Pengakuan LabaKasus ini menggunakan informasi yang terdapat dalam ilustrasi
1 akad mudharabah antara bank syariah IQTISADUNA dan PT. jogja information
technology (JIT) dengan pembiayaan sebesar Rp 10.000.000,- dan nisbah 40:60. Atas
pengelolaan dana mudharabah tersebut PT. JIT mencatat laba bersih sebesar Rp
10.000.000,- pada tahun pertama dan segera dibagihasilkan kepada bank syariah
IQTISADUNA pada awal tahun kedua akad. Adapun pembagian porsi untuk masing-
masing pihak adalah sebagai berikut :

Shohibul maal (bank) =


40%xRp100.000.000 Rp 40.000.000
Mudharib (PT. JIT)    = 60%xRp
100.000.000 Rp 60.000.000
Jumlah yang dibuat oleh bank sayriah IQTISADUNA pada saat menerima bagi hasil tersebut
adalah sebagai berikut :

22
Rp
(Dr) kas/rekening PT JIT 40.000.000
(Cr) pendapatan bagi hasil Rp
mudharabah 40.000.000

2. Kasus Pengakuan Rugi


Jika PT. JIT mengalami kerugian pada tahun pertama sebesar Rp 100.000.000,- dan
berdasarkan fakta yang disepakati antara kedua belah pihak terungkap bahwa kerugian
terjadi karena bencana alam sehingga mengakibatkan rusaknya sebagian aktiva
mudharabah dan diluar kemampuan mudharib untuk menghindarinya, maka jurnal yang
dibuat bank syariah IQTISADUNA atas kejadian tersebut adalah :

1. Pada saat pembentukan cadangan kerugian pembiayaan mudharabah

(Dr) beban penyisihan


kerugian pembiayaan
mudharabah Rp 100.000.000
(Cr) penyisihan kerugian
mudharabah Rp 100.000.000
2. Pada saat penghapusbukuan pembiayaan mudharabah

(Dr) penyisihan
pembukuan mudharabah Rp 100.000.000
(Cr) pembiayaan Rp
mudharabah 100.000.000
3. Pada saat kerugian diakibatkan kesalahan/kelalaian dari PT. JIT

Bank syariah IQTISADUNA tidak mencatat kejadian ini dalam jurnal karena kerugian yang
diakibatkan oleh pengelola dana (mudharib ) menjadi beban dari pengelola dana tanpa
mengurangi investasi mudharabah bank syariah IQTISADUNA.

Kerugian yang diakibatkan penghentian pembiayaan mudharabah yang terjadi sebelum masa
akad berakhir, maka kerugian tersebut diakui sebagai pengurang pembiayaan mudharabah.

23
Sedangkan kerugian pengelolaan yang timbul akibat kelalaian/kesalahan mudharib akan
dibebankan kepada pengelola dana (mudharib). Pengurang pembiayaan mudharabah dapat
dilakukan dengan metode langsung yaitu mengurangi saldo perkiraan pembiayaan
mudharabah atau dapat juga dilakukan secara tidak langsung yaitu dengan cara pembentukan
cadangan penghapusan pembiayaan mudharabah yang merupakan perkiraan pengurang
(contra account) dari pembiayaan tersebut.

3. Kasus Bagi Hasil Belum Direalisasikan


Jika PT. JIT mengakui adanya keuntungan dalam pengelolaan pembiayaan
mudharabah sebesar Rp 100.000.000,- dan sampai saat yang ditentukan ternyata PT. JIT
belum membayarkan bagian bagi hasil yang menjadi hak bank syariah IQTISADUNA
sebesar Rp 40.000.000,- maka bank syariah IQTISADUNA akan mengakui kejadian
tersebut dalam jurnal sebagai berikut :

(Dr) piutang kepada


mudharib Rp 40.000.000
(Cr) pendapatan
mudharabah Rp 40.000.000
Penyelesaian Akad Mudharabah Sebelum Jatuh Tempo

Mudharabah akan diakhiri baik dengan perjanjian diantara kedua belah pihak, karena
keinginan kedua belah pihak atau dengan alas an force majour seperti kerugian karena
bencana alam atau kematian salah satu pihak. Beberapa hal yang diatur dalam hal ini adalah
sebagai berikut :

1)        Mudharib harus mengembaliakn modal kepada pemilik dana dan apabila mudharib
tidak melaksanakannya maka mudharib tersebut dianggap melanggar akad. Jumlah dana yang
menjadi saldo pembiayaan mudharabah akan berubah menjadi “piutang jatuh tempo
mudharib”.
2)      Jiak akad mudharabah berakhir dan masih terdapat beberapa modal non kas berupa
barang yang memiliki nilai jual tertentu, maka kedua belah pihak berhak untuk menjual dan
membagi hasil penjualan menurut proporsi yang disepakati bersama dengan tetap menghitung
saldo pembiayaan serta keuntungan atau kerugian yang ditanggung dari pelaksanaan akad
mudharabah tersebut.

24
3)      Apabila salah satu pihak meminta berhenti dari akad mudharabah dan digantikan
dengan pihak lain yang disepakati kedua belah pihak, maka perlu dilakukan perhitungan
terhadap status saldo pembiayaan, hak shohibul maal dan mudharib, maupun keuntungan dan
kerugian untuk menghasilkan suatu proporsi baru antara kedua belah yang akan
memperbaharui akad.

4)      Daalm hal kedua belah pihak sepakat untuk melakukan pengembalian modal, maka
proporsi keuntungan atau kerugian harus dihitung secara pasti pada setiap pembayaran.

Jika terdapat pertimbangan tertentu misalnya mudharib sudah tidak dapat dipercaya lagi atau
mudharib banyak melakukan pelanggaran akad, maka shohibul maal dapat menghentikan
pembiayaan mudharabah baik pada saat akad sudah jatuh tempo. Status saldo pembiayaan
mudharabah akan diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada mudharib.

Contoh kasus misalnya terjadi perubahan peraturan pemerintah yang berakibat pada
penghentian kegiatan PT. JIT apdahal akad mudharabah belum jatuh tempo, maka bank
syariah IQTISADUNA segera menghitung saldo pembiayaan dan meminta laporan keuangan
terakhir dari PT. JIT. Saldo pembiayaan mudharabah yang dicatat oleh bank adalah sebesar
Rp 300.000.000,- sedangkan PT. JIT melaporkan kerugian untuk periode berjalan sebesar Rp
50.000.000,-. Sisa pembiayaan tidak dapat diselesaikan oleh PT. JIT sehingga bank syariah
IQTISADUNA mencatatnya dalam jurnal sebagai berikut :

(Dr) piutang mudharib Rp 250.000.000


(Dr) penyisihan kerugian
pembiayaan mudharabah Rp 50.000.000
(Cr) pembiayaan
mudharabah Rp 300.000.000
Pada saat pembentukan penyisihan pembiayaan mudharabah

(Dr) beban
pembiayaan
penyisihan
pembiayaan

25
mudharabah
(Cr) akumulasi
penyisihan
pembiayaan
mudharabah
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)

PSAK 59 paragraf 150 menyatakan bahwa penyisihan kerugian aktiva produktif dan piutang
yang timbul dari transaksi aktiva produktif dibentuk sebesar estimasi kerugian aktiva
produktif dan piutang yang tidak dapat ditagih sesuai dengan denominasi mata uang aktiva
produktif dan piutang yang diberikan. Standar ini adalah merujuk pada peraturan bank
Indonesia yaitu tentang kualitas aktiva produktif (KAP) bagi bank syariah (PBI No.
5/7/PBI/2003 tanggal 19 mei 2003) dan penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP)
bagi bank syariah (PBI o. 5/7/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003).

Setelah dianalisis oleh perusahaan appraisal, ditentukan bahwa porsi yang harus disisihkan
untuk penyisihan mudharabah PT. JIT adalah Rp. 240.000.000,- setiap tahunnya. Jurnal yang
dibuat oleh bank syariah IQTISADUNA adalah sebagai berikut :

(Dr) beban penyisihan


kerugian mudharabah Rp 240.000.000
(Cr) penyisihan kerugian Rp
mudharabah 240.000.000
Pada saat piutang dianggap non-performing

(Dr) penyisihan
kerugian mudharabah Rp 230.000.000
(Cr) piutang
mudharabah Rp 230.000.000
Pada saat penghapusan sisa penyisihan penyisihan :

(Dr) penyisihan kerugian


mudharabah Rp 10.000.000

26
(Cr) beban penyisihan
kerugian mudharabah Rp 10.000.000

27
BAB III

PENUTUP
N. Kesimpulan
Mudharabah berasal dari kata adh-dharbu fil ardhi, yaitu berjalan di muka bumi.
Dan berjalan di muka bumi ini pada umumnya dilakukan dalam rangka menjalankan suatu
usaha, atau berdagang. Disebut juga qiradh yang berasal dari kata al-qardhu yang berarti
potongan, karena pemilik memotong sebagain hartanya untuk diperdagangkan dan
memperolah sebagian keuntungan. Kadang-kadang juga dinamakan dengan muqaradhah
yang berarti sama-sama memiliki hak untuk mendapatkan laba karena si pemilik modal
memberikan modalnya sementara pengusaha meniagakannya dan keduanya sama-sama
berbagi keuntunga.
Sedangkan secara istilah, mudharabah adalah akad penyerahan modal oleh pemilik
modal kepada pengelola untuk diperdagangkan dan keuntungan dimiliki bersama antara
keduanya sesuai dengan persyaratan yang mereka buat. Adapun sacara teknis, Antonio
(2001) mendefinisikan mudharabah sebagai akad kerja sama usaha antara dua pihak di
mana salah satu pihak menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya
menjadi pengelola.
Jenis- Jenis Mudharabah yaitu Mudharabah Muqayyadah, Mudharabah Muthlaqah,
Mudharabah Musytarakah.
Faktor-faktor yang harus ada (rukun) dalam akad mudharabah  adalah:
1. Transaktor (pemilik modal dan pelaksana usaha.
2. Objek mudharabah (modal dan kerja)
3. Persetujuan kedua belah pihak (ijab-qabul)

O. Saran
1. Karena perumusan masalah merupakan hulu dari sebuah penelitian
maka kita harus menyusunnya dengan baik agar penelitian yang dilakukan dapat
maksimal dan bermanfaat.
2. Rumusan masalah sebaiknya dibuat dalam bentuk pertanyaan yang
jelas dan padat.

28
3. Semoga dengan disusunnya makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca dan menambah ilmu pengetahuan khususnya dalam pembuatan perumusan
masalah dalam penelitian kualitatif. 

29
Daftar Pustaka
Munawaroh. 2013.  Akuntansi Transaksi Mudharabah.
dalam http://munawaroh2893.wordpress.com/

Nurhayati, Sri dan Wasilah. 2008. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat


Psak-105 Tentang Akuntansi Mudharabah.

Muhammad, Rifqi.2008.Akuntansi Keuangan Syariah.Yogyakarta:P3EI

30

Anda mungkin juga menyukai