Anda di halaman 1dari 28

ANALISIS DAMPAK PEMBELAJARAN DARING TERHADAP

PRESTASI BELAJAR IPA PADA PESERTA DIDIK


KELAS VI DI SMPN PASAMAN BARAT
TAHUN PELAJARAN 2020/2021

TESIS

AVISHA PUTRI SUNDAPA


20177002

Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan gelar


Magister Pendidikan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Corona Virus Disease 2019 (Covid19) telah menyebabkan perubahan

besar pada tatanan kehidupan yang ada saat ini. Covid19 adalah penyakit baru

yang tidak pernah teridentifikasi pada manusia. Penyebab Covid19 disebut

virus SarsCoV-2Virus Corona COVID-19 saat ini telah berdampak bagi

seluruh masyarakat dan bagi sektor pendidikan di Indonesia. Hal ini telah

diakui oleh UNESCO bahwa wabah virus corona telah berdampak terhadap

sektor pendidikan.

Sejak di terbitkannya Surat Edaran No.4 Tahun 2020 dari Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim, Tentang

Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran

CoronaVirus Disease (Covid-19), Proses belajar dari rumah dilaksanakan

dengan ketentuan sebagai berikut: (a) Belajar dari Rumah melalui

pembelajaran daring/ jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan pengalaman

belajar yang bermakna bagi siswa, (b) Belajar dari Rumah dapat difokuskan

pada pendidikan kecakapan hidup antara lain mengenai pandemi Covid-19, (c)

Aktivitas dan tugas pembelajaran Belajar dari Rumah dapat bervariasi

antarsiswa, sesuai minat dan kondisi masing-masing, termasuk

mempertimbangkan kesenjangan akses atau fasilitas belajar di rumah, (d)

Bukti atau produk aktivitas Belajar dari Rumah diberi umpan balik yang

bersifat kualitatif dan berguna dari guru, tanpa diharuskan memberi skor atau

nilai kuantitatif.
Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan oleh

orang-orang yang disertai tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik

agar mempunyai sifat dan tabiat yang sesuai dengan cita-cita

pendidikan( Ahmad, Munib, dkk., 2006:34). Pendidikan sebagai sarana

membangun sumber daya manusia dalam suatu negara, diharapkan melalui

pendidikan peserta didik nantinya dapat mengelola permasalahan kehidupan

dan masalah yang mengakar di masyarakat dengan terjun di dalam masyarakat

dan mampu bersaing dalam era globalisasi. Pembelajaran merupakan suatu

proses yang panjang agar mencapai hasil yang lebih. Untuk mencapai hasil ini

diperlukan strategi yang tepat. Strategi pembelajaran merupakan suatu cara

atau metode yang dilakukan oleh pendidik terhadap anak didik dalam upaya

terjadinya perubahan aspek kognitif, afektif dan motorik secara

berkesinambungan.

Pembelajaran Daring merupakan pemanfaatan jaringan internet dalam

proses pembelajaran (Isman: 2016) . Istilah yang digunakan adalah dalam

jaringan dapat disingkat dengan daring. Penggunaan kata tersebut merupakan

kata ganti dari online menjadi daring yang artinya adalah komunikasi maupun

pertemuan yang dilakukan dengan menggunakan jaringan internet. Dalam

proses pembelajaran program online (Daring) tentunya menggunakan koneksi

internet dimana jaringan yang dapat menghubungkan antara satu dengan yang

lainnya senada dengan yang diungkapkan oleh Darmawan (2012:297)

berpendapat bahwa jaringan adalah ilmu pengetahuan komputer sistem


koneksi, dan program komputer mata rantai dua komputer atau lebih

komputer.

Pendidikan jarak jauh sendiri telah di atur dalam UU Sisdiknas 2003

bagian ke-10 Pasal 31 berbunyi: (1). Pendidikan jarak jauh diselenggarakan

pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. (2). Pendidikan jarak jauh

dapat berfungsi memberikan layanan pendidikan kepada kelompok

masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka atau

reguler. (3). Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam berbagai bentuk,

modus dan cakupan yang didukung oleh sarana dan layanan belajar serta

sistem penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan standar nasional

pendidikan. (4). Ketentuan mengenai peyelenggaraan pendidikan jarak jauh

sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diatur lebih

lanjut dengan Peraturan Pemerintah, (UU Sisdiknas 2003).

Menurut Sadiman dkk, yang dikutip oleh Bambang Warsita pengertian

pendidikan jarak jauh itu sendiri adalah pendidikan terbuka program belajar

yang terstruktur relatif ketat dan pola pembelajaran yang berlangsung tanpa

tatap muka atau keterpisahan antara dan peserta diklat ( Bambang Warsita,

2011:15). Pendidikan jarak jauh juga melibatkan media dalam penyampaian

ilmu pengetahuan kepada peserta didik dan menuntut peserta didik belajar

secara mandiri. Komunikasi dua arah pada program pembelajaran Daring

antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan siswa, dan guru dengan

guru akan semakin baik karena semakin banyaknya pilihan media komunikasi

yang tersedia. Media komunikasi yang memungkinkan guru memberikan


pembelajaran secara langsung melalui video pembelajaran atau rekaman. Serta

pada proses selanjutnya siswa dapat memutar kembali video atau rekaman

tersebut berulang kali sebagai materi pembelajaran bila mana ada materi yang

susah untuk dipahami.

Mulyono Abdurohman (2003:37), menjelaskan bahwa prestasi atau

hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah kegiatan belajar.

Sedangkan Wahidmurni, dkk dalam Bistari (2015:89) menjelaskan bahwa

seseorang dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar jika ia mampu

menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan tersebut

diantaranya dari segi kemampuan berpikirnya, ketrampilanya, atau sikapnya

terhadap suatu objek.

Dari hasil wawancara dengan guru kelas VI SMPN di Pasaman Barat

dengan melakukan observasi wawancara secara langsung, pembelajaran

Daring yang dilaksanakan pada kelas VI SMPN di Pasaman Barat

menggunakan sistem penugasan via WhatsApp dengan bantuan penjelasan

materi berupa video pembelajaran. Pembelajaran Daring yang dilaksanakan

ternyata banyak menimbulkan masalah.

Permasalahan yang timbul saat pembelajaran daring seperti, sebagian

peserta didik kurang memahami penjelasan materi yang diberikan, kurangnya

kerja sama atau pendampingan belajar antara wali murid dengan peserta didik

karena sebagian ada wali murid di kelas VI SMPN di Pasaman Barat yang

masih sibuk bekerja, hal ini sejalan dengan pendapat (Anjariah, 2006) bahwa

prestasi belajar seorang anak dipengaruhi oleh keiuarga terutama peranan


orangtua dalam memberikan dukungannya, Artinya semakin besar dukungan

orangtua, maka semakin tinggi pula prestasi belajar anak. Lalu kurangnya

sarana dan prasarana seperti handphone yang memadai, adanya gangguan

jaringan internet serta adanya beberapa peserta didik yang keberatan untuk

membeli kuota internet. Hal ini sejalan dengan pendapat (Handarini, 2020)

bahwa dalam pembelajaran daring membutuhkan sarana dan prasarana yang

memadai, seperti laptop, komputer, smartphone dan jaringan internet. Hal

itulah yang menjadi salah satu tantangan untuk melakukan pembelajaran

daring. Namun seorang siswa meskipun tidak semua memiliki laptop atau

komputer, sebagian besar mereka memiliki smartphone.Sehingga hal ini dapat

berpengaruh pada prestasi peserta didik atau hasil belajar peserta didik

terutama pada mata pelajaran IPA pada kelas VI SMPN di Pasaman Barat.

Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti masalah ini dengan

mengambil judul “Dampak Pembelajaran Daring Terhadap Prestasi Belajar

IPA Pada Peserta Didik Kelas VI Di SMPN Pasaman Barat Tahun Pelajaran

2020/2021”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, dapat diidentifikasi masalah sebagai

berikut.

1. Terdapat peserta didik yang kurang memahami penjelasan materi yang

diberikan guru.

2. Kurangnya kerja sama atau pendampingan belajar antara wali murid

dengan peserta didik.


3. Kurangnya sarana dan prasarana seperti handphone yang memadai

4. Adanya gangguan jaringan internet

5. Serta adanya beberapa peserta didik yang keberatan untuk membeli kuota

internet

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, peneliti membatasi masalah

penelitian terhadap “Dampak pelaksanaan Pembelajaran Daring terhadap

prestasi belajar peserta didik Kelas VI SMPN di Pasaman Barat Tahun

Pelajaran 2020/2021”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah, peneliti rumuskan masalah penelitian

sebagai berikut.

1. Bagaimana penerapan Pembelajaran Daring Kelas VI SMPN di Pasaman

Barat Tahun Pelajaran 2020/2021?

2. Apa dampak pelaksanaan Pembelajaran Daring Kelas VI SMPN di

Pasaman Barat Tahun Pelajaran 2020/2021?

3. Bagaimana prestasi hasil belajar IPA selama Pembelajaran Daring Kelas

VI di SMPN Pasaman Barat Tahun Pelajaran 2020/2021 ?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang dirumuskan diatas, tujuan penelitian ini

sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui penerapan Pembelajaran Daring Kelas VI SMPN di

Pasaman Barat Tahun Pelajaran 2020/2021.


2. Untuk mengetahui Dampak pelaksanaan pembelajaran Daring Kelas VI

SMPN di Pasaman Barat Tahun Pelajaran 2020/2021.

3. Untuk mengetahui Prestasi hasil belajar IPS selama pembelajaran Daring

Kelas VI SMPN di Pasaman Barat Tahun Pelajaran 2020/2021.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat berguna bagi semua pihak baik secara teoritis

maupun praktis.

1. Kegunaan Teoritis

a. Hasil penyusunan tesis ini, diharapkan dapat menjadi salah satu karya

ilmiah yang dapat menambah wawasan Ilmu pengetahuan khususnya

Dampak adanya pembelajaran Daring terhadap prestasi belajar mata

pelajaran IPA.

b. Menambah wawasan dan Ilmu pengetahuan bagi penulis.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi Siswa

Memberikan pengalaman kegiatan belajar siswa yang berbeda dan

menyenangkan melalui media online dengan memiliki prestasi hasil

belajar yang maksimal.

b. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan

keterampilan guru dalam mengatasi kesulitan pembelajaran Daring

khususnya dalam meningkatkan prestasi belajar IPA.

c. Bagi Sekolah
Melalui penelitian ini, diharapkan menjadi kontribusi perbaikan

kegiatan pembelajaran Daring yang inovatif dalam meningkatkan mutu

pendidikan di SMPN Pasaman Barat.

d. Bagi Wali Murid

Melalui penelitian ini, diharapkan pembelajaran Daring dapat

dilaksanakan dengan banyak dukungan dan perhatian orang tua kepada

anaknya sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat khususnya

pada mata pelajaran IPS.

e. Bagi Penulis

Dapat menambah wawasan sekaligus pengalaman peneliti serta

memberikan pemikiran perbaikan dampak dari pembelajaran Daring.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan proses internalisasi ilmu pengetahuan ke

dalam skema pelajar. pada proses ini terdapat aktivitas siswa sebagai

pelajar dan terdapat aktivitas guru sebagai pembelajar. Pembelajaran

dilakukan dengan tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi oleh

pendidik kemudian diaplikasikan melalui pertemuan klasikal dengan

didukung media, alat dan bahan yang sesuai. Tugas guru sebagai

pembelajar adalah sebagai pengendali atau pengarah keterampilan dan

pengetahuan yang akan dikuasai siswa. Sementara itu, siswa sebagai

pelajar berperan aktif dalam melaksanakan instruksi guru untuk

mentuntaskan tujuan pembelajaran yang tercermin dari indikator

pencapaian kompetensi. Berdasarkan pernyataan ini, pembelajaran dapat

diartikan sebagai proses internalisasi ilmu pengetahuan yang terjadi

didalam kelas yang melibatkan guru dan siswa dibantu dengan media, alat,

metode, dan bahan yang telah dirancang berdasarkan standar pendidikan

Indonesia dan pola pengembangan kurikulum 2013.

Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

disebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik

dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Pembelajaran pada hakekatnya merupakan proses interaksi antara siswa

dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah lebih


baik. Selama proses pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah

mengkondisikan lingkungan belajar agar menunjang terjadinya perubahan

perilaku bagi siswa (E.Mulyasa, 2003). Pembelajaran merupakan proses

komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai

pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau siswa.

Dari definisi diatas, pembelajaran adalah suatu proses interaksi

antara pendidik dan peserta didik dalam suatu lingkungan belajar untuk

mencapai tujuan belajar. Pembelajaran harus didukung dengan baik oleh

semua unsur dalam pembelajaran yang meliputi pendidik, peserta didik,

dan juga lingkungan belajar.

2. Pengertian Pembelajaran Daring

Daring atau dalam jaringan adalah terjemahan dari istilah online

yang bermakna tersambung ke dalam jaringan komputer. Pembelajaran

Daring merupakan pemanfaatan jaringan internet dalam proses

pembelajaran (Isman: 2016). Pembelajaran daring merupakan

pembelajaran yang menggunakan jaringan internet dengan aksesibilitas,

konektivitas, fleksibilitas, dan kemampuan untuk memunculkan berbagai

jenis interaksi pembelajaran (Sadikin, dan Hamidah, 2020). Dalam proses

pembelajaran program online (Daring) tentunya menggunakan koneksi

internet dimana jaringan yang dapat menghubungkan antara satu dengan

yang lainnya senada dengan yang diungkapkan oleh Darmawan (2012:

297) berpendapat bahwa jaringan adalah ilmu pengetahuan komputer


sistem koneksi, dan program komputer mata rantai dua komputer atau

lebih komputer.

Pembelajaran daring bisa didefinisikan sebagai bentuk pendidikan

jarak jauh yang penyampaian materinya dilakukan lewat internet secara

synchronous atau asynchronous (Bates, 2018). Pembelajaran daring

biasanya dikenal dengan e-learning, pembelajaran virtual, pembelajaran

dengan mediasi komputer, pembelajaran berbasis web, dan pembelajaran

jarak jauh. Semua istilah ini menyiratkan bahwa pelajar dan pengajar

berasa dalam lokasi yang berbeda, menggunakan media teknologi digital

(biasanya komputer) untuk mengakses materi pembelajaran dan

berkomunikasi dengan pengajar dan teman kapan saja mereka bisa.

Pembelajaran daring memungkinkan fleksibilitas akses.

Munir (2009: 96) berpendapat dalam bukunya pembelajaran jarak

jauh berbasis teknologi dan komunikasi pembelajaran jarak jauh online

menerapkan sistem pembelajaran daring (online learning) yang berbasis

web. Model pembelajaran jarak jauh online dimulai dengan perencanaan

yang baik, kemudian cara pembelajaran materi yang disampaikan

(delivery content) kepada pembelajaran yang mengacu pada perencanaan

tersebut. Sistem dengan pembelajaran online learning juga berbeda dengan

sistem pembelajaran dengan cara konvesional, pembelajaran dengan

berbasis online menuntut sarana infrastruktur yang memadai dan teknologi

yang mendukung seperti komputer, satelit, televisi, dan jaringan internet.

3. Karakteristik Pembelajaran Daring


Menurut Allan J.Handerson dalam Nunu Mahnun (2018: 31),

karakteristik pembelajaran online yaitu memungkinkan peserta didik

belajar tanpa harus pergi ke ruang kelas, dan pembelajaran dapat

dijadwalkan sesuai kesepakatan antara instruktur dan peserta didik, atau

peserta didik dapat menentukan waktu sendiri belajar yang diinginkan.

Sedangkan menurut Ruth Colvin Clark dan Richard E. Mayer (2003: 14),

karakteristik pembelajaran online yaitu: Pertama, pembelajaran berbasis

online harus memiliki dua unsur penting yaitu informasi dan metode

pengajaran yang memudahkan orang untuk memahami konten

pembelajaran. Kedua, pembelajaran berbasis online dilakukan melalui

komputer menggunakan tulisan, suara atau gambar seperti ilustrasi, photo,

animasi, dan video. Ketiga, pembelajaran berbasis online diperuntukkan

untuk membantu pendidik mengajar seseorang peserta didik secara

objektif.

Menurut Munir (2009: 170), E- learning tidaklah sama dengan

pembelajaran konvesional. E- learning memiliki karakteristik-karakteristik

sebagai berikut:

a. Interactivity (Interaktivitas), tersedianya jalur yang lebih banyak, baik

secara langsung seperti chatting atau messenger atau tidak langsung,

seperti forum, mailing list atau buku tamu.

b. Independecy (Kemandirian), fleksibilitas dalam aspek penyediaan

waktu, tempat, guru dan bahan ajar. Hal ini menyebabkan

pembelajaran berpusat pada siswa.


c. Accessibility (Aksebilitas), sumber-sumber belajar menjadi lebih

mudah diakses melalui pendistribusian di jaringan internet dengan

akses yang lebih luas daripada pendistribusian sumber belajar pada

pembelajaran konvensional.

d. Enrichment (Pengayaan), kegiatan pembelajaran, presentasi materi

kuliah dan materi pelatihan sebagai pengayaan, memungkinkan

penggunaan perangkat teknologi informasi seperti video streaming,

simulasi dan animasi.

Keempat karakteristik diatas merupakan hal yang membedakan e-

learning dari kegiatan pembelajaran secara konvesional. Dalam e- learning

daya tangkap siswa terhadap materi pembelajaran tidak lagi tergantung

kepada instruktur atau guru, karena siswa mengonstruk sendiri ilmu

pengetahuannya melalui bahan-bahan ajar yang disampaikan melalui

interface situs web. Dalam e- learning pula sumber ilmu pengetahuan

tersebar dimana-mana serta dapat diakses dengan mudah oleh setiap orang.

Hal ini dikarenakan sifat media internet yang menggglobal dan bisa

diakses oleh siapapun yang terkoneksi ke dalamnya.

4. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Daring

Kelebihan dan kelemahan e-learning menurut Munir (2009: 35),

sebagai berikut:

a. Tersedianya fasilitas e-moderating dimana guru dan siswa dapat

berkomunikasi secasra mudah melalui fasilitas internet secara regular


atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa

dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu.

b. Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar

yang terstruktur dan terjadwal melalui internet, sehingga semuanya

bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari.

c. Siswa dapat belajar atau me-review bahan perkuliahan setiap saat dan

dimana saja kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di

komputer.

d. Bila siswa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan

bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet secara

lebih mudah.

e. Baik guru maupun siswa dapat melakukan diskusi melalui internet

yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga

menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.

f. Berubahnya peran siswa yang biasanya pasif menjadi aktif dan lebih

mandiri.

g. Relatif lebih efisien, misalnya bagi mereka yang tinggal jauh dari

sekolah atau perguruan tinggi.

Walaupun demikian pemanfaatan internet untuk pembelajaran atau

e-learning juga tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Berbagai kritik

tentang e-learning antara lain:


a. Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu

sendiri. Kurangnya interaksi itu bisa memperlambat terbentuknya

values dalam proses pembelajaran.

b. Kecenderungan mengabaikan aspek psikomotorik atau aspek sosial

dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek komersial.

c. Proses pembelajaran cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan.

d. Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik

pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik

pembelajaran yang berbasis pada ICT.

e. Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung

gagal.

f. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet atau jaringan.

g. Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki keterampilan

mengoperasikan internet.

h. Kurangnya personil dalam hal penguasaan bahasa pemograman

komputer.

5. Dampak Pembelajaran Daring

Fenomena Covid-19 juga sangat terasa dampaknya pada

penyelenggara pendidikan, mulai dari pendidikan pra sekolah sampai

perguruan tinggi. Hastag #belajardirumah melahirkan kebijakan yang

terkait dengan pembelajaran. Proses pembelajaran dilakukan secara online.

Kebijakan ini “memaksa” pihak sekolah, pendidik, peserta didik, orang tua

untuk “melek teknologi”.


Pendidik diharuskan untuk melakukan proses pembelajaran online.

Ini berarti harus menguasai strategi, metode, pengembangan pembelajaran

daring. Selain itu, yang lebih penting menguasai aplikasi yang digunakan.

Kendala yang dihadapi dari pelaksanaan pembelajaran daring ini masih

banyaknya pendidik yang tidak menguasai TIK.

Demikian pula tantangan bagi peserta didik, belum siap untuk

melakukan proses pembelajaran secara online. Selain ketersediaan sarana

dan prasarana yang masih terbatas, juga belum dibiasakan menggunakan

aplikasi yang sering dipakai. Begitu pula orang tua lebih merasakan

dampak dari pembelajaran online ini. Orang tua “terpaksa” menjadi

pendidik yang mendampingi anaknya dalam melakukan proses

pembelajaran. Orangtua mulai merasakan betapa sulitnya menjadi

pendidik, dan masih banyak lagi keluhan-keluhan yang dihadapi.

Bila ditelusuri lebih jauh akan banyak yang ditemukan bidang-

bidang kehidupan manusia yang “memaksa” untuk melek teknologi. Hal

ini disebabkan untuk memutus mata rantai penyebaran protocol covid 19

yang mengharuskan untuk tetap mengikuti protocol covid 19 dengan

jagajarak, dirumahsaja, bekerja dari rumah, belajar dari rumah (Budiman,

Semaun, dkk, 2020: 32-33).

6. Pengertian Prestasi Belajar

Mulyono Abdurrohman (2003: 37), menjelaskan prestasi belajar

atau hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah kegiatan

belajar. Sedangkan Hamzah Uno (2008: 213), menyatakan hasil belajar


adalah perubahan perilaku yang relatif menetap dalam diri seseorang

sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungannya. Dalam kamus besar

Bahasa Indonesia disebutkan bahwa prestasi belajar adalah penguasaan

pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran

yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan

oleh guru (Poerwadarminta, 1995: 787).

Menurut pendapat Hutabarat (1995: 11-12), hasil belajar dibagi

menjadi empat golongan yaitu:

a. Pengetahuan, yaitu dalam bentuk bahan informasi, fakta, gagasan,

keyakinan, prosedur, hukum, kaidah, standar, dan konsep lainnya.

b. Kemampuan, yaitu dalam bentuk kemampuan untuk menganalisis,

memproduksi, mencipta, mengatur, merangkum, membuat

generalisasi, berfikir rasional, dan menyesuaikan.

c. Kebiasaan dan keterampilan, yaitu dalam bentuk kebiasaan perilaku

dan keterampilan dalam menggunakan semua kemampuan.

d. Sikap, yaitu dalam bentuk apresiasi, minat, pertimbangan dan selera.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar

adalah hasil usaha siswa yang dapat dicapai berupa penguasaan

pengetahuan, kemampuan kebiasaan dan keterampilan serta sikap setelah

mengikuti proses pembelajaran yang dapat dibuktikan dengan hasil tes.

Prestasi belajar adalah sesuatu yang dibutuhkan siswa untuk mengetahui

kemampuan yang diperolehnya dari suatu kegiatan yang di sebut belajar.

7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar


Prestasi belajar mempunyai hubungan erat dengan kegiatan belajar,

banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar baik yang berasal dari

dalam individu itu sendiri maupun faktor yang berasal dari luar individu.

Menurut Ngalim Purwanto (2010: 107), faktor- faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar adalah:

a. Faktor dari dalam Individu Terdiri dari faktor fisiologis dan faktor

psikologis. Faktor fisiologis adalah kondisi jasmani dan kondisi panca

indera. Sedangkan faktor psikologis yaitu bakat, minat, kecerdasan,

motivasi berprestasi dan kemampuan kognitif.

b. Faktor dari luar Individu

Terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental. Faktor

lingkungan yaitu lingkungan sosial dan lingkungan alam. Sedangkan

faktor instrumental yaitu kurikulum, bahan, guru, sarana, administrasi,

dan manajemen.

Muhibbin syah (2011: 145), membagi faktor-faktor yang mempengaruhi

belajar menjadi 3 macam, yaitu:

a. Faktor Internal, yang meliputi keadaan jasmani dan rohani siswa,

b. Faktor eksternal yang merupakan kondisi lingkungan di sekitar siswa,

c. Faktor pendekatan belajar yang merupakan jenis upaya belajar siswa

yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk

melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.


8. Pengukur Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan hasil dari proses belajar yang berupa

pengetahuan dan keterampilan yang dapat diukur dengan tes. Menurut

pendapat Nana Sudjana (2005: 22) prestasi belajar terdiri dari 3 ranah

yaitu:

a. Ranah Kognitif

Aspek ini berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang

terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman,

aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

b. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap nilai yang terdiri dari lima aspek, yaitu

penerimaan, jawaban dan reaksi, penilaian, organisasi, internalisasi.

Pengukuran ranah afektif tidak dapat dilakukan setiap saat karena

perubahan tingkah laku siswa dapat berubah sewaktu-waktu.

c. Ranah Psikomotorik

Aspek ini berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

kemampuan bertindak. Pengukuran ranah psikomotorik dilakukan

terhadap hasil-hasil belajar yang berupa penampilan.


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian kualitatif adalah jenis

penelitian yang temuan- temuannya tidak diperoleh melalui prosedur

kuantifikasi, perhitungan statistik, atau bentuk cara-cara lainnya yang

menggunakan ukuran angka. Penelitian kualitatif prinsipnya untuk memahami

objek yang diteliti secara mendalam. Penelitian kualitatif lebih menekankan

pada bahasa atau linguistik sebagai sarana penelitiannya (Rukayat, 2018: 4).

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMPN Pasaman Barat,

sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada masa pandemic Bulan

Desember 2020.

C. Instrument Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan

dokumentasi. Dalam penelitian ini dibutuhkan manusia sebagai peneliti karena

manusia dapat menyesuaikan sesuai dengan keadaan lingkungan, oleh karena

itu yang menjadi instrumen atau alat penelitian juga peneliti itu sendiri.

Peneliti kualitatif sebagai human instrumen, berfungsi menetapkan fokus

penelitian, memilih informan, sebagai sumber data, melakukan pengumpulan

data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat

kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2009: 220). Seluruh proses dalam

penelitian yang melakukan adalah peneliti itu sendiri.

D. Sumber Data
1. Data Primer

Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data (Sugiyono, 2011: 225). Sedangkan sumber data

primer yang diperoleh dari peneliti secara langsung yaitu melalui

pengamatan lapangan dengan mengamati dan wawancara.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data misalnya orang lain atau lewat

dokumen (Sugiyono, 2011: 225). Sumber tertulis merupakan sumber

kedua dan merupakan bahan tambahan yang dapat dibagi atas sumber

buku, majalah ilmiah, arsip, dokumen pribadi dan resmi (Moleong, 2009:

159).

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk pengumpulan data tentang dampak pembelajaran daring

terhadap prestasi belajar IPA Kelas VI SMPN di Pasaman Barat peneliti

menggunakan beberapa teknik:

1. Teknik Observasi

Observasi atau pengamatan adalah salah satu teknik atau cara

menampilkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap

kegiatan yang sedang berlangsung (Raco, 2010: 115). Dalam observasi

atau pengamatan ini diusahakan mengamati keadaan yang wajar dan yang

sebenarnya tanpa usaha yang disengaja untuk mempengaruhi, mengatur

atau memanipulasi data yang telah didapat (Nasution, 2011: 106).


2. Teknik Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua

pihak, yaitu pewawancara (interviewer) sebagai pengaju atau pemberi

pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) sebagai pemberi jawaban

atas pertanyaan itu (Basrowi dan Suwardi, 2008: 127).

3. Teknik Dokumentasi

Suharsimi Arikunto (2002: 206) metode dokumentasi adalah

mencari data yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen rapat, legger, dan sebagainya. Sebanyak fakta dan data

yang tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi yang berkaitan.

F. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,

dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan dalam

unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang

penting dan mana yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga

mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2011:244).

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa langkah awal

dari analisis data adalah mengumpulkan data yang ada, menyusun secara

sistematis, kemudian mempresentasikan hasil penelitiannya kepada orang lain.

Analisis ini sendiri akan dilakukan melalui beberapa tahap yaitu:

1. Mereduksi (merangkum data), memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada

hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya serta membuang yang tidak
perlu. Langkah pertama yang penulis lakukan adalah mereduksi data yang

sudah diperoleh dari SD Tahfidz Ar Risalah , ditulis dengan menyusun

secara sederhana.

2. Penyajian data dalam uraian singkat, bagan hubungan antar kategori dan

sejenisnya secara naratif. Penyajian data kepada yang telah diperoleh ke

dalam sejumlah matrik atau daftar kategori setiap data yang didapat,

penyajian data biasanya digunakan berbentuk teks naratif. Penyajian data

juga dijasikan dalam bentuk tabel untuk meganalisis data nilai siswa

dengan menggunakan statistik sederhana. Selanjutnya, data yang kita

dapatkan dipaparkan secara keseluruhan. Untuk itu dengan menggunakan

metode ini tidaklah dimaksudkan untuk memperoleh penelitian yang baru

akan tetapi hanya mendapat kejelasan atau penelaah obyek penelitian.

3. Penarikan kesimpulan berupa penemuan baru yang belum pernah ada.

Mengambil kesimpulan merupakan analisis lanjutan dari reduksi data, dan

penyajian data sehingga data dapat disimpulkan, dan peneliti masih

berpeluang untuk menerima masukan. Penarikan kesimpulan sementara

masih dapat diuji kembali dengan data di lapangan, dengan cara

merefleleksikan kembali, peneliti dapat bertukar fikiran dengan teman

sejawat, triangulasi, sehingga kebenaran ilmiah dapat tercapai. Dengan

demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mampu menjawab dari

semua rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, namun bisa saja

tidak karena dalam penelitian kualitatif rumusan masalah dapat berubah

secara fleksibel. Bila proses siklus interaktif ini berjalan dengan kontinu
dan baik, maka peneliti menarik kesimpulan dalam bentuk deskriptif

sebagai laporan penelitian.

G. Pengecekan Keabsahan Data

Untuk memperoleh keabsahan data, maka peneliti menggunakan

teknik triangulasi, adalah teknik pemeriksaan keabsahan yang memanfaatkan

sesuatu yang lain (Moleong, 2009: 331). Ada dua macam trianggulasi yang

digunakan yaitu:

1. Triangulasi Sumber Data

Triangulasi sumber data berarti untuk mendapatkan data dari

sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama (Sugiyono, 2009:

241). Dengan jalan membandingkan data hasil pengamatan dengan data

hasil wawancara. Sebagai contoh, untuk menguji kreadibilitas data tentang

prestasi siswa dan dampak pembelajaran daring maka pengumpulan data

dapat diperoleh dari guru kelas, siswa dan wali siswa. Dari ketiga sumber

yang didapat maka dalam penelitian kualitatif akan dijadikan simpulan

akhir sesuai dengan kesinambungan data bahwa dampak pembelajaran

daring mempengaruhi nilai siswa. Jadi triangulasi data adalah

membandingkan dari informan satu ke informan yang lain. Tujuan dari

melakukan triangulasi data adalah untuk mengecek kebenaran dalam

penulisan informasi yang diterima oleh peneliti.

2. Triangulasi Metode

Triangulasi metode dilakukan dengan cara mengecek derajat

kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data


dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode

yang sama (Moleong, 2008: 331). Dengan cara membandingkan data hasil

wawancara antar narasumber terkait. Dalam hal ini pengecekan keabsahan

data dengan menggunakan metode dalam pengumpulan data, jadi dalam

penggunaannya tidak hanya mengecek berdasarkan metode wawancara

saja, tetapi juga harus berdasarkan metode observasi dan dokumentasi juga

agar lebih valid.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zinal. 2013. Evaluasi Pembelajaran:Prinsip Teknik Prosedur. Bandung:
PT.Remaja Rosdakarya.

Zainal, dkk. 2017. Penelitian Tindakan Kelas. Jogjakarta:AR-RUZZ Media

Bungin Burhan. 2017. Metode Penelitian Kualitatif. Depok:PT Raja Grafindo.

Darmawan. 2012. Pendidikan Teknologi & Komunikasi. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Dimyati & Mudjiono. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta:Kencana Prenada Media Group.

Djamarah Bahri Syaiful, 2006. Guru dan Anak didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta:Rineka Cipta.

Hamzah B.Uno, 2008. Model Pembelajaran Proses Belajar Mengajar yang Kreatif
dan Efektif. Jakarta:Bumi Aksara.

Ika, H. O., & Wulandari, S. S. (2020). Pembelajaran Daring Sebagai Upaya Study
From Home (SFH) Selama Pandemi Covid 19. Jurnal Pendidikan
Administrasi Perkantoran, 8(3).

Nugrahaadi. 2019. Persepsi Siswa dalam Studi Pengaruh Daring Learning


terhadap Minat Belajar IPA. Volume 1 no.2.

Panjariah, S. (2006). Prestasi Belajar Siswa Ditinjau Dari Dukungan Sosial Orang
Tua. Jurnal Psikologi, 2.

Sadikin, A., & Hamidah, A. (2020). Pembelajaran Daring di Tengah Wabah


Covid-19. Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi, 6(2).

Sardiman. 2011. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. PT Raja Grafindo.

Slameto. 2010. Belajar & Faktor yang mempengaruhinya. Jakarta:Rineka Cipta.

Sumini Sri. 1995. Psikologi Pendidikan. Bandung:PT Remaja Rosdakarya.

Sudjana Nana.2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung:PT.Sinar


Baru Algensindo.

Susanto A. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:


Kencana Pranada Media Group.

Anda mungkin juga menyukai