Anda di halaman 1dari 19

“ Pengaruh Pemberian Peroral Berbagai Penyedap Rasa Terhadap Histologi

Hati Mencit (Mus musculus)”

Disusun sebagai tugas UTS Semester 7

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UM Jember

Oleh:

Nama :Nadiatuz Zahroh

NIM : 1610211027

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia kaya akan rempah-rempah. Terdapat berbagai jenis spesies

rempah-rempah yang telah digunakan dalam masakan sejak zaman nenek

moyang, seperti kunyit (Curcuma longa), bawang merah (Allium cepa), bawang

putih, dll. Namun Seiring dengan perkembangan zaman, manusia lebih memilih

dan menyukai hal yang instan. Demikian juga dengan perkembangan bumbu

masakan.

Monosodium glutamat (MSG) merupakan salah satu bahan yang

digunakan dalam penyedap rasa. MSG adalah hasil dari purifikasi glutamat atau

gabungan dari beberapa asam amino dengan sejumlah kecil peptida yang

dihasilkan dari proses hidrolisis protein (hydrolized vegetable protein/HVP).

Glutamat adalah komponen utama dari banyak protein dan peptida, dan banyak

dalam banyak jaringan. Glutamat juga diproduksi dalam tubuh dan memainkan

peran penting dalam metabolisme tubuh. Pada hakikatnya, semua makanan

mengandung glutamat. Ia merupakan komponen mayor dari banyak protein

makanan alami, seperti daging, ikan, susu dan beberapa sayuran (Filler, 1979).
Berbagai merk dagang MSG telah dikenal di masyarakat secara luas seperti

ajinomoto, vetsin, micin, sasa, miwon dan sebagainya (Maidawilis, 2010).

Dipasar Indonesia, sudah banyak produk penyedap rasa yang telah

beredar. Penyedap rasa banyak diminati oleh ibu rumah tangga. Selain

penggunaannya yang praktis, harga yang terjangkau dan tetap membuat para ibu

lebih memilih menggunakan penyedap rasa daripada bahan alami yang harganya

relatif mahal dan tidak tetap. Padahal terdapat dampak negatif penggunaan

penyedap rasa secara berlebihan. Masyarakat Indonesia rata-rata mengkonsumsi

MSG sekitar 0,6 g/kg BB (Prawirohardjono, dkk., 2000).

Semakin banyak peminat, semakin banyak juga kabar hoax yang beredar

di masyarakat. Misalnya pada produk MSG dapat menyebabkan penurunan

kecerdasan pada anak. Karena itulah banyak orang yang melakukan penelitian

tentang dampak MSG terhadap tubuh makhluk hidup.

Pada penelitian lain disebutkan bahwa perlakuan mencit dengan MSG

dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada struktur histologi hati mencit

sehingga dapat menimbulkan gejala patologis berupa degenerasi dan nekrosis. (Ni

Gusti Ayu Manik Ermayanti).

Karena hal tersebut penulis ingin melakukan penelitian tentang dampak

MSG yang terkandung dalam penyedap rasa terhadap histologi hati mencit (Mus

musculus) pada berbagai merek penyedap rasa di Indonesia.

1.2 Masalah Penelitian

1. Bagaimana pengaruh MSG dalam penyedap rasa terhadap histologi hati

mencit (Mus musculus)?


2. Penyedap rasa mana yang lebih berdampak pada histologi hati mencit (Mus

musculus)?

3. Adakah dampak pemberian peroral MSG terhadap perubahan berat badan

menci (Mus musculus)?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Dapat mengetahui bagaimana pengaruh MSG dalam penyedap rasa terhadap

histologi hati mencit (Mus musculus)

2. Dapat mengetahui penyedap rasa mana yang lebih berdampak pada histologi

hati mencit (Mus musculus)

3. Dapat mengetahui dampak pemberian peroral MSG terhadap perubahan berat

badan menci (Mus musculus)

1.4 Definisi Operasional

1. MSG (Monosodium Glutamat) merupakan garam sodium L-glutamic acid


yang digunakan sebagai bahan penyedap makanan untuk merangsang selera.

MSG adalah garam natrium dari asam glutamat (glutamic acid).

2. Mencit adalah anggota Muridae yang berukuran kecil. Mencit mudah

dijumpai di rumah-rumah dan dikenal sebagai hewan pengganggu karena

kebiasaannya menggigiti mebel dan barang-barang kecil lainnya, serta

bersarang di sudut-sudut lemari.

3. Histologi adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur jaringan secara

detail menggunakan mikroskop pada sediaan jaringan yang dipotong tipis,

salah satu dari cabang-cabang biologi.


4. Mikroskop adalah sebuah alat untuk melihat objek yang terlalu kecil untuk

dilihat secara kasat mata. Mikroskop merupakan alat bantu yang dapat

ditemukan hampir diseluruh laboratorium untuk dapat mengamati organisme

berukuran kecil.

5. Preparat adalah objek yang diamati dengan mikroskop.preparat dapat

berupa preparat kering atau basah yang berupa sayatan atau tanpa sayatan. 

6. Aklimasi adalah penyesuaian fisiologis dan prilaku suatu organisme sebagai

reaksi terhadap suatu perubahan lingkungan,atau modifikasi sifat fenotif suatu

organisme yang disebabkan lingkungan.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Penentu Kebijakan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan modal pemahaman untuk

memberikan kebijakan dalam menentukan batas aman konsumsi MSG terkait

tindakan preventif dan pemeliharaan kesehatan hepar.

1.5.2 Bagi Masyarakat

1. Masyarakat dapat mengetahui dampak penggunaan MSG secara berlebihan

2. Masyarakat tidak lagi salah presepsi tentang dampak MSG dapat membuat

orang menjadi bodoh


1.5.3 Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi awal dalam upaya promotif dan preventif

terkait pengendalian kasus penyakit hepar yang disebabkan oleh konsumsi MSG

secara berlebihan

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif adalah

penelitian yang dilakukan terhadap variabel mandiri, yaitu tanpa membuat

perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain. Tujuan penelitian

deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, lukisan secara sistematis,

faktual dan akurat mengenai fakta, sifat serta hubungan antara berbagai fenomena

yang diselidiki. Penelitan ini bertujuan untuk menguji dan memberikan bukti

empiris tentang pengaruh pemberian peroral berbagai penyedap rasa terhadap

histologi hati mencit (Mus musculus).


BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Kandungan Penyedap Rasa

Penyedap rasa merupakan bahan tambahan makanan yang meningkatkan

dan mempertegas rasa sehingga suatu makanan dapat disukai konsumen. MSG

adalah reproduksi sintetis glutamat alami. Sebagai glutamat bebas (tidak terikat),

ia ditambahkan ke makanan untuk meningkatkan rasa dan meniru umami alami.

Menurut Downsky (2018) istilah "glutamat" mengacu pada berbagai bentuk asam

glutamat, asam amino non-esensial yang merupakan salah satu yang paling

banyak ditemukan di alam. Glutamat secara alami diproduksi oleh tubuh manusia

dan juga terdapat pada makanan, seperti rumput laut, jamur, kacang polong, dan

keju. Tingginya permintaan terhadap penyedap rasa menimbulkan produksi

glutamat diolah secara sintetis. Saat ini, penyedap rasa dibuat dengan

mengekstraksi dan mengkristalkan MSG dari kaldu rumput laut. MSG diproduksi

dari fermentasi pati, bit gula, tebu atau molase. Proses fermentasi ini mirip dengan

yang digunakan pada fermentasi yogurt, cuka, dan anggur.


2.1.2 Struktur MSG

bahan ini dapat ditemukan dengan mudah di alam. Glutamat terkandung

dalam bahan makanan yang mengandung protein, seperti susu, daging, sayuran

dan lain-lain. Sebagai senyawa nutrisional non-essensial di dalam tubuh, senyawa

ini mengalami aminasi reduktif α-ketoglutarat yang dikatalisis oleh glutamat

dehidroginase melalui jalur asam sitrat sehingga menjadi L-glutamat.

COOH - CH2 - CH2 - CH2 - COOH


|
NH2
Asam Glutamat

COOH – CH2 – CH2 – COONaH2O


|
Na
Monosodium Glutamat

2.1.4 Manfaat MSG

Asam glutamat berperan penting sebagai neurotransmitter dalam jaras

persarafan dari organ ke otak. Ia juga bertugas untuk mengativasi regulasi sifat-

sifat sel saraf, seperti plastisitas, sinaptik, pembelajaran, memori, aktivitas

motorik dan perkembangan saraf. Selain itu, ia juga membantu metabolism energi

dan sintesis beberapa asam amino, seperti glutathion dan protein.37

Selain sebagai neurotransmitter pada sinaps eksitatori di sistem saraf pusat

dimana diperankan oleh mGluR4 (merupakan salah satu jenis reseptor glutamat),

glutamat juga memodulasi eksitabilitas dan transmisi sinaps melalui second

messenger signaling
2.1.5 Efek Berbahaya MSG

Pemberian MSG peroral atau subkutan meningkatkan jumlah lesi pada

otak sampai 4 kali lipat, misalnya pada area nucleus arkuata. Kenaikan jumlah lesi

ini diikuti dengan peningkatan jumlah glutamat dalam plasma. Peningkatan ini

mencapai puncaknya setelah 15 menit di dalam plasma, sedangkan dalam nukleus

arkuata dicapai setelah 3 jam kemudian. Peningkatan kadar glutamat dalam range

tertentu memberikan gambaran lesi pada nukleus arkuata hipotalamus. Menurut

Stegink, hal ini tidak akan terjadi pada tikus yang kadar MSG Plasma dibawah 50

umol/dl.40 Menurut Olney, konsetrasi diatas 60 umol/dl dapat menyebabkan

kerusakan pada otak. Beberapa penelitian lain mengatakan bahwa MSG dapat

menyebabkan gangguan endokrinal melalui mekanisme HP Axis.

Pada beberapa penelitian MSG juga mempunyai efek toksis terhadap sel

hepatosit dengan mempengaruhi integritas selular, merusak permeabilitas

membran, dan homeostasis volume sel. Pembengkakan parenkim hepar dapat

menyebabkan iskemik jaringan dan gangguan farmakologik transpor selular.

Dalam keadaan normal, di antara sel-sel hepatosit dan dinding pembuluh darah

akan ditemukan proses pembentukan darah, namun karena pemberian MSG akan

terjadi pembengkakan pada sel-sel hepatosit dan dilatasi vena sentral sehingga

fungsi hematopoietik hepar akan terganggu.

2.1.6 Histologi Hati Mencit

2.1.6.1 Anatomi Hati Mencit

Hepar adalah organ pusat metabolik terbesar (dengan berat kurang lebih

1400-1600 g) dan terpenting bagi tubuh, serta dapat dipandang sebagai pabrik
biokimia utama tubuh. Dalam sistem pencernaan, organ ini berguna membantu

jalannya proses sekresi garam empedu dan sebagai tempat penyaring senyawa

senyawa yang didapat dari luar tubuh. Di dalam organ ini secara umum terjadi

proses sintesa, modifikasi, penyimpanan serta pemecahan dan ekskresi dari

berbagai macam zat yang dibutuhkan untuk hidup.

Hepar terletak pada regio hypocondrium dextra dan epigastrium, meluas

sedikit (pada kuadran kanan atas hingga kiri atas) pada regio hypocondrium

sinistra, posisi ini membuat organ hepar terbgai menjadi 2 facies, yaitu facies

diaphragmatika ( terbentuk pada dinding inferior dari diaphragma) membentang

ke arah anterior, superior dan posterior dari hepar dan facies visceralis (yang

sebagian besar ikut tertutupi oleh peritoneum visceralis). Hepar juga berada di

antara beberapa organ lainnya, sehingga mempunyai batas-batas di setiap sisi,

dimana batas atasnya berada sejajar dengan ruang interkostal V kanan, batas

bawahnya menyerong ke atas dari iga IX kanan ke iga VIII kiri.Untuk melekatkan

organ hepar dengan lapisan maupun organ sekitar, hepar dilengkapi dengan

ligamentum-ligamentum di sekitarnya yang masing-masing berfungsi untuk tetap

menjaga hepar tetap pada tempatnya seperti ligamentum teres hepatis,

ligamentum coronarium, ligamentum falciform.

Organ hepar juga terbagi menjadi beberapa lobus, yaitu lobus dextra dan

lobus sinistra. Lobus dextra mempunyai ukuran lebih besar dibanding lobus

sinistra. Setiap lobus terbagi menjadi beberapa lobus, sehingga sering juga

dikatakan 4 lobus, yaitu 2 mayor dan 2 minor. Pada lobus dextra, terdapat 2 lobus

lagi, yakni lobus caudatus (bagian posterior) dan lobus quadratus (bagian

inferior) yang mempunyai fungsi berbeda. lobus caudatus berbentuk cekung dan
terdapat celah transversal sepanjang 5 cm dari sistem porta hepatis. Secara

mikroskopis, hepar mempunyai sekitas 50.000-100.000 lobulus yang berbentuk

heksagonal. Ketika dibuat garis khayalan dari garis parasagittalis yang melewati

fossae vesicae biliaris sampai ke sulcus vena cavae, maka hepar terbagi menjadi 2

bidang yang sama. Garis bidang ini terletak pada vena hepatica media, yang

penting bidang utama membagi separuh kiri hepar dari separuh kanan. Antar

lobus ini tidak mempunyai ukuran yang sama dan memiliki sedikit relevansi

dengan anatomi pembedahan. Secara anatomi, teradapat delapan segmen hepar

yang berhubungan dengan arteri hepatica, porta hepatis dan drainase biliaris dari

segmen-segmen tersebut. Lobus caudatus didefinisikan sebagai Segmen I,

selebihnya diberi nomer sesuai arah jarum jam sampai segmen VIII.

2.1.6.2 Histologi Hati Mencit

Secara mikroskopis, hepar juga mempunyai susunan yang khas. Hepar

tersusun atas unit-unit fungsional yang dikenal sebagai lobulus (susunan jaringan

berbentuk heksagonal mengelilingi vena sentral). Pada setiap 6 sudutnya, terdapat

masing-masing 3 pembuluh : arteri hepatika, cabang vena porta dan duktus

biliaris.Darah dari arteri dan vena tersebut mengalir melalui perifer menuju

sentral. Pada bagian sentral terdapat sinusoid. Selain itu, terdapat sistem proteksi

oleh sel kupffer yang berfungsi menelan dan menghancurkan sel darah merah dan

bakteri yang melewatinya. Sel hepatosit berada di antara sinusoid dalam lempeng-

lempeng yang tebalnya 2 sel, sehingga masing-masing tepi lateral yang menjadi

bagian menghadap ke genangan darah pada sinusoid, vena sentral sebagai ujung-

ujung dari sinusoid juga akan menyatu membentuk vena hepatika yang akan
mengalirkan darah keluar dari hepar lalu ke saluran tipis pengangkut empedu,

kanalikulus biliaris yang berjalan di antara sel-sel di dalam setiap lempeng hepar.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, apakah bahan uji dapat

berpengaruh pada histologi hati mencit atau tidak. Serta adakah perubahan berat

badan mencit pada perlakuan peroral.

3.2 Rancangan Penelitian

3.2.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang digunakan adalah hewan coba homoioterm berupa

mencit betina dengan berat 25 gram . Mencit termasuk mamalia dan memiliki

struktur organ yang mirip dengan manusia. Sehingga bisa dijadikan sampel uji

untuk penelitian.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan kurang lebih selama 14 hari secara berturut-turut.

Untuk melihat apakah terdapat dampak pemberian MSG terhadap histologi hati

mencit.
3.2.3 Tempat Penenlitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Dasar, UM Jember.

3.2.4 Lama Tindakan

Pemberian perlakuan peroral pada mencit adalah 1 kali 24 jam dengan

dosis 0,01 g selama 14 hari.

3.3 Prosedur Penelitian

1. Aklimasi Hewan Coba

Hewan uji yang digunakan dalam praktikum ini adalah mencit (Mus

musculus) betina. Mencit dipelihara di dalam kandang beralaskan sekam dengan

periode penyinaran selama 12 jam terang dan 12 jam gelap di dalam ruangan

bersuhu 24-28oC dengan kisaran kelembapan 60-75%.

2. Penentuan Dosis MSG

Penginduksian MSG pada mencit dengan aturan dosis yaitu:

Diketahui :

Dosis untuk manusia = 1,5 g/70Kg BB

Ditanya = Dosis untuk mencit ?

Penyelesaian =

a. Dosis mencit = 1,5 g x 0.0026

= 0,0039 g (untuk mencit 20 g)

b. Mencit 25 g = 25/20 x 0,0039


= 0,0049 g (untuk mencit 25 g)

Maka perlakuan peroral untuk mencit ukuran 25 gram = 0,0049g/0,5

ml = 0,01 g

3. Penimbangan mencit

4. Pengambilan Sampel Hati

Mencit dibedah hingga tampak hati. Lalu membuat preparat hati mencit.

5. Pengamatan Hati mencit dibawah mikroskop

3.4 Populasi dan Sample

Hepar termasuk salah satu kelenjar endokrin karena menghasilkan hormon.

Pengaruh hormonal lebih tinggi pada mencit betina. Atas dasar ini, peneliti

menggunakan hewan coba berupa tikus betina karena bertujuan untuk melihat

perubahan sel hepatosit yang dipengaruhi oleh kondisi hormonal akibat pemberian

perlakuan dalam jangka waktu relatif singkat (14 hari). Penelitian ini

menggunakan mencit betina (Mus musculus), berat 25 gram. Jumlah sampel

dihitung dengan Rumus Federer:

( t - 1 ) ( n - 1 ) > 15

( t – 1 ) ( n – 1 ) > 15

( 4 – 1 ) ( n – 1 ) > 15

3 ( n – 1 ) > 15

n–1>5

n>6

Ket:
t = jumlah kelompok penelitian

n = jumlah ulangan sampel

Kelompok penelitian dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok perlakuan,

sebanyak 3 kelompok dan kelompok kontrol, jumlah kelompok penelitian adalah

4 kelompok. Berdasarkan perhitungan, maka dibutuhkan minimal 6 tikus

perkelompok untuk diambil organ heparnya, sehingga pada total ulangan untuk

sampel adalah dibutuhkan sebanyak 24 sampel. Untuk masing-masing kelompok

kontrol dan kelompok perlakuan dibutuhkan organ hepar dari sejumlah 6 tikus

masing-masing kelompok. Jadi, total ada 24 organ hepar yang didapat. Kelompok

penelitian terdiri dari 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok

kontrol yang masing-masing kelompok terdiri dari:

1. Kelompok Kontrol

(A)Kelompok A : kelompok dengan kontrol murni positif, diberikan akuades 0,01

g/hari

2. Kelompok Perlakuan

(B) Kelompok B : kelompok dengan pemberian MSG merek dagang “A”

0,01g/kgBB/hari dalam 4 ml akuades

(C) Kelompok C : kelompok dengan pemberian MSG merek dagang “B”

0,01g/kgBB/hari dalam 4 ml akuades

(D) Kelompok D : kelompok dengan pemberian MSG merek dagang “C”

0,01g/kgBB/hari dalam 4 ml akuades


3.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Dasar, UM Jember. Jl.

Gumuk Kerang, Karangrejo, Kec. Sumbersari, Kabupaten Jember, Jawa Timur

68124. Penelitian ini dilakukan kurang lebih selama 14 hari secara berturut-turut.

Untuk melihat apakah terdapat dampak pemberian MSG terhadap histologi hati

mencit.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengambilan data yang kami gunakan adalah observasi dan

penelitian langsung. Observasi adalah pengamatan langsung kepada suatu obyek

yang akan diteliti, sedangkan penelitian lapangan adalah usaha pengumpulan data

dan informasi secara intensifdisertai analisa dan pengujian cembali atas semua

yang telah dikumpulkan.

3.7 Instrumen Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, instrumen yang akan digunakan dalam pengumpulan

data adalah observasi langsung. Dimana teknik ini menuntut adanya pengamatan

secara langsung terhadap objek penelitiannya.

Instrumen yang dipakai berupa:

a. Lembar pengamatan

b. Panduan pengamatan

3.8 Teknik Penganalisisan Data


Pada percobaan ini kami menggunakan teknik pengumpulan data

kuantitatif. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan analysis of

variance (ANOVA). Perhitungan secara kuantitatif matematik dapat di lakukan

sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang belaku umum di dalam suatu

parameter. Jadi, yang diukur dalam penelitian sebenarnya ialah bagian kecil dari

populasi atau sering disebut “data”.


DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjono, W., Dwiprahasto, I., Indwiani, A., Hadiwandowo, S., Kristin,

E., Muhammad, M., dan Michael, F.K. (2000). The Administration to

Indonesians of

Monosodium L-glutamat in Indonesian Foods: An Assessment of Adverse

Reactions in a Randomized. Journal Of Nutrition. 130(4): 1074-1076.

Maidawilis. (2010). Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamat Terhadap

Kadar Follicle Stimulating Hormon Dan Luteinizing Hormon Mencit

(Mus Musculus) Betina Strain Jepang. Tesis. Padang: Universitas

Andalas.

Filer, LJ., Garattini, S., Kare, MR., Reynolds, WA., Wurtman, RJ. Free and

Bound Glutamate in Natural Products. New York: Raven Press; 1979, p.

25- 34.] dalam skripsi Sandy Rahmando

Ni Gusti Ayu Manik Ermayanti, Struktur Histologi Hati Mencit (Mus Musculus

L.) Setelah Perlakuan Monosodium Glutamat (MSG), Prosiding Seminar

Nasional Prodi Biologi F. MIPA UNHI

Sandy Ramando, 2016, Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamat Peroral

Selama 14 Hari Terhadap Gambaran Histologi Sel Hepatosit Pada Tikus Putih

Betina Sprague dawley Usia Rereproduktif (8-12 MINGGU

Anda mungkin juga menyukai