Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN DAN LAPORAN KASUS

SISTEM PERNAFASAN : PNEUMONIA (POST COVID)


Diajukan untuk memenuhi tugas seminar praktikum di RS Bayuasih

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6

1. Dinar Darmila
2. Ismi Nursyamsiah
3. Neng Nisa Alawiyah
4. Sindy Meilani
5. Gantris Adinda

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR
CIMAHI
2021
DAFTAR PUSTAKA
BAB I...........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.......................................................................................................................3
1. Latar Belakang...............................................................................................................3
2. Tujuan.............................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................5
TINJAUAN TEORI...................................................................................................................5
BAB III......................................................................................................................................21
TINJAUAN KASUS.................................................................................................................21
1. PENGKAJIAN...............................................................................................................21
F. Analisa Data..................................................................................................................26
G. Diagnosa Keperawatan Sesuai Dengan Prioritas............................................................28
H. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN....................................................................28
I. CATATAN PERKEMBANGAN...................................................................................31
BAB IV......................................................................................................................................34
PEMBAHASAN.......................................................................................................................34
BAB V.......................................................................................................................................36
PENUTUP.............................................................................................................................36
A. KESIMPULAN.............................................................................................................36
B. SARAN..........................................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................37

2
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Di masa pandemi COVID-19, tenaga medis berupaya memberikan


perawatan yang terbaik untuk membantu penyembuhan pasien COVID-19. Pasien
dengan COVID-19 yang dirawat di Rumah Sakit banyak yang mengeluh mengalami
sesak nafas. Sebagai seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan tidak
hanya berupa terapi konvensional, tetapi dapat dilakukan bersamaan dengan terapi
komplementer sebagai upaya untuk membantu proses penyembuhan penyakit.

Kasus pneumonia misterius pertama kali dilaporkan di Wuhan, Provinsi


Hubei pada Desember 2019. Sumber penularan kasus ini masih belum diketahui
pasti, tetapi kasus pertama dikaitkan dengan pasar ikan di Wuhan (Huang C, 2020).
Penyakit ini berkembang sangat pesat dan telah menyebar ke berbagai provinsi lain
di Cina, bahkan menyebar hingga ke Thailand dan Korea Selatan dalam kurun
waktu kurang dari satu bulan. Pada 11 Februari 2020, World Health Organization
(WHO) mengumumkan nama penyakit ini sebagai Virus Corona Disease (COVID-
19) yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2, yang sebelumnya disebut 2019-
nCoV, dan dinyatakan sebagai pandemik pada tanggal 12 Maret 2020 (Susilo ,
2020).

Awalnya, penyakit ini dinamakan sementara sebagai 2019 novel corona


virus (2019-nCoV), kemudian WHO mengumumkan nama baru pada 11 Februari
2020 yaitu Coronavirus Disease (COVID-19) yang disebabkan oleh virus Severe
Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Virus ini dapat
ditularkan dari manusia ke manusia dan telah menyebar secara luas di China dan
lebih dari 190 negara dan teritori lainnya. Sampai tanggal 29 Maret 2020, terdapat
634.835 kasus dan 33.106 jumlah kematian di seluruh dunia. Sementara di
Indonesia sudah ditetapkan 1.528 kasus dengan positif COVID-19 dan 136 kasus
kematian (WHO, 2020).

Berdasarkan laporan WHO, pada tanggal 30 Agustus 2020, terdapat


24.854.140 kasus konfirmasi COVID-19 di seluruh dunia dengan 838.924 kematian
(CFR 3,4%). Wilayah Amerika memiliki kasus terkonfirmasi terbanyak, yaitu
13.138.912 kasus. Selanjutnya wilayah Eropa dengan 4.205.708 kasus, wilayah
Asia Tenggara dengan 4.073.148 kasus, wilayah Mediterania Timur dengan
1.903.547 kasus, wilayah Afrika dengan 1.044.513 kasus, dan wilayah Pasifik Barat
dengan 487.571 kasus (WHO, 2020).

3
Kasus terkonfirmasi COVID-19 di Indonesia masih terus bertambah.
Berdasarkan laporan Kemenkes RI, pada tanggal 03 Februari 2021 tercatat total
kasus COVID-19 sebanyak 1,1 juta terkonfirmasi dengan angka kematian 30.581

Corona virus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai
dari gejala ringan sampai berat . Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang
diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala seperti Middle
East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang
belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab COVID-19
ini dinamakan Sars-CoV-2. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan
dan manusia).

Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan
pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6
hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang dapat
menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan
kematian. Tanda-tanda dan gejala klinis yang dilaporkan pada sebagian besar kasus
adalah demam, dengan beberapa kasus mengalami kesulitan bernapas, dan hasil
rontgen menunjukkan infiltrate pneumonia luas di kedua paru. Gejala yang
dirasakan oleh penderita COVID-19 mirip dengan penderita SARS. Kebanyakan
orang yang terinfeksi akan mengalami gejala ringan hingga sedang. Center for
Disease Control (CDC) menyatakan saat ini dilaporkan dapat terjadi gejala
tambahan berupa kehilangan bau dan rasa (Kemenkes RI, 2020).

Pneumonia merupakan peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh


mikroorganisme bakteri, virus, jamur, dan parasit, namun pneumonia juga dapat
disebabkan oleh bahan kimia ataupun karena paparan fisik seperti suhu atau radiasi
(Djojodibroto, 2014). Sesak nafas merupakan gejala paling umum sekaligus paling
urgent pada pasien positif COVID-19 apabila gejala ini tidak lekas ditangani dan
ditindak lanjuti dengan tepat maka akan mengancam nyawa pasien. Adapun
guideline terapi farmakologis yang akan diberikan oleh Dokter Penanggung Jawab
Pelayanan (DPJP) adalah dengan memberikan obat-obatan yang mengurangi gejala
yang timbul pada pasien mengingat belum ditemukannya vaksin daripada virus ini.

2. Tujuan

Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan mampu memberikan asuhan


keperawatan yang aman dan efektif bagi pasien pneumonia post covid dengan
menerapkan berbagai teori, konsep dan prinsip-prinsip perawatan yang dilakukan
dengan baik di tatanan pelayanan rumah sakit.

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. Definisi
Pneumonia adalah peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh
mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, parasite. pneumonia juga disebabkan
oleh bahan kimia dan paparan fisik seperti suhu atau radiasi. (Djojodibroto, 2014).
Pneumonia merupakan infeksi pada paru yang bersifat akut. Penyebabnya
adalah bakteri, virus, jamur, bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru, dan
bisa juga disebabkan pengaruh dari penyakit lainnya. Pneumonia disebabkan oleh
Bakteri Streptococcus dan Mycoplasma pneumonia, sedangkan virus yang
menyebabkan pneumonia yaitu Adenoviruses, Rhinovirus, Influenza virus,
Respiratory syncytial virus (RSV) dan para influenza (Athena & Ika, 2014).
Pengertian COVID-19 Corona virus merupakan keluarga besar virus yang
menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Pada manusia biasanya
menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit
yang serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom
Pernapasan Akut / Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Penyakit ini
terutama menyebar di antara orang- orang melalui tetesan pernapasan dari batuk
dan bersin. Virus ini dapat tetap bertahan hingga tiga hari dengan plastik dan
stainless steel SARS CoV-2 dapat bertahan hingga tiga hari,atau dalam aerosol
selama tiga jam4. Virus ini juga telah ditemukan di feses, tetapi hingga Maret 2020
tidak diketahui apakah penularan melalui feses mungkin, dan risikonya
diperkirakan rendah (Doremalen et al, 2020).

2. Etiologi
Menurut Padila (2013), etiologi pneumonia:

a. Bakteri
Pneumonia bakteri didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram positif seperti:
Streptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri

5
gram negative seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P.
Aeruginosa

b. Virus

Disebabkan virus influenza yang menyebar melalui droplet. Penyebab utama


pneumonia virus ini yaitu Cytomegalovirus.

c. Jamur

Disebabkan oleh jamur hitoplasma yang menyebar melalui udara yang


mengandung spora dan ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.

d. Protozoa

Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya


pada pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2013). Penyebaran
infeksi melalui droplet dan disebabkan oleh streptococcus pneumonia, melalui
selang infus yaitu stapilococcus aureus dan pemakaian ventilator oleh P.
Aeruginosa dan enterobacter. Dan bisa terjadi karena kekebalan tubuh dan juga
mempunyai riwayat penyakit kronis.

Selain diatas penyebab terjadinya pneumonia yaitu dari Non


mikroorganisme:

a. Bahan Kimia

b. Paparan fisik seperti suhu dan radiasi (Djojodibroto, 2014).

c. Merokok.

d. Debu, bau-bauan, dan polusi lingkungan (Ikawati, 2016).

3. Patofisiologi

Menurut pendapat Sujono & Sukarmin (2009), kuman masuk kedalam


jaringan paru-paru melalui saluran nafas bagian atas menuju ke bronkhiolus dan
alveolus. Setelah Bakteri masuk dapat menimbulkan reaksi peradangan dan
menghasilkan cairan edema yang kaya protein. Kuman pneumokokusus dapat
meluas dari alveoli ke seluruh segmen atau lobus. Eritrosit dan leukosit mengalami
peningkatan, sehingga Alveoli penuh dengan cairan edema yang berisi eritrosit,
fibrin dan leukosit sehingga kapiler alveoli menjadi melebar, paru menjadi tidak

6
berisi udara. Pada tingkat lebih lanjut, aliran darah menurun sehingga alveoli penuh
dengan leukosit dan eritrosit menjadi sedikit.

Setelah itu paru tampak berwarna abu-abu kekuningan. Perlahan sel darah
merah yang akan masuk ke alveoli menjadi mati dan terdapat eksudat pada alveolus
Sehingga membran dari alveolus akan mengalami kerusakan yang dapat
mengakibatkan gangguan proses difusi osmosis oksigen dan berdampak pada
penurunan jumlah oksigen yang dibawa oleh darah. Secara klinis penderita
mengalami pucat sampai sianosis. Terdapatnya cairan purulent pada alveolus
menyebabkan peningkatan tekanan pada paru, dan dapat menurunan kemampuan
mengambil oksigen dari luar serta mengakibatkan berkurangnya kapasitas paru.
Sehingga penderita akan menggunakan otot bantu pernafasan yang dapat
menimbulkan retraksi dada. 17

Secara hematogen maupun lewat penyebaran sel, mikroorganisme yang ada


di paru akan menyebar ke bronkus sehingga terjadi fase peradangan lumen bronkus.
Hal ini mengakibatkan terjadinya peningkan produksi mukosa dan peningkatan
gerakan silia sehingga timbul reflek batuk.

7
Pathway

Normal (sistem
pertahanan) terganggu Organisme

organisme Sel napas bagian bawah pneumokokus stapilokokus

Kuman patogen Eksudat masuk ke alveoli Trombus


mencapai
bronkioliterminalis
merusak sel epitel
bersilia, sel goblet alveoli Toksin, Coagulase

Cairan edema + Sel darah merah, leukosit, pneumokokus Permukaan lapisan


leukosit ke alveoli mengisi alveoli pleura tertutup tebal
eksudat trombus
vena pulmonalis
Konsolidasi paru Leukosit + fibrin mengalami konsilidasi

Nekrosis Hemoragik
Kapasitas vital,
compliance leukositosis
menurun,
hemoragik
Suhu tubuh meningkat

Intolerasi aktivitas
defiiensi Resiko kekurangan cairan hipertermi
pengetahuan

Produksi sputum meningkat Abses pneumatocale


(kerusakan jaringan
perut)

Ketidakefektifan bersihan Ketidakefektifan


jalan napas pola nafas

8
4. Manifestasi Klinik
Gambaran klinis beragam, tergantung pada organisme penyebab dan
penyakit pasien Brunner & Suddarth (2011).

a. Menggigil mendadak dan dengan cepat berlanjut menjadi demam (38,5 o C


sampai 40,5 o C).

b. Nyeri dada pleuritik yang semakin ketika bernapas dan batuk.

c. Pasien yang sakit parah mengalami takipnea (25 sampai 45 kali


pernapasan/menit) dan dyspnea, prtopnea ketika disangga.

d. Nadi cepat dan memantul, dapat meningkat 10 kali/menit per satu derajat
peningkatan suhu tubuh (Celcius).

e. Bradikardi relativ untuk tingginya demam menunjukkan infeksi virus, infeksi


mikroplasma, atau infeksi organisme Legionella.

f. Tanda lain : infeksi saluran napas atas, sakit kepala, demam derajat rendah,
nyeri pleuritik, myalgia, ruam faringitis, setelah beberapa hari, sputum mucoid
atau mukopurulen dikeluarkan.

g. Pneumonia : pipi memerah, bibi dan bantalan kuku menunjukkan sianosis


sentral.

h. Sputum purulent, bewarna seperti katar, bercampur darah, kental, atau hijau,
bergantung pada agen penyebab.

i. Nafsu makan buruk, dan pasien mengalami diaphoresis dan mudah lelah.

j. Tanda dan gejala pneumonia dapat juga bergantung pada kondisi utama pasien
(misal, yang menjalani terapi imunosupresan, yang menurunkan resistensi terhadap
infeksi.

5. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan medis secara umum untuk pneumonia menurut Manurung


(2009) adalah :

9
a. Pemberian antibiotik seperti : penicillin, cephalosporin pneumonia

b. Pemberian antipiretik, analgetik, bronkodilator

c. Pemberian oksigen

d. Pemberian cairan parenteral sesuai indikasi.

Sedangkan untuk penyebab pneumonia bervariasi sehingga penanganannya


pun akan disesuaikan dengan penyebab tersebut. Selain itu, pengobatan pneumonia
tergantung dari tingkat keparahan gejala yang timbul. (Shaleh, 2013)

a. Bagi pneumonia yang disebabkan oleh bakteri

Dengan pemberian antibiotik yang tepat. Pengobatan harus komplit sampai


benar-benar tidak lagi muncul gejala pada penderita. Selain itu, hasil
pemeriksaan X-Ray dan sputum tidak tampak adanya bakteri pneumonia
(Shaleh, 2013).

1) Untuk bakteri Streptococcus pneumonia

2) Dengan pemberian vaksin dan antibotik. Ada dua vaksin yaitu


pneumococcal conjugate vaccine yaitu vaksin imunisasi bayi dan untuk
anak dibawah usia 2 tahun dan pneumococcal polysaccharide vaccine
direkomendasikan bagi orang dewasa. Antibiotik yang digunakan dalam
perawatan tipe pneumonia ini yaitu penicillin, amoxicillin, dan clavulanic
acid, serta macrolide antibiotics (Shaleh, 2013).

3) Untuk bakteri Hemophilus influenza

4) Antibiotik cephalosporius kedua dan ketiga, amoxillin dan clavulanic


acid, fluoroquinolones, maxifloxacin oral, gatifloxacin oral, serta
sulfamethoxazole dan trimethoprim. (Shaleh, 2013).

10
5) Untuk bakteri Mycoplasma

Dengan antibiotik macrolides, antibiotic ini diresepkan untuk mycoplasma


pneumonia, (Shaleh, 2013).

b. Bagi pneumonia yang disebabkan oleh virus

Pengobatannya sama dengan pengobatan pada penderita flu. Yaitu banyak


beristirahat dan pemberian nutrisi yang baik untuk membantu daya tahan
tubuh. Sebab bagaimana pun juga virus akan dikalahkan juka daya tahan yubuh
sangat baik, (Shaleh, 2013).

c. Bagi pneumonia yang disebabkan oleh jamur

Cara pengobatannya akan sama dengan cara mengobati penyakit jamur lainnya.
Hal yang paling penting adalah pemberian obat anti jamur agar bisa mengatasi
pneumonia (Shaleh, 2013).

6. Komplikasi

Komplikasi pneumonia meliputi hipoksemia, gagal respiratorik, effusi


pleura, empyema, abses paru, dan bacteremia, disertai penyebaran infeksi ke bagian
tubuh lain yang menyebabkan meningitis, endocarditis, dan pericarditis (Paramita,
2011).

7. Pengkajian

a. Pengumpulan data
Identiatas klien : Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya, yang
meliputi : Nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama, tanggal
pengkajian,

b. keluhan utama : keluhan dimulai dengan infeksi saluran pernafasan, kemidian

11
mendadak panas tinggi disertai batuk yang hebat, nyeri dada dan nafas sesak.

c. Riwayat kesehatan sekarang : pada klien pneumonia yang sering dijumpai pada
waktu anamnese ada klien mengeluh mendadak panas tinggi (380C - 410C) Disertai
menggigil, kadangkadang muntah, nyeri pleura dan batuk pernafasan terganggu
(takipnea), batuk yang kering akan menghasilkan sputum seperti karat dan purulen.

d. Riwayat penyakit dahulu : Pneumonia sering diikuti oleh suatu infeksi saluran
pernafasan atas, pada penyakit PPOM, tuberkulosis, DM, Pasca influenza dapat
mendasari timbulnya pneumonia.

e. Riwayat penyakit keluarga : Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit


yang sama dengan klien atau asma bronkiale, tuberkulosis, DM, atau penyakit ISPA
lainnya.

f. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum : Klien tampak lemah, Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada
klien dengan pneumonia biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh lebih dari
400C, frekuensi napas meningkat dari frekuensi normal, denyut nadi biasanya
seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan, dan apabila
tidak melibatkan infeksi sistem yang berpengaruh pada hemodinamika
kardiovaskuler tekanan darah biasanya tidak ada masalah.

2. Sistem pernapasan : Pemeriksaan fisaik pada klien dengan pneumonia merupakan


pemeriksaan fokus, berurutan pemeriksaan ini terdiri atas inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi. Inspeksi : Bentuk dada dan gerakan pernapasan, Gerakan
pernapasan simetris. Pada klien dengan pneumonia sering ditemukan peningkatan
frekuensi napas cepat dan dangkal, serta adanya retraksi sternum dan intercostal
space (ICS). Napas cuping hidung pada sesak berat dialami terutama oleh anak-
anak. Batuk dan sputum. Saat dilakukan pengkajian batuk pada klien dengan
pneumonia, biasanya didapatkan batuk produktif disertai dengan adanya
peningkatan produksi sekret dan sekresi sputum yang purulen. Palpasi : Gerakan
dinding thorak anterior/ ekskrusi pernapasan. Pada palpasi klien dengan

12
pneumonia, gerakan dada saat bernapas biasanya normal dan seimbang antara
bagian kanan dan kiri. Getaran suara (frimitus vocal). Taktil frimitus pada klien
dengan pneumonia biasanya normal. Perkusi : Klien dengan pneumonia tanpa
disertai komplikasi, biasanya didapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh
lapang paru. Bunyi redup perkusi pada klien dengan pneumonia didapatkan
apabila bronkopneumonia menjadi suatu sarang (kunfluens). Auskultasi ; Pada
klien dengan pneumonia, didapatkan bunyi napas melemah dan bunyi napas
tambahan ronkhi basah pada sisi yang sakit. Penting bagi perawat pemeriksa
untuk mendokumentasikan hasil auskultasi di daerah mana didapatkan adanya
ronkhi.

3. Sistem kardiovaskular : Pada klien dengan pneumonia pengkajian yang didapat


meliputi : Inspeksi : Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umun. Palpasi :
Denyut nadi perifer melemah. Perkusi : Batas jantung tidak mengalami
pergeseran. Auskultasi : Tekanan darah biasanya normal, bunyi jantung tambahan
biasanya tidak didapatkan.

4. Sistem persyarafan : Klien dengan pneumonia yang berat sering terjadi penurunan
kesadaran, didapatkan sianosis perifer apabila gangguan perfusi jaringan berat.
Pada pengkajian objektif, wajah klien tampak meringis. Menangis, merintih,
merengang, dan mengeliat.

5. Sistem perkemihan : Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake


cairan. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria karena hal
tersebut merupakan tanda awal dari syok.

6. Sistem pencernaan : Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan napsu


makan, dan penurunan berat badan.

7. Sistem muskuloskeletal : Kelemahan dan kelelahan fisik secara umum sering


menyebabkan ketergantungan klien terhadap bantuan orang lain dalam melakukan
aktivitas sehari-hari

13
g. Pemeriksaan Diagnostik

o Pulse oximetry, untuk mengetahui kadar oksigen dalam darah


o Rontgen dada, untuk memastikan kondisi paru-paru dan luas area paru
yang mengalami infeksi atau peradangan
o CT scan, untuk melihat kondisi paru-paru secara lebih detail
o Tes darah, untuk memastikan adanya infeksi dan menentukan penyebab
infeksi
o Tes dahak atau sputum, untuk mendeteksi kuman penyebab infeksi
o Kultur cairan pleura, untuk mengidentifikasi kuman penyebab infeksi
o Bronkoskopi, untuk melihat kondisi saluran napas dengan bantuan alat
bronkoskop
o Tes urine, untuk mengidentifikasi bakteri Streptococcus
pneumonia dan Legionella pneumophila yang bisa ada di urine

h. Penatalaksanaan Klinis

Penatalaksanaan medis secara umum untuk pneumonia menurut Manurung (2009)


adalah :

1) Pemberian antibiotik seperti : penicillin, cephalosporin pneumonia

2) Pemberian antipiretik, analgetik, bronkodilator

3) Pemberian oksigen

4) Pemberian cairan parenteral sesuai indikasi.

Sedangkan untuk penyebab pneumonia bervariasi sehingga penanganannya pun


akan disesuaikan dengan penyebab tersebut. Selain itu, pengobatan pneumonia tergantung

14
dari tingkat keparahan gejala yang timbul. (Shaleh, 2013)

1) Bagi pneumonia yang disebabkan oleh bakteri

Dengan pemberian antibiotik yang tepat. Pengobatan harus komplit sampai benar-
benar tidak lagi muncul gejala pada penderita. Selain itu, hasil pemeriksaan X-Ray
dan sputum tidak tampak adanya bakteri pneumonia (Shaleh, 2013).

2) Untuk bakteri Streptococcus pneumonia

3) Dengan pemberian vaksin dan antibotik. Ada dua vaksin yaitu pneumococcal
conjugate vaccine yaitu vaksin imunisasi bayi dan untuk anak dibawah usia 2 tahun
dan pneumococcal polysaccharide vaccine direkomendasikan bagi orang dewasa.
Antibiotik yang digunakan dalam perawatan tipe pneumonia ini yaitu penicillin,
amoxicillin, dan clavulanic acid, serta macrolide antibiotics (Shaleh, 2013).

4) Untuk bakteri Hemophilus influenza

5) Antibiotik cephalosporius kedua dan ketiga, amoxillin dan clavulanic acid,


fluoroquinolones, maxifloxacin oral, gatifloxacin oral, serta sulfamethoxazole dan
trimethoprim. (Shaleh, 2013).

6) Untuk bakteri Mycoplasma

7) Dengan antibiotik macrolides, antibiotic ini diresepkan untuk mycoplasma


pneumonia, (Shaleh, 2013).

8) Bagi pneumonia yang disebabkan oleh virus pengobatannya sama dengan


pengobatan pada penderita flu. Yaitu banyak beristirahat dan pemberian nutrisi
yang baik untuk membantu daya tahan tubuh. Sebab bagaimana pun juga virus akan
dikalahkan juka daya tahan yubuh sangat baik, (Shaleh, 2013).

9) Bagi pneumonia yang disebabkan oleh jamur cara pengobatannya akan sama
dengan cara mengobati penyakit jamur lainnya. Hal yang paling penting adalah

15
pemberian obat anti jamur agar bisa mengatasi pneumonia (Shaleh, 2013).

i. Analisa Data

N DATA ETIOLOGI MASALAH


O
1. Tanda Mayor Infeksi virus corona Pola Nafas tidak efektif
DS : dispnea
DO :
Kerusakan kapiler paru
1. Penggunaan otot bantu
pernapasan

2. Fase ekspirasi Edema jaringan

memanjang

3. Pola napas abnormal Penurunan ekspansi jaringan

Tanda Minor
DS : ortopnea Sesak
DO :

1. Pernapasan pursed-lip
Pola napas tidak efektif

2. Pernapasan cuping
hidung

3. Tekanan ekspirasi
menurun

4. Tekanan inspirasi
menurun

16
5. Ekskursi dada berubah
2.  TANDA MAYOR Pengeluaran zat pirogen hipertermia

Ds : -

Do :
1. Suhu tubuh diatas nilai Mempengaruhi hipothalamus
normal

 TANDA MINOR Mempengaruhi sel point

Ds : -

Do :
1. Kulit merah hipertermi
2. Kejang
3. Takikardi
4. Takipnea
5. Kulit terasa hangat
3.  TANDA MAYOR Ketidakseimbangan nutrisi
Status kesehatan menurun
kurang dari kebutuhan
Ds : -
tubuh
Do :
1. Berat badan
menurun minimal
10% dibawah Kelemahan otot menelan
rentang ideal
 TANDA MINOR

Ds :
1. Cepat kenyang
setelah makan Gangguan menelan makanan
2. Kram/nyeri
abdomen
3. Nafsu makan
menurun
Ds :
1. Bising usus Asupan nutrisi tidak terpenuhi
hiperaktif
2. Otot pengunyah
lemah
3. Otot menelan lemah
4. Membran mukosa
pucat Penurunan berat badan

17
5. Sariawan
6. Serum albumin
turun
7. Rambut rontok
berlebihan Ketidak seimbangan nutrisi kurang
8. diare
dari kebutuhan tubuh

j. Diagnosa keperawatan Prioritas

1. Pola napas tidak efektif b.d penurunan ekspansi jaringan

2. Hipertermia b.d pengeluaran zat pirogen

3. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d status kesehatan


menurun

k. Rencana Asuhan Keperawatan


NO DX Tujuan Intervensi Rasional
1.
Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor jumlah pernafasan 1. Mengetahui dan
2X24 jam ketidakefektifan pola memastikan kepatenan
nafas dapat teratasi dengan jalan nafas dan pertukaran
kriteria hasil : gas yang adekuat
1. Kecepatan dan irama
pernafasan dalam batas 2. Monitor tanda-tanda vital 2. Mengumpulkan
normal menganalisa data
2. Saturasi O2 dalam batas pernafasan dan suhu tubuh
normal untuk menentukan dan
3. TTV dalam batas normal mencegah komplikasi

3. Jelaskan pada pasien untuk 3. Menghindari kelelahan


mengurangi aktivitas

4. Menghindari penekanan
4. Ajarkan pasien posisi fowler pada jalan nafas untuk
agar leher tidak tertekuk meminimalkan
penyempitan jalan nafas

5. Ajarkan tekhnik bernafas dan 5. Meningkatkan pengetahuan


relaksasi yang benar dan menstabilkan pola

18
nafas
6. Batasi jumlah pengunjung
6. Agar o2 tidak terbagi
dengan orang sehat
7. Berikan o2
7. Untuk mengurangi sesak
8. Kolaborasi pemberian terapi
dan dengan tim fisioterapi 8. Untuk merelaksasikan otot
2 - Untuk
set setelah dilakukan tindakan O observasi mengetahui
keperawatan selama 3x 24 jam - Identifikasi penyebab dari
diharapkan termoregulasi penyebab hipertermia
membaik. hipertermia
- Untuk
kriteria hasil : mengetahui
1. Menggigil menurun perkembangan
2. Takikardia menurun suhu tubuh
3. Takipnea menurun - Monitor suhu pasien
4. Suhu tubuh membaik tubuh
5. Pengisian kapiler
membaik - untuk
- Monitor kadar mengantisipasi
elektrolit pasien
kekurangan
Terapeutik cairan atau tidak
- Sediakan
lingkungan yang
dingin - dapat membantu
- Longgarkan atau penurunan suhu
lepaskan pakaian tubuh
- Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
Edukasi
- Anjurkan tirah
baring
- meminimalkan
fungsi sistem
Kolaborasi organ
- untuk
Kolaborasi pemberian cairan mengantisipasi
elektrolit intrravena, jika jika pasien keku
perlu rangan cairan
3
set setelah dilakukan tindakan O bservasi
keperawatan selama 3x 24 jam, - identifikasi status - Status nutrisi
diharapkan status nutrisi nutrisi dapat

19
memberikan
membaik. informasi apakah
pasien tersebut
kriteria hasil : kekurangan gizi
1. porsi makanan yang atau tidak
dihabiskan meningkat
2. frekuensi makan
membaik - identifikasi - Agar keinginan
3. nafsu makan membaik makanan yang makan pasien
4. perasaan cepat kenyang disukai meningkat
menurun
- monitor berat - Untuk
badan mengetahui
perkembangan
nutrisi

Terapeutik
- sajikan makanan
secara menarik - Agar pasien
dapat tertarik
untuk makan
- berikan makanan - untuk mencegah
tinggi serat konstipasi
- berikan makanan - agar status gizi
tinggi kalori dan pasien membaik
protein

Edukasi
- Anjurkan posisi - untuk mencegah
duduk, jika mampu tersedak saat
Kolaborasi : makan

- Kolaborasi dengan - jumlah kalori


ahli gizi untuk sangat
menentukan jumlah berpengaruh
kalori dalam
peningkatan
status nutrisi
pasien

20
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.I DENGAN GANGGUAN


SISTEM PERNAFASAN: PNEUMONIA DIRUANG HCU SOKA RUMAH
SAKIT BAYU ASIH

1. PENGKAJIAN

A. IDENTITAS
Nama : Ny. I
Umur : 26 tahun
Jenis kelamin: perempuan
Agama: Islam
No.CM: 00386141
Tanggal masuk RS: 18 maret 2021
Tanggal pengkajian: 23 april 2021
Diagnosa medis: Post covid
Data prehospital:
Klien datang dengan menggunakan ambulance
Tanda tanda vital
Tekanan darah :118/71 mmhg
Suhu: 36.5
Nadi:123x/menit
Respirasi: 32x/menit
SpO2 : 88%

B. Keluhan utama : klien mengeluh sesak

21
C. Pengkajian primer

Airway

Jalan nafas klien paten, klien tidak mengalami cedera pernafasan, tidak ada
suara abnormal pada jalan nafas.

Breathing

Klien mengalami sesak nafas RR:32X/Menit, SpO2 88%, menggunakan NMR


10 liter/menit , nafas cepat dan dangkal, warna kulit terlihat pucat dan kebiruan
sianosis, pola nafas klien tidak normal dan tidak efektif, kerja nafas klien
takipnea dan tidak menggunakan otot bantu nafas, suara bunyi nafas vesikuler,
tidak ada bekas jejas, tidak ada deviasi trakea, terdapat pengembangan dada
simetris, dan tidak ada distensi vena jugularis.

Circulation

Kualitas nadi klien normal dengan hasil 123x/menit, ritme jantung klien
normal, CRT lebih dari 3 detik, warna kulit terlihat pucat dan sianosis, suhu
kulit klien hangat, terdapat tanda tanda diaphoresis.

Disability

Tingkat kesadaran klien composmetis Eye: 4; Motorik: 6; Verbal: 5

Exposure

Terdapat lesi dekubitus dibagian ekstermitas bawah dan di belakang paha.

D. Pengkajian sekunder

22
Riwayat kesehatan sekarang

Klien mengeluh sesak nafas disertai batuk, sebulan yang lalu klien dibawa oleh
ambulan dan dibawa ke IGD, klien dilakukan swab test dengan hasil (+) covid
19 dan klien masuk ruangan ICU selama satu bukan lamanya

Riwayat kesehatan dahulu

Klien mengalami berat badan obesitas, hipertensi

Riwayat kesehatan keluarga

Klien mempunyai riwayat penyakit genetik yaitu asma pada nenek klien.

E. Pengkajian head to toe

1) Kepala

Bentuk kepala simetris, keadaan kulit kepala klien terlihat kotor,keadaan


rambut klien lengket, kekuatan rambut tidak rapuh dan tidak rontok, warna
rambut hitam, tidak ada benjolan atau nyeri tekan di kepala, bentuk wajah
simetris, warna kulit wajah terlihat pucat dan sianosis, tidak ada nyeri
tekan disekitar wajah.

Mata klien simetris,sklera an ikterik,kongjungtiva an anemis, bentuk pupil


isokor, tidak ada nyeri tekan didaerah mata.

Cuping hidung klien terlihat adanya tanda tanda sianosis, tidak ada nyeri
tekan pada hidung, terlihat adanya serumen, tidak ada riwayat sinusitis.

Telinga sejajar dan simetris, warna kulit sama dengan warna lainnya,
adanya penumpukan serumen, tidak ada nyeri tekan dibagian telinga.

Bibir terlihat pucat,kotor, dan sinosis.

23
2) Leher

Pada area leher warna kulit sama dengan warna lainnya, tidak ada nyeri
tekan pada area leher, refleks menelan baik,tidak terlihat tanda tanda
pembesaran vena jugularis.

3) Dada

a. Paru-paru

b. jatung

Bentuk dada normal dan simetris, keadaan kulit sama dengan kulit yang
lainnya. Frekuensi pernafasan cepat RR 32x/menit , tidak ada nyeri tekan
pada bagian dada, tidak ada massa, dan tidak ada peradangan. Taktil
fremitus teraba gertaran normal, ketika di perkusi terdengar bunyi normal
resonan, pada saat di auskultasi bunyi nafas vesikuler, pada pemeriksaan
bibir terlihat sianosis pucat dan kotor,kongjungtiva an anemis, tidak ada
pembesaran vena jugularis, arteri karotis teraba normal, pada saat di
palpasi denyutan aorta teraba, pada saat di perkusi batas jantung normal
pada saat di auskultasi bunyi jantung terdengar normal.

4) Abdomen

Abdomen normal simetris kika, warna kulit sama dengan warna kulit yang
lainnya, suara peristaltik terdengar timpany dan pada saat di palpasi tidak
ada nyeri tekan, tidak ada massa dan tidak ada penumpukan cairan, bising
usus 10x/menit

5) Ektermitas

Ekstermitas simetris kika, integritas kulit baik, ROM tidak aktif, kekuatan
otot tidak penuh, pada saat di palpasi denyutan nadi radialis dan brakhialis

24
teraba jelas,infus terpasang di ekstremitas atas sebelah kiri, kekuatan otot
3,3,3,3

6) Genitalia dan anus

Terdapat adanya luka dekubitus di area bokong karena tirah baring yang
lama, luka dekubitus tersebut menyebabkan gatal disekitar area luka
,genitalia terlihat banyak keputihan dan kotor, klien terpasang kateter
urine.

Pemeriksaan Penunjang

TANGGAL PEMERIKSAA HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN


N
25 Maret 2021 pH 7.50 7.35 – 7.45
pCO2 30 mmHg 35 – 45
pO2 59 mmHg 83 – 108
HCO2 24 mmol/L 21 - 28
tCO2 25 mmol/L

TANGGAL PEMERIKSAA HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN


N
12 April 2021 Gula Darah 142 mg/dL < 140
Sewaktu
Natrium 148 mmol/L 135 – 145
Kalsium 4.8 mmol/L 3.5 – 5.5
Clorida 105 mmol/L 96 -106
Hemoglobin 13.6 g/dL 12.3 – 15.3
Hematokrit 42.5 % 36 – 46
Leukosit 8.6 10^3/ul 4.4 – 11.3
Eritrosit 4.63 10^6/ul 3.8 – 4.8
Trombosit 197 10^3/ul 154 – 366
MCV 92 fL 80 - 95

25
TANGGAL PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
23 April 2021 D-Dimer 1239.03 ng/ml < 500

TANGGAL PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN


19 Maret PCR SARS POSITIF -- Metode RT-PCR
2021 COVID Negatif CT > 37
Positif CT <= 37

F. Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS : Infeksi virus corona Pola Nafas tidak efektif
Pasien mengeluh sesak
DO :
Nafas klien tampak cepat Kerusakan kapiler paru
dan dangkal
Respirasi: 32x/menit
SpO2 88% Edema jaringan
Posisi pasien semi fowler
Terpasang O2 NRM 13
liter/menit Penurunan ekspansi jaringan

Sesak

Pola napas tidak efektif


2. DS : Antibody merusak jaringan Integritas Kulit
Klien mengeluh gatal
DO :
Klien tampak kotor Terjadi peradangan/inflamasi

26
Terdapat lesi/ dekubitus
pada kulit
Bagian bokong
Peubahan fungsi barier kulit

Gangguan integritas kulit


3. DS : klien mengatakan Status kesehatan menurun Defisit Perawatan Diri
tidak mampu merawat diri
DO :
Klien tampak kotor Menghambat kemampuan
Klien jarang individu dalam merawat kuku
membersihkan diri

Kuku kotor dan panjang

Defisit perawatan diri

G. Diagnosa Keperawatan Sesuai Dengan Prioritas

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan saturasi oksigen kurang dari
nilai normal

2. Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan obesitas

3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang


kebersihan diri

27
H. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NO Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi
DX
1. obsevasi S : pasien
Setelah dilakukan 1. Mengeta 1.Memonitor jumlah mengatakan sesak
tindakan 2X24 1. Monitor hui dan pernapasan O ; TTV
jam jumlah memasti RR :32X/menit
ketidakefektifan pernafasa kan 2.Memonitor tanda SP02 :88%
pola nafas dapat n kepatena tanda vital A : Masalah pola
teratasi dengan n jalan napas tidak efektif
kriteria hasil : nafas 3.Menjelaskan pada belum teratasi
4. Kecepatan dan dan pasien untuk P : Intervensi
irama pertukar mengurangi dilanjutkan
pernafasan an gas aktivitas
dalam batas yang
normal adekuat 4.Menganjurkan
5. Saturasi O2 pasien posisi
dalam batas 2. Mengum fowler agar leher
normal 2. Monitor pulkan tidak tertekuk
6. TTV dalam tanda- mengana
batas normal tanda vital lisa data 5.Mengajarkan
pernafas teknik bernapas
an dan dan relaksasi yang
suhu benar
tubuh
untuk
menentu
kan dan
mencega
h
komplik
asi
Edukasi

3. Jelaskan 3. Menghin
pada dari
pasien kelelaha
untuk n
menguran
gi
aktivitas
4. Menghin
4. Ajarkan dari
pasien penekan
posisi an pada
fowler jalan
agar leher nafas

28
tidak untuk
tertekuk memini
malkan
penyem
pitan
jalan
5. Ajarkan nafas
tekhnik
bernafas 5. Meningk
dan atkan
relaksasi pengetah
yang uan dan
benar menstabi
lkan
pola
Terapeutik nafas

6. Batasi 6. Agar o2
jumlah tidak
pengunju terbagi
ng dengan
orang
sehat
7. Berikan
o2 7. Untuk
mengura
ngi
sesak

Kolaborasi
8. Untuk
8. Kolaboras merelaks
i asikan
pemberia otot
n terapi
dan
dengan
tim
fisioterapi
2. Setelah dilakukan Observasi S : Pasien
tindakan 2X24 1. Untuk 1.Mengidentifikasi mengeluh gatal
jam. Gangguan 1. Identifikasi mengetahui penyebab pada kulit
integritas kult penyebab penyebab kerusakan O : terdapat luka
membaik. kerusakan kerusakan kulit integritas kulit dekubitus pada
Kriteria hasil : integritas kuli bagian bokong.
2. Untuk 2.Mengubah posisi A : masalah
1. Elastisitas mencegah miring kanan gangguan

29
Teraputik integritas kulit
meningkat decubitus miring kiri setiap 2 belum teratasi
2. Ubah posisi jam P : Intervensi
2. Hidrasi setiap 2 jam jika 3. Untuk dilanjutkan
meningkat tirah baring mencegah 3.Menganjurkan
dehidrasi minum air yang
3. Kerusakan cukup
jaringan Edukasi
menurun
3. Anjurkan
4. Kerusakan minum air yag
lapisan kulit cukup
menurun
4. Rawat luka
decubitus
Kolaborasi

5. Kolaborasi
pemberian
terapi analgetik
3. Setelah dilakukan Observasi S : klien
tindakan 1. Untuk 1. Memantau mengatakan
keperawatan 1. Pantau memastikan kebersihan diri tidak mampu
selama 2x 24 jam. kebersihan diri kebersihan diri klien merawat diri
Defisit klien klien O : klien terlihat
perawatatan diri 2. Memfasilitasi dan kotor dan bau
meningkat. Terapeutik 2. Agar pasien mengarahkan klien Klien berkeringat
Kriteria hasil : paham dan untuk A : Masalah
2. Fasilitasi dan mengerti membersihkan diri defisit perawatan
1. Kebersihan diri mengarahkan pentingnya diri belum teratasi
pasien klien untuk kebersihan diri 3. Meningkatkan P : Intervensi
meningkat membersihkan motivasi dilanjutkan
diri 3. Agar pasien kebersihan diri
dapat klien
3. Tingkatkan termotivasi
motivasi untuk menjaga 4. Melakukan penkes
kebersihan diri kebersihan diri mengenai
klien pentingnya
4. Agar pasien kebersihan diri
Edukasi dapat
termotivasi
4. Lakukan penkes untuk menjaga
mengenai kebersihan diri
pentingnya
kebersihan diri

5. Bantu

30
kebutuhan
pasien

I. CATATAN PERKEMBANGAN
No Hari/ tanggal Dx kep Catatan perkembangan Paraf
1. Jumat Pola nafas tidak S : klien mngatakan terasa sesak
23 / 04 / 2021 efektif O : tanda – tanda vital
berhubungan Td : 118/ 71 mmHg
dengan saturasi N : 123 x /menit
RR : 33 x / menit
oksigen kurang dari
Suhu : 36,5 ◦c
nilai normal Sp02 : 88 %
A : masalah pola napas tidak efektif belum
teratasi
P : intervensi di lanjutkan
I : memposisikan klien dengan semi
fowler ,memanau frekuensi , irama kedalam
pernafasan .
E : klien sesak nafas
R : memberikan 02 lewat NRM 10
liter/menit , memposisikan semi fowler ,
membantu pemantau pernafasan klien .
2. Jumat Kerusakan
23 / 04 / 2021 Integritas S : Pasien mengeluh gatal pada kulit
kulit
berhubungan O : Klien tampak kotor , Terdapat lesi
dengan obesitas pada bagian kulit
Tanda– tanda vital
Td : 117 / 71 mmHg
N : 98 x /menit
RR : 33 x / menit
Suhu : 36,5 ◦c
A : masalah gangguan integritas kulit
belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
I : Mengubah posisi setiap 2 jam ,
Menganjurkan minum air yang cukup
E : kulit klien masih tampak kotor dan
terdapat lesi
R : menganjurkan minum air ,
mengubah posisi setiap 2 jam
3. Jumat Defisit perawatan
23 / 04 / 2021 diri berhubungan S : Pasien mengeluh badan kotor dan
dengan kurangnya bau
pengetahuan

31
tentang kebersihan
diri O : Badan pasien terlihat kotor dan bau,
Kebutuhan perawatan diri pasien dibantu
keluarga dan perawat

A : Masalah defisit perawatan diri belum


teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
I ; meningkatkan motivasi kebersihan
diri klien ,
melakukan penkes mengenai pentingnya
kebersihan diri
E : badan klien masih terlihat kotor dan
terdapat lesi
R : meningkatkan motivasi kebersihan
diri klien ,
melakukan penkes mengenai pentingnya
kebersihan diri
1. Sabtu Pola nafas tidak S : klien mngatakan terasa sesak
24 / 04 / 2021 efektif O : tanda – tanda vital
berhubungan Td : 117 / 71 mmHg
dengan saturasi N : 98 x /menit
RR : 30 x / menit
oksigen kurang dari
Suhu : 36,5 ◦c
nilai normal Sp02 : 92 %
A : masalah pola napas tidak efektif belum
teratasi
P : intervensi di lanjutkan
I : memposisikan klien dengan semi
fowler ,memanau frekuensi , irama kedalam
pernafasan .
E : klien sesak nafas

R : memberikan 02 lewat nasal kanul 5


liter , memposisikan semi fowler ,
membantu pemantau pernafasan klien .
Sabtu Kerusakan
24 / 04 / 2021 Integritas kulit S : Pasien mengeluh gatal pada kulit
berhubungan O : klien tampak mulai bersih , masih
dengan obesitas terdapat lesi dibagian bokong
Tanda– tanda vital
Td : 117 / 71 mmHg
N : 98 x /menit
RR : 33 x / menit
Suhu : 36,5 ◦c
A : masalah kerusakan integritas kulit

32
belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
I : keluarga klien membersihkan tubuh
klien
E : kulit klien tidak terlalu kotor , masih
terdapat lesi
R : menganjurkan minum air ,
mengubah posisi setiap 2 jam
Sabtu Defisit perawatan
24 / 04 / 2021 diri berhubungan S : Pasien mengeluh badan kotor dan
dengan kurangnya bau
pengetahuan
tentang kebersihan O : Badan tidak terlalu bau dan mulai
diri bersih

A : Masalah defisit perawatan diri belum


teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
I : keluarga klien membersikan dan
memberikan bedak pada tubuh pasien
E : badan tidak terlalu bau , masih
tampak sedikit kotor .
R : meningkatkan motivasi kebersihan
diri klien, melakukan penkes mengenai
pentingnya kebersihan diri

BAB IV

PEMBAHASAN
Pada BAB ini kami akan membandingkan beberapa kesenjangan antara tinjauan
teoritis pada Pneumonia yang penulis temukan pada Ny.I.

A. Pengkajian

33
Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya penulis melaksanakan
asuhan keperawatan. Dengan menerapkan proses keperawatan dimana pengkajian
dilaksanakan pada hari pertama pada saat klien datang ke rumah sakit. Untuk
mendapatkan data menunjang baik secara objektif maupun subjektif, kami
melakukan wawancara, pemeriksaan fisik, mempelajari catatan keperawatan,
catatan medis dan hasi pemeriksaan penunjang pada saat dilakukan pegkajian di
temukan kesesuaian antara manisfestasi klinis Pneumonia yaitu Brunner &
Suddarth (2011), nadi cepat , frekuensi pernafasan cepat, konsentrasi oksigen
kurang dari 95%. Pada pasien juga terdapat hal yang sama yaitu nafas cepat dan
dangkal, respirasi 32x/menit , nadi 123x/menit dan Spo 88%. Pada analisa data pun
terdapat kesesuaian data subjektif dan objektif. Diagnose keperawatan pada teori
dan pada kasus tidak jauh berbeda dan hampir semua di alami oleh pasien.

B. Diagnose keperawatan
Secara umum diagnose yang timbul pada kasus pneumonia post covid yang
ditemukan adalah

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan saturasi oksigen kurang dari nilai
normal

2. Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan obesitas

3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang


kebersihan diri

C. Intervensi keperawatan
Dalam perencanaan penulis merencanakan sesuai teori yang ada dan penulis
berusaha menjalankan secara sistematis, berkesinambungan dan efisien.

D. Implementasi
Dalam tahan implementatsi penulis bekerja sama dengan keluarga klien,

34
perawat ruangan dan tim kesehatan lainnya, sesuai prioritas masalah dan kondisi
klien.
1. Intervensi yang dilakukan pada pasien dengan pola nafas tidak efektif adalah
posisikan klien dengan posisi semi fowler, berikan terapi oksigen sesuai
kebutuhan, ajarkan klien untuk relaksasi.
2. Intervensi yang dilakukan pada pasien kerusakan integritas kulit adalah
melakukan miring kanan miring kiri setiap 2 jam sekali dan menganjurkan
minum air putih yang cukup.
3. Intervensi yang dilakukan pada deficit nutrisi adalah memantau kebersihan diri
klien, menfasilitasi dan mengarahkan klien untuk membersihkan diri,
melakukan penkes mengenai kebersihan diri.

E. Evaluasi
Dalam melaktsanakan evaluasi dan proses evaluasi hasil pada pasien
dilaksanakan pada saat sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan keperawatan
melalui reaksi klien dan evaluasi hasil berdasarkan tujuan yang ditetapkan pada
evaluasi ini penulis melakukan penelitian asuhan keperawatan yang diberikan dari
tanggal 23 april 2021 sampai dengan 24 april 2021.
Keberhasilan tindakan keperawatan dilakukan secara subjektif melalui
ungkapan klien dan secara objektif melalui pengamatan dan pengukuran dari
diagnose seluruhnya 2 masalah teratasi dan 1 masalah tidak teratas.

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah melakukan asuhan keperawatan kepada klien, maka dapat diambil

35
kesimpulan sebagai berikut:
 Dalam melakukan asuhan keperawatan penulis menggunakan
pendekatan proses keperawatan yaitu mulai dari pengkajian sampai
evaluasi. Data data tersebut digunakan untuk menyusun diagnose
keperawatan.
 Dalam menentukan diagnose keperawatan penyusun berfokus pada data
data sebagai hasil pengkajian berdasarkan masalah actual, masalah
resiko tinggi yang penulisannya berdasarkan prioritas masalah.
 Dengan melakukan asuhan keperawatan secara komprenhensif maka
seluruh masalah yang dihadapi klien dapat teratasi seluruhnya.
B. SARAN
1. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan dapat menjadi refensi bagi pengembangan keilmuan
keperawatan medical bedah II dalam memberikan asuhan keperawatan
pada pasien pneumonia post covid.
2. Bagi rumah sakit
Diharapkan dapat menjadi refensi bagi pengembangan ptaktik lapangan
keilmuan keperawatan medical bedah II dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien pneumonia post covid.

DAFTAR PUSTAKA

Fina,Scholastic.2019.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem


Pernapasan.Yogyakarta:Pustaka Baru Press.
Nurarif,Amin Huda&Kusuma,hardi.2015.Apabila Ashuhan Keperawatan Berdsarkan
Diagnosa Medis&NANDA NIC NOC jilid 3.jakarta.EGC
PPNI.2016.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) edisi 1 cetakan II
(revisi).jakarta
PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) edisi 1 cetakan II.Jakarta

36
PPNI.2019.Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) edisi 1 cetakan II.Jakarta

37

Anda mungkin juga menyukai