Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI

1. Kehamilan

a. Pengertian

Kehamilan merupakan suatu proses fertilisasi atau penyatuan

spermatozoa dan ovum serta dilanjutkan dengan nidasi atau

implementasi (Prawirohardjo, 2008). Lama kehamilan berlangsung

sampai persalinan cukup bulan, sekitar 280 sampai 300 hari.

Kehamilan dibagi menjadi tiga masa yaitu trimester pertama (10

sampai 12 minggu), trimester kedua (13 sampai 28 minggu) dan

trimester ketiga (29 sampai 42 minggu). (Manuba, 2010).

b. Perubahan Fisiologi Trimester III

Perubahan anatomi dan fisiologi pada perempuan hamil

merupakan respon terhadap janin dan akan kembali seperti sebelum

hamil setelah proses persalinan dan menyusui selesai. Menurut

Prawiroharjo (2010) perubahan anatomi dan fisiologi trimester III

yaitu:

1) Uterus

Pada trimester III uterus akan semakin membesar dalam rongga

panggul dan seiring perkembangannya, uterus akan menyentuh

dinding abdominal, mendorong usus ke samping dan keatas hingga


menyentuh hati. Pada akhir kehamilan otot uterus bagian atas akan

berkontraksi sehingga segmen bawah uterus melebar dan menipis.

Batas antara segmen atas yang tebal dan segmen bawah yang tipis

disebut dengan lingkaran retraksi fisiologis. Sampai bulan terakhir

kehamilan, kontraksi tersebut sangat jarang meningkat pada satu

dua minggu sebelum persalinan.

2) Payudara

Puting payudara akan lebih besar, hitam dan tegak. Kelenjar

Montygomery, yaitu kelencar sebasea dari areola akan membesar

dan cenderung untuk menonjol. Peningkatan prolaktin merangsang

sintesis laktose dan pada akhirnya akan meningkatkan produksi air

susu

3) Perubahan Metabolik

Penambahan tekanan vena di bagian bawah uterus dan

mengakibatkan oklusi parsial vena kava yang bermanifestasi pada

adanya pitting edema di kaki dan tungkai. Penurunan tekanan

osmotik koloid di interestinal juga menyebabkan edema pada akhir

kehamilan.

4) Traktus Digestivus

Adanya penurunan motilitas otot polos pada saluran pencernaan

dan penurunan sekresi asam hidroklorid dan peptin di lambung

akan menimbulkan gejala berupa pyrosis (heartburn) yang

disebabkan oleh refluks asam lambung ke esofagus bawah sebagai


akibat perubahan posisi lambung dan menurunnya tonus sfingter

esofagus bagian bawah. Penurunan asam hidroklorid dan

penurunan motilitas saluran pencernaan dapat menyebabkan mual.

Adanya penurunan motilitas usus besar mengakibatkan ibu hamil

konstipasi. Konstipasi dan peningkatan tekanan vena pada bagian

bawah karena pembesaran uterus dapat menyebabkan hemorroid.

5) Traktus Urinarius

Pada akhir kehamilan ketika kepala bayi sudah mulai turun ke

pintu atas panggul akan menyebabkan kandung kemih tertekan

oleh uterus sehingga menimbulkan sering berkemih.

6) Sistem muskuloskeletal

Akibat kompensasi dari pembesaran uterus ke posisi anterior,

lordosis menggeser pusat daya bert badan ke belakang. Sendi

sakroiliaka, sakrokoksigis dan pubis akan meningkat mobilitasnya.

Peningkatan mobilitas ini mengakibatkan perubahan sikap ibu dan

pada trimester akhir menyebabkan nyeri atau rasa tidak nyaman

pada bagian bawah punggung.

c. Perubahan Psikologis Trimester Ketiga

Pada fase trimester ketiga ibu hamil mengalami perubahan

psikologis yang kompleks dan meningkat dibandingkan trimester

sebelumnya. Hal ini dikarenakan kondisi kehamilan yang semakin


membesar. Berikut kondisi psikologis yang terjadi pada trimester

ketiga, antara lain:

1) Rasa Tidak Nyaman

Timbul rasa tak nyaman diakibatkan oleh adanya perasaan

sedih karena dia kan berpisah dengan bayinya dan kehilangan

perhatian khusus yang diterima selama hamil dari suami, keluarga

dan bidan. Kebanyakan ibu merasa bentuk tubuhnya semakin

jelek. (Zan, Pieter & Namora, 2010)

2) Perubahan Emosional

Perubahan emosi pada bulan-bulan terakhir menjelang

persalinan semakin berubah-ubah dan kadang tak terkontroll.

Perubahan emosi ini berasal dari adanya rasa khawatir, takut,

bimbang dan ragu bila kondisi kehamilannya saat ini lebih buruk

lagi saat menjelang persalinan atau kekhawatiran akibat

ketidakmampuan dalam menjalankan tugas-tugas sebagai ibu

pasca melahirkan. (Zan, Pieter & Namora, 2010). Jika Ibu hamil

yang tidak mempunyai persiapan untuk melahirkan akan lebih

cemas dan memperlihatkan ketakutan dalam suatu perilaku hingga

menangis. (Zamriani;dkk, 2013)

2. Konsep Tidur

a. Definisi Tidur
Tidur adalah suatu proses perubahan kesadaran yang terjadi

berulang-ulang selama periode tertentu (Potter & Perry, 2006).

Menurut Chopra (2003), tidur merupakan dua keadaan yang bertolak

belakang dimana tubuh beristirahat secara tenang dan aktivitas

metabolisme juga menurun namun pada saat itu juga otak sedang

bekerja lebih keras selama periode bermimpi dibandingkan dengan

ketika beraktivitas di siang hari.

b. Tahapan Tidur

Tidur dibagi menjadi dua fase yaitu pergerakan mata yang cepat

atau Rapid Eye Movement (REM) dan pergerakan mata yang tidak

cepat atau Non Rapid Eye Movement (NREM). Fase NREM dan REM

terjadi secara bergantian sekitar 4-6 siklus dalam semalam (Potter &

Perry, 2005).

1) Tidur Stadium Satu

Pada tahap ini seseorang akan mengalami tidur yang dangkal dan

dapat terbangun dengan mudah oleh karena suara atau gangguan

lain. Selama tahap pertama tidur, mata akan bergerak peralahan-

lahan, dan aktivitas otot melambat (Patlak, 2005).

2) Tidur Stadium Dua

Biasanya berlangsung selama 10 hingga 25 menit. Denyut jantung

melambat dan suhu tubuh menurun (Smith & Segal, 2010). Pada

tahap ini didapatkan gerakan bola mata berhenti (Patlak, 2005).

3) Tidur Stadium Tiga


Pada tahap ini individu sulit untuk dibangunkan, dan jika

terbangun, individu tersebut tidak dapat segera menyesuaikan diri

dan sering merasa bingung selama beberapa menit (Smith &

Segal, 2010).

4) Tidur Stadium Empat

Tahap ini merupakan tahap tidur yang paling dalam. Gelombang

otak sangat lambat. Aliran darah diarahkan jauh dari otak dan

menuju otot, untuk memulihkan energi fisik (Smith & Segal,

2010).

c. Kualitas Tidur

1) Pengertian

Kualitas tidur adalah kemampuan setiap orang untuk

mempertahankan keadaan tidur dan untuk mendapatkan tahap

tidur REM dan NREM yang pantas (Kozier, et al, 2004). Kualitas

tidur

dapat diketahui dengan melakukan pengkajian yang meliputi

data subjektif dan objektif (Craven & Hirnle, 2000).

Lai (2001) dalam Wavy (2008) menyebutkan bahwa kualitas

tidur ditentukan oleh bagaimana seseorang mempersiapkan pola

tidurnya pada malam hari seperti kedalaman tidur, kemampuan

tinggal tidur, dan kemudahan untuk tertidur tanpa bantuan medis.

Kualitas tidur yang baik dapat memberikan perasaan tenang di

pagi hari, perasaan energik, dan tidak mengeluh gangguan tidur.


Dengan kata lain, memiliki kualitas tidur baik sangat penting dan

vital untuk hidup sehat semua orang.

Kualitas tidur seseorang dikatakan baik apabila tidak

menunjukkan tanda-tanda kekurangan tidur dan tidak mengalami

masalah dalam tidurnya. Kurang tidur yang berkepanjangan dapat

mengganggu kesehatan fisik dan psikis (Hidayat, 2006). Dari segi

fisik, kurang tidur akan menyebabkan muka pucat, mata sembab,

badan lemas, dan daya tahan tubuh menurun sehingga mudah

terserang penyakit. Sedangkan dari segi psikis, kurang tidur akan

menyebabkan timbulnya perubahan suasana kejiwaan, sehingga

penderita akan menjadi lesu, lamban menghadapi rangsangan, dan

sulit berkonsentrasi (Endang, 2007).

2) Faktor-faktor yang memengaruhi

Pemenuhan kebutuhan tidur bagi setiap orang berbeda-beda, ada

yang yang dapat terpenuhi dengan baik bahkan sebaliknya.

Seseorang bisa tidur ataupun tidak dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu diantaranya sebagai berikut: (Asmadi. 2008).

a) Status kesehatan

Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan ia

dapat tidur dengan nyenyak, sedangkan untuk seseorang yang

kondisinya kurang sehat (sakit) dan rasa nyeri, makan

kebutuhan tidurnya akan tidak nyenyak.

b) Lingkungan
Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang

untuk tidur. Pada lingkungan bersih, bersuhu dingin, suasana

yang tidak gaduh (tenang), dan penerangan yang tidak terlalu

terang akan membuat seseorang tersebut tertidur dengan

nyenyak, begitupun sebaliknya jika lingkungan kotor, bersuhu

panas, susana yang ramai dan penerangan yang sangat terang,

dapat mempengaruhi kualitas tidurnya

c) Stress psikologis

Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada

frekuensi tidur. Hal ini disebabkan karena kondisi cemas akan

meningkatkan norepineprin darah melalui sistem saraf

simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM dan REM.

d) Diet

Makanan yang banyak menandung L – Triptofan seperti keju,

susu, daging, dan ikan tuna dapat menyebabkan seseorang

mudah tidur. Sebaliknya minuman yang menandung

kafein maupun alkohol akan mengganggu tidur.

e) Gaya hidup

Kelelahan yang dirasakan seseorang dapat pula memengaruhi

kualitas tidur seseorang. Kelelahan tingkat menengah orang

dapat tidur dengan nyenyak. Sedangkan pada kelelahan yang

berlebih akan menyebabkan periode tidur REM lebih pendek.

f) Obat-obatan
Obat – obatan yang dikonsumsi seseorang ada yang berefek

menyebabkan tidur, adapula yang sebaliknya mengganggu

tidur.

d. Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)

Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) adalah kuesioner subyektif

yang menilai gangguan tidur dan kualitas tidur seseorang selama

rentang waktu satu bulan (Buysse, 1989). Kuesioner ini dikembangkan

dengan beberapa tujuan:

1) Menyediakan ukuran kualitas tidur yang terstandarisasi, valid,

dan dapat dipercaya.

2) Membedakan kualitas tidur yang baik dan yang buruk.

3) Menyediakan indeks yang mudah digunakan oleh subyek

pemeriksaan dan mudah diinterpretasikan oleh dokter dan peneliti.

4) Menyediakan ukuran yang sederhana dan bermanfaat secara

klinis dari berbagai gangguan tidur yang dapat mempengaruhi

kualitas tidur.

Butir-butir pertanyaan dalam Pittsburgh Sleep Quality Index

(PSQI) berasal dari 3 (tiga) sumber: intuisi dan pengalaman klinis

dengan pasien- pasien gangguan tidur, tinjauan dari kuesioner kualitas

tidur sebelumnya yang terdapat dalam literatur, dan pengalaman klinis

dengan instrumen tersebut selama 18 bulan uji lapangan. PSQI ini


menilai kualitas tidur dalam kurun waktu satu bulan dengan tujuan

menjembatani antara gangguan yang bersifat sementara dan menetap.

Artinya, bila pada akhir bulan didapatkan nilai kualitas tidur yang

sama dengan awal bulan, dapat dikatakan bahwa subyek mengalami

gangguan tidur yang bersifat menetap.

PSQI terdiri dari 19 pertanyaan yang harus diisi sendiri. Sembilan

belas pertanyaan yang pertama menilai faktor yang berhubungan

dengan kualitas tidur, meliputi durasi dan latensi tidur serta frekuensi

dan tingkat keparahan problem-problem spesifik yang berhubungan

dengan tidur. Dikelompokkan dalam tujuh komponen skor, setiap

komponen memiliki skala 0 – 3. Ketujuh komponen ini kemudian

dijumlahkan untuk menghasilkan satu skor global, yang memiliki

rentang 0 – 21; skor yang lebih tinggi mengidikasikan kualitas tidur

yang lebih buruk.

Skor global PSQI > 5 memberikan sensitivitas diagnostik 89,6%

dan spesifitas 86,5% dalam membedakan tidur yang baik dan yang

buruk. Interpretasi dari jumlah skor yang dihasilkan adalah kualitas

tidur baik jika total skor ≤ 5 dan kualitas tidur buruk jika total skor > 5.

Komponen- komponen itu adalah kualitas tidur subyektif, latensi tidur,

durasi tidur, efisiensi tidur sehari-hari, gangguan tidur, penggunaan

obat tidur, dan disfungsi aktivitas siang hari.

e. Gangguan tidur pada ibu hamil


Menurut Walsh (2007), kesulitan tidur disebabkan oleh gangguan

tidur yang dicetuskan oleh stessor psikologis, frekuensi berkemih,

ketidaknyamanan fisik, kesulitan memilih posisi yang nyaman,

gerakan janin, dan perasaan sesak nafas. Kebutuhan istirahat yang

cukup saat kehamilan yaitu minimal 8 jam pada malam hari dan 2 jam

di siang hari (Saifuddin,2011)

Gangguan tidur pada kehamilan meliputi :

a) Gangguan Fisik

1) Nyeri Punggung

Hormon relaksin dan progesteron bekerja pada kartilago dan

jaringan ikat pada sendi, tetapi hormon tersebut dapat

menimbulkan ketidaknyamanan (nyeri) pada ibu hamil, terutama

pada akhir kehamilan saat kadar hormon tersebut meningkat hal

ini menyebabkan perubahan gaya berjalan sehingga dapat

mempengaruhi keseimbangan. Relaksasi sendi sakroiliaka dan

perubahan postur dapat menyebabkan sakit punggung karena otot

abdomen menjadi semakin teregang (Kamariyah dkk, 2016).

Postur tubuh wanita secara bertahap mengalami perubahan

karena janin membesar dalam abdomen sehingga untuk

mengkompensasi penambahan berat ini, bahu lebih tertarik ke

belakang dan tulang lebih melengkung, sendi tulang belakang


lebih lentur dan dapat menyebabkan nyeri punggung pada

beberapa wanita hamil (Pantiawati, Ika., Saryono, 2010).

2) Dispnea Kehamilan

Pembesaran uterus meningkatkan tekanan diagfragma dan

menurunkan kapasitas residu fungsional. Progesteron bekerja

pada pusat pernapasan untuk meningkatkan ambang oksigen.

Peningkatan volume tidal membuat PCO2 turun, yang

menyebabkan dispnea diantara 60-70% wanita hamil.

(Sinclair,Constantence, 2009).

3) Edema Ektremitas Bawah

Edema fisiologis memburuk seiring penambahan usia

kehamilan karena aliran balik vena terganggu akibat berat uterus

yang membesar (Sinclair,Constantence, 2009).

4) Keletihan

Pada wanita hamil basal metabolisme rate (BMR) meninggi.

BMR meningkat hingga 15-20 % yang umumnya terjadi pada

triwulan terakhir. Kalori yang dibutuhkan untuk itu diperoleh

terutama dari pembekaran hidratarang, khususnya sesudah

kehamilan 20 minggu ke atas. (Sinclair,Constantence, 2009)

5) Kram Kaki

Kram kaki disebabkan oleh rendahnya kalsium dalam tubuh

atau tidak pernah melakukan aktivitas seperti olahraga. Tekanan

uterus dapat mempengaruhi sirkulasi arteri pada ke ekstremitas


bawah dan dapat memebri tekanan pada saraf yang berjalan

melewati foramen obturator (Sinclair,Constantence, 2009).

6) Nokturia

Nokturia atau berkemih pada malam hari dapat mengganggu

tidur dan siklus tidur (Potter&Perry, 2005) Nokturia pada

kehamilan terjadi karena wanita berada dalam posisi rekumben

dan kekuatan yang lebih menekan vena kava inferior, yang

menambah aliran darah ke ginjal dan meningkatkan kecepatan

filtrasi glomerulus. (Sinclair,Constantence, 2009).

b) Gangguan Psikis

Kecemasan tentang masalah pribadi atau situasi dapat mengganggu

tidur. Stres emosional menyebabkan seseorang menjadi tegang dan

seringkali mengarah frustasi apabila tidak tidur. Stres juga

menyebabkan seseorang mencoba terlalu keras untuk tidur, sering

terbangun selama tidur. (Perry&Potter, 2011)

c) Lingkungan

Lingkungan fisik tempat sesorang tidur berpengaruh penting pada

kemampuan untuk tertidur dan tetap tertidur. Ventilasi yang baik

adalah esensial untuk tidur yang tenang. Ukuran, kekerasan dan

posisi tempat tidur mempengaruhi kualitas tidur. Suara juga

mempengaruhi tidur . Tingkat suara yang diperlukan untuk

membangunkan orang tergantung pada tahap tidur (Perry&Potter,

2011) Tingkat cahaya dapat mempengaruhi kemampuan untuk


tidur. Karena dengan adanya cahaya dapat mempengaruhi hormon

melatonin yang berpengaruh terhadap kualitas tidur. Selain itu suhu

ruangan yang terlalu hangat atau terlalu dingin seringakali

menyebabkan klien gelisah

d) Gaya Hidup

Alkohol, rokok, kopi, obat penurun berat badan, jam kerja yang

tidak teratur, juga dapat menjadi faktor penyebab sulit tidur. Gaya

hidup tidak sehat ibu hamil yang tidak sehat antara lain tidak

melakukan latihan dengan teratur selama sekurang- kurangnya 30

menit, merokok atau menggunakan tembakau tanpa asap, minum

bir, anggur liquor atau minuman ringan beralkohol lain,

mengkonsumsi obat-obatan jalanan (seperti mariyuna, sowners,

crack, heroin dll) (Bobak, 2012) Aktivitas yang tinggi

membutuhkan lebih banyak tidur untuk menjaga keseimbangan

energinya yang telah dikeluarkan. Kondisi tubuh yang lelah dapat

mempengaruhi gaya tidur seseorang. Semakin lelah seseorang,

semakin pendek siklus tidur REM yang dilaluinya. Setelah

beristirahat biasanya siklus REM akan kembali memanjang (Dewi,

2012)

f. Penatalaksanaan Gangguan Tidur

a. Farmakologis

Mengantuk dan depresi tidur menjadi efek samping medikasi yang

umum. Medikasi yang diresepkan untuk tidur seringkali


memberikan banyak masalah dari pada keuntungan. Orang masa

muda dan dewasa tengah dapat tergantung pada tidur untuk

mengatasi stresor gaya hidup. Berikut jenis obat obatan dan

pengaruh pada tidur (Perry&Potter, 2011).

1) Hipnotik

Dapat mengganggu dengan mencapai tahap tidur yang lebih

dalam, Memberikan hanya peningkatan kualitas tidur sementara

(satu minggu), menyebabkan rasa mengambang sepanjang hari,

perasaan mengantuk yang berlebihan dan bingung.

2) Diuretik

Menyebabkan nokturia

3) Antidpresan dan Stimulan

Menekan tidur REM, menurunkan total waktu tidur,

4) Alkohol

Mempercepat mulainya tidur, mengganggu tidur REM,

membangunkan seseorang pada malam hari dan menyebabkan

kesulitan untuk tidur kembali

5) Benzodiazepin

Meningkatkan waktu tidur, meningkatkan kantuk siang hari

(Perry&Potter, 2005)

b. Nonfarmakologi

Penanganan secara non-farmakologi sangat beragam macamnya,

tergantung pada jenis gangguan tidur yang dialami. Pada kasus


Obstructive Sleep Apne (OSA) dapat dilakukan posisi tidur miring,

dan aktivitas/olahraga untuk penurunan berat badan. Lain halnya

dengan kasus Restless Legs Syndrome (RLS) dan Periodic Limb

Movement Disorder (PLMD), merendam kaki dan tungkai atas

dengan air hangat serta olah raga ringan (jalan kaki) yang

dikerjakan teratur dapat menghilangkan gejala kedua gangguan

tidur ini (Darmojo, 2009).

Terapi non-farmakologis yang lainnya adalah terapi

komplementer. Terapi komplementer ini bersifat terapi pengobatan

alamiah diantaranya adalah dengan terapi herbal, terapi nutrisi,

relaksasi progresif, meditasi, terapi tawa, akupuntur, akupresur,

aromaterapi, refleksiologi dan hidroterapi (Sudoyo, 2006). Salah

satu terapi komplementer yang dapat direkomendasikan untuk

mengatasi gangguan tidur adalah dengan Hydrotherapy. Teknik

yang digunakan adalah memanfaatkan air untuk menyembuhkan

dan meredakan berbagai macam penyakit ringan dan air juga bisa

digunakan dalam sejumlah cara yang berbeda (Sulaiman, 2009).

Manfaat hydrotherapy khususnya penggunaan air hangat adalah

membantu merangsang sirkulasi darah, serta menyegarkan tubuh.

Hal ini berakibat pada efek peningkatan relaksasi (Handoyo, 2014).

3. Hidroterapi

a. Pengertian
Hydrotherapy adalah penggunaan air untuk menyembuhkan dan

Kehangatan air membantu mengendurkan otot dan mengurangi nyeri,

hal inilah yang menimbulkan rasa rileks pada tubuh (Arnot, 2009).

b. Jenis-jenis hidroterapi

Hydrotherapy memiliki berbagai macam jenis, Ningrum (2012)

membaginya sebagai berikut:

1) Rendaman air

Jenis terapi ini adalah dengan melakukan perendaman bagian tubuh

tertentu di dalam bak atau kolam yang berisi air bersuhu tertentu

selama minimal 10 menit.

2) Pusaran Air (Whirlpool)

Terapi ini menggunakan berbagai alat jet atau juga nozzle yang

dapat menambah tekanan pada pompa. Alat ini dirancang khusus

dengan tekanan dan suhu yang dapat diatur sesuai kebutuhan

3) Terapi air panas dan dingin (Contrast Bath)

Terapi ini menggunakan dua jenis air yang temperaturnya berbeda,

yakni panas dan dingin dan dilakukan secara bergantian.

Diantara jenis-jenis Hydrotherapi di atas, perendaman

menggunakan air hangat sangat efektif sebagai upaya untuk

peningkatan kualitas tidur (Ebben dan Spielman, 2006). Teknik yang

digunakan dapat berupa perendaman kaki dalam sebuah bak yang

berisi air hangat.


c. Merendam Kaki dengan Air Hangat

Merendam kaki dengan air hangat merupakan pemberian aplikasi

panas pada tubuh untuk mengurangi gejala nyeri akut maupun kronis.

Terapi ini efektif untuk mengurangi nyeri yang berhubungan dengan

ketegangan otot walaupun dapat juga dipergunakan untuk

mengatasi masalah hormonal dan kelancaran peredaran darah.

Pengobatan Tradisional Tiongkok menyebut kaki adalah jantung kedua

tubuh manusia, barometer yang mencerminkan kondisi kesehatan

badan. Ada banyak titik akupunktur di telapak kaki. Enam meridian

(hati, empedu, kandung kemih, ginjal, limpa dan perut) ada di kaki

(Arnot, 2009). Panas pada hidroterapi dipergunakan untuk

meningkatkan aliran darah kulit dengan jalan melebarkan pembuluh

darah yang dapat meningkatkan suplai oksigen dan nutrisi pada

jaringan. Panas juga meningkatkan elastisitas otot sehingga

mengurangi kekakuan otot (Intan A, 2010).

4. Pengaruh Hidroterapi terhadap perubahan fisiologis ibu hamil

Kerja air hangat pada dasarnya adalah meningkatkan aktivitas

molekuler (sel) dengan metode pengaliran energi melalaui konveksi

(pengaliran lewat medium cair) (Intan A, 2010). Metode perendaman kaki

dengan air hangat memberikan efek fisiologis terhadap beberapa bagian

tubuh organ manusia. Berikut ini adalah beberapa organ yang mengalami

perubahan fisiologis, yaitu:


a) Jantung

Tekanan hidrostatik air terhadap tubuh mendorong aliran darah

dari kaki menuju ke rongga dada dan darah akan berakumulasi

di pembuluh darah besar jantung. Air hangat akan mendorong

pembesaran pembuluh darah kulit dan meningkatkan denyut jantung.

Efek ini berlangsung cepat setelah terapi air hangat diberikan

(Ningrum, 2012).

b) Jaringan otot

Air hangat dapat mengendorkan otot sekaligus memiliki efek

analgesik. Tubuh yang lelah akan menjadi segar dan mengurangi rasa

letih yang berlebihan. Hal ini dapat mengurangi gejala kesemutan

atau Restless Legs Syndrom (RLS) pada lansia (Darmojo, 2009;

Ningrum, 2012).

c) Organ Pernapasan

Aliran darah yang lancar akan membawa nutrisi dan oksigen yang

cukup untuk dibawa ke rongga dada serta paru-paru. Peningkatan

kapasitas paru juga dapat terjadi, hal ini dapat mengurangi gejala

Sleep Disordered Breathing (SDB) (Darmojo, 2009; Ningrum,

2012).

d) Sistem Endokrin

Berendam menggunakan air hangat dapat melepaskan dan

meningkatkan sekresi hormon pertumbuhan tubuh. Sirkulasi hormon

kortisol misalnya, air hangat dapat meningkatkan sekresi hormon


tersebut dan menimbulkan rasa “kegembiraan” bagi seseorang. Pada

terapi merendam kaki dengan air hangat dapat menyebabkan efek

sopartifik (efek ingin tidur), hal ini kemungkinan dapat disebabkan

oleh peningkatan sekresi hormone melatonin sebagai dampak dari

rendam air hangat pada kaki sehingga seseorang yang merendam

kakinya dengan air hangat dapat meningkat kualitas tidurnya (Amirta,

2007; Ningrum 2012).

e) Persyarafan

Efek merendam kaki dengan air hangat dapat menghilangkan stress

(Ningrum, 2012). Tidak hanya itu, jika merendam kaki dilakukan

lebih dari 5 menit akan menimbulkan relaksasi (Ebben & Spielman,

2006).
B. Kerangka Teori

Farmakologi
- Diit
Terapi - Meditasi / Yoga
Non - Senam Hamil
Farmakologi - Akupuntur/Akupressure
- Hidroterapi

Hidroterapi
(Merendam kaki
dengan air hangat)

- Status kesehatan
- Gangguan Fisik
- Gangguan Psikis
Relaksasi
- Lingkungan
Meningkat
- Gaya Hidup
- Obat
- Diit

Kualitas tidur Ibu


Hamil

- Usia
- Pekerjaan

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Modifikasi Teori Prawirohajo (2010), Ningrum (2012), Mubarak (2007),
Potter&Perry (2011).
C. KERANGKA KONSEP

Hidroterapi
Kualitas tidur Ibu
(Merendam kaki
Hamil
dengan air hangat)

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

D. HIPOTESIS

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada pengaruh Hidroterapi

merendam kaki dengan air hangat terhadap peningkatan kualitas tidur ibu

hamil di Wilayah Puskesmas Gantiwarno, Klaten.”

Anda mungkin juga menyukai