Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

KONSEP KURIKULUM 2013 PERUBAHAN, TENTANG


PENDEKATAN SAINTIFIK, 4C, HOTS, LITERASI, DAN PPK

Disusun Oleh :

Tasya Niken Damayanti (1908056063)

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................2
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
A. Latar Belakang.....................................................................................................3
B. Rumusan Makalah...............................................................................................3
C. Tujuan Makalah...................................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................5
PEMBAHASAN...............................................................................................................5
A. Dasar Hukum K13 Perubahan............................................................................5
B. Unsur Penting dalam K13 (Scientific, 4C, HOTS, PPK, Literasi ).................13
BAB III...........................................................................................................................23
PENUTUP.......................................................................................................................23
Kesimpulan.................................................................................................................23

BAB I

2
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kurikulum 2013 merupakan suatu kebijakan baru pemerintah


dalam bidang pendidikan yang diharapkan mampu untuk menjawab
tantangan dan persoalan yang akan dihadapi oleh bangsa Indonesia ke
depan. Perubahan yang mendasar pada kurikulum 2013 dibanding dengan
kurikulum-kurikulum sebelumnya adalah perubahan pada tingkat satuan
pendidikannya dimana implementasi kurikulum ini dilakukan pada tingkat
satuan pendidikan mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah pertama,
dan sekolah menengah atas atau sekolah menengah kejuruan.. Dalam hal
ini, kurikulum diharapkan mampu memberikan keseimbangan aspek
kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor, sehingga pembelajaran yang
terjadi diharapkan dapat berjalan dengan menyelaraskan ketiga aspek
tersebut, tidak seperti yang selama ini terjadi dimana pembelajaran
cenderung mengutamakan aspek kognitif saja. Efek dari konsep kurikulum
2013 itu, maka penilaian dalam pembelajaran tentunya harus disesuaikan
dengan konsep kurikulum itu sendiri, sehingga penilaian juga harus
didasarkan pada ketiga aspek tersebut yaitu harus menilai aspek
kognitifnya, menilai aspek afektifnya, dan menilai aspek
psikomotoriknya.Dengan demikian , pemakalah akan mencoba membahas
tentang konsep kurikulum 2013 perubahan, tentang pendekatan saintifik,
4c, hots, literasi, dan ppk.

B. Rumusan Makalah
1. Apa isi/penjelasan dari dasar hukum K13 perubahan ?
2. Apa pengertian dari konsep pendekatan saintifik, 4C ,HOTS, Literasi,
dan PPK ?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui penjelasan dari dasar hukum K13 perubahan ?

3
2. Untuk mengetahui pengertian dari konsep pendekatan saintifik, 4C
,HOTS, Literasi, dan PPK .

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Dasar Hukum K13 Perubahan


1. Standar Kelulusan K13 revisi terbaru
Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan .
Berdasarkan Permendikbud RI No 20 Tahun 2016 tentang
Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah
dalam Bab II Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan menjelaskan
bahwa lulusan SD/MI/ SDLB/Paket A; SMP/MTs/ SMPLB/ Paket
B; dan SMA/MA/SMALB/ Paket C memiliki kompetensi pada
dimensi sikap sebagai berikut.
DIMENSI SIKAP
a. SD/MI/ SDLB/ Paket A
1) Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2) Berkarakter , jujur, dan peduli
3) Bertanggung jawab
4) Pembelajar sejati sepanjang hayat, dan
5) Sehat jasmani dan rohani sesuai dengan perkembangan
anak dilingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan
lingkungan alam sekitar, bangsa dan negara
b. SMP/MTs/SMPLB/ Paket B
1) Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2) Berkarakter , jujur, dan peduli
3) Bertanggung jawab
4) Pembelajar sejati sepanjang hayat, dan
5) Sehat jasmani dan rohani sesuai dengan perkembangan
anak dilingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan

5
lingkungan alam sekitar, bangsa, negara dan kawasan
regional
c. SMA/MA/SMALB / Paket C
1) Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2) Berkarakter , jujur, dan peduli
3) Bertanggung jawab
4) Pembelajar sejati sepanjang hayat, dan
5) Sehat jasmani dan rohani sesuai dengan perkembangan
anak dilingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan
lingkungan alam sekitar, bangsa, negara ,kawasan
regional dan internasional

Lulusan SD/MI/SDLB/Paket A; SMP/MTs/ SMPLB/Paket


B; dan SMA/MA/ SMALB/Paket C memiliki kompetensi pada
dimensi pengetahuan sebagai berikut.

DIMENSI PENGETAHUAN

a. SD/MI/ SDLB/ Paket A


1) Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural,
dan metakognitif pada tingkat dasar berkenaan dengan:
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya.
2) Mampu mengaitkan pengetahuan di atas dalam konteks
diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan
lingkungan alam sekitar, bangsa, dan negara.

b. SMP/MTs/SMPLB/ Paket B
1) Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural,
dan metakognitif pada tingkat teknis dan spesifik
sederhana berkenaan dengan: ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, dan budaya.
2) Mampu mengaitkan pengetahuan di atas dalam konteks
diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan

6
lingkungan alam sekitar, bangsa, negara dan kawasan
regional
c. SMA/MA/SMALB / Paket C
1) Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural,
dan metakognitif pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan
kompleks berkenaan dengan: ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora
2) Mampu mengaitkan pengetahuan di atas dalam konteks
diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan
lingkungan alam sekitar, bangsa, negara dan kawasan
regional

DIMENSI KETERAMPILAN

a. SD/MI/ SDLB/Paket A
Memiliki keterampilan berpikir dan bertindak: kreatif,
produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, dan komunikatif
melalui pendekatan ilmiah sesuai dengan tahap perkembangan
anak yang relevan dengan tugas yang diberikan.
b. SMP/MTs/ SMPLB/Paket B
Memiliki keterampilan berpikir dan bertindak: kreatif,
produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, dan komunikatif
melalui pendekatan ilmiah sesuai dengan yang dipelajari di
satuan pendidikan dan sumber lain secara mandiri.
c. SMA/MA/SMALB/Paket C
Memiliki keterampilan berpikir dan bertindak: kreatif,
produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, dan komunikatif melalui
pendekatan ilmiah sebagai pengembangan dari yang dipelajari
di satuan pendidikan dan sumber lain secara mandiri

2. Standar Isi

7
Standar Isi dikembangkan untuk menentukan kriteria ruang
lingkup dan tingkat kompetensi yang sesuai dengan kompetensi
lulusan yang dirumuskan pada Standar Kompetensi Lulusan, yakni
sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Berdasarkan Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016 Tentang
Standar Isi Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah dinyatakan bahwa
1) Standar Isi untuk Pendidikan Dasar dan Menengah yang
selanjutnya disebut Standar Isi terdiri dari Tingkat Kompetensi
dan Kompetensi Inti sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan
tertentu.
2) Kompetensi Inti meliputi sikap spiritual, sikap sosial,
pengetahuan dan ketrampilan.
3) Ruang  lingkup  materi  yang  spesifik  untuk  setiap  mata
pelajaran  dirumuskan  berdasarkan  Tingkat  Kompetensi dan
Kompetensi Inti untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada
jenjang dan jenis pendidikan tertentu. 
4) Standar Isi untuk muatan peminatan kejuruan pada SMK/MAK
setiap program keahlian diatur dalam Peraturan Direktur
Jenderal Pendidikan Menengah.
5) Pencapaian Kompetensi Inti dan penguasaan ruang lingkup
materi pada setiap mata pelajaran untuk setiap kelas pada
tingkat kompetensi sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan
tertentu ditetapkan oleh Pusat Kurikulum dan Perbukuan.
6) Perumusan Kompetensi Dasar pada setiap Kompetensi Inti
untuk setiap mata pelajaran sesuai dengan jenjang dan jenis
pendidikan tertentu ditetapkan oleh Pusat Kurikulum dan
Perbukuan.
7) Perumusan Kompetensi Dasar pada Kompetensi Inti Sikap
Spiritual sebagaimana yang dimaksud pada ayat (6) pada mata
pelajaran Pendidikan Agama dan Budipekerti disusun secara
jelas.

8
8) Perumusan Kompetensi Dasar pada Kompetensi Inti Sikap
Soial sebagaimana dimaksud pada ayat (6) pada mata pelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan disusun secara jelas.
9) Standar Isi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
pada Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisah dari
Peraturan Menteri ini.

Berdasarkan Pasal 2 Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016


Tentang Standar Isi Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah
dinyatakan bahwa Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku,
Satuan Pendidikan Dasar dan Satuan Pendidikan Menengah wajib
menyesuaikan dengan Peraturan Menteri ini paling lambat 3 (tiga)
tahun untuk semua tingkat kelas.

Berdasarkan Pasal 3 Permendikbud No 21 Tahun 2016 Tentang


Standar Isi Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dinyatakan bahwa
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.

3. Standar Proses
Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah yang merupakan kriteria mengenai
pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan satuan
pendidikan dasar menengah untuk mencapai kompetensi lulusan.
Dengan diberlakukanya Peraturan Menteri ini, maka Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar
Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Berdasarkan pasal (1) Permendikbud No 22 tahun 2016 tentang
standar proses pendidikan dasar dan menengah dinyatakan bahwa satu

9
standar proses pendidikan dasar dan menengah selanjutnya disebut
standar proses merupakan kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran
pada satuan pendidikan dasar dan satuan pendidikan dasar menengah
untuk mencapai kompetensi lulusan 2 standar proses sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 tercantum pada lampiran yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari peraturan menteri ini.
Berdasarkan pasal (2) Permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang
standar proses pendidikan dasar dan menengah dinyatakan bahwa pada
saat peraturan menteri ini mulai berlaku peraturan menteri Pendidikan
Nasional nomor 65 tahun 2013 tentang standar proses untuk satuan
pendidikan dasar dan menengah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Berdasarkan Permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang standar
proses pendidikan dasar dan menengah dinyatakan bahwa komponen
RPP terdiri atas :
a. identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan;
b. identitas mata pelajaran atau tema/subtema;
c. kelas/semester;
d. materi pokok;
e. alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk
pencapaian KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan
jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang
harus dicapai;
f. tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan
menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan
diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
g. kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi;
h. materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan
prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir
sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi;
i. metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

10
peserta didik mencapai KD yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai;
j. media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran
untuk menyampaikan materi pelajaran;
k. sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan
elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan;
l. langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan
pendahuluan, inti, dan penutup; dan m. penilaian hasil
pembelajaran.
Dalam menyusun RPP hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip
sebagai berikut:
a. Perbedaan individual peserta didik antara lain kemampuan
awal, tingkat intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi
belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan
khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai,
dan/atau lingkungan peserta didik.
b. Partisipasi aktif peserta didik.
c. Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat
belajar, motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi
dan kemandirian.
d. Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang
untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman
beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk
tulisan.
e. Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat
rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan,
pengayaan, dan remedi.
f. Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indicator pencapaian
kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan
pengalaman belajar.

11
g. Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan
lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman
budaya.
h. Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara
terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan
kondisi.

4. Standar Penilaian
Permendikbud RI nomor 4 tahun 2018 tentang penilaian hasil
belajar oleh satuan pendidikan dan penilaian hasil belajar oleh
pemerintah maka peraturan menteri Pendidikan dan kebudayaan
sebelumnya yaitu Permendikbud nomor 3 tahun 2017 tentang penilaian
hasil belajar oleh pemerintah dan penilaian hasil belajar oleh satuan
pendidikan dan peraturan menteri Pendidikan dan kebudayaan nomor
58 tahun 2015 tentang penyelenggaraan ujian sekolah atau madrasah
atau bentuk lain yang sederajat dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Permendikbud RI nomor 4 tahun 2018 secara umum menjelaskan
berbagai ketentuan terkait penilaian dalam menentukan kelulusan
peserta didik jenjang akhir terkait dengan hal tersebut di pasal 2 ayat 1
dan 2 halaman 6 Permendikbud RI nomor 4 tahun 2018 menjelaskan
bahwa penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilaksanakan
melalui usbn dan us sedangkan penilaian hasil belajar oleh pemerintah
dilaksanakan melalui UN.
Selanjutnya penilaian hasil belajar di jelaskan dengan detail pada
pasal 4 Permendikbud ini di mana :
1) Penilaian melalui USBN pada Jenjang SD/MI/SDTK/SDLB
dan Program Paket A/Ula diselenggarakan oleh satuan
pendidikan yang terakreditasi.
2) Penilaian melalui US pada Jenjang SD/MI/SDTK dan
Program Paket A/Ula diselenggarakan oleh satuan/program
pendidikan yang terakreditasi.

12
3) Penilaian hasil belajar melalui USBN pada Jenjang
SMP/MTs/SMPTK/SMPLB, Program Paket B/Wustha,
SMA/MA/SMAK/SMTK/SMALB, SMK/MAK dan Program
Paket C/Uya diselenggarakan oleh satuan/program pendidikan
yang terakreditasi.
4) Penilaian hasil belajar melalui UN pada Jenjang
SMP/MTs/SMPTK, Program Paket B/Wustha,
SMA/MA/SMAK/SMTK, SMK/MAK dan Program Paket
C/Uya diselenggarakan oleh satuan/program pendidikan yang
terakreditasi.
5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan USBN untuk
satuan/program pendidikan yang belum terakreditasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam
Prosedur Operasional Standar (POS) USBN.
6) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan UN untuk
satuan/program pendidikan yang belum terakreditasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Prosedur
Operasional Standar (POS) UN.

Kriteria kelulusan tertera pada pasar 19 Permendikbud no 4 tahun


2018 tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Satuan Pendidikan dan
Penilaian Hasil Belajar Oleh Pemerintah, yang menyatakan
bahwa :

1) Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan/program pendidikan


setelah: menyelesaikan seluruh program
pembelajaran;memperoleh nilai sikap/perilaku minimal baik;
dan lulus ujian satuan/program pendidikan.
2) Kelulusan peserta didik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh satuan/program pendidikan yang bersangkutan.

13
B. Unsur Penting dalam K13 (Scientific, 4C, HOTS, PPK, Literasi )
1. Pendekatan Scientific
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik
adalah pembelajaran yang menekankan pada pemberian
pengalaman secara langsung baik menggunakan observasi,
eksperimen maupun cara yang lainnya, sehingga realitas yang akan
berbicara sebagai informasi atau data yang diperoleh selain valid
juga dapat dipertanggungjawabkan.
Dengan menggunakan metode ilmiah, maka untuk
mendapatkan pengetahuan para ilmuwan berusaha untuk
membiarkan realitas berbicara sendiri, membahas mendukung
teori ketika prediksi teori ini sudah dikonfirmasi dan menentang
teori ketika prediksinya terbukti tidak teruji. Dalam pendekatan
saintifik ada beberapa tahap/ kegiatan, yaitu: Observing,
Questioning, Associating, Experimenting, Processing, Conclusing,
Presenting. Observing adalah proses mengamati suatu fakta.
Questioning adalah proses menanyakan atau membuat hipotesis
segala sesuatu seputar fakta yang diamati. Associating adalah
menalar atau melakukan asosiasi antara yang diketahui sebelumnya
dengan apa yang baru diketahui. Experimenting adalah menguji
pertanyaan-pertanyaan atau hipotesis yang muncul dalam
questioning. Processing adalah kegiatan yang dilakukan untuk
merumuskan pengetahuan yang diperoleh dari empat proses
sebelumnya. Conclusing adalah merumuskan atau menyimpulkan
pengetahuan yang diperoleh. Presenting adalah menyajikan
pengetahuan yang diperoleh kepada orang lain.
Penerapan pendekatan saintifik dalam implementasi Kurikulum
2013, selain dapat membantu menciptakan pembelajaran yang
memenuhi standar proses sehingga dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru, juga dapat membantu
pencapaian tujuan pembelajaran dan pendidikan yang utuh,

14
meliputi: sikap (sikap religius dan sikap sosial), pengetahuan, dan
keterampilan.

2. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)


Pada abad 21 ini telah lahir gerakan global yang
menyerukan model pembelajaran baru. Penguatan Pendidikan
Karakter (PPK) merupakan proses pembentukan, trasformasi,
trasmisi dan mengembangkan potensi peserta didik agar berpikiran
baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai dengan falsafah
hidup Pancasila. Sudah tentu karakter anak itu merupakan hasil
interaksi antara pembawaan dan lingkungan, sehingga dalam
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang ditekankan bukanlah
pembawaan dan lingkungan kulturnya, namun interaksi keduanya.
Terdapat lima nilai utama karakter yang menjadi prioritas Gerakan
Penguatan Pendidikan Karakter di Madrasah. Lima nilai karakter
tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang tidak bisa di pisah-
pisahkan, saling mempengaruhi dan saling menentukan dan
ditentukan, yakni Religius, Nasionalis, Mandiri, Gotong Royong,
dan Integritas.
Strategi implementasi PPK di satuan pendidikan dapat
dilakukan melalui kegiatan berikut ini.
a. Kegiatan intrakurikuler adalah kegiatan pembelajaran
yang dilakukan oleh sekolah secara teratur dan
terjadwal, yang wajib diikuti oleh setiap peserta didik.
Program intrakurikuler berisi berbagai kegiatan untuk
meningkatkan Standar Kompetensi Lulusan melalui
Kompetensi Dasar yang harus dimiliki peserta didik
yang dilaksanakan sekolah secara terus-menerus
setiapharisesuaidengankalenderakademik.
b. Kegiatan kokurikuler adalah kegiatan pembelajaran
yang terkait dan menunjang kegiatan intrakurikuler,

15
yang dilaksanakan di luar jadwal intrakurikuler dengan
maksud agar peserta didik lebih memahami dan
memperdalam materi intrakurikuler. Kegiatan
kokurikuler dapat berupa penugasan, proyek, ataupun
kegiatan pembelajaran lainnya yang berhubungan
dengan materi intrakurikuler yang harus diselesaikan
oleh peserta didik.
c. Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan
pengembangan karakter yang dilaksanakan di luar jam
pembelajaran (intrakurikuler). Aktivitas ekstrakurikuler
berfungsi menyalurkan dan mengembangkan minat dan
bakat peserta didik dengan memperhatikan karakteristik
peserta didik, kearifanlokal,dan daya dukung yang
tersedia.

3. 4C (Critical Thinking, Communiaction, Collaboration , Creativity)


Pembelajaran abad 21 dituntut berbasis teknologi untuk
menyeimbangkan tuntutan zaman era milenia dengan tujuan.
Peserta didik diharapkan terbiasa dengan kecakapan hidup abad 21.
Oleh karena itu siswa yang hidup pada abad 21 harus menguasai
keilmuan, berketerampilan metakognitif, mampu berpikir kritis dan
kreatif, serta bisa berkomunikasi atau berkolaborasi yang efektif,
keadaan ini menggambarkan adanya kesenjangan antara harapan
dan kenyataan. Oleh karena itu, pemerintah merancang
pembelajaran abad 21 melalui kurikulum 2013 yang berbasis pada
siswa. Guru sebagai kepanjangan tangan dari pemerintah di
sekolah-sekolah menerapkan pembelajaran abad 21.
Di sekolah formal, pembelajaran sudah dituntut untuk
menerapkan kemampuan 4C (Critical Thinking, Communiaction,
Collaboration , Creativity). Hal ini dapat terwujud cepat tidak
hanya tuntutan pada kinerja guru dalam mengubah metode

16
mengajar, tetapi juga peran dan tanggung jawab pendidik non
formal dalam membiasakan anak-anak menerapkan 4C dalam
keseharian. Untuk mencapai kondisi belajar yang ideal, kualitas
pengajaran selalu terkait dengan penggunaan model pembelajaran
secara optimal, ini berarti bahwa untuk mencapai kualitas
pengajaran yang tinggi setiap mata pelajaran harus diorganisasikan
dengan model pengorganisasian yang tepat dan selanjutnya
disampaikan kepada siswa dengan model yang tepat pula.
Keterampilan 4C wajib dikuasai dan dimiliki oleh setiap peserta
didik guna menghadapi tantangan abad 21.
Critical thinking (berpikir kritis) yaitu kemampuan siswa
dalam berpikir kritis berupa bernalar, mengungkapkan,
menganalisis dan menyelesaikan masalah. Di era reformasi critical
thinking, juga digunakan untuk menangkal dan memfilter paham
radikal yang dianggap tidak masuk akal. Kemampuan berpikir
kritis biasanya diawali dengan kemampuan seseorang mengkritisi
berbagai fenomena yang terjadi di sekitarnya, kemudian menilai
dari sudut pandang yang digunakannya. Kemudian ia
memposisikan dirinya, dari situasi yang tidak tepat menjadi situasi
yang berpihak padanya.
Communication (komunikasi) yaitu bentuk nyata
keberhasilan pendidikan dengan adanya komunikasi yang baik dari
para pelaku pendidikan demi peningkatan kualitas pendidikan.
Collaboration (kolaborasi) yaitu mampu bekerja sama,
saling bersinergi dengan berbagai pihak dan bertanggung jawab
dengan diri sendiri, masyarakat dan lingkungan. Dengan demikian
ia akan senantiasa berguna bagi lingkungannya.
Creativity (kreativitas) yaitu kemampuan untuk
menghasilkan sesuatu yang baru. Kreativitas peserta didik perlu
diasah setiap hari agar menghasilkan terobosan atau inovasi baru
bagi dunia pendidikan. Kreatifitas membekali seorang peserta didik

17
yang memiliki daya saing dan memberikan sejumlah peluang
baginya untuk dapat memenuhi segala kebutuhan hidupnya.
Penerapan 4C dalam pembelajaran kurikulum 2013 jika
benar-benar dilakukan di sekolah akan memberikan dampak yang
luar biasa bagi generasi penerus bangsa untuk menghadapi
tantangan hidup abad 21.

4. Literasi
Disamping 4C, Kemendikbud juga meluncurkan program
unggulan Gerakan Literasi Sekolah sebagai upaya pemerintah
menjadikan pendidikan berkualitas dengan meningkatkan budaya
literasi (membaca dan menulis. Di Dalam Permendikbud Nomor
23 Tahun 2015 telah menyadari pentingnya penumbuhan karakter
peserta didik melalui kebijakan membaca selama 15 menit sebelum
pelajaran dimulai. Kegiatan ini perlu perhatian khusus untuk
dilaksanakan secara rutin oleh warga sekolah.
Semua kalangan perlu bersinergi untuk mensukseskan program
pemerintah baik sekolah keluarga dan masyarakat. Literasi
merupakan proses kompleks yang melibatkan proses pembangunan
pengetahuan sebelumnya, budaya dan pengalaman untuk
mengembangkan pengetahuan baru dan pemahaman yang lebih
mendalam Sejalan dengan hal tersebut konsep literasi juga
mengalami perkembangan diantaranya yaitu penggunaan berbagai
media digital baik di kelas, sekolah, tempat tinggal maupun
masyarakat. Kini istilah literasi telah berkembang menjadi
multiliterasi. Multiliterasi merupakan kemampuan membaca,
menulis puisi, membagi, melukis, menari, menulis novel ataupun
kemampuan berkontak dengan berbagai media yang memerlukan
literasi. Dengan demikian, literasi dipandang sebagai kegiatan yang
bermakna dari berbagai media.

18
Memasuki abad 21 penguasaan sains dan teknologi adalah
kunci keberhasilan generasi bangsa dalam menghadapi persaingan
global. Sains adalah bagian dari pendidikan sebagai wahana bagi
peserta didik untuk menguasai secara kontekstual dan
mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. sains berperan
dalam membangun karakter masyarakat dan bangsa dikarenakan
kemajuan pengetahuan yang amat pesat, keampuhan proses yang
dapat ditransfer pada bidang lain, dan terkandung muatan nilai dan
sikap di dalamnya. Adapun literasi sains adalah bagaimana
pemahaman tentang sains menjadikan solusi dalam pengambilan
setiap keputusan yang dihadapi.
Pengertian Literasi Sekolah dalam konteks GLS adalah
kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu
secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca,
melihat, menyimak, menulis, dan/ atau berbicara. GLS merupakan
sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan
sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat
sepanjang hayat melalui pelibatan publik. Dimensi Literasi
1. Literasi Baca dan Tulis
Literasi baca dan tulis adalah pengetahuan dan
kecakapan untuk membaca, menulis, mencari,
menelusuri, mengolah, dan memahami informasi untuk
menganalisis, menanggapi, dan menggunakan teks 44
tertulis untuk mencapai tujuan, mengembangkan
pemahaman dan potensi, serta untuk berpartisipasi di
lingkungan sosial.
2. Literasi Numerasi
Literasi numerasi adalah pengetahuan dan kecakapan
untuk (a) bisa memperoleh, menginterpretasikan,
menggunakan, dan mengomunikasikan berbagai macam
angka dan simbol matematika untuk memecahkan

19
masalah praktis dalam berbagai macam konteks
kehidupan sehari-hari; (b) bisa menganalisis informasi
yang ditampilkan dalam berbagai bentuk (grafik, tabel,
bagan, dsb.) untuk mengambil keputusan.
3. Literasi Sains
Literasi sains adalah pengetahuan dan kecakapan
ilmiah untuk mampu mengidentifikasi pertanyaan,
memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan fenomena
ilmiah, serta mengambil simpulan berdasarkan fakta,
memahami karakteristik sains, membangun kesadaran
bagaimana sains dan teknologi membentuk lingkungan
alam, intelektual dan budaya, serta meningkatkan
kemauan untuk terlibat dan peduli dalam isu-isu yang
terkait sains.
4. Literasi Digital
Literasi digital adalah pengetahuan dan kecakapan
untuk menggunakan media digital, alat-alat komunikasi,
atau jaringan dalam menemukan, mengevaluasi,
menggunakan, membuat informasi, dan
memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat,
tepat, dan patuh hukum dalam rangka membina
komunikasi dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari.
5. Literasi Finansial
Literasi finansial adalah pengetahuan dan kecakapan
untuk mengaplikasikan (a) pemahaman tentang konsep
dan risiko, (b) keterampilan, dan (c) motivasi dan
pemahaman agar dapat membuat keputusan yang efektif
dalam konteks finansial untuk meningkatkan
kesejahteraan finansial, baik individu maupun sosial,
dan dapat 45 berpartisipasi dalam lingkungan
masyarakat.

20
6. Literasi Budaya dan Kewargaan
Literasi budaya adalah pengetahuan dan kecakapan
dalam memahami dan bersikap terhadap kebudayaan
Indonesia sebagai identitas bangsa. Sementara itu,
literasi kewargaan adalah pengetahuan dan kecakapan
dalam memahami hak dan kewajiban sebagai warga
masyarakat.
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan gerakan
literasi yang aktivitasnya banyak dilakukan di sekolah
dengan melibatkan siswa, pendidikan dan tenaga
kependidikan, serta orang tua. GLS dilakukan dengan
menampilkan praktik baik tentang literasi dan
menjadikannya sebagai kebiasaan serta budaya di
lingkungan sekolah. Literasi juga dapat diintegrasikan
dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah sehingga
menjadi bagian tidak terpisahkan dari semua rangkaian
kegiatan siswa dan pendidik, baik di dalam maupun di
luar kelas. Pendidik dan tenaga kependidikan tentu
memiliki kewajiban moral sebagai teladan dalam hal
berliterasi. Agar lebih masif, program GLS melibatkan
partisipasi publik, seperti pegiat literasi, orang tua,
tokoh masyarakat, dan profesional. Keberhasilan
berliterasi di sekolah perlu diupayakan melalui
kegiatan- kegiatan yang menumbuhkan budaya literasi.

5. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skill


atau HOTS )
Kemampuan berpikir terbagi atas dua bagian, yaitu
kemampuan berpikir tingkat rendah (Low Order Thinking Skill atau
LOTS) dan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order
Thinking Skill atau HOTS). Keterampilan berpikir tingkat tinggi

21
siswa merupakan salah satu barometer tingkat intelektualitas
bangsa. Sebagai agent of change, siswa hendaknya mampu
menunjukkan jati dirinya dengan cara-cara yang intelektual,
bermoral, dan elegan. Oleh karena itu, pada abad 21 ini proses
pembelajaran yang dilaksanakan di setiap jenjang pendidikan harus
benarbenar diperhatikan, agar dapat menghasilkan lulusan yang
kompeten. HOTS adalah kemampuan berpikir kritis, logis,
reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif yang merupakan
kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kurikulum 2013 juga menuntut
pembelajaran untuk sampai pada tahap metakognitif yang
mensyaratkan siswa mampu memprediksi, mendesain, dan
memperkirakan. Sejalan dengan itu, ranah dari HOTS, yaitu
analisis yang merupakan kemampuan berpikir dalam
menspesifikasi aspek-aspek/elemen dari sebuah konteks tertentu,
evaluasi yang merupakan kemampuan berpikir dalam mengambil
keputusan berdasarkan fakta/informasi; dan mengkreasi yang
merupakan kemampuan berpikir dalam membangun gagasan/ide-
ide.
Merujuk pada paparan tentang pembelajaran 21, gerakan
literasi sekolah, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah dengan
melakukan reformasi pola pembelajaran di kelas. Artinya,
reformasi ilmu pendidikan di seluruh dunia berasal dari pandangan
konstruktivis tentang pengajaran dan belajar. Reformasi ini secara
eksplisit meminta para guru untuk mengubah strategi pengajaran
mereka dengan menggeser penekanan dari pembelajaran berbasis
teks tradisional dan hafalan, kepada eksplorasi dan pembelajaran
berbasis penyelidikan yang berorientasi pada fenomena dunia
nyata. Oleh karenanya, guru hendaknya dapat mengubah pola
pembelajaran secara komprehensif yang berbasis pada kemampuan
berpikir tingkat tinggi dan berbasis aktivitas.

22
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Unsur penting dari kurikulum 2013 meliputi Penguatan Pendidikan
Karakter (PPK) , pendekatan saintifik ,kemampuan 4C, gerakan literasi,
serta kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills
/HOTS) Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan proses
pembentukan, trasformasi, trasmisi dan mengembangkan potensi peserta
didik agar berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai
dengan falsafah hidup Pancasila. Di sekolah formal, pembelajaran sudah
dituntut untuk menerapkan kemampuan 4C (Critical Thinking,
Communiaction, Collaboration , Creativity). Critical thinking (berpikir
kritis) yaitu kemampuan siswa dalam berpikir kritis berupa bernalar,
mengungkapkan, menganalisis dan menyelesaikan masalah.
Communication (komunikasi) yaitu bentuk nyata keberhasilan pendidikan
dengan adanya komunikasi yang baik. Collaboration (kolaborasi) yaitu
mampu bekerja sama sedangkan Creativity (kreativitas) adalah mampu
menghasilkan sesuatu . Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan
gerakan literasi yang aktivitasnya banyak dilakukan di sekolah dengan
melibatkan siswa, pendidikan dan tenaga kependidikan, serta orang tua .
HOTS adalah kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan
berpikir kreatif yang merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi.

23
DAFTAR PUSTAKA

Fatimah,dkk. 2020. “Analisis Ppk, Literasi, 4c, Dan Hots Pada Silabus Dan Rpp
Mata Pelajaran Fikih”. 8(1) : 165-185.
Hilda, Leyla.2015." Pendekatan Saintifik Pada Proses Pembelajaran (Telaah
Kurikulum 2013)". Jurnal Darul 'Ilmi. 03(01) 69-84
Prayitno, Wedhie. 2019. “Bahan Ajar Pengenalan Pembelajaran dan Penilaian
Kurikulum 2013 (Terintegrasi PPK, Literasi, Hots, 4Cs)”.Direktorat
Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia.
Susilana,Rudi.dkk.2014. "Pendekatan Saintifik dalam Implementasi Kurikulum
2013 Berdasarkan Kajian Teori Psikologi Belajar". Edutech. 1(2) 183-195
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR
KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 21
TAHUN 2016 TENTANG STANDAR ISI PENDIDIKAN DASAR DAN
MENENGAH
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 21
TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PROSES PENDIDIKAN DASAR
DAN MENENGAH
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PENILAIAN HASIL
BELAJAR OLEH SATUAN PENDIDIKAN DAN PENILAIAN HASIL
BELAJAR OLEH PEMERINTAH

24
25

Anda mungkin juga menyukai