DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
1. Dinar Darmila
2. Ismi Nursyamsiah
3. Neng Nisa Alawiyah
4. Sindy Meilani
5. Gantris Adinda
2
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
3
Kasus terkonfirmasi COVID-19 di Indonesia masih terus bertambah.
Berdasarkan laporan Kemenkes RI, pada tanggal 03 Februari 2021 tercatat total
kasus COVID-19 sebanyak 1,1 juta terkonfirmasi dengan angka kematian 30.581
Corona virus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai
dari gejala ringan sampai berat . Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang
diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala seperti Middle
East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang
belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab COVID-19
ini dinamakan Sars-CoV-2. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan
dan manusia).
Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan
pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6
hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang dapat
menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan
kematian. Tanda-tanda dan gejala klinis yang dilaporkan pada sebagian besar kasus
adalah demam, dengan beberapa kasus mengalami kesulitan bernapas, dan hasil
rontgen menunjukkan infiltrate pneumonia luas di kedua paru. Gejala yang
dirasakan oleh penderita COVID-19 mirip dengan penderita SARS. Kebanyakan
orang yang terinfeksi akan mengalami gejala ringan hingga sedang. Center for
Disease Control (CDC) menyatakan saat ini dilaporkan dapat terjadi gejala
tambahan berupa kehilangan bau dan rasa (Kemenkes RI, 2020).
2. Tujuan
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Definisi
Pneumonia adalah peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh
mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, parasite. pneumonia juga disebabkan
oleh bahan kimia dan paparan fisik seperti suhu atau radiasi. (Djojodibroto, 2014).
Pneumonia merupakan infeksi pada paru yang bersifat akut. Penyebabnya
adalah bakteri, virus, jamur, bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru, dan
bisa juga disebabkan pengaruh dari penyakit lainnya. Pneumonia disebabkan oleh
Bakteri Streptococcus dan Mycoplasma pneumonia, sedangkan virus yang
menyebabkan pneumonia yaitu Adenoviruses, Rhinovirus, Influenza virus,
Respiratory syncytial virus (RSV) dan para influenza (Athena & Ika, 2014).
Pengertian COVID-19 Corona virus merupakan keluarga besar virus yang
menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Pada manusia biasanya
menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit
yang serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom
Pernapasan Akut / Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Penyakit ini
terutama menyebar di antara orang- orang melalui tetesan pernapasan dari batuk
dan bersin. Virus ini dapat tetap bertahan hingga tiga hari dengan plastik dan
stainless steel SARS CoV-2 dapat bertahan hingga tiga hari,atau dalam aerosol
selama tiga jam4. Virus ini juga telah ditemukan di feses, tetapi hingga Maret 2020
tidak diketahui apakah penularan melalui feses mungkin, dan risikonya
diperkirakan rendah (Doremalen et al, 2020).
2. Etiologi
Menurut Padila (2013), etiologi pneumonia:
a. Bakteri
Pneumonia bakteri didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram positif seperti:
Streptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri
5
gram negative seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P.
Aeruginosa
b. Virus
c. Jamur
d. Protozoa
a. Bahan Kimia
c. Merokok.
3. Patofisiologi
6
berisi udara. Pada tingkat lebih lanjut, aliran darah menurun sehingga alveoli penuh
dengan leukosit dan eritrosit menjadi sedikit.
Setelah itu paru tampak berwarna abu-abu kekuningan. Perlahan sel darah
merah yang akan masuk ke alveoli menjadi mati dan terdapat eksudat pada alveolus
Sehingga membran dari alveolus akan mengalami kerusakan yang dapat
mengakibatkan gangguan proses difusi osmosis oksigen dan berdampak pada
penurunan jumlah oksigen yang dibawa oleh darah. Secara klinis penderita
mengalami pucat sampai sianosis. Terdapatnya cairan purulent pada alveolus
menyebabkan peningkatan tekanan pada paru, dan dapat menurunan kemampuan
mengambil oksigen dari luar serta mengakibatkan berkurangnya kapasitas paru.
Sehingga penderita akan menggunakan otot bantu pernafasan yang dapat
menimbulkan retraksi dada. 17
7
Pathway
Normal (sistem
pertahanan) terganggu Organisme
Nekrosis Hemoragik
Kapasitas vital,
compliance leukositosis
menurun,
hemoragik
Suhu tubuh meningkat
Intolerasi aktivitas
defiiensi Resiko kekurangan cairan hipertermi
pengetahuan
8
4. Manifestasi Klinik
Gambaran klinis beragam, tergantung pada organisme penyebab dan
penyakit pasien Brunner & Suddarth (2011).
d. Nadi cepat dan memantul, dapat meningkat 10 kali/menit per satu derajat
peningkatan suhu tubuh (Celcius).
f. Tanda lain : infeksi saluran napas atas, sakit kepala, demam derajat rendah,
nyeri pleuritik, myalgia, ruam faringitis, setelah beberapa hari, sputum mucoid
atau mukopurulen dikeluarkan.
h. Sputum purulent, bewarna seperti katar, bercampur darah, kental, atau hijau,
bergantung pada agen penyebab.
i. Nafsu makan buruk, dan pasien mengalami diaphoresis dan mudah lelah.
j. Tanda dan gejala pneumonia dapat juga bergantung pada kondisi utama pasien
(misal, yang menjalani terapi imunosupresan, yang menurunkan resistensi terhadap
infeksi.
5. Penatalaksanaan
9
a. Pemberian antibiotik seperti : penicillin, cephalosporin pneumonia
c. Pemberian oksigen
10
5) Untuk bakteri Mycoplasma
Cara pengobatannya akan sama dengan cara mengobati penyakit jamur lainnya.
Hal yang paling penting adalah pemberian obat anti jamur agar bisa mengatasi
pneumonia (Shaleh, 2013).
6. Komplikasi
7. Pengkajian
a. Pengumpulan data
Identiatas klien : Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya, yang
meliputi : Nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama, tanggal
pengkajian,
11
mendadak panas tinggi disertai batuk yang hebat, nyeri dada dan nafas sesak.
c. Riwayat kesehatan sekarang : pada klien pneumonia yang sering dijumpai pada
waktu anamnese ada klien mengeluh mendadak panas tinggi (380C - 410C) Disertai
menggigil, kadangkadang muntah, nyeri pleura dan batuk pernafasan terganggu
(takipnea), batuk yang kering akan menghasilkan sputum seperti karat dan purulen.
d. Riwayat penyakit dahulu : Pneumonia sering diikuti oleh suatu infeksi saluran
pernafasan atas, pada penyakit PPOM, tuberkulosis, DM, Pasca influenza dapat
mendasari timbulnya pneumonia.
f. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Klien tampak lemah, Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada
klien dengan pneumonia biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh lebih dari
400C, frekuensi napas meningkat dari frekuensi normal, denyut nadi biasanya
seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan, dan apabila
tidak melibatkan infeksi sistem yang berpengaruh pada hemodinamika
kardiovaskuler tekanan darah biasanya tidak ada masalah.
12
pneumonia, gerakan dada saat bernapas biasanya normal dan seimbang antara
bagian kanan dan kiri. Getaran suara (frimitus vocal). Taktil frimitus pada klien
dengan pneumonia biasanya normal. Perkusi : Klien dengan pneumonia tanpa
disertai komplikasi, biasanya didapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh
lapang paru. Bunyi redup perkusi pada klien dengan pneumonia didapatkan
apabila bronkopneumonia menjadi suatu sarang (kunfluens). Auskultasi ; Pada
klien dengan pneumonia, didapatkan bunyi napas melemah dan bunyi napas
tambahan ronkhi basah pada sisi yang sakit. Penting bagi perawat pemeriksa
untuk mendokumentasikan hasil auskultasi di daerah mana didapatkan adanya
ronkhi.
4. Sistem persyarafan : Klien dengan pneumonia yang berat sering terjadi penurunan
kesadaran, didapatkan sianosis perifer apabila gangguan perfusi jaringan berat.
Pada pengkajian objektif, wajah klien tampak meringis. Menangis, merintih,
merengang, dan mengeliat.
13
g. Pemeriksaan Diagnostik
h. Penatalaksanaan Klinis
3) Pemberian oksigen
14
dari tingkat keparahan gejala yang timbul. (Shaleh, 2013)
Dengan pemberian antibiotik yang tepat. Pengobatan harus komplit sampai benar-
benar tidak lagi muncul gejala pada penderita. Selain itu, hasil pemeriksaan X-Ray
dan sputum tidak tampak adanya bakteri pneumonia (Shaleh, 2013).
3) Dengan pemberian vaksin dan antibotik. Ada dua vaksin yaitu pneumococcal
conjugate vaccine yaitu vaksin imunisasi bayi dan untuk anak dibawah usia 2 tahun
dan pneumococcal polysaccharide vaccine direkomendasikan bagi orang dewasa.
Antibiotik yang digunakan dalam perawatan tipe pneumonia ini yaitu penicillin,
amoxicillin, dan clavulanic acid, serta macrolide antibiotics (Shaleh, 2013).
9) Bagi pneumonia yang disebabkan oleh jamur cara pengobatannya akan sama
dengan cara mengobati penyakit jamur lainnya. Hal yang paling penting adalah
15
pemberian obat anti jamur agar bisa mengatasi pneumonia (Shaleh, 2013).
i. Analisa Data
memanjang
Tanda Minor
DS : ortopnea Sesak
DO :
1. Pernapasan pursed-lip
Pola napas tidak efektif
2. Pernapasan cuping
hidung
3. Tekanan ekspirasi
menurun
4. Tekanan inspirasi
menurun
16
5. Ekskursi dada berubah
2. TANDA MAYOR Pengeluaran zat pirogen hipertermia
Ds : -
Do :
1. Suhu tubuh diatas nilai Mempengaruhi hipothalamus
normal
Ds : -
Do :
1. Kulit merah hipertermi
2. Kejang
3. Takikardi
4. Takipnea
5. Kulit terasa hangat
3. TANDA MAYOR Ketidakseimbangan nutrisi
Status kesehatan menurun
kurang dari kebutuhan
Ds : -
tubuh
Do :
1. Berat badan
menurun minimal
10% dibawah Kelemahan otot menelan
rentang ideal
TANDA MINOR
Ds :
1. Cepat kenyang
setelah makan Gangguan menelan makanan
2. Kram/nyeri
abdomen
3. Nafsu makan
menurun
Ds :
1. Bising usus Asupan nutrisi tidak terpenuhi
hiperaktif
2. Otot pengunyah
lemah
3. Otot menelan lemah
4. Membran mukosa
pucat Penurunan berat badan
17
5. Sariawan
6. Serum albumin
turun
7. Rambut rontok
berlebihan Ketidak seimbangan nutrisi kurang
8. diare
dari kebutuhan tubuh
4. Menghindari penekanan
4. Ajarkan pasien posisi fowler pada jalan nafas untuk
agar leher tidak tertekuk meminimalkan
penyempitan jalan nafas
18
nafas
6. Batasi jumlah pengunjung
6. Agar o2 tidak terbagi
dengan orang sehat
7. Berikan o2
7. Untuk mengurangi sesak
8. Kolaborasi pemberian terapi
dan dengan tim fisioterapi 8. Untuk merelaksasikan otot
2 - Untuk
set setelah dilakukan tindakan O observasi mengetahui
keperawatan selama 3x 24 jam - Identifikasi penyebab dari
diharapkan termoregulasi penyebab hipertermia
membaik. hipertermia
- Untuk
kriteria hasil : mengetahui
1. Menggigil menurun perkembangan
2. Takikardia menurun suhu tubuh
3. Takipnea menurun - Monitor suhu pasien
4. Suhu tubuh membaik tubuh
5. Pengisian kapiler
membaik - untuk
- Monitor kadar mengantisipasi
elektrolit pasien
kekurangan
Terapeutik cairan atau tidak
- Sediakan
lingkungan yang
dingin - dapat membantu
- Longgarkan atau penurunan suhu
lepaskan pakaian tubuh
- Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
Edukasi
- Anjurkan tirah
baring
- meminimalkan
fungsi sistem
Kolaborasi organ
- untuk
Kolaborasi pemberian cairan mengantisipasi
elektrolit intrravena, jika jika pasien keku
perlu rangan cairan
3
set setelah dilakukan tindakan O bservasi
keperawatan selama 3x 24 jam, - identifikasi status - Status nutrisi
diharapkan status nutrisi nutrisi dapat
19
memberikan
membaik. informasi apakah
pasien tersebut
kriteria hasil : kekurangan gizi
1. porsi makanan yang atau tidak
dihabiskan meningkat
2. frekuensi makan
membaik - identifikasi - Agar keinginan
3. nafsu makan membaik makanan yang makan pasien
4. perasaan cepat kenyang disukai meningkat
menurun
- monitor berat - Untuk
badan mengetahui
perkembangan
nutrisi
Terapeutik
- sajikan makanan
secara menarik - Agar pasien
dapat tertarik
untuk makan
- berikan makanan - untuk mencegah
tinggi serat konstipasi
- berikan makanan - agar status gizi
tinggi kalori dan pasien membaik
protein
Edukasi
- Anjurkan posisi - untuk mencegah
duduk, jika mampu tersedak saat
Kolaborasi : makan
20
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS
Nama : Ny. I
Umur : 26 tahun
Jenis kelamin: perempuan
Agama: Islam
No.CM: 00386141
Tanggal masuk RS: 18 maret 2021
Tanggal pengkajian: 23 april 2021
Diagnosa medis: Post covid
Data prehospital:
Klien datang dengan menggunakan ambulance
Tanda tanda vital
Tekanan darah :118/71 mmhg
Suhu: 36.5
Nadi:123x/menit
Respirasi: 32x/menit
SpO2 : 88%
21
C. Pengkajian primer
Airway
Jalan nafas klien paten, klien tidak mengalami cedera pernafasan, tidak ada
suara abnormal pada jalan nafas.
Breathing
Circulation
Kualitas nadi klien normal dengan hasil 123x/menit, ritme jantung klien
normal, CRT lebih dari 3 detik, warna kulit terlihat pucat dan sianosis, suhu
kulit klien hangat, terdapat tanda tanda diaphoresis.
Disability
Exposure
D. Pengkajian sekunder
22
Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengeluh sesak nafas disertai batuk, sebulan yang lalu klien dibawa oleh
ambulan dan dibawa ke IGD, klien dilakukan swab test dengan hasil (+) covid
19 dan klien masuk ruangan ICU selama satu bukan lamanya
Klien mempunyai riwayat penyakit genetik yaitu asma pada nenek klien.
1) Kepala
Cuping hidung klien terlihat adanya tanda tanda sianosis, tidak ada nyeri
tekan pada hidung, terlihat adanya serumen, tidak ada riwayat sinusitis.
Telinga sejajar dan simetris, warna kulit sama dengan warna lainnya,
adanya penumpukan serumen, tidak ada nyeri tekan dibagian telinga.
23
2) Leher
Pada area leher warna kulit sama dengan warna lainnya, tidak ada nyeri
tekan pada area leher, refleks menelan baik,tidak terlihat tanda tanda
pembesaran vena jugularis.
3) Dada
a. Paru-paru
b. jatung
Bentuk dada normal dan simetris, keadaan kulit sama dengan kulit yang
lainnya. Frekuensi pernafasan cepat RR 32x/menit , tidak ada nyeri tekan
pada bagian dada, tidak ada massa, dan tidak ada peradangan. Taktil
fremitus teraba gertaran normal, ketika di perkusi terdengar bunyi normal
resonan, pada saat di auskultasi bunyi nafas vesikuler, pada pemeriksaan
bibir terlihat sianosis pucat dan kotor,kongjungtiva an anemis, tidak ada
pembesaran vena jugularis, arteri karotis teraba normal, pada saat di
palpasi denyutan aorta teraba, pada saat di perkusi batas jantung normal
pada saat di auskultasi bunyi jantung terdengar normal.
4) Abdomen
Abdomen normal simetris kika, warna kulit sama dengan warna kulit yang
lainnya, suara peristaltik terdengar timpany dan pada saat di palpasi tidak
ada nyeri tekan, tidak ada massa dan tidak ada penumpukan cairan, bising
usus 10x/menit
5) Ektermitas
Ekstermitas simetris kika, integritas kulit baik, ROM tidak aktif, kekuatan
otot tidak penuh, pada saat di palpasi denyutan nadi radialis dan brakhialis
24
teraba jelas,infus terpasang di ekstremitas atas sebelah kiri, kekuatan otot
3,3,3,3
Terdapat adanya luka dekubitus di area bokong karena tirah baring yang
lama, luka dekubitus tersebut menyebabkan gatal disekitar area luka
,genitalia terlihat banyak keputihan dan kotor, klien terpasang kateter
urine.
Pemeriksaan Penunjang
25
TANGGAL PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
23 April 2021 D-Dimer 1239.03 ng/ml < 500
F. Analisa Data
Sesak
26
Terdapat lesi/ dekubitus
pada kulit
Bagian bokong
Peubahan fungsi barier kulit
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan saturasi oksigen kurang dari
nilai normal
27
H. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NO Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi
DX
1. obsevasi S : pasien
Setelah dilakukan 1. Mengeta 1.Memonitor jumlah mengatakan sesak
tindakan 2X24 1. Monitor hui dan pernapasan O ; TTV
jam jumlah memasti RR :32X/menit
ketidakefektifan pernafasa kan 2.Memonitor tanda SP02 :88%
pola nafas dapat n kepatena tanda vital A : Masalah pola
teratasi dengan n jalan napas tidak efektif
kriteria hasil : nafas 3.Menjelaskan pada belum teratasi
4. Kecepatan dan dan pasien untuk P : Intervensi
irama pertukar mengurangi dilanjutkan
pernafasan an gas aktivitas
dalam batas yang
normal adekuat 4.Menganjurkan
5. Saturasi O2 pasien posisi
dalam batas 2. Mengum fowler agar leher
normal 2. Monitor pulkan tidak tertekuk
6. TTV dalam tanda- mengana
batas normal tanda vital lisa data 5.Mengajarkan
pernafas teknik bernapas
an dan dan relaksasi yang
suhu benar
tubuh
untuk
menentu
kan dan
mencega
h
komplik
asi
Edukasi
3. Jelaskan 3. Menghin
pada dari
pasien kelelaha
untuk n
menguran
gi
aktivitas
4. Menghin
4. Ajarkan dari
pasien penekan
posisi an pada
fowler jalan
agar leher nafas
28
tidak untuk
tertekuk memini
malkan
penyem
pitan
jalan
5. Ajarkan nafas
tekhnik
bernafas 5. Meningk
dan atkan
relaksasi pengetah
yang uan dan
benar menstabi
lkan
pola
Terapeutik nafas
6. Batasi 6. Agar o2
jumlah tidak
pengunju terbagi
ng dengan
orang
sehat
7. Berikan
o2 7. Untuk
mengura
ngi
sesak
Kolaborasi
8. Untuk
8. Kolaboras merelaks
i asikan
pemberia otot
n terapi
dan
dengan
tim
fisioterapi
2. Setelah dilakukan Observasi S : Pasien
tindakan 2X24 1. Untuk 1.Mengidentifikasi mengeluh gatal
jam. Gangguan 1. Identifikasi mengetahui penyebab pada kulit
integritas kult penyebab penyebab kerusakan O : terdapat luka
membaik. kerusakan kerusakan kulit integritas kulit dekubitus pada
Kriteria hasil : integritas kuli bagian bokong.
2. Untuk 2.Mengubah posisi A : masalah
1. Elastisitas mencegah miring kanan gangguan
29
Teraputik integritas kulit
meningkat decubitus miring kiri setiap 2 belum teratasi
2. Ubah posisi jam P : Intervensi
2. Hidrasi setiap 2 jam jika 3. Untuk dilanjutkan
meningkat tirah baring mencegah 3.Menganjurkan
dehidrasi minum air yang
3. Kerusakan cukup
jaringan Edukasi
menurun
3. Anjurkan
4. Kerusakan minum air yag
lapisan kulit cukup
menurun
4. Rawat luka
decubitus
Kolaborasi
5. Kolaborasi
pemberian
terapi analgetik
3. Setelah dilakukan Observasi S : klien
tindakan 1. Untuk 1. Memantau mengatakan
keperawatan 1. Pantau memastikan kebersihan diri tidak mampu
selama 2x 24 jam. kebersihan diri kebersihan diri klien merawat diri
Defisit klien klien O : klien terlihat
perawatatan diri 2. Memfasilitasi dan kotor dan bau
meningkat. Terapeutik 2. Agar pasien mengarahkan klien Klien berkeringat
Kriteria hasil : paham dan untuk A : Masalah
2. Fasilitasi dan mengerti membersihkan diri defisit perawatan
1. Kebersihan diri mengarahkan pentingnya diri belum teratasi
pasien klien untuk kebersihan diri 3. Meningkatkan P : Intervensi
meningkat membersihkan motivasi dilanjutkan
diri 3. Agar pasien kebersihan diri
dapat klien
3. Tingkatkan termotivasi
motivasi untuk menjaga 4. Melakukan penkes
kebersihan diri kebersihan diri mengenai
klien pentingnya
4. Agar pasien kebersihan diri
Edukasi dapat
termotivasi
4. Lakukan penkes untuk menjaga
mengenai kebersihan diri
pentingnya
kebersihan diri
5. Bantu
30
kebutuhan
pasien
I. CATATAN PERKEMBANGAN
No Hari/ tanggal Dx kep Catatan perkembangan Paraf
1. Jumat Pola nafas tidak S : klien mngatakan terasa sesak
23 / 04 / 2021 efektif O : tanda – tanda vital
berhubungan Td : 118/ 71 mmHg
dengan saturasi N : 123 x /menit
RR : 33 x / menit
oksigen kurang dari
Suhu : 36,5 ◦c
nilai normal Sp02 : 88 %
A : masalah pola napas tidak efektif belum
teratasi
P : intervensi di lanjutkan
I : memposisikan klien dengan semi
fowler ,memanau frekuensi , irama kedalam
pernafasan .
E : klien sesak nafas
R : memberikan 02 lewat NRM 10
liter/menit , memposisikan semi fowler ,
membantu pemantau pernafasan klien .
2. Jumat Kerusakan
23 / 04 / 2021 Integritas S : Pasien mengeluh gatal pada kulit
kulit
berhubungan O : Klien tampak kotor , Terdapat lesi
dengan obesitas pada bagian kulit
Tanda– tanda vital
Td : 117 / 71 mmHg
N : 98 x /menit
RR : 33 x / menit
Suhu : 36,5 ◦c
A : masalah gangguan integritas kulit
belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
I : Mengubah posisi setiap 2 jam ,
Menganjurkan minum air yang cukup
E : kulit klien masih tampak kotor dan
terdapat lesi
R : menganjurkan minum air ,
mengubah posisi setiap 2 jam
3. Jumat Defisit perawatan
23 / 04 / 2021 diri berhubungan S : Pasien mengeluh badan kotor dan
dengan kurangnya bau
pengetahuan
31
tentang kebersihan
diri O : Badan pasien terlihat kotor dan bau,
Kebutuhan perawatan diri pasien dibantu
keluarga dan perawat
32
belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
I : keluarga klien membersihkan tubuh
klien
E : kulit klien tidak terlalu kotor , masih
terdapat lesi
R : menganjurkan minum air ,
mengubah posisi setiap 2 jam
Sabtu Defisit perawatan
24 / 04 / 2021 diri berhubungan S : Pasien mengeluh badan kotor dan
dengan kurangnya bau
pengetahuan
tentang kebersihan O : Badan tidak terlalu bau dan mulai
diri bersih
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada BAB ini kami akan membandingkan beberapa kesenjangan antara tinjauan
teoritis pada Pneumonia yang penulis temukan pada Ny.I.
A. Pengkajian
33
Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya penulis melaksanakan
asuhan keperawatan. Dengan menerapkan proses keperawatan dimana pengkajian
dilaksanakan pada hari pertama pada saat klien datang ke rumah sakit. Untuk
mendapatkan data menunjang baik secara objektif maupun subjektif, kami
melakukan wawancara, pemeriksaan fisik, mempelajari catatan keperawatan,
catatan medis dan hasi pemeriksaan penunjang pada saat dilakukan pegkajian di
temukan kesesuaian antara manisfestasi klinis Pneumonia yaitu Brunner &
Suddarth (2011), nadi cepat , frekuensi pernafasan cepat, konsentrasi oksigen
kurang dari 95%. Pada pasien juga terdapat hal yang sama yaitu nafas cepat dan
dangkal, respirasi 32x/menit , nadi 123x/menit dan Spo 88%. Pada analisa data pun
terdapat kesesuaian data subjektif dan objektif. Diagnose keperawatan pada teori
dan pada kasus tidak jauh berbeda dan hampir semua di alami oleh pasien.
B. Diagnose keperawatan
Secara umum diagnose yang timbul pada kasus pneumonia post covid yang
ditemukan adalah
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan saturasi oksigen kurang dari nilai
normal
C. Intervensi keperawatan
Dalam perencanaan penulis merencanakan sesuai teori yang ada dan penulis
berusaha menjalankan secara sistematis, berkesinambungan dan efisien.
D. Implementasi
Dalam tahan implementatsi penulis bekerja sama dengan keluarga klien,
34
perawat ruangan dan tim kesehatan lainnya, sesuai prioritas masalah dan kondisi
klien.
1. Intervensi yang dilakukan pada pasien dengan pola nafas tidak efektif adalah
posisikan klien dengan posisi semi fowler, berikan terapi oksigen sesuai
kebutuhan, ajarkan klien untuk relaksasi.
2. Intervensi yang dilakukan pada pasien kerusakan integritas kulit adalah
melakukan miring kanan miring kiri setiap 2 jam sekali dan menganjurkan
minum air putih yang cukup.
3. Intervensi yang dilakukan pada deficit nutrisi adalah memantau kebersihan diri
klien, menfasilitasi dan mengarahkan klien untuk membersihkan diri,
melakukan penkes mengenai kebersihan diri.
E. Evaluasi
Dalam melaktsanakan evaluasi dan proses evaluasi hasil pada pasien
dilaksanakan pada saat sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan keperawatan
melalui reaksi klien dan evaluasi hasil berdasarkan tujuan yang ditetapkan pada
evaluasi ini penulis melakukan penelitian asuhan keperawatan yang diberikan dari
tanggal 23 april 2021 sampai dengan 24 april 2021.
Keberhasilan tindakan keperawatan dilakukan secara subjektif melalui
ungkapan klien dan secara objektif melalui pengamatan dan pengukuran dari
diagnose seluruhnya 2 masalah teratasi dan 1 masalah tidak teratas.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah melakukan asuhan keperawatan kepada klien, maka dapat diambil
35
kesimpulan sebagai berikut:
Dalam melakukan asuhan keperawatan penulis menggunakan
pendekatan proses keperawatan yaitu mulai dari pengkajian sampai
evaluasi. Data data tersebut digunakan untuk menyusun diagnose
keperawatan.
Dalam menentukan diagnose keperawatan penyusun berfokus pada data
data sebagai hasil pengkajian berdasarkan masalah actual, masalah
resiko tinggi yang penulisannya berdasarkan prioritas masalah.
Dengan melakukan asuhan keperawatan secara komprenhensif maka
seluruh masalah yang dihadapi klien dapat teratasi seluruhnya.
B. SARAN
1. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan dapat menjadi refensi bagi pengembangan keilmuan
keperawatan medical bedah II dalam memberikan asuhan keperawatan
pada pasien pneumonia post covid.
2. Bagi rumah sakit
Diharapkan dapat menjadi refensi bagi pengembangan ptaktik lapangan
keilmuan keperawatan medical bedah II dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien pneumonia post covid.
DAFTAR PUSTAKA
36
PPNI.2019.Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) edisi 1 cetakan II.Jakarta
37