Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH :
HENDRIKUS REYAAN
NPM : 202154021
b. Fisiologi Ginjal
Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume
dan komposisi kimia darah dan lingkungan dalam tubuh dengan
mengekresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital
ginjal dicapai dengan filtrasi plasma darah melalui glomerulus
dengan reabsorpsi sejumlah zat terlarut dan air dalam jumlah
yang sesuai di sepanjang tubulus ginjal. Kelebihan zat terlarut
dan air di eksresikan keluar tubuh dalam urin melalui sistem
pengumpulan urin .
Menurut Sherwood (2013), ginjal memiliki fungsi yaitu:
1) Mempertahankan keseimbangan H2O dalam tubuh
2) Memelihara volume plasma yang sesuai sehingga sangat
berperan dalam peraturan jangka panjang tekanan darah
arteri.
3) Membantu memelihara keseimbangan asam basa pada
tubuh.
4) Mengekskresikan produk-produk sisa metabolisme tubuh.
5) Mengekskresikan senyawa asing seperti obat-obatan
3. Etiologi
Pada dasarnya, penyebab gagal ginjal kronik adalah penurunan laju
filtrasi glomerulus atau yang disebut juga penurunan glomerulus
filtration rate (GFR). Menurut Andra & Yessie (2013) penyebab
gagal ginjal kronik, diantaranya :
a. Gangguan pembuluh darah : berbagai jenis lesi vaskuler
dapat menyebabkan iskemik ginjal dan kematian jaringan
ginajl. Lesi yang paling sering adalah Aterosklerosis pada
arteri renalis yang besar, dengan konstriksi skleratik
progresif pada pembuluh darah. Hyperplasia fibromaskular
pada satu atau lebih artieri besar yang juga menimbulkan
sumbatan pembuluh darah. Nefrosklerosis yaitu suatu
kondisi yang disebabkan oleh hipertensi lama yang tidak di
obati, dikarakteristikkan oleh penebalan, hilangnya
elastistisitas system, perubahan darah ginjal mengakibatkan
penurunan aliran darah dan akhirnya gagal ginjal.
b. Gangguan imunologis : seperti glomerulonephritis
c. Infeksi : dapat dijelaskan oleh beberapa jenis bakteri
terutama E.Coli yang berasal dari kontaminasi tinja pada
traktus urinarius bakteri. Bakteri ini mencapai ginjal
melalui aliran darah atau yang lebih sering secara ascenden
dari traktus urinarius bagiab bawah lewat ureter ke ginjal
sehingga dapat menimbulkan kerusakan irreversible ginjal
yang disebut pielonefritis.
d. Gangguan metabolik : seperti DM yang menyebabkan
mobilisasi lemak meningkat sehingga terjadi penebalan
membrane kapiler dan di ginjal dan berlanjut dengan
disfungsi endotel sehingga terjadi nefropati amiloidosis
yang disebabkan oleh endapan zat-zat proteinemia
abnormal pada dinding pembuluh darah secara serius
merusak membrane glomerulus.
e. Gangguan tubulus primer : terjadinya nefrotoksis akibat
analgesik atau logam berat.
f. Obstruksi traktus urinarius : oleh batu ginjal, hipertrofi
prostat, dan kontstriksi uretra.
g. Kelainan kongenital dan herediter : penyakit polikistik
sama dengan kondisi keturunan yang dikarakteristik oleh
terjadinya kista atau kantong berisi cairan didalam ginjal
dan organ lain, serta tidak adanya jaringan ginjal yang
bersifat konginetal (hypoplasia renalis) serta adanya
asidosis.
Nilai GFR
Stadium Deskripsi
(mL/min/1,73m2)
Kerusakan ginjal (misal:
1 protein >90
urea + ) dengan GFR normal
Kerusakan ginjal dengan
2 penurunan 60-89
GFR ringan
3a Penurunan GFR sedang 45-59
3b Penurunan GFR sedang 30-44
4 Penurunan GFR berat 15-29
Penyakit gagal ginjal tahap
5 <15
akhir
Sumber: National Kidney Foundation (2017)
5.Manifestasi Klinis
Menurut LeMone, Burke, dan Bauldoff, 2016), manifestasi klinis
dari gagal ginjal kronik adalah sebagai berikut:
a. Kardiovaskular
Hipertensi, pitting edema (kaki, tangan, sakrum), edema
periorbital, friction rub pericardial, disritmia serta
pembesaran vena leher.
b. Pulmoner
Krekeis, sputum kental dan liat, napas dangkal serta
penapasan kusmaul.
c. Neurologis
Apatis, letargi, sakit kepala, kerusakan kognisi, insomnia,
restless leg syndrome, gangguan berjalan, parestesia.
d. Dermatologis
e. Warna kulit pasien berubah abu-abu mengkilat atau putih
seperti berlilin, kulit kering dan bersisik, pruritus, ekimosis,
kuku tipis dan rapuh serta rambut tipis dan kasar, adanya
“bekuan” uremik.
f. Gastrointestina
Nafas berbau amonia, ulserasi dan perdarahan pada mulut,
anoreksia, mual dan muntah, nyeri perut, cegukan, fetor
uremik, konstipasi dan diare serta perdarahan dari saluran GI.
g. Sistem Imunitas
Penurunan hitung leukosit, peningkatan kerentananterhadap
infeksi
h. Perubahan neuromuskular
Kelemahan dan keletihan, konfus disorientasi, kejang,
kelemahan tungkai, rasa panas pada telapak kaki serta
perubahan perilaku.
i. Hematologis
Anemia, gangguan pembekuan darah.
j. Reprodukti
Amenore (pada wanita) dan atrofi testikuler/ impotensi (pada
laki- laki).
k. Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang spontan, foot
drop.
6.Pemeriksaan Penunjang
l. Pemeriksaan lab darah
1) Hematologi
a) Hb
b) Ht
c) Eritrosit
d) Lekosit
e) Trombosit
2) RFT (renal fungsi test)
3) Ureum dan kreatinin
4) LFT (liver fungsi test)
5) Elektrolit
6) Klorida, kalium, kalsium
7) Koagulasi studi
8) PTT, PTTK
9) BGA
10) Urine
a) Urine rutin
b) Urin khusus : benda keton, analisa kristal
batu
11) Pemeriksaan kardiovaskuler
a) ECG
b) ECO
12) Radiologi
a) USG abdominal
b) CT scan abdominal
c) BNO/IVP, FPA
d) Renogram
e) RPG (retio pielografi)
7.Penatalaksanaan
Menurut Muttaqin & Sari (2011), tujuan penatalaksanaan adalah
menjaga keseimbangan cairan elektrolit dan mencegah komplikasi,
yaitu sebagai berikut :
a. Dialisis
Dialisis dapat dilakukan dengan mencegah komplikasi
gagal ginjal yang serius, seperti hyperkalemia, pericarditis,
dan kejang. Dialisis memperbaiki abnormalitas biokimia,
menyebabkan cairan, protein dan natrium dapat dikonsumsi
secara bebas, menghilangkan kecenderungan perdarahan dan
membantu penyembuhan luka.
Dialisis atau dikenal dengan nama cuci darah adalah suatu
metode terpi yang bertujuan untuk menggantikan fungsi/kerja
ginjal yaitu membuang zat-zat sisa dan kelebihan cairan dari
tubuh. Terapi ini dilakukan apabila fungsi kerja ginjal sudah
sangat menurun (lebih dari 90%) sehingga tidak lagi mampu
untuk menjaga kelangsungan hidup individu, maka perlu
dilakukan terapi. Selama ini dikenal ada 2 jenis dialisis :
1) Hemodialisis (cuci darah dengan mesin dialiser)
Hemodialisis atau HD adalah jenis dialisis dengan
menggunakan mesin dialiser yang berfungsi sebagai
ginjal buatan. Pada proses ini, darah dipompa keluar
dari tubuh, masuk kedalam mesin dialiser. Didalam
mesin dialiser, darah dibersihkan dari zat-zat racun
melalui proses difusi dan ultrafiltrasi oleh dialisat
(suatu cairan khusus untuk dialisis), lalu setelah darah
selesai di bersihkan, darah 31 dialirkan kembali
kedalam tubuh. Proses ini dilakukan 1-3 kali
seminggu di rumah salit dan setiap kalinya
membutuhkan waktu sekitar 2-4 jam.
2) Dialisis peritoneal (cuci darah melalui perut)
Terapi kedua adalah dialisis peritoneal untuk
metode cuci darah dengan bantuan membrane
peritoneum (selaput rongga perut). Jadi, darah tidak
perlu dikeluarkan dari tubuh untuk dibersihkan dan
disaring oleh mesin dialisis.
b. Koreksi hiperkalemi
Mengendalikan kalium darah sangat penting karena
hiperkalemi dapat menimbulkan kematian mendadak. Hal
pertama yang harus diingat adalah jangan menimbulkan
hiperkalemia. Selain dengan pemeriksaan darah,
hiperkalemia juga dapat didiagnosis dengan EEG dan EKG.
Bila terjadi hiperkalemia, maka pengobatannya adalah
dengan mengurangi intake kalium, pemberian Na Bikarbonat,
dan pemberian infus glukosa.
c. Koreksi anemia
Usaha pertama harus ditujukan untuk mengatasi factor
defisiensi, kemudian mencari apakah ada perdarahan yang
mungkin dapat diatasi. Pengendalian gagal ginjal pada
keseluruhan akan dapat meninggikan Hb. Tranfusi darah
hanya dapat diberikan bila ada indikasi yang kuat, misalnya
ada infusiensi coroner.
d. Koreksi asidosis
Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus
dihindari. Natrium Bikarbonat dapat diberikan peroral atau
parenteral. Pada permulaan 100 32 mEq natrium bikarbonat
diberi intravena perlahan-lahan, jika diperlukan dapat
diulang. Hemodialisis dan dialisis peritoneal dapat juga
mengatasi asidosis.
e. Pengendalian hipertensi
Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa dan
vasodilatator dilakukan. Mengurangi intake garam dalam
mengendalikan hipertensi harus hati-hati karena tidak semua
gagal ginjal disertai retensi natrium.
f. Transplantasi ginjal
Dengan pencakokkan ginjal yang sehat ke pasien gagal
ginjal kronik, maka seluruh faal ginjal diganti oleh ginjal
yang baru.
8.Komplikasi
Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD akan
mengalami beberapa komplikasi. Komplikasi dari CKD antara lain :
a. Hiperkalemia akibat penurunana ekskresi, asidosis metabolic,
katabolisme dan masukan diet berlebih.
b. Perikarditis, efusi pericardial, dan tamponade jantung akibat
retensi produk sampah uremik dan dialysis yang tidak
adekuat
c. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi
system rennin-angiotensin aldosteron
d. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang
usia sel darah merah, perdarahan gastrointestinal akibat iritasi
toksin dna kehilangan drah selama hemodialisa
e. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik akibat retensi
fosfat, kadar kalsium serum yang rendah dan metabolisme
vitamin D abnormal.
f. Asidosis metabolic
g. Osteodistropi ginjal
h. Sepsis
i. Neuropati perifer
j. Hiperuremia
k. ALO (Acute Lung Oedem)
Natrium mempunyai peranan penting dalam penimbunan
cairan akut. Urine pada orang sehat biasanya mengandung
natrium dengan jumlah milli-ekuivalen yang tepat sama
dengan milli ekuivalen natrium di dalam makanan, sehingga
orang tersebut mempunyai balance natrium yang seimbang.
Pada glomerulonefritis akut (gagal ginjal kronis yang lama),
natrium tidak lagi dapat dieksresikan oleh ginjal yang sakit.
Jika penderita tetap makan garam dalam jumlah yang sama
seperti saat sehat, maka jumlah natrium di dalam tubuh akan
meningkat dan tetap tinggal di ruang ekstraseluler. Hal inilah
yang akan menarik air dengan tenaga osmotiknya, sehingga
di dalam tubuh terjadi dua peningkatan volume cairan yaitu
ekstraseluler dan darah yang bersirkulasi. Cairan berlebih
inilah yang kemudian menuju ke paru-parubdan dapat
menyebabkan ALO juga dapat menyebabkan gagal jantung.
9.Discharge planning
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), bahwa discharge planning yang
dapat dilakukan setelah pasien pulang adalah :
a. Diet tinggi kalori dan rendah protein
b. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan
garam
c. Kontrol hipertensi
d. Kontrol ketidakseimbangan elektrolit
e. Deteksi dini dan terapi infeksi
f. Dialisis (cuci darah)
g. Obat-obatan antihipertensi, suplemen besi, agen pengikat
fosfat, suplemen kalsium, lurosemid (membantu berkemih)
Andra, S.W., & Yessie, M.P. (2013). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah
Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha
Medikal
Black, J & Hawks, J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis
untuk Hasil yang Diharapkan. Dialihbahasakan oleh Nampira R.
Jakarta: Salemba Emban Patria
LeMone, P,. Burke,K.M., dan Bauldoff,G.(2016). Buku ajarkeperawatan
medikal bedah: Gangguan eliminasi, gangguan kardiovaskuler, Edisi 5,
Vol.3. Jakarta. EGC.
Marieb and Hoehn. (2015). Human Anatomy And Physiology 10th Edition.
Pearson: Global Edition.
Muttaqin, Arif & Sari, K. (2011). Askep Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta:
Salemba Medika
National Kidney Foundation. (2017). Association of Level of GFR with Indices
of Functioning and Well-being. New York: National Kidney
Foundation.http://www.kidney.org/professionals/Kdoqi/guidelines_ckd
/p6_comp_g12. htm.
Nurarif & Kusuma, (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Dan NANDA NIC-NOC Jilid 2 Medaction
PPNI, Tim Pokja (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.
PPNI, Tim Pokja (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Tindakan Keprawatan, Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.
PPNI, Tim Pokja (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI
Sherwood L. (2013). Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. 6th ed. Jakarta:
EGC
Patways
4.
Faktor yg tidak dapat dimodifikasi: Faktor yg dapat dimodifikasi:
5.
Herediter, Usia>60, Jenis kelamin, DM, hipertensi, merokok, obstruksi
Ras saluran kemih
Kerusakan nefron
Produksi EPO ↓
kelebihan
volume cairan
Ggn. sekresi protein
Produksi eritrosit
sindrom uremia ↓
beban jantung
naik
Perpospatemia pruritus Anemia
Gangguan
Integritas hipertrofi
urokrom perubahan
tertimbun di Kulit ventrikel kiri Suplai O2 ↓
warna kulit
kulit
Toksisitas Enchepalo Penurunan payah jantung
ureum di otak pati kesadaran kiri Metab.anaerob
intoleransi aktivitas