Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Salah satu lembaga keuangan yang dapat memberikan pinjaman pada
masyarakat ialah Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian, apabila masyarakat
ingin mendapatkan pinjaman maka masyarakat harus memberikan jaminan
barang kepada perum pegadaian. Melihat perkembangan ekonomi Islam maka
perum pegadaianpun mengeluarkan produk berbasis syariah yang disebut
dengan pegadaian syariah. Pada dasarnya, produk-produk berbasis syariah
memiliki karakteristik seperti, tidak memungut bunga dalam berbagai bentuk
karena riba, menetapkan uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas yang
diperdagangkan, dan melakukan bisnis untuk memperoleh imbalan atas jasa
dan atau bagi hasil.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah pegadaian?
2. Apa pengertian pegadaian?
3. Bagaimana asal mula pagadaian?
4. Apa tugas, tujuan, dan fungsi pegadaian?
5. Bagaimana peran pegadaian?
6. Apa keuntungan usaha gadai?
7. Bagaimana barang jaminan?
8. Apa kegiatan usaha pegadaian?
9. Bagaimana produk dan jasa pegadaian?
10. Bagaimana organisasi dan tata kerja pegadaian?
11. Apa pegadaian syariah?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Pegadaian
Sejarah Pegadaian dimulai pada saat Pemerintah Penjajahan Belanda
(VOC) mendirikan BANK VAN LEENING yaitu lembaga keuangan yang
memberikan kredit dengan sistem gadai, lembaga ini pertama kali didirikan di
Batavia pada tanggal 20 Agustus 1746.1
Ketika Inggris mengambil alih kekuasaan Indonesia dari tangan
Belanda (1811-1816) Bank Van Leening milik pemerintah dibubarkan, dan
masyarakat diberi keleluasaan untuk mendirikan usaha pegadaian asal
mendapat lisensi dari Pemerintah Daerah setempat (liecentie stelsel).Namun
metode tersebut berdampak buruk, pemegang lisensi menjalankan praktek
rentenir atau lintah darat yang dirasakan kurang menguntungkan pemerintah
berkuasa (Inggris). Oleh karena itu, metode liecentie stelsel diganti menjadi
pacth stelsel yaitu pendirian pegadaian diberikan kepada umum yang mampu
membayarkan pajak yang tinggi kepada pemerintah.
Pada saat Belanda berkuasa kembali, pola atau metode pacth stelsel
tetap dipertahankan dan menimbulkan dampak yang sama dimana pemegang
hak ternyata banyak melakukan penyelewengan dalam menjalankan bisnisnya.
Selanjutnya pemerintah Hindia Belanda menerapkan apa yang disebut dengan
‘cultuur stelsel’ dimana dalam kajian tentang pegadaian, saran yang
dikemukakan adalah sebaiknya kegiatan pegadaian ditangani sendiri oleh
pemerintah agar dapat memberikan perlindungan dan manfaat yang lebih besar
bagi masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, pemerintah Hindia
Belanda mengeluarkan Staatsblad (Stbl) No. 131 tanggal 12 Maret 1901 yang
mengatur bahwa usaha Pegadaian merupakan monopoli Pemerintah dan
tanggal 1 April 1901 didirikan Pegadaian Negara pertama di Sukabumi (Jawa

1
Hartanto, dicki. Bank dan Lembaga Keuangan lain. Aswaja Pressindo:  Yogyakarta.
2012.hal.75

2
Barat), selanjutnya setiap tanggal 1 April diperingati sebagai hari ulang tahun
Pegadaian.
Pada masa pendudukan Jepang, gedung Kantor Pusat Jawatan
Pegadaian yang terletak di Jalan Kramat Raya 162 dijadikan tempat tawanan
perang dan Kantor Pusat Jawatan Pegadaian dipindahkan ke Jalan Kramat
Raya 132. Tidak banyak perubahan yang terjadi pada masa pemerintahan
Jepang, baik dari sisi kebijakan maupun Struktur Organisasi Jawatan
Pegadaian. Jawatan Pegadaian dalam Bahasa Jepang disebut ‘Sitji Eigeikyuku’,
Pimpinan Jawatan Pegadaian dipegang oleh orang Jepang yang bernama Ohno-
San dengan wakilnya orang pribumi yang bernama M. Saubari.
Pada masa awal pemerintahan Republik Indonesia, Kantor Jawatan
Pegadaian sempat pindah ke Karang Anyar (Kebumen) karena situasi perang
yang kian terus memanas. Agresi militer Belanda yang kedua memaksa Kantor
Jawatan Pegadaian dipindah lagi ke Magelang. Selanjutnya, pasca perang
kemerdekaan Kantor Jawatan Pegadaian kembali lagi ke Jakarta dan Pegadaian
kembali dikelola oleh Pemerintah Republik Indonesia. Dalam masa ini
Pegadaian sudah beberapa kali berubah status, yaitu sebagai Perusahaan
Negara (PN) sejak 1 Januari 1961, kemudian berdasarkan PP.No.7/1969
menjadi Perusahaan Jawatan (PERJAN), selanjutnya berdasarkan
PP.No.10/1990 (yang diperbaharui dengan PP.No.103/2000) berubah lagi
menjadi Perusahaan Umum (PERUM) hingga sekarang.

B. Pengertian Pegadaian
Pegadaian adalah bentuk lembaga pembiayaan yang melakukan
kegiatan usaha gadai yang diperuntukkan bagi masyarakat luas berpenghasilan
rendah yang membutuhkan dana dalam waktu segera. Secara umum pengertian
usaha gadai adalah kegiatan menjaminkan barang-barang berharga kepada
pihak tertentu, guna memperoleh sejumlah uang dan barang yang dijaminkan
akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah dengan lembaga
gadai.

3
Sedangkan pengertian Gadai dalam fiqh disebut rahn, yang menurut
bahasa adalah nama barang yang dijadikan sebagai jaminan kepercayaan.
Sedangkan menurut syara’ artinya menyandera sejumlah harta yang diserahkan
sebagai jaminan secara hak, tetapi dapat diambil sebagai tebusan.2

C. Asal Mula Pegadaian


Usaha pegadaian di Indonesia dimulai pada zaman penjajahan Belanda
(VOC) dimana pada saat itu tugas pegadaian adalah membantu masyarakat
untuk meminjamkan uang dengan jaminan gadai. Dalam sejarah dunia usaha
pegadaian pertama kali dilakukan di Italia. Kemudian dalam perkembangan
selanjutnya meluas ke wilayah-wilayah eropa lainnya seperti Inggris, Perancis
dan Belanda. Oleh orang-orang Belanda lewat pihak VOC usaha pegadaian
dibawa masuk ke Hindia Belanda.
Di zaman kemerdekaan, pemerintah Republik Indonesia mengambil
alih usaha Dinas Pegadaian dan mengubah status pegadaian menjadi
Perusahaan Negara (PN) Pegadaian berdasarkan Undang-undang No. 19 Prp.
1960. Perkembangan selanjutnya pada tanggal 11 Maret 1969 berdasarkan
Peraturan Pemerintah RI No.7 tahun 1969 PN Pegadaian berubah menjadi
Perusahaan Jawatan (perjan). Kemudian pada tanggal 10 April 1990
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1990 Perjan pegadaian
berubah menjadi Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian. Sampai saat ini
lembaga yang melakukan usaha berdasarkan atas hokum gadai hanyalah Perum
Pegadaian.

D. Tugas, Tujuan dan Fungsi Pegadaian


Sebagai lembaga keuangan non bank milik pemerintahan yang berhak
memberikan pinjaman kredit kepada masyarakat atas dasar hokum gadai yang
bertujuan agar masyarakat tidak dirugikan oleh lembaga keuangan non formal
yang cenderung memanfaatkan kebutuhan dana mendesak dari masyarakat,

2
Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. PT Rajagrafindo Persada:
Jakarta.2007.hal.86

4
maka pada dasarnya lembaga pegadaian tersebut mempunyai tugas, tujuan,
serta fungsi-fungsi pokok sebagai berikut.
a. Tugas Pokok
Yaitu menyalurkan uang pinjaman atas dasar hokum gadai dan
usaha-usaha lain yang berhubungan dengan tujuan pegadaian atas dasar
materi.
b. Tujuan pokok
Sifat usaha dan pegadaian pada prinsipnya menyediakan pelayanan
bagi kemanfaatan umum sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan
prinsip pengelolah. Oleh karena itu, pegadaian pada dasarnya mempunyai
tujuan-tujuan pokok sebagai berikut:
1) Turut melaksanakan program pemerintah dibidang ekonomi dan
pembangunan nasional pada umumnya melalui penyaluran uang
pinaman atas dasar hokum gadai.
2) Mencegah praktek pagadaian gelap da pinjaman tidak wajar.
c. Fungsi Pokok
Fungsi pokok pegadaian adalah sebagai berikut:
1) Mengelolah penyaluran uang pinjaman atas dasar hokum gadai dengan
cara mudah, cepat, aman, da hemat.
2) Menciptakan dan mengembangkan usaha-usaha lain yang
menguntungkan bagi pegadaian maupun masyarakat.
3) Mengelola keuangan, perlengkapan, kepegawaian,  pendidikan dan
pelatihan.
4) Mengelola organisasi, tata kerja dan tata laksana pegadaia.
5) Melakukan penelitian dan pengembangan serta mengawasi
pengelolaan pegadaian.

5
E. Peran Pegadaian
Pegadaian sebagai lembaga perkreditan milik pemerintah tentunya
mempunya kelebihan dan kekurangan dibandingkan dengan bank.3 Adapun
kelebihan-kelebihan tersebut antara lain:
1) Persyaratan ringan dan mudah
2) Prosedurnya sederhana
3) Tidak dipungut biaya administrasi
4) Tidak perlu membuka rekening seperti tabungan, deposito ataupun giro
5) Suatu saat uang diperlukan, saat itu juga uang dapat diperoleh
6) Keanekaragaman barang yang dapat dijadikan jaminan
7) Angsuran ringan karena tidak ditentukan besarnya, sehingga dapat
diangsur sesuai dengan kemampun
8) Penetapan bunga dengan sistem bunga menurun. Jadi bunga dibebankan
atas dasar sisa pinjaman
9) Apabila telah jatuh tempo pinjamannya dan hutang pokok belum dapat
dibayar, maka jangka waktu pinjaman dapat diperpanjang, dengan
membayar bunga lebih dahulu
10) Memperoleh tenggang waktu pelunasan  2 minggu setelah jatuh tempo
tanpa dibebani bunga (masa tunggu lelang)

Adapun kelemahan pegadaian yaitu:


1) Sewa modal pegadaian relative lebih tinggi dari tingkat suku bunga
perbankan
2) Harus ada jaminan berupa barang bergerak yang mempunyai nilai
3) Barang bergerak yang digadaikan harus diserahkan ke pegadaian, sehingga
barang tersebut tidak dapat dimanfaatkan selama digadaikan, dan,
4) Jumlah kredit gadai yang dapat diberikan masih terbatas.  

3
Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso. Bank dan Lembaga Keunangan Lain. 2006.
Yogyakarta: Salemba Empat.hal.108

6
F. Keuntungan Usaha Gadai
Tujuan utama usaha pegadaian adalah untuk mengatasi agar masyarakat
yang sedang membutuhkan uang tidak jatuh ke tangan para pelepas uang  atau
tukang ijon atau tukang rentenir yang bunganya relatif tinggi. Perusahaan
pegadaian menyediakan pinjaman uang dengan jaminan barang-barang
barharga. Meminjam uang ke perum bank bukan saja karena prosedurnya yang
mudah dan cepat, tapi karena biaya yang dibebankan lebih ringan jika
dibandingkan dengan para pelepas uang atau tukang ijon. Hal ini silakukan
sesuai dengan salah satu tujuan dari perum pagadaian dalam pemberian
pinjaman kepada masyarakat dengan moto “menyelesaikan masalah tanpa
masalah”.
Keuntungan lain dari pegadaian adalah pihak pegadaian tidak
mempermasalahkan untuk apa uang tersebut digunakan dan hal ini tentu
bertolak belakang dengan pihak perbankan yang harus dibiat serinci mungkin
tentang penggunaan uangnya. Begitu pula dengan sangsi yang diberikan
relative ringan, apabila tidak dapat melunasi dalam waktu tertentu. Sangsi yang
paling berat adalah jaminan yang disimpan akan dilelang untuk menutupi
kekuarangan pinjaman yang telah diberikan.
Jadi keuntungan perusahaan pegadaian jika dibandingkan dengan
lembaga keuangan bank atau lembaga keuangan lainnya adalah:
1) Waktu yang relatif singkat untuk memperoleh uang yaitu pada hati itu
juga. Hal ini disebabkan prosedurnya yang tidak berbelit-belit.
2) Persyaratan yang sangat sederhana sehingga memudahkan konsumen
untuk memenuhinya.
3) Pihak pegadaian tidak mempermasalahkan uang tersebut digunakan untuk
apa, jadi sesuai dengan kehendak nasabahnya.

G. Barang Jaminan
Bagi nasabah yang ingin memperoleh fasilitas pinjaman dari perum
pegadaian, maka hal yang paling penting diketahui adalah masalah barang
yang dapat dijadikan jaminan. Perum pegadaian dalam hal jaminan telah

7
menetapkan ada beberapa jenis barang berharga yang dapat diterima untuk
digadaikan. Barang-barang tersebut nantinya akan ditaksir nilainya, sehingga
dapatlah diketahui berapa nilai taksiran dari barang yang digadaikan. Besarnya
jaminan diperoleh dari 80 hingga 90 persen dari nilai taksiran. Semakin besar
nilai taksiran barang, maka semakin besar pulapinjaman yang akan diperoleh.
Jenis-jenis barang berharga yang dapat diterima dan dapat dijadikan
jaminan oleh perum pegadaian sebagai berikut:
a. Barang-barang atau benda-benda perhiasan antara lain:
1) Emas
2) Perak
3) Intan
4) Berlian
b. Barang-barang berupa kendaraan seperti:
1) Mobil (termasuk bajaj dan bemo)
2) Sepeda motor
3) Sepeda biasa (termasuk becak)
c. Barang-pulang elektronik antara lain:
1) Televise
2) Radio
3) Video
4) Komputer
5) Kulkas
6) Mesin tik
d. Mesin-mesin seperti:
1) Mesin jahit
2) Mesin kapal motor
e. Barang-barang keperluan rumah tangga seperti:
1) Barang tekstil, berupa pakaian, permadani atau kain batik.
2) Barang-barang pecah belah dengan catatan bahwa semua barang-
barang yang dijaminkan haruslah dalam kondisi baik dalam arti masih
dapat digunakan atau bernilai. Hal ini bagi pegadaian penting

8
mengingat apabila nasabah tidak dapt mengembalikan pinjamannya,
maka barang jaminan akan dilelang sebagai penggantinya.

Selanjutnya, Jenis-jenis barang yang tidak dapat di gadaikan,


antara lain:
1) Binatang ternak
2) Hasil bumi
3) Barang dagangan dalam jumlah besar
4) Barang yang cepat rusak, susut dan busuk
5) Barang yang amat kotor
6) Kendaraan yang sangat besar
7) Barang-barang seni yang sulit di taksir
8) Barang yang mudah terbakar
9) Senjata api, aminisi, dan misiu
10) Barang yang disewa belikan
11) Barang milik pemerintah
12) Barang ilegal

H. Kegiatan Usaha Pegadaian


Kegiatan pegadaian umumnya meliputi 2 hal, yaitu menghimpunan
dana dan penggunaan dana, yaitu:
a. Penghimpunan dana (Funding Product)
Pegadaian sebagai lembaga keuangan tidak diperkenankan
menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk
simpanan, misalnya: giro, deposito dan tabungan sebagaimana perbankan.
Untuk memenuhi kebutuhan dananya untuk melakukan kegiatan usahanya,
maka pegadaian memiliki sumber-sumber dana, sebagai berikut:
1) Modal sendiri, terdiri dari:
a) Modal awal, yaitu kekayaan Negara diluar APBN
b) Penyertaan modal pemerintah

9
c) Laba ditahan, laba ditahan ini merupakan akumulasi laba sejak
perusahaan perum pagadaian berdiri.
2) Pinjaman jangka pendek dari perbankan
3) Bekerjasama dengan pihak ke-3 dalam memanfaatkan aset perusahaan
dalam bidang bisnis properti, seperti dalam pembangunan gedung
kantor dan pertokoan dengan sistem BOT,build, operate, dan transfer 
4) Dari masyarakat melalui penerbitan obligasi
5) Mengadakan kerjasama dengan lembaga keuangan lainnya, baik
perbankan maupun non perbankan

b. Pengguna Dana
Dana yang berhasil dihimpun digunakan untuk mendanai kegiatan
perum pegadaian. Dana tersebut antara lain digunakan untuk hal-hal
berikut:
1) Uang kas dan dana likuid lain
2) Pendanaan kegiatan operasional
3) Pembelian dan pengadaan berbagai macam bentuk aktiva tetap dan
investaris
4) Penyaluran dana
5) Investasi lain
6) Pinjaman pegawai, kredit yang diberikan kepada pegawai yang
berpenghasilan tetap.

I. Produk dan Jasa Pegadaian


Sebagai lembaga keuangan non bank yang berfungsi majemuk, maka
dalam menjalankan usahanya pegadaian memiliki beberapa produk dan jasa
yang dapat dimanfaatkan masyarakat.
Dalam perkembangan dunia pegadaian dewasa ini, bentuk perolehan
pendapatan pegadaian dapat berupa transaksi yang berasal dari biaya
administrasi, jasa titipan, jasa taksiran, galeri 24, dan lain-lain. Sebagaimana
berikut:

10
a. Pemberian pinjaman atas hukum gadai
Merupakan kredit jangka pendek dengan memberikan pinjaman
tunai dengan jaminan benda bergerak.
Contoh : menggadaikan emas / perhiasan.
b. Penaksiran nilai barang
Bagi masyarakat yang akan mengetahui harga atau nilai harta
benda miliknya dapat menggunakan jasa penaksiran barang ini dengan
biaya yang relatif ringan.
c. Penitipan barang
jika akan berpergian cukup lama ,masyarakat biasa memakai jasa
ini untuk menjamin keamanan harta simpanannya.
d. Jasa lainnya
Pegadaian dapat memberikan produk dan jasa lain, seperti kredit
kepada pegawai dengan penghasilan tetap.

J. Organisasi dan Tata Kerja Pegadaian


Perjan pegadaian  berada dibawah departemen teknis Departemen
keuangan. Secara operasional pengawasan kerja dilakukan oleh Ditjen moneter
meliputi proses penilaian dan pengesahan rencana kerja dan anggaran
perusahaan; pemberian izin investasi, penarikan kredit dan pelepasan asset
perusahaan; penilaian laporan keuangan dan kinerja manajemen serta kinerja
perusahaan. Sedangkan pembinaan dan pengawasan dilakukan oleh Sekretariat
jenderal Departemen keuangan meliputi penentuan struktur organisasi,
perubahan dan tata kerja perusahaan, segala sesuatu tentang kepegawaian atau
personalia misalnya pengangkatan pegawai, kenaikn pangkat, dan penetapan
jabatan dan formasi kepegawaian.4
Mengenai pokok-pokok pengaturan kegiatan kerja antara lain adalah
sebagai berikut. Kepala pegadaian pusat berwenang menentukan besarnya
plafon kredit, tingkat bunga (sewa) modal yang dibebankan kepada para

4
Wijaya, Faried. Perkreditan, Bank Lembaga-lembaga Keuangan. BPFE: Yogyakarta.
1999.hal.43

11
nasabah penggadai, janhka waktu pinjaman, jenis barang bergerak yang dapat
digadaikan atau tidak, standar  nilai taksiran dan cara penebusan serta tata cara
lelang. Pejabat pamong praja (bupati atau wedana) ikut mengawasi kegiatan
kepala cabang atau usaha pegadaian negeri.

K. Pegadaian Syariah
Perkembangan produk-produk berbasis syariah kian marak di
Indonesia, tidak terkecuali pegadaian. Pada dasarnya produk-produk berbasis
syariah mempunyai karakteristik seperti, tidak memunggut bunga dalam
berbagai bentuk karena riba, menetapkan uang sebagai alat tukar bukan sebagai
komoditas yang diperdagangkan, dan melakukan bisnis untuk  memperoleh
imbalan atas jasa dan atau bagi hasil. Pegadaian syariah atau kerap dikenal
dengan istilah rahn, dalam pengoperasiannya menggunakan metode Fee Based
Income (FBI).
Sebagai penerima gadai ataudisebut mutahim, penggadai akan
mendapatkan Surat Bukti Rahn (gadai) berikut dengan akad pinjam-meminjam
yang disebut dengan Akad Gadai Syariah dan Akad Sewa Tempat (ijarah).
Dalam akad gadai syariah disebutkan bila jangka waktu akad tidak
diperpanjang maka penggadai menyetujui agunan (marhun) miliknya dijual
oleh muhtarin guna melunasi pinjaman. Sedangkan akad sewa tempat (ijaroh)
merupakan kesepakatan antara penggadai dengan  penerima gadai untuk
menyewa tempat untuk penyimpanan dan penerima gadai akan mengenakan
jasa simpan.

  

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian
pegadaian adalah suatu hak yang diperoleh oleh orang yang berpiutang atas
suatu barang bergerak yang diserahkan oleh orang yang berhutang sebagai
jaminan hutangnya dan barang tersebut dapat dijual (dilelang) oleh yang
berpiutag bila yang berhutang tidak dapat melunasi kewajibannya pada saat
jatuh tempo.
Adapun kegiatan pelaksanaan gadai dalam perum pegadaian meliputi
beberapa kegiatan, yaitu diantaranya seperti yang penulis paparkan diatas:
Tugas, Tujuan dan Fungsi Pegadaian, peran gadai, kegiatan usaha gadai,
barang jaminan, keuntungan usaha gadai, produk dan jasa gadai, organisasi dan
tata kerja pegadaian, dan yang penulis tambahkan adalah pegadaian syari’ah.

B. Kritik dan Saran


Kami  sebagai penulis sangat menyadari akan kekurangan dalam
makalah yang telah kami sajikan ini. Kami berharap kita lebih banyak lagi
membaca buku refrensi tentang pegadaian, supaya kita lebih paham lagi
tentang pegadaian umum maupun syari’ah. Dan kami juga mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca dalam menyempurkan tulisan kami ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

Hartanto, dicki. Bank dan Lembaga Keuangan lain. Aswaja Pressindo:


Yogyakarta. 2012

Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. PT Rajagrafindo Persada:


Jakarta.2007

Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso. Bank dan Lembaga Keunangan Lain.


2006. Yogyakarta: Salemba Empat

Wijaya, Faried. Perkreditan, Bank Lembaga-lembaga Keuangan. BPFE:


Yogyakarta. 1999

Id.wikipedia.org/wiki/pegadaian.

Id.scribd.com/doc/90080568makalah-pegadaian

14
KATA PENGANTAR

Tiada kata yang pantas penulis tuliskan selain rasa syukur dan pujian
kekhadirat Allah SWT. Yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk
bisa memfresentasikan makalah ini yang berjudul : “Penggadaian” Dan Selawat
beserta salam kepada Muhammad SAW dengan sepotong lafaz do’a “Allohumma
sholli ‘ala Muhammad wa ala ali Muhammad”
Selanjutnya saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen yang telah
berkenan membimbing saya dalam mata kuliah “Lembaga Keuangan Non
Bank” yang telah membantu. Dalam makalah ini tentu sangat banyak
kelemahannya, oleh karenanya kritik dan saran yang membangun sangat saya
harapkan dan terlebih dahulu saya ucapkan terima kasih.
Demikian makalah ini saya sajikan semoga bermanfaat bagi kami dan
pembaca.

Penulis

i 15
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................ 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Penggadian.......................................... 2
B. Pengertian Pegadaian....................................... 3
C. Asal Mula Pagadaian....................................... 4
D. Tugas, Tujuan, dan Fungsi Pegadaian............. 4
E. Peran Pegadaian............................................... 6
F. Keuntungan Usaha Gadai................................ 7
G. Barang Jaminan................................................ 7
H. Kegiatan Usaha Pegadaian............................... 9
I. Produk dan Jasa Pegadaian.............................. 10
J. Organisasi dan Tata Kerja Pegadaian.............. 11
K. Pegadaian Syariah............................................ 12

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan....................................................... 13
B. Saran.................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA

ii 16

Anda mungkin juga menyukai