TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP HIPERTENSI
1. Definisi
Hipertensi dikategorikan sebagai the silent disease dalam jangka waktu lama
dan terus menerus memicu stoke, serangan jantung, gagal jantung, dan merupakan
penyebab utama gagal ginjal kronik. Penyakit hipertensi tidak dapat disembuhkan
hipertensi dan kepatuhan terhadap diet. (Joyce M Balck & Jane Hokanson, 2014).
sedangkan kepatuhan adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan
faktor yaitu faktor individu seperti umur, jenis kelamin, faktor genetik. Adapun
(Insana Maria, 2018). Hipertensi dapat dicegah dan dikontrol dengan cara
mengandung garam, lemak dan kolesterol serta diet tinggi serat), olahraga yang
tekanan darah secara berkala. (Dewi Yulyan Nur Yusuf, 2013).Hipertensi adalah
suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara abnormal dan
terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan
satu atau beberapa faktor resiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam
Menurut Tambayong (1999) dalam Siti Rohimah dan Eli Kurniasih (2015),
tergantung posisi tubuh, umur, dan tingkat stres yang dialami. Tekanan darah
adalah gaya yang diberikan darah pada di dinding pembuluh darah. Tekanan ini
bervariasi sesuai pembuluhdarah terkait dan denyut jantung. Tekanan darah paling
bertahap menurun sampai arteriole (Watson,2002) dalam Siti Rohimah dan Eli
Kurniasih (2015).
sistolik >140 mmHg dan tekanan darah diastolik >90 mmHg. Pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat atau
hipertensi, dan kerusakan organ sasaran seperti jantung, otak, penyakit ginjal
(penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi
secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai. Penyakit hipertensi dapat
aterosklerotik di arteri serebral dan arteriol, yang dapat menyebabkan oklusi arteri,
cedera iskemik dan stroke sebagai komplikasi jangka panjang (Yonata, 2016).
jumlah penderita yang terus meningkat setiap tahunnya. Baik disertai gejala atau
beralkohol, obesitas, stres, (faktor risiko yang dapat diubah) (Michael et al.,
2014).
individu dan hampir sama dengan penyakit lainnya. Secara umum, gejala
bekerja keras atau mengangkat beban berat, mudah lelah, penglihatan kabur,
wajah memerah, hidung berdarah, sering buang air kecil, terutama dimalam hari,
telinga berdenging (tinnitus), dunia terasa berp utar (vertigo) (Michael et al.,
2014).
Tekanan darah tinggi atau yang sering disebut dengan hipertensi adalah
tekanan darah dengan Tekanan Darah Sistolik (TDS) ≥ 130mmHg atau tekanan
darah dengan Tekanan Darah Diastolik (TDD) ≥ 80mmHg. Tekanan darah sistolik
sebesar 130-140 mmHg mengarahkan pada risiko AMI dan serangan stroke 2 kali
lebih besar daripa orang dengan tekanan darah sistolik normal (Whelton, 2017).
Hipertensi adalah penyakit yang dapat menyerang siapa saja, baik muda
maupun tua. Hipertensi juga sering disebut sebagai silent killer karena termasuk
yang tergolong kelas berat dan mematikan serta dapat meningkatkan resiko
serangan jantung, gagal jantung, stroke dan gagal ginjal (Pudiastuti, 2013).
(Triyanto, 2014). Penyakit darah tinggi atau hipertensi (hypertension) adalah suatu
yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka bawah (diastolic)
pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik
(Herlambang, 2013).
diatas normal atau tekanan sistolik lebih tinggi dari 140 mmHg dan diastoliknya
diatas 90 mmHg (Wijoyo, 2011). Hipertensi adalah suatu keadaan dimana
angka sistolic (bagian atas) dan angka bawah (diastolic) pada alat pemeriksaan
WHO tekanan sistolik 140 mmHg dan tekanan diastolic >90 mmHg (untuk usia <
60 tahun) dan tekanan sistolik > 160 mmHg dan atau tekanan diastolic > 90
mmHg (untuk usia > 60 tahun )(Nugroho,2011). Hipertensi adalah suatu keadaan
(Sunaryati,2014).
2. Penyebab Hipertensi
hipertensi esensial yaitu hipertensi yang etiologinya tidak diketahui secara pasti,
dan merupakan 90% dari semua kasus hipertensi. Jenis hipertensi esensial menjadi
2013). Sekitar 10% orang mengalami tekanan darah tinggi yang diakibatkan oleh
penyakit lain yang diderita atau karena sefek obat, hipertensi karena sebab
tekanan darah biasanya akan kembali normal atau turun secara signifikan apabila
Hipertensi merupakan salah satu kasus yang bersifat Ice Bone Phenomenon
dimana jumlah penderita tidak pernah diketahui secara pasti. Penderita hipertensi
diperkirakan jauh lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan data yang ada
(WHO, 2012).
sekunder, dimana data menyebutkan bahwa hanya 5% kasus hipertensi yang dapat
a. Faktor genetik
Hipertensi sering turun temurun dalam suatu keluarga, hal ini setidaknya
b. Faktor fisiologis
c. Faktor lingkungan
konsumsi alkohol, dan disebabkan oleh perubahan gaya hidup dan yang lebih
d. Faktor psikososial
. Biasanya stres bukan karena penyakit fisik tetapi lebih mengenai kejiwaan.
Akan tetapi karena pengaruh stress tersebut maka penyakit fisik bisa muncul
akibat lemah dan rendahnya daya tahan tubuh pada saat tersebut (Mardiana,
2014). Stres adalah tanggapan atau reaksi terhadap berbagai tuntutan atau
beban atasnya yang bersifat non spesifik namun, disamping itu stres dapat juga
terjadinya stres pada diri seseorang. Stres dalam kehidupan adalah suatu hal
penyakit komorbid atau obat tertentu. Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal
sekunder yang paling sering. Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun
yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder . Tekanan darah tinggi atau
hipertensi dapat diakibatkan oleh stres yang diderita individu, sebab reaksi yang
muncul terhadap impuls stres adalah tekanan darahnya meningkat. Selain itu,
umumnya individu yang mengalami stres sulit tidur, sehingga akan berdampak
pada tekanan darahnya yang cenderung tinggi (Sukadiyanto, 2010). Menurut Iqbal
(2011) tekanan darah atau hipertensi berdasarkan klasifkasi dibagi menjadi dua
golongan yaitu :
a. Hipertensi primer lebih dari 90% kasus hipertensi yang terjadi adalah
b. Hipertensi sekunder kecil kasus hipertensi yang berjumlah kurang dari 10%
Tabel 2.1 Definisi dan klasifikasi tingkat darah dari WHO-ISH 1999 (mmHg) dalam Ade
Yonata dan Arif Satria 2016.
4. Patofisiologi
terdapat pada, mekanisme yang mengatur atau mengontrol kontriksi dan relaksasi
pembuluh darah terletak di pusat vasonator. Pada medula otak, dari pusat
vasomotor inilah bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda
spinalis dan keluar dari kolumna, medula spinalis ganglia simpatis di toraks dan
bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron pre ganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
meski tidak diketahui dengan jelas mengapa bisa terjadi hal tersebut. Pada saat
respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang. Hal ini mengakibatkan
menjadi angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat yang nantinya akan merangsang
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, sehingga terjadi peningkatan volume
intra vaskular. Semua faktor ini dapat mencetus terjadinya hipertensi. Pada
lanjut. Perubahan itu antara lain aterosklerosis hilangnya elastisitas jaringan ikat
dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah. Akibatnya akan
darah yang dipompa oleh jantung (volume secukupnya) dan curah jantung pun
persarafan yang kompleks dan hormonal yang saling berhubungan satu sama lain
dalam mempengaruhi curah jantung dan tahanan vaskuler perifer serta refleks
sebagai berikut ini. Curah jantung ditentukan oleh volume sekuncup dan frekuensi
tekanan arteri dipengaruhi oleh baroreseptor pada stimulus karotikus dan arkus
aorta yang akan menyampaikan implus ke pusat saraf simpatis di medulla, yang
akan menghambat stimulasi sistem saraf simpatis. Mekanisme dengan efek yang
lama dimana ketika renin diproduksi oleh ginjal ketika aliran darah ke ginjal
mengakibatkan retensi air dan garam di dalam ginjal sehingga terjadi peningkatan
volume ekstraseluler. Jika terjadi gangguan yang menetap maka akan enyebabkan
konstriksi arteriol, tahanan perifer total dan arteri rata-rata meningkat. Mekanisme
tersebut bersifat kompensasi yang akan meningkatkan beban kerja jantung namun
pada saat yang sama terjadi perubahan degeneratif pada arteriol yang menanggung
tekanan tinggi yang terus menerus sehingga terjadi peningkatan tahanan perifer
yang disebut hipertensi (Muttaqin, 2009) dalam Siti Rohimah dan Eli Kurniasih
(2015),
Tanda dan Gejala Hipertensi Menurut Palmer (2007) dalam Siti Rohimah dan
yang pasti, dan biasanya gejalanya bervariasi pada masing-masing individu serta
gejalanya hampir sama dengan penyakit lain. Menurut Vitahealth (2001) dalam
Siti Rohimah dan Eli Kurniasih (2015), tanda dan gejala hipertensi meliputi:
a. Jantung berdebar-debar
c. Mudah lelah
d. Mudah marah
f. Sukar tidur
g. Mata berkunang-kunang
h. Muka merah
Salah satu tanda dan gejala hipertensi adalah tengkuk terasa pegal atau
kekakuan pada otot tengkuk yang diakibatkan karena terjadi peningkatan tekanan
pada dinding pembuluh darah di daerah leher yang mana pembuluh darah tersebut
membawa darah ke otak sehingga ketika terjadi peningkatan tekanan vaskuler ke
otak yang mengakibatkan terjadi penekanan pada serabut saraf otot leher sehingga
6. Penatalaksaanaan Hipertensi
a. Terapi Farmakologi Ada enam obat yang sering digunakan dalam pengobatan
1) Diuretik
Diuretik ini dapat menurunkan tekanan darah dengan bekerja pada ginjal
2) Alfa-Bloker
pada otot yang melapisi pembuluh darah. Jika reseptor tersebut diblokade,
lebih lancar.
3) Beta-Bloker
4) Kalsium kanal
sehingga darah akan mengalir dengan lancar( Williams, (2007) dalam Siti
penderita gagal jantung atau ganguan ventrikel kiri (Davey, (2005) dalam
Berapa hal yang perlu dipertimbangkan pada penggunaan obat anti hipertensi
yaitu:
b. Terapi Non-farmakologis
per kgBB.
(kurang dari 3gr per hari) mampu menurunkan tekanan darah (Sunardi,
3) Minuman beralkohol
4) Olahraga
Orang yang memiliki aktivitas yang rendah akan lebih rentan mengalami
melakukan kegiatan olahraga seperti tinju, gulat, angkat besi, karena akan
5) Stres emosional
tekanan darah semakin tinggi. Oleh karena itu salah satu cara untuk untuk
Di dalam rokok terdapat banyak zat yang beracun (oksidan) yang dapat
mengurangi rokok.
7) Konsumsi serat
efektif dalam menurunkan kadar kolesterol darah. Ada 2 jenis serat yaitu
serat yang dapat larut dan serat yang tidak dapat larut. Keduanya
menurunkan kadar kolesterol sedangkan serat yang tidak dapat larut dapat
bila tekanan sisitolik normal dapat diwujudkan, maka tujuan utama terapi
pada lansia:
b. Penatalaksanaan Farmakologis:
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan
Pressure Trial, yang melaporkan hasil yang sedikit lebih baik pada
penelitian. Namun jika obat ini tidak ditoleransi secara baik atau
untuk memulai terapi dengan dua obat, baik pada sebagai resep
tidak terkontrol dan telah menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital. Sebab
kematian yang sering terjadi adalah penyakit jantung dengan atau tanpa disertai
stroke dan gagal ginjal. Dengan pendekatan per organ sistem, dapat diketahui
komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi, yaitu antara lain Jantung;
infark miokard, angina pectoris, gagal jantung kongestif. Sistem Saraf Pusat;
jantung, stroke dan gagal ginjal. Komplikasi dari hipertensi tersebut dapat
menyebabkan angka kematian yang tinggi. Dampak dari penyakit hipertensi para
lansia dapat memicu terjadinya resiko serangan jantung, stroke, dan gagal ginjal
(Depkes, 2007) dalam rohmatul dan Rita (2016) . Sedangkan menurut Wahdah
(2011) tekanan darah yang terus meningkat mengakibatkan beban kerja jantung
yang berlebihan sehingga memicu kerusakan pada pembuluh darah, gagal ginjal,
jantung, kebutaan dan gangguan fungsi kognitif pada lansia. Perubahan dalam
stres.
dari 310 responden ditemukan faktor risiko hipertensi yang telah terbukti antara
lain:
a. Umur
b. Riwayat keluarga
c. Konsumsi asin
e. Penggunaan jelantah
f. Tidak biasa olah raga
h. Obesitas
a. Jenis kelamin
c. Stres kejiwaan.
bahwa riwayat keluarga, perilaku merokok, aktifitas fisik dan konsumsi garam
konsumsi kopi dalam penelitian tersebut merupakan faktor risiko yang tidak
bermakna terhadap kejadian hipertensi. Selain itu, tingkat pengetahuan dan sikap
adalah:
2) Orang dengan obesitas (IMT > 25) berisiko menderita hipertensi sebesar
sebesar 0,19 kali dibanding dengan orang yang tidak memiliki riwayat
stress.
Faktor yang mempengaruhi hipertensi golongan ini belum diketahui secara pasti.
Menurut Dalimartha (2008) dalam Siti Rohimah dan Eli Kurniasih (2015), ada
a) Keturunan
b) Jenis kelamin
a) Kegemukan
tekanan darah.
lewat keringat.
d) Konsumsi alkohol dan merokok
yang baik (stop high blood pressure) sebagai berikut: Mengurangi konsumsi
teratur, makan banyak buah dan sayuran segar, tidak merokok dan tidak
berusaha membina hidup yang positif. Ginting (2008) dalam Diah Pithaloka, dkk
(2011), menyimpulkan dari hasil penelitiannya bahwa faktor internal dan eksternal
serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial. Tujuan
sehat. Hal ini sangat penting karena gaya hidup sehat akan membuat kita sehat
makanan tidak sehat yang dapat menyebabkan hipertensi yaitu makanan yang siap
saji yang mengandung pengawet, kadar garam yang terlalu tinggi dalam makanan,
memberikan contoh yang baik tidaklah sulit untuk dilakukan dan bisa dimulai dari
hal-hal kecil yang terkadang sering dilupakan oleh banyak orang, misalnya tidak
merokok, olahraga teratur,konsumsi buah dan sayur setiap hari. Dengan perilaku
hidup sehat seperti ini maka akan tercipta hidup sehat yang merupakan dambaan
bagi setiap manusia. Dalam mengupayakan perilaku ini dibutuhkan komitmen
2017). Aktivitas fisik dapat menjadi upaya promotif dalam menurunkan tekanan
darah pada pasien dengan hipertensi resisten (Araujo, et al., 2018; Bento, 2015).
Olah raga secara teratur telah direkomendasikan sebagai perilaku penting dalam
mengendalikan tekanan darah dimana satu sesi olah raga dapat menurunkan
tingkat tekanan darah dibandingkan periode sebelum berolah raga. Ini layak
hipertensi (Souto, 2016). Aktivitas fisik dapat menjadi terapi tambahan yang
ginjal.
e. Poto dada: menunjukkan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran
(2017) lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang mencapai usia di atas 60 tahun.
Lansia adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang
dikarunia usia panjang, terjadi tidak bisa dihindari oleh siapapun, namun manusia
memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi
normal sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan
memperbaiki kerusakan yang diderita (Bandiyah, 2009 : 13). Jika proses menua
ayat 2 menyebutkan bahwa :”Lanjut Usia adalah seseorang yang mencapai usia 60
(enam puluh) tahun keatas” (Nugroho, 2008) dalam Daniel dan Dini (2017).
Teori Proses Menua Teori proses penuaan dibagi 2 bagian yaitu secara
a. Teori Biologis
1) Teori jam genetik Menurut Hayflick (1965) dalam Daniel dan Dini (2017)
Keadaan tubule akan baik-baik saja selama sel-sel berfungsi dalam suatu
harmoni. Akan tetapi, bila tidak lagi demikian, maka akan terjadi
Bahwa eror akan terjadi pada struktur DNA, RNA, dan sintesis protein.
Masing-masing eror akan saling menambah pada eror yang lainnya dan
b. Teori Psikologis
1) Disengagement Theory
2) Teori Aktivitas
kehidupan seorang lansia. Dasar teori ini adalah bahwa konsep diri
3) Teori Kontinuitas
Pada teori subkultur (Rose, 1962) dalam Daniel dan Dini (2017) dikatakan
suatu subkultur.
Teori ini dikemukakan oleh Riley (1972) dalam Daniel dan Dini (2017).
dalam masyarakat.
Menurut Maryam, dkk (2008) dalam Parida, Rahayu dan Rasmaliah (2018),
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang
kesehatan)
b. Kebutuan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kondisi maladaptif.
f. Sering terjadi penyakit yang bersifat iatrogenik Menurut Green dan Kauter
(1991, dalam McMurray, 2003) dalam Parida, Rahayu dan Rasmaliah (2018),
(2007) dalam Parida, Rahayu dan Rasmaliah (2018), usia, jenis kelamin dan
4. Batasan-batasan Lansia
Batasan-batasan Lanjut Usia menurut WHO dalam Padila 2013) ada empat
tahapan yaitu:
c. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun dan usia sangat tua (very old) >90 tahun
Lanjut usia.
Menurut UU RI no 13 tahun 1998 dalam Indriana dkk, (2010) adalah mereka
yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Jenis hipertensi yang khas ditemukan
sistoliknya saja yang tinggi (diatas 140 mmHg), namun tekanan diastolik tetap
meningkat. Biasanya stres bukan karena penyakit fisik tetapi lebih mengenai
kejiwaan. Akan tetapi karena pengaruh stress tersebut maka penyakit fisik bisa
muncul akibat lemah dan rendahnya daya tahan tubuh pada saat tersebut
(Mardiana, 2014).
datang dari faktor fisik dan faktor psikologis. Motivasi memiliki peran yang
proses kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia yang memiliki motivasi
yang tinggi, maka kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
b. Lansia memiliki status kelompok minoritas. Kondisi ini sebagai akibat dari
sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap lansia dan diperkuat oleh
negatif, tetapi ada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa kepada orang
peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas
d. Penyesuaian yang buruk pada lansia. Perlakuan yang buruk terhadap lansia
perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk
pula. Contoh : lansia yang tinggal bersama keluarga sering tidak dilibatkan
c. Status kesehatan
d. Pengalaman hidup
e. Lingkungan
f. Stres
yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak hanya
perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan sexual (Azizah dan Lilik
M, 2011, 2011).
a. Perubahan Fisik
bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit
2) Sistem Intergumen
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan
3) Sistem Muskuloskeletal
lemak pada otot mengakibatkan efek negatif. Sendi; pada lansia, jaringan
ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan fasia mengalami penuaan
elastisitas.
jaringan ikat.
5) Sistem respirasi Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru,
kapasitas total paru tetap tetapi volume cadangan paru bertambah untuk
berkurang.
nyata karena kehilangan gigi, indra pengecap menurun, rasa lapar menurun
hari.
menciutnya ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis
secara berangsur-angsur.
b. Perubahan Kognitif
2) IQ (Intellegent Quotient)
7) Kebijaksanaan (Wisdom)
8) Kinerja (Performance)
9) Motivasi
c. Perubahan mental
2) Kesehatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Keturunan (hereditas)
5) Lingkungan
famili.
d. Perubahan spiritual
semakin matang (mature) dalam kehidupan keagamaan, hal ini terlihat dalam
e. Perubahan Psikososial
1) Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama
pendengaran.
kesehatan.
3) Depresi
Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu diikuti
4) Gangguan cemas
5) Parafrenia
6) Sindroma Diogenes
mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena lansia bermain-
main dengan feses dan urin nya, sering menumpuk barang dengan tidak
kembali.
a) Sel
Jumlahnya menjadi sedikit, ukurannya lebih besar, berkurangnya
b) Sistem Persyarafan
c) Sistem Penglihatan
d) Sistem Pendengaran
suara atau nada yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-
kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun, membran timpani
e) Sistem Kardiovaskuler
g) Sistem Respirasi
berganti.
h) Sistem Gastrointestinal
i) Sistem urinaria
Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun
j) Sistem Endokrin
k) Sistem Kulit
l) Sistem Muskuloskeletal
1. Peran perawat
Peran perawat adalah untuk membantu individu sakit dan sehat dalam
2012).
dan kepuasan pasien selama di rumah sakit. Peranan perawat sangat penting
karena sebagai ujung tombak baik tidak mutu pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada pasien. Perawat merupakan salah satu profesi di rumah sakit dengan
dominan dan paling lama kontak atau berinteraksi dengan pasien. Sebagai perawat
profrsional , perawat tidak hanya mengelola orang tetapi sebuah proses secara
harus dapat berkomunikasi dengan lengkap, adekuat dan cepat. Untuk menilai
Perawat sebagai bagian dari tenaga kesehatan profesional memiliki peran sebagai
mengkaji kekuatan dan akibat yang ditimbulkan dari pemberian informasi dan
perilaku yang diinginkan oleh individu (Nursalam, 2008) dalam triyas, dkk
(2018).
tindakan medis yang akan dilakukan serta memfasilitasi pasien dan keluarga
optimal. Perawat mengubah cara pandang dan pola pikir pasien, keluarga,
e. Peneliti
Perawat sebagai tempat untuk konsultasi bagi pasien, keluarga dan masyarakat
dalam mengatasi masalah kesehatan yang dialami klien. Peran ini dilakukan
oleh perawat sesuai dengan permintaan klien (Kusnanto, 2004) dalam Raditya,
dkk (2013)
Peran perawat sebagai kolaborator yaitu perawat bekerja sama dengan anggota
2012).
dan prosedur asuhan keperawatan yang perlu mereka lakukan guna memulihkan
atau memelihara kesehatan tersebut (Kozier, 2010). Adanya informasi yang benar
hidup sehat (Sustrani dalam Kurniapuri & Supadmi, 2015). Penelitian yang
dan tindakan medis yang diterima sehingga pasien atau keluarga dapat mengetahui
pengetahuan yang penting bagi pasien atau keluarga. Selain itu, perawat juga
berisiko, kader kesehatan, dan masyarakat (Kusnanto, 2004) dalam Iqonul, dkk
(2015).
Peran Edukator adalah peran yang dilakukan dengan membantu klien dalam
yang akan diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah
kekuatan dan akibat yang ditimbulkan dari pemberian informasi dan perilaku yang
sehingga pasien atau keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-hal
pengobatan terhadap penyakit yang diderita. Klien akan mengetahui cara terbaik
penyakit diantaranya:
3) manajemen stres
5) kebersihan
6) imunisasi
9) latihan
10) keamanan
b. Perbaikan Kesehatan
b) Penyebab penyakit
c) Sumber gejala
e) Prognosis
f) Keterbatasan fungsi
g) Rasionalisasi pengobatan
h) Medikasi
i) Terapi
j) Tindakan perawatan
k) Intervensi pembedahan.
1) Perawatan Rumah
a) Medikasi
b) Terapi intravena
c) Diet
d) Aktivitas
e) Alat bantu.
a) Terapi fisik
b) Terapi okupasi
c) Alat bicara.
3) Pencegahan Komplikasi
c) Gangguan lingkungan.
Banyak perawat dan tenaga kesehatan yang tidak siap untuk memberikan
tenaga kesehatan yang lain mengaku tidak siap dan tidak yakin dengan
yang dilakukan oleh perawat kepada pasien dan keluarga yang merupakan
2) Terjadi kesalahan fungsi akibat dari koordinasi dan delegasi yang tidak
tepat
pendidikan kesehatan tidak berjalan tepat waktu, dan tidak dibahas secara
mendalam
dirawat dalam waktu yang singkat misalnya di ruang gawat darurat, rawat
jalan, atau rawat inap hanya beberapa hari, maka perawat harus tahu cara
diajarkan.
pengajaran yaitu:
1) Motivasi
Motivasi belajar adalah keinginan untuk belajar. Motivasi sangat
berpengaruh pada seberapa cepat dan seberapa banyak orang untuk belajar.
tertentu
masalahnya
didik secara pribadi. Pasien akan belajar dengan mudah jika pasien
pembelajaran.
5) Umpan balik
Umpan balik adalah informasi mengenai kinerja orang untuk tujuan yang
diinginkan. Umpan balik harus bermakna bagi peserta didik. Umpan balik
6) Pengulangan
7) Waktu
8) Lingkungan
ruangan, tidak ada suara yang mengganggu, dan ventilasi yang memadai
9) Emosi
Pasien yang sedang mengalami kecemasan yang tinggi tidak akan mampu
Hipertensi
motivasi, skill dan rasa percaya diri seseorang dalam mengambil tindakan untuk
Menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi dalam kehidupan manusia
(menurut WHO 1999 dalam Azizah 2011). Menurut hasil penelitian Marfo (2014)
patuh pada modifikasi gaya hidup terkait dengan tidak mampu membeli buah-
buahan, kesulitan untuk latihan dan tidak dapat menghindari intake alkohol dan
sigaret. Perilaku gaya hidup tersebut perlu dicapai untuk meningkatkan kesehatan
individu, memelihara kualitas perawatan kesehatan yang baik, serta meningkatkan
keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga
mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang diharapkan untuk meningkatkan
sehingga tekanan darah cenderung meningkat. Selain itu penyebab hipertensi juga
peningkatan tekanan darah tinggi karena bertambahnya usia lebih besar pada
sering tidak disadari dan sering tidak menimbulkan keluhan berarti sampai suatu
saat terjadi komplikasi, seperti risiko terserang stroke, gagal ginjal, penyakit
jantung dan serangan jantung (Bare & Smeltzer, 2002) dalam Methania dan
Suratini (2019). Hipertensi yang tidak ditangani dapat merusak organ seperti
dimiliki.
6. Kerangka Teori
: Diteliti
: Tidak Diteliti
Gambar 2.3
Sumber : Menurut Notoatmodjo, (2010), Pudiastuti, (2013), Gunawan (2001) dalam Diah
Pithaloka,dkk (2011), Anonim, (2009) dalam Ibrahim (2011), Dalimartha (2008) dalam Siti
Rohimah dan Eli Kurniasih (2015), Pertiwati (2016).