Anda di halaman 1dari 15

DAMPAK KELEBIHAN KAPASITAS WARGA BINAAN DI

LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS II A PEKANBARU


DIKAITKAN PEMENUHAN HAK-HAK WARGA BINAAN
BERDASARKAN PERATURAN MENTERI HUKUM DAN
HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA
NOMOR M.HH-07.OT.01.03 TAHUN 2011

Oleh: Selly Dian Lestari S.

Pembimbing 1 : Dr. Mexsasai Indra, SH.,M.H


Pembimbing 2 : Ledy Diana, SH.,MH
Alamat : Jalan Pokat Nomor 06 Tangkerang Tengah
Email : sellysinaga86@yahoo.com

ABSTRACT

The impact of overcapacity inmates at the Correctional Institution Class


II A Pekanbaru associated fulfillment of the rights of inmates based on the
Minister of Justice and Human Rights of the Republic of Indonesia Number
M.HH-07.OT.01.03 in 2011. Efforts made in dealing with the impact of
overcapacity inmates at the Correctional Institution Class II A Pekanbaru
associated fulfillment of the rights of inmates based on the Minister of Justice and
Human rights of the Republic of Indonesia Number M.HH-07.OT.01.03 in 2011.
This research method is a sociological study. That is reviewing the state of the
existing problems in the field associated with the legal aspects that prevail in
society. Where to see how it will impact the excess capacity in the Prison Class II
A Pekanbaru. The results of the study authors obtained can be concluded. The
first impact of overcapacity Penitentiary as kriminogenik factors that have an
impact on the security side where the circumstances lead to difficulty the
prisoners to get their rights. Second, that the efforts made in addressing the
impact of the excess capacity of the Penitentiary Class II A Pekanbaru with
accelerating speed up the development of social reintegration efforts.

Keywords: Overcapacity-Patronage-Fulfillment Citizens Rights

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume III Nomor 2, Oktober 2016 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
maksimum Warga Binaan
Di Indonesia masalah Pemasyarakatan dalam satu
kelebihan kapasitas sudah cukup ruangan tersebut didapat dari hasil
banyak terjadi. Terdapat 5 (lima) perhitungan luas bangunan
daerah yang mengalami kelebihan lembaga pemasyarakatan dibagi
kapasitas dibandingkan dengan dengan luas dari masing-masing
daerah-daerah lain, daerah tersebut ruangan narapidana. Untuk
adalah Sumatera Utara, Kepulauan menangani permasalahan
Riau, Riau, Jambi, dan Bengkulu. pelanggaran hak warga binaan
Saat ini, daerah Riau mengalami pemasyarakatan tersebut, maka
peningkatan jumlah narapidana perlu dilakukan upaya-upaya
yang cukup pesat, seperti yang untuk mengurangi jumlah warga
terjadi di Lembaga binaan pemasyarakatan yang ada
Pemasyarakatan Klas II A di dalam Lembaga
Pekanbaru. Di Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya
Pemasyarakatan Klas II A disingkat dengan LAPAS seperti
Pekanbaru sudah terjadi masalah pemindahan warga binaan
kelebihan kapasitas mencapai pemasyarakatan ke LAPAS lain,
301%. Pembebasan Bersyarat, Cuti
Berdasarkan hasil Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas,
wawancara dengan petugas dan Asimilasi yang dilakukan
Lembaga Pemasyarakatan Klas II berdasarkan Undang-Undang
A Pekanbaru, Bapak Fajar Nomor 12 Tahun 1995 Tentang
Kusnaldi, Amd.IP Kasubsi Pemasyarakatan.2 Berdasarkan
BIMKEMASWAT mengatakan uraian diatas penulis tertarik
bahwa saat ini Lembaga mengkaji hal tersebut ke dalam
Pemasyarakatan Klas II A bentuk karya ilmiah yakni skripsi
Pekanbaru telah dihuni oleh 1559 dengan judul Dampak Kelebihan
warga binaan Pemasyarakatan Kapasitas Warga Binaan Di
dari yang seharusnya kapasitas Lembaga Pemasyarakatan Klas
idealnya adalah 361 warga binaan II A Pekanbaru Dikaitkan
Pemasyarakatan. Kondisi tersebut Pemenuhan Hak-Hak Warga
tentu sangat tidak manusiawi, Binaan Berdasarkan Peraturan
dimana di dalam satu ruangan Menteri Hukum Dan Hak Asasi
yang berukuran 5x8 m2 Manusia Republik Indonesia
seharusnya dihuni oleh 9 atau 10 Nomor M.HH-07.OT.01.03
warga binaan Pemasyarakatan, TAHUN 2011.
meningkat drastis menjadi dihuni
oleh 30 sampai dengan 40 warga
Pekanbaru, pada hari Rabu Tanggal 13 Mei
binaan Pemasyarakatan.1 Jumlah 2015, Pukul 10.40.
2
Wawancara dengan Bapak Fajar,
1
Wawancara dengan Bapak Fajar petugas Lembaga Pemasyarakatan Klas II A
Kusmaldi,A.M.D,IP, Kasubsi Binkemaswat Pekanbaru, pada hari Rabu Tanggal 13 Mei
Lembaga Pemasyarakatan Klas II A 2015, Pukul 10.40.

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume III Nomor 2, Oktober 2016 2
B. Rumusan Masalah Pemasyarakatan Klas II A
Pekanbaru dikaitkan
1. Bagaimana dampak kelebihan pemenuhan hak-hak warga
kapasitas warga binaan di binaan berdasarkan
Lembaga Pemasyarakatan Klas Peraturan Menteri Hukum
II A Pekanbaru dikaitkan dan Hak Asasi Manusia
pemenuhan hak-hak warga Republik Indonesia Nomor
binaan berdasarkan Peraturan M.HH-07.OT.01.03 Tahun
Menteri Hukum dan Hak Asasi 2011.
Manusia Republik Indonesia 2. Kegunaan Penelitian
Nomor M.HH-07.OT.01.03 a. Untuk menambah wawasan
Tahun 2011 ? penulis dengan mengetahui
2. Apa upaya yang dilakukan dampak kelebihan kapasitas
dalam menangani dampak warga binaan di Lembaga
kelebihan kapasitas warga Pemasyarakatan Klas II A
binaan di Lembaga Pekanbaru dikaitkan
Pemasyarakatan Klas II A pemenuhan hak-hak warga
Pekanbaru dikaitkan binaan berdasarkan
pemenuhan hak-hak warga Peraturan Menteri Hukum
binaan berdasarkan Peraturan dan Hak Asasi Manusia
Menteri Hukum dan Hak Asasi Republik Indonesia Nomor
Manusia Republik Indonesia M.HH-07.OT.01.03 Tahun
Nomor M.HH-07.OT.01.03 2011.
Tahun 2011 ? b. Memberikan pemahaman
mengenai upaya yang
C. Tujuan dan Kegunaan dilakukan dalam menangani
Penelitian dampak kelebihan kapasitas
1. Tujuan Penelitian warga binaan di Lembaga
a. Untuk mengetahui dampak Pemasyarakatan Klas II A
kelebihan kapasitas warga Pekanbaru dikaitkan
binaan di Lembaga pemenuhan hak-hak warga
Pemasyarakatan Klas II A binaan berdasarkan
Pekanbaru dikaitkan Peraturan Menteri Hukum
pemenuhan hak-hak warga dan Hak Asasi Manusia
binaan berdasarkan Republik Indonesia Nomor
Peraturan Menteri Hukum M.HH-07.OT.01.03 Tahun
dan Hak Asasi Manusia 2011.
Republik Indonesia Nomor c. Memberikan sumbangan
M.HH-07.OT.01.03 Tahun pemikiran kepada penegak
2011. hukum demi perwujudan
b. Untuk mengetahui upaya pelaksanaan penegakan
yang dilakukan dalam hukum yang berdasarkan
menangani dampak keadilan dimasa yang akan
kelebihan kapasitas warga datang.
binaan di Lembaga

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume III Nomor 2, Oktober 2016 3
D. Kerangka Teoritis 2. Teori Pemidanaan
1. Teori Hak Asasi Manusia Pemidanaan adalah
Hak asasi manusia penjatuhan hukuman kepada
(Human Rights) adalah hak pelaku yang telah melakukan
dasar atau hak pokok yang perbuatan pidana.3 Teori
dibawa manusia sejak lahir pemidanaan adalah dasar yang
sebagai anugerah Tuhan Yang digunakan dalam memberikan
Maha Esa. Hak asasi manusia pidana terhadap pelaku
(Human Rights) dihormati, kejahatan.
dijunjung tinggi, dan Hukum pidana itu
dilindungi oleh negara, hukum, hendaknya dipandang sebagai
pemerintah, dan setiap orang. suatu ultimum remedium atau
Hak asasi manusia (Human upaya terakhir untuk
Rights) bersifat universal dan memperbaiki kelakuan
abadi. Di Indonesia sendiri manusia, dan wajarlah apabila
pengertian HAM diatur dalam orang menghendaki apabila
hukum positif Indonesia, yaitu hukum pidana itu di dalam
dalam Pasal 1 Undang-Undang penerapannya haruslah disertai
Nomor 39 Tahun 1999 tentang dengan pembatasan-
Hak Asasi Manusia yang pembatasan yang seketat
4
mengatakan : Hak Asasi mungkin. Menurut Kelsen,
Manusia (HAM) adalah hukum adalah sebuah sistem
seperangkat hak yang melekat norma. Norma adalah
pada hakikat dan keberadaan pernyataan yang menekankan
manusia sebagai makhluk DVSHN ³VHKDUXVQ\D´ DWDX das
Tuhan Yang Maha Esa dan sollen, dengan menyertakan
merupakan anugerah-Nya yang beberapa peraturan tentang apa
wajib dihormati, dijunjung yang harus dilakukan. Norma-
tinggi, dan dilindungi oleh norma adalah produk dan aksi
negara, hukum, pemerintah dan manusia yang deliberatif.
setiap orang demi kehormatan
serta perlindungan harkat dan F. Metode Penelitian
martabat manusia. 1. Jenis Penelitian
Pada intinya HAM adalah Penelitian ini adalah
alat untuk memperkuat dan penelitian hukum sosiologis.
melindungi setiap individu, Artinya meninjau keadaan
dengan menetapkan standar permasalahan yang ada di
minimum bagaimana seseorang lapangan di kaitkan dengan
harus diperlakukan, apa yang aspek hukum yang berlaku di
wajib diberikan kepada mereka dalam msyarakat dan yang
dan apa yang dapat mereka
lakukan guna mendapat perlakuan
manusiawi. 3
Salim. HS, Perkembangan Teori Dal
am Ilmu Hukum, (Jakarta: Rajawali Pers,
2012), hlm. 149.
4
P.A.F Lamintang, Dasar-Dasar
Hukum Pidana Indonesia, Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti, 1997, hlm. 17.

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume III Nomor 2, Oktober 2016 4
mengatur permasalahan b) Data Sekunder
tersebut. Data sekunder adalah data
2. Lokasi Penelitian yang diperoleh melalui
Penelitian ini dilakukan penelitian kepustakaan yang
di Lembaga Pemasyarakatan terdiri dari:
Klas II A Pekanbaru. 1) Bahan Hukum Primer
3. Populasi dan Sampel Yaitu bahan yang
a. Populasi bersumber dari penelitian
1) Kepala Kantor Wilayah kepustakaan yang di
Kementrian Hukum dan peroleh dari Undang-
Hak Asasi Manusia Undang Nomor 12 Tahun
Pekanbaru; 1995 Tentang
2) Kepala Lembaga Pemasyarakatan dan
Pemasyarakatan Klas II Peraturan Menteri
A Pekanbaru; Hukum Dan Hak Asasi
3) Petugas Lembaga Manusia Republik
Pemasyarakatan Klas II Indonesia Nomor M.HH-
A Pekanbaru; 07.OT.01.03 Tahun
4) Warga Binaan 2011.
Pemasyarakatan Klas II 2) Bahan Hukum
A Pekanbaru. Sekunder
b. Sampel Yaitu bahan-bahan
Untuk penelitian yang berasal
mempermudah penulis dari literatur dan hasil
dalam melakukan penelitian penelitian para ahli
maka penulis menentukan sarjana yang berupa
sampel, dimana sampel buku-buku yang
merupakan bagian dari berkaitan dengan pokok
keseluruhan populasi yang pembahasan.
akan dijadikan objek 3) Bahan Hukum Tersier
penelitian yang dianggap Yaitu bahan-bahan
dapat mewakili keseluruhan penelitian yang di
populasi, dan metode yang peroleh dari ensiklopedia
dipakai adalah metode dan sejenisnya
purposive sampling. mendukung data primer
5. Sumber Data dan sekunder seperti
Adapun jenis data yang di kamus besar Bahasa
gunakan dalam penelitian ini : Indonesia dan internet.
a) Data Primer 6. Teknik Pengumpulan Data
Data primer adalah data a) Wawancara
yang penulis Wawancara yaitu pola
dapatkan/peroleh secara khusus dalam bentuk
langsung melalui responden interaksi dimana
(lapangan) yang sesuai pewawancara mengajukan
dengan permasalahan. pertanyaan seputar masalah
penelitian kepada responden

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume III Nomor 2, Oktober 2016 5
atau melakukan tanya jawab rights) dihormati, dijunjung
langsung dengan pihak yang tinggi, dan dilindungi oleh
bersangkutan. negara, hukum, pemerintah, dan
b) Kuisioner setiap orang.
Kuisioner yaitu metode Asal-usul gagasan
pengumpulan data dengan mengenai hak asasi manusia
cara membuat daftar-daftar bersumber dari teori hak
pertanyaan yang memiliki kodrati (natural rights theory)5.
kolerasi dengan Menurut teori hak-hak kodrati,
permasalahan yang diteliti HAM adalah hak-hak yang
yang pada umumnya dalam dimiliki oleh semua orang
daftar pertanyaan yang setiap saat dan di semua tempat
diberikan kepada responden oleh karena manusia dilahirkan
yakni kepada petugas sebagai manusia. Pengakuan
Lembaga Pemasyarakatan tidak diperlukan bagi HAM,
Klas II A Pekanbaru. baik dari pemerintah atau dari
c) Studi Kepustakaan suatu sistem hukum, karena
Mengkaji, menelaah dan HAM bersifat universal.6
menganalisis berbagai Kendatipun demikian,
literatur yang berhubungan di seluruh dunia ini terdapat
dengan permasalahan yang dua konsep perlindungan HAM
sedang diteliti. yang berbeda. Menurut konsep
6. Analisis Data sistem hukum Eropa
Data-data yang Kontinental (civil law system),
terkumpul akan dianalisa HAM dilindungi sepanjang
secara kualilatif artinya data HAM terdapat di dalam
yang berdasarkan uraian konstitusi. Jika tidak ditetapkan
kalimat atau data tidak di dalam konstitusi, HAM
dianalisis dengan mengunakan tidak mendapat perlindungan
statistik atau matematika di negara yang bersangkutan.7
apapun sejenisnya, yaitu apa Oleh karena itu,
yang dinyatakan responden pilihan sistem politik dictator
secara tertulis atau lisan dan atau demokratis suatu negara
perilaku nyata yang diteliti dan tidak dapat dilepaskan dari
dipelajari sebagai suatu yang politik hukum yang telah
utuh. ditetapkan sebelumnya. Politik
BAB II hukum yang dituangkan di
TINJAUAN PUSTAKA dalam Undang-Undang Dasar
A. Tinjauan Umum tentang Hak
5
Asasi Manusia
Hak asasi manusia http://pusham.uii.ac.id/ham/7_chapter1.pdf
(human rights) adalah hak dasar diakses pada tanggal 28 Mei 2015 pukul
15.00 WIB.
atau hak pokok yang dibawa 6

manusia sejak lahir sebagai http://memahamiwanita.weebly.com/sejaraht


anugerah Tuhan Yang Maha Esa. eoriprinsipdankontroversiham.pdf diakses
Hak asasi manusia (human pada tanggal 28 Mei 2015 pukul 15.00 WIB.
7
Max Boli Sabon, Op.Cit, hlm. 6.

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume III Nomor 2, Oktober 2016 6
suatu negara merupakan perasaan adil bagi dirinya,
pedoman utama serta pilihan temannya dan keluarga.
yang harus dilaksanakan oleh Perasaan tersebut tidak dapat
para pejabat negara. Indonesia dihindari dan tidak dapat
menentukan politik hukum dijadikan alasan untuk
sebagaimana tertuang di dalam menuduh tidak menghargai
Pembukaan Undang-Undang hukum. Tipe retributif ini
Dasar 1945, antara lain disebut vindicative.
menciptakan masyarakat adil, b. Pidana dimaksudkan untuk
makmur, bersatu, dan berdaulat memberikan peringatan pada
yang harus diaplikasikan oleh pelaku kejahatan dan anggota
para pejabat, politisi, dan masyarakat yang lain bahwa
birokrat dalam semua strata setiap ancaman yang
yang ada.8 merugikan orang lain atau
B. Tinjauan Umum Tentang memperoleh keuntungan dari
Pemidanaan orang lain secara tidak wajar,
Pemidanaan adalah akan menerima ganjarannya.
penjatuhan hukuman kepada pelaku Tipe retributif ini disebut
yang telah melakukan perbuatan fairnes.
pidana.9 Menurut teori Pidana dimaksudkan
pemidanaan ini diberikan karena untuk menunjukkan adanya
si pelaku harus menerima sanksi kesebandingan antara apa
itu demi kesalahannya. yang disebut dengan grafity
Pemidanaan menjadi retribusi of the offence dengan pidana
yang adil bagi kerugian yang yang dijatuhkan. Tipe
sudah diakibatkan, karenanya retributif ini disebut dengan
teori ini disebut juga sebagai proportionality. Termasuk
teori proporsionalitas. Demi kedalam kategori the gravity
alasan itu, pemidanaan ini adalah kekejaman dari
dibenarkan secara moral. kejahatannya baik yang
Terhadap pertanyaan dilakukan dengan sengaja
tentang sejauh mana pidana perlu ataupun kelalaiannya.
diberikan kepada pelaku Norma-norma adalah produk
kejahatan, teori retributif dan aksi manusia yang
menjelaskan sebagai berikut: deliberatif. Undang-Undang
a. Dengan pidana tersebut akan yang berisi aturan-aturan
memuaskan perasaan balas yang bersifat umum menjadi
dendam si korban, baik pedoman bagi individu
bertingkah laku dalam
8
Masyhur Effendi, HAM dalam bermasyarakat, baik dalam
Dimensi/Dinamika Yuridis, Sosial, Politik, hubungan dengan sesama
dan Proses Penyusunan/ Aplikasi Ha-kham individu maupun dalam
(Hukum Hak Asasi Manusia) dalam
masyarakat, Bogor, Ghalia Indonesia, 2005, hubungannya dengan
hlm. 60. masyarakat. Aturan-aturan itu
9
Salim. HS, Perkembangan Teori Dal menjadi batasan bagi
am Ilmu Hukum, (Jakarta: Rajawali Pers, masyarakat dalam
2012), hlm. 149.

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume III Nomor 2, Oktober 2016 7
membebani atau melakukan Kelas IV: Untuk narapidana
tindakan terhadap individu. kurang dari 3 bulan.11
Adanya aturan itu dan C. Tinjauan Umum tentang
pelaksanaan aturan tersebut Lembaga Pemasyarakatan
menimbulkan kepastian Pengertian dan Tujuan
10
hukum. Dalam HUHP, Lembaga Pemasyarakatan
untuk pidana penjara begitu Lembaga Pemasyarakatan
juga untuk pidana kurungan selain sebagai tempat
dan denda tidak dikenal pemidanaan juga berfungsi untuk
specialis strafminima artinya melaksanakan program
tidak ada suatu pasal pun pembinaan terhadap para
yang menyebutkan berapa narapidana, dimana melalui
ancaman pidana program yang dijalankan
minimumnya. Lamanya diharapkan narapidana yang
pidana penjara itu di dalam bersangkutan setelah kembali ke
putusan Hakim harus masyarakat dapat menjadi warga
dinyatakan dengan yang berguna di masyarakat.
banyaknya hari, Pembinaan adalah kegiatan untuk
minggu/pecan, bulan atau meningkatkan kualitas
tahun. Jadi haruslah ketaqwaan kepada Tuhan Yang
dinyatakan 2 tahun 6 bulan Maha Esa, intelektual, sikap dan
tidak boleh 2½ tahun. Orang perilaku, profesional, kesehatan
yang dijatuhi pidana penjara jasmani dan rohani narapidana
itu disebut narapidana yang dan anak didik pemasyarakatan.
menjalaninya dalam Lembaga
Lembaga Pemasyarakatan, Pemasyarakatan sebagai
dibagi dalam beberapa kelas instansi terakhir dalam
(Pasal 13). Lebih lanjut diatur pembinaan narapidana harus
dalam Gestichtenreglement memperhatikan secara
dalam 4 kelas (Pasal 49 dan sungguh-sungguh hak dan
seterusnya): kepentingan narapidana.
Kelas I : Untuk narapidana Berdasarkan pasal 5 Undang-
seumur hidup atau Undang Nomor 12 Tahun
berbahaya. 1995 Tentang
Kelas II: Untuk narapidana 3 Pemasyarakatan bahwa
bulan lebih atau tidak pembinaan para Warga
berbahaya. Binaan Pemasyarakatan harus
Kelas III: Untuk narapidana dilaksanakan berdasarkan
bekas Kelas I dan asas:
Kelas IV. a. pengayoman;
b. persamaan perlakuan dan
pelayanan;
c. pendidikan;
10 11
M.Marwan dan Jimmy, 2009, Kamus Rasyid Ariman dan Fahmi Raghib,
Hukum, Reality Publisher, Surabaya, hlm. Hukum Pidana, Setara Press, Malang, 2015,
509. hlm. 298.

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume III Nomor 2, Oktober 2016 8
d. pembimbingan; kurangnya kesadaran masyarakat
e. penghormatan harkat dan ataupun petugas untuk mentaati
martabat manusia; Undang-Undang, dan juga sarana
f. kehilangan kemerdekaan prasana yang kurang memadai.
merupakan satu-satunya Tingginya tingkat kriminal
penderitaan; yang terjadi di kota Pekanbaru
g. terjaminnya hak untuk yang membuat Lembaga
tetap berhubungan dengan Pemasyarakatan yang ada di
keluarga dan orang-orang Pekanbaru mengalami kelebihan
tertentu. kapasitas dan merupakan faktor
Lembaga penyebab utamanya , salah
Pemasyarakatan sebagai satunya adalah Lembaga
wadah pembinaan narapidana Pemasyarakatan Klas II A
yang berdasarkan sistem Pekanbaru. Saat ini Lembaga
pemasyarakatan berupaya Pemasyarakatan Klas II A
untuk mewujudkan Pekanbaru dihuni oleh 1559 orang
pemidanaan yang integratif Warga Binaan Pemasyarakatan,
yaitu membina dan dimana seharusnya jumlah ideal
mengembalikan kesatuan warga binaan yang ada di dalam
hidup masyarakat yang baik LAPAS tersebut adalah 361
dan berguna. Dengan orang. Hal ini menyebabkan
perkataan lain Lembaga berbagai masalah di dalam Lapas
Pemasyarakatan dan berkaitan dengan
melaksanakan rehabilitasi, terganggunya hak-hak warga
reedukasi, resosialisasi dan binaan. Adapun visi Lembaga
perlindungan baik terhadap Pemasyarakatan Kelas II A
narapidana serta masyarakat Pekanbaru adalah
di dalam pelaksanaan sistem a. Visi
pemasyarakatan. Menjadi Lembaga yang
akuntabel, transparan dan
D. Tinjauan Umum tentang professional dengan didukung
Kapasitas Warga Binaan di oleh petugas yang memiliki
Lembaga Pemasyarakatan Klas kompetensi tinggi yang mampu
II A Pekanbaru mewujudkan tertib
Lembaga Pemasyarakatan pemasyarakatan.
Klas II A Pekanbaru dalam b. Misi
keadaannya pada saat ini 1) Mewujudkan tertib
merupakan satu tempat dengan pelaksanaan tugas pokok
ketidakseimbangan antara luas dan fungsi Pemasyarakatan
bangunan dengan tingkat hunian secara konsisten dengan
di dalamnya. Selain itu, terkait mengedepankan
dengan pelaksanaan pemenuhan penghormatan terhadap
terhadap hak-hak yang dimiliki Hukum dan Hak Asasi
oleh warga binaan tersebut masih Manusia.
sulit untuk diimplementasikan. 2) Membangun Kelembagaan
Hal itu disebabkan oleh yang Profesional dengan

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume III Nomor 2, Oktober 2016 9
berlandaskan Akuntabilitas penduduk. Seiring dengan
dan Transparansi dalam perkembangan kota Pekanbaru
pelaksanaan tugas pokok yang cepat berkembangan, dan
dan fungsi Pemasyarakatan. pertimbangan lahan penjara yang
3) Mengembangkan VHPSLW GDQ GL NHODV MDODQ ³.HODV
kompetensi dan potensi ,9´ \DQJ NXUDQJ VWUDWHJLV PDND
sumber daya petugas secara pada tahun 1976 di pindahkan
konsisten dan kelahan yang cukup luas dan
berkesinambungan. strategis yakni di jalan
Pemasyarakatan nomor 19
BAB III kecamatan tangkerang utara
LOKASI PENELITIAN
(sekarang Kecamatan Bukit Raya)
A. Gambaran Umum Kota Kota Pekanbaru.
Pekanbaru Lembaga Pemasyarakatan
Kota Pekanbaru
Klas II A Pekanbaru ini didirikan
merupakan ibu kota Provinsi Riau
pada tahun 1976-1977 dengan
dengan julukan sebagai
luas 2.938 6 diatas lahan seluas
Pekanbaru Kota BERTUAH
33.300 6 , dengan panjang 244M
(Bersih, Tertib, Usaha Bersama
, lebar 130M dan dikelilingi
dan Harmonis). Kota Pekanbaru
tembok sepanjang 120M dengan
terletak antara 101q ¶-101q ¶ ketinggian 4M, serta diberi kawat
Bujur Timur dan 0q ¶-0q ¶ berduri diatas tembok tersebut.
Lintang Utara, dengan luas
wilayah daratan sekitar BAB IV
632,26 •6 . Kota Pekanbaru
berbatasan langsung dengan: HASIL PENELITIAN DAN
1. Sebelah Utara : Kabupaten PEMBAHASAN
Siak dan Kabupaten Kampar
2. Sebelah Selatan : Kabupaten A. Dampak Kelebihan Kapasitas
Kampar dan Kabupaten Warga Binaan Di Lembaga
Pelalawan Pemasyarakatan Klas II A
3. Sebelah Timur : Kabupaten Pekanbaru Dikaitkan
Siak dan Pelalawan Pemenuhan Hak-Hak Warga
4. Sebelah Barat : Kabupaten Binaan Berdasarkan Peraturan
Kampar Menteri Hukum Dan Hak
Asasi Manusia Republik
B. Lembaga Pemasyarakatan Klas Indonesia Nomor M.HH-
II A Pekanbaru 07.OT.01.03 TAHUN 2011
Pada awalnya Lapas Klas Kelebihan kapasitas
II A Pekanbaru didirikan pada penghuni Lembaga
tahun 1964 dengan status Pemasyarakatan di tanah air sudah
³Penjara´, terletak dijalan bukan persoalan baru lagi dan itu
Samratulangi Pekanbaru, yang sudah menjadi persoalan yang
dekat dengan pusat pertokoan umum. Bagaimana tidak satu sel
perdagangan (jalan Achmad yani yang berukuran kecil bisa dihuni
dan jalan Juanda), dan perumahan hingga sampai puluhan orang.

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume III Nomor 2, Oktober 2016 10
Alih-alih untuk memanusiakan pemasyarakatan maka hak
mereka ke jalan yang benar tersebut menjadi tidak terlaksana.
namun sebaliknya menjadi tidak Pemenuhan sarana dan
memanusiakan. prasarana Lembaga
Lembaga Pemasyarakatan Pemasyarakatan merupakan
sebagai unit pelaksanaan teknis keharusan yang tidak terpisahkan
atau UPT dituntut untuk dapat dari pelaksanaan tugas dan fungsi
merealisasi hak-hak narapidana Lembaga Pemasyarakatan,
tersebut. Hal itu disebabkan oleh sehingga kebijakan penganggaran
era globalisasi yang harus mempertimbangkan risiko
memungkinkan perkembangan yang timbul akibat tidak
kehidupan di berbagai bidang terpenuhinya sarana dan prasarana
menyebabkan perkembangan tersebut. Diperlukan perencanaan
kualitas dan kuantitas kejahatan pembangunan yang baik agar
dewasa ini semakin meningkat masalah kelebihan kapasitas
sehingga jumlah terpidana dan Lembaga Pemasyarakatan dapat
narapidana di Lembaga diatasi.12
Pemasyarakatan juga semakin Lembaga Pemasyarakatan
tinggi. Akibat dari meningkatnya tidak dapat menolak narapidana
jumlah penghuni tersebut, maka yang masuk ke dalam Lapas Klas
rata-rata Lembaga II A Pekanbaru. Pembinaan akan
Pemasyarakatan di Indonesia berjalan dengan lancar apabila
mengalami kelebihan kapasitas, situasi dipandang aman dan
karena padatnya penghuni di pembinaan tersebut tidak akan
dalam Lembaga Pemasyarakatan berjalan kalau memang dirasa
tersebut sehingga ruangan yang keamanannya tidak kondusif.13
seharusnya cukup untuk Namun berdasarkan temuan di
menampung narapidana sesuai lapangan, dinyatakan bahwa
dengan standar kesehatan di dampak dari kelebihan kapasitas
dalam lembaga, ternyata isi di Lembaga Pemasyarakatan Klas
melebihi kapasitas semestinya. II A Pekanbaru adalah sebagai
Keadaan tersebut berikut :
mengakibatkan sulitnya para 1. Sulitnya para warga binaan
warga binaan pemasyarakatan pemasyarakatan untuk
untuk beristirahat dan beraktifitas beristirahat dan beraktifitas
sehingga mengakibatkan
terganggunya hak-hak warga 12
Peraturan Menteri Hukum dan Hak
binaan berupa yang pertama hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor
kesehatan, dimana para warga M.HH-07.OT. 03 Tahun 2011 tentang
binaan pemasyarakatan Rencana Induk Pembangunan Unit
seharusnya memiliki hak untuk Pelaksana Teknis Pemasyarakatan Di
mendapatan pemeriksaan 1 (satu) Lingkungan Kementrian Hukum dan Hak
Asasi Manusia, Bab 1.
kali dalam 1 (satu) bulan, namun 13
Wawancara dengan Bapak Yusup
dikarenakan jumlah tenaga medis Gunawan, Amd.IP, S.H, M.H Kepala Seksi
yang tidak sebanding dengan BINADIK Lembaga Pemasyarakatan Klas II
jumlah warga binaan A Pekanbaru, pada tanggal 28 Januari 2016,
Pukul 09.00.

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume III Nomor 2, Oktober 2016 11
sehingga mengakibatkan mendukung relatif tetap. Hal ini
terganggunya hak-hak warga pada gilirannya akan
binaan berupa yang pertama menimbulkan peningkatan
hak kesehatan, dimana para ketidakpuasan, yang tidak
warga binaan pemasyarakatan mustahil akan berujung kepada
seharusnya memiliki hak untuk terjadinya keributan antar
mendapatan pemeriksaan 1 narapidana atau gangguan
(satu) kali dalam 1 (satu) keamanan di dalam Lembaga
bulan, namun dikarenakan Pemasyarakatan.
jumlah tenaga medis yang B. Upaya yang dilakukan dalam
tidak sebanding dengan jumlah menangani dampak kelebihan
warga binaan pemasyarakatan kapasitas warga binaan di
maka hak tersebut menjadi Lembaga Pemasyarakatan Klas
tidak terlaksana. II A Pekanbaru dikaitkan
2. Terganggunya hak untuk pemenuhan hak-hak warga
menyampaikan keluhan binaan berdasarkan Peraturan
dikarenakan banyaknya Menteri Hukum dan Hak Asasi
narapidana yang Manusia Republik Indonesia
menyampaikan keluhannya, Nomor M.HH-07.OT.01.03
dimana tidak memungkinkan Tahun 2011
untuk ditanggapi seluruhnya Ada beberapa upaya
karena jumlah petugas yang yang dilakukan dalam menangani
tidak memadai. dampak kelebihan kapasitas warga
3. Kemungkinan untuk binaan di Lembaga
mendapatkan air bersih pun Pemasyarakatan Klas II A
menjadi terganggu karena Pekanbaru yaitu:
banyaknya warga binaan 1. Upaya Preventif merupakan
pemasyarakatan, dengan air upaya yang dilakukan untuk
yang tersedia di dalam mencegah suatu tindakan
Lembaga Pemasyarakatan yang tidak diinginkan.
tidak sebanding. Hal ini Dalam rangka
terkadang menimbulkan menanggulangi terjadinya
permasalahan yang berujung pelanggaran baik yang
keributan. bersifat ringan sampai
Setiap warga binaan itu dengan berat maupun
memiliki hak asasi manusia tergolong tindak pidana,
sebagaimana seharusnya, hak pihak KPLP (Kepala
tersebut tetap dimiliki setiap Pengamanan Lembaga
warga binaan meskipun berada di Pemasyarakatan) Lapas
dalam Lembaga Pemasyarakatan. Kelas II A Pekanbaru telah
Demikian pula tuntutan melaksanakan beberapa
akan pelayanan akan hak-hak upaya preventif
narapidana yang diatur di dalam diantaranya:14
peraturan perundang-undangan
14
pun akan meningkat, sementara Wawancara dengan Bapak Yusup
tenaga dan sarana yang Gunawan, Amd.IP, S.H, M.H Kepala Seksi
BINADIK Lembaga Pemasyarakatan Klas II

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume III Nomor 2, Oktober 2016 12
a. Lebih melakukan warga binaan. Tindakan
pendekatan terhadap ini dilakukan dengan cara
warga binaan di dalam mendatangi masing-
ruangan. Untuk masing blok dalam kurun
mengetahui kondisi waktu tertentu untuk
warga binaan yang mengawasi kegiatan-
terjadi di dalam blok dan kegiatan yang dilakukan
ruangan warga binaan, oleh warga binaan.
penting dilakukannya Lembaga
pendekatan kepada Pemasyarakatan
masing-masing individu menegaskan pihaknya
warga binaan sehingga akan membenahi sistem
petugas mendapatkan pengamanan di Lembaga
informasi mengenai Pemasyarakatan,
kondisi warga binaan di termasuk mengantisipasi
masing-masing blok dan penggunaan telepon
ruangan warga binaan selular oleh narapidana.
selain itu juga untuk Pihak Lembaga
menjalin komunikasi Pemasyarakatan akan
yang baik antara petugas memberikan sanksi tegas
dengan warga binaan. kepada petugas atau sipir
b. Melakukan yang terbukti menerima
penggeledahan secara uang tahanan maupun
rutin tanpa narapidana menggunakan
sepengetahuan warga telepon selular.15
binaan. Untuk
mengetahui ada maupun BAB V
tidaknya barang-barang PENUTUP
terlarang yang dimiliki A. Kesimpulan
oleh warga binaan 1. Dampak kelebihan kapasitas
dilaksanakanlah upaya Lembaga Pemasyarakatan
penggeledahan pada sebagai faktor kriminogenik
masing-masing kamar yakni berdampak pada sisi
secara rutin tanpa keamanan dimana keadaan
sepengetahuan dari tersebut mengakibatkan
warga binaan agar warga sulitnya para warga binaan
binaan tersebut tidak pemasyarakatan untuk
sempat untuk beristirahat dan beraktifitas
menyembunyikan sehingga mengakibatkan
barang-barang yang terganggunya hak-hak warga
terlarang. binaan. Juga pada sisi
c. Sering melakukan kesehatan, dimana para warga
kontrol ke blok-blok binaan pemasyarakatan
15
http://metrobali.com/2013/07/20/pr-
A Pekanbaru, pada tanggal 28 Januari 2016, over-kapasitas-penghuni-lapas diakses pada
Pukul 09.00. tanggal 28 Februari 2016 pukul 14.30 WIB.

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume III Nomor 2, Oktober 2016 13
seharusnya memiliki hak untuk surat SKnya turun, maka pihak
mendapatan pemeriksaan Lapas akan mengirim
kesehatan namun dikarenakan narapidana tersebut ke Lapas
jumlah tenaga medis yang Terbuka.
tidak sebanding dengan jumlah
warga binaan pemasyarakatan B. Saran
maka hak tersebut menjadi 1. Bagi Pemerintah, perlunya
tidak terlaksana, kemudian hak meningkatkan jumlah pegawai
untuk menyampaikan keluhan Lembaga Pemasyarakatan
pun terganggu dikarenakan terutama petugas pengamanan
banyaknya narapidana yang agar berimbang dengan jumlah
menyampaikan keluhan, serta penghuni Lapas untuk
kemungkinan untuk meningkatkan pengawasan
mendapatkan air bersih pun terhadap warga binaan di
menjadi terganggu karena dalam Lembaga
banyaknya warga binaan Pemasyarakatan serta
pemasyarakatan. pembangunan gedung yang
2. Upaya yang dilakukan dalam baru dan memadai.
menangani dampak dari 2. Bagi Petugas Pemasyarakatan,
kelebihan kapasitas yakni yang untuk dapat terus
jelas pada intinya pihak meningkatkan koordinasi antar
Lembaga Pemasyarakatan Klas bidang agar dapat
II A Pekanbaru mempercepat memaksimalkan kapasitas
pembinaan yakni dengan pegawai dan petugas
mempercepat upaya reintegrasi pengamanan Lembaga
sosial misalnya Cuti Bersyarat, Pemasyarakatan yang ada.
Pembebasan Bersyarat, Cuti
Menjelang Bebas, Asimilasi Daftar Pustaka
dan Pemindahan ke Lembaga
Pemasyarakatan lain. Dan Buku
pihak Lembaga Masyhur Effendi, 2005, HAM
Pemasyarakatan telah dalam Dimensi/Dinamika
melakukan koordinasi dengan Yuridis, Sosial, Politik,
Pemerintah Daerah untuk dan Proses Penyusunan/
meminta penambahan sarana Aplikasi Ha-kham
seperti kamar dan penambahan (Hukum Hak Asasi
gedung baru. Serta pihak dari Manusia) dalam
Lapas membuat program untuk masyarakat, Bogor,
ke Lapas Terbuka dimana Ghalia Indonesia.
narapidana yang telah M.Marwan dan Jimmy, 2009,
mengajukan pembebasan Kamus Hukum, Reality
bersyarat dan narapidana yang Publisher, Surabaya.
sedang direhabilitasi dan P.A.F Lamintang, 1997, Dasar-
mengikuti program rehabilitasi, Dasar Hukum Pidana
apabila telah selesai Indonesia, Bandung: PT.
melaksanakan rehabilitasi dan Citra Aditya Bakti.

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume III Nomor 2, Oktober 2016 14
Rasyid Ariman dan Fahmi Raghib,
2015, Hukum Pidana, Setara
Press, Malang.
Salim. HS, 2012, Perkembangan
Teori Dalam Ilmu Hukum,
(Jakarta: Rajawali Pers).

Undang-Undang

Undang-Undang Nomor 12 Tahun


1995 tentang
Pemasyarakatan.
Peraturan Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor M.HH-
07.OT. 03 Tahun 2011
tentang Rencana Induk
Pembangunan Unit Pelaksana
Teknis Pemasyarakatan Di
Lingkungan Kementrian
Hukum dan Hak Asasi
Manusia, Bab 1.

Website
http://metrobali.com/2013/07/20/pr-
over-kapasitas-penghuni-
lapas diakses pada tanggal 28
Februari 2016 pukul 14.30
WIB.
http://pusham.uii.ac.id/ham/7_chapte
r1.pdf diakses pada tanggal
28 Mei 2015 pukul 15.00
WIB.
http://memahamiwanita.weebly.com/
sejarahteoriprinsipdankontrov
ersiham.pdf diakses pada
tanggal 28 Mei 2015 pukul
15.00 WIB.

JOM Fakultas Hukum Universitas Riau Volume III Nomor 2, Oktober 2016 15

Anda mungkin juga menyukai