Disusun Oleh :
Kelompok 3
Ari Setia Budi Permana NIM. J.0105.20.067
Akbar NIM. J.0105.20.055
M. Rheynaldi Lutfi Zein NIM. J.0105.20.060
Maya Lasmayanti NIM. J.0105.20.061
Rohendi NIM. J.0105.20.062
Salman Firmansyah NIM. J.0105.20.068
Syafur Yusuf NIM. J.0105.20.068
Wawan Setiawan NIM. J.0105.20.078
Materai
Penulis
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Ilahi Robbi atas rahmat dan hidayah-Nya,
serta sholawat dan salam semoga terlimpah kepada utusan Illahi Robbi nabi
Muhammad SAW. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas
Akhir yang berjudul “Literatur Review: Penerapan Terapi Dzikir Terhadap
Perilaku Kekerasan Pada Gangguan Jiwa” Literatur ini diajukan untuk memenuhi
salah satu syarat dalam menyelesaikan program pendidikan ners tahap profesi
keperawatan.
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan-kekurangan dan keterbatasan didalam peyusunan maka penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak
guna perbaikan dalam penulisan di masa yang akan datang.
Demikian penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-
besarnya, mudah-mudahan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kesehatan jiwa
merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan
jiwa, dan memilik sikap positif untuk menggambarkan tentang kedewasaan
serta kepribadiannya. Angka penderita gangguan jiwa mengkhawatirkan
secara global, sekitar 450 juta orang yang menderita gangguan mental. Orang
yang mengalami gangguan jiwa sepertiganya tinggal dinegara berkembang,
sebanyak dari 8 dari 10 penderita gangguan mental itu tidak mendapatkan
perawatan. (Kemenkes RI, 2012).
Penderita gangguan jiwa belum bisa disembuhkan 100% tetapi para
penderita gangguan jiwa memiliki hak untuk sembuh dan diperlakukan secara
manusiawi. UU RI 18 Tahun 2014 Bab I Pasal 3 Tentang Kesehatan Jiwa
telah dijelaskan bahwa upaya kesehatan jiwa bertujuan menjamin setiap orang
dapat mencapai kualitas hidup yang baik, menikmati kehidupan kejiwaan yang
sehat, bebas dari ketakutan, tekanan, dan gangguan lain yang dapat
menganggu kesehatan jiwa (Kemenkes, 2014).
Salah satu pemicu terjadinya berbagai masalah dalam kesehatan jiwa
adalah dampak modernisasi dimana tidak semua orang siap untuk menghadapi
cepatnya perubahan dan kemajuan teknologi baru (Sitorus, 2006). Gangguan
jiwa tidak menyebabkan kematian secara langsung namun akan menyebabkan
penderitanya menjadi tidak produktif dan menimbulkan beban bagi keluarga
penderita dan lingkungan masyarakat sekitarnya (Djatmiko, 2009).
Skizofrenia adalah tantangan bagi dunia kedokteran karena
menimbulkan gangguan-gangguan kognitif, afektif, perilaku dan motivasi
sehingga menyebabkan gangguan adaptasi pasien terhadap lingkungan
(Chandra, 2004). Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa kronis yang
dicirikan oleh suatu siklus kekambuhan dan remisi. Kekambuhan merupakan
gambaran yang umum dari perjalanan yang siklik dari skizofrenia dan akan
1
2
terjadi pada banyak pasien (Taylor et al, 2005). Skizofrenia termasuk jenis
psikosis yang menempati urutan atas dari seluruh gangguan jiwa yang ada,
selain karena angka insidennya di dunia cukup tinggi (1 per 1000), hampir
80% penderita skizofrenia juga mengalami kekambuhan secara berulang
(Kusumowardhani, 2006).
Gejala skizofrenia memiliki insiden yang relatif rendah tetapi
prevelensi tinggi dengan kemungkinan kambuh. Skizofrenia setelah satu
tahun, sampai dengan 77% kambuh, sementara itu jumlah penderita gangguan
Jiwa di Indonesia saat ini, Menurut kementrian Kesehatan tahun 2013,
penderits gangguan jiwa berkisar 1 juta orang, sedangkan golongan sedan
sampai mencapai 19 juta orang (Kompas.com).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013, dilaporkan Prevelansi
gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia 1,7 per 1000 jiwa, sedangkan
dikaltim 1,4 per 1000 jiwa, pemicu peningkatan penentu gangguan jiwa di
Samarinda dikarenakan musibah banjir, kebakaran, dan putus cinta. Sebagai
gambaran, setidaknya tercata 10.597 pasien yang mengalami gangguan jiwa
pada tahun 2012. Angka lalu meningkat pada tahun 2013 sekitar 13,46 persen
atau mencapai 13,893 pasien (Kemenkes RI, 2013).
Dari data diatas sebagian besar banyak yang mengalami gangguan jiwa
salah satunya yaitu gangguan jiwa berupa perilaku kekerasan. Perilaku
kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang
lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tidak terkontrol
(Kusumawati & Hartono, 2015). Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan
dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik
baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan (Stuart & Laraia,
2008). Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis
(Harnawati, 2017).
Adapun dampak yang ditimbulkan oleh pasien yang mengalami
perilaku kekerasan adalah kehilangan kontrol dirinya. Dimana pasien
3
gelisah lagi sehingga mereka bisa bersosialisasi dengan pasien lain dan mulai
bisa mengikuti aktifitas sehari-hari.
Menurut Subandi (2017) bacaan dzikir mampu menenangkan,
membangkitkan percaya diri, kekuatan, perasaan aman, tentram, dan
memberikan perasaan bahagia. Secara medis juga diketahui bahwa orang yang
terbiasa berdzikir mengingat Allah secara otomatis otak akan berespon
terhadap pengeluaran endorphine yang mampu menimbulkan perasaan
bahagia dan nyaman (Suryani, 2018).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka kelompok tertarik untuk
melakukan penulusuran jurnal terkait kajian literatur mengenai Penerapan
Terapi Dzikir Terhadap Perilaku Kekerasan Pada Gangguan Jiwa.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan “
Bagaimana penerapan terapi dzikir terhadap perilaku kekerasan pada
gangguan jiwa?”
C. TUJUAN PENELITIAN
1. TUJUAN UMUM
Untuk mengetahui penerapan terapi dzikir terhadap perilaku
kekerasan pada gangguan jiwa.
2. TUJUAN KHUSUS
a. Mengidentifikasi pengaruh therapi dzikir terhadap pengontrolan
tingkah laku perilaku kekerasan pada gangguan jiwa
b. Mengidentifikasi efektifitas therapi dzikir terhadap perubahan perilaku
pada perilaku kekerasan gangguan jiwa sebelum dan sesudah diberikan
terapi dzikir
D. MANFAAT PENELITIAN
1. MANFAAT TEORITIS
5
6
7
c. Membaca tahlil (La illaha illallah) yang bermakna tiada Tuhan selain
Allah.
d. Membaca takbir (Allahu akbar) yang berarti Allah Maha Besar.
e. Membaca Hauqalah (La haula wala quwwata illa billah) yang
bermakna tiada daya upaya dan kekuatan kecuali Allah.13
4. MANFAAT DZIKIR
Menurut Anshori dzikir bermanfaat mengontrol perilaku. Pengaruh
yang ditimbulkan secara konstan, akan mampu mengontrol prilaku
seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang melupakan dzikir
atau lupa kepada Tuhan, terkadang tanpa sadar dapat berbuat maksiat,
namun mana kala ingat kepada Tuhan kesadaran akan dirinya sebagai
hamba Tuhan akan muncul kembali.
Dzikir mempunyai manfaat yang besar terutama dalam dunia
modern seperti sekarang, manfaat dzikir dalam kehidupan menurut Amin
Syukur antara lain:
a. Dzikir memantapkan iman
Jiwa manusia akan terawasi oleh apa dan siapa yang selalu
melihatnya. Ingat kepada Allah berarti lupa kepada yang lain, ingat
yang lain berarti lupa kepada-Nya. Melupakan-Nya akan mempunyai
dampak yang luas dalam kehidupan manusia.
b. Dzikir dapat menghindarkan dari bahaya
Dalam kehidupan ini, seseorang tak bisa lepas dari
kemungkinan datangnya bahaya. Hal ini dapat diambil pelajaran dari
peristiwa Nabi Yunus As yang tertelan ikan. Pada saat seperti itu
Yunus As berdoa: la ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minadh
dhalimin (tiada Tuhan selain engkau, maha suci engkau, sesungguhnya
aku adalah termasuk orang-orang yang dhalim) (Al- Anbiya’:27).
Dengan doa dan dzikir itu Yunus As dapat keluar dari perut ikan.
c. Dzikir sebagai terapi jiwa
10
5. CARA BERDZIKIR
Rifai dan Sukamto membagi berdasarkan dapat dilakukannya
dzikir menjadi 2 macam, yaitu sebagai berikut:16
a. Secara Kuantitatif, artinya menyebut nama Allah SWT. Dengan jumlah
bilangan tertentu misalnya mengucap tahmid sebanyak 200 kali.
b. Secara Kualitatif, artinya berdzikir melalui penghayatan yang terdiri
atas 3 tingkatan, sebagai berikut :
1) Dzikir Kontemplatif (perenungan mendalam), artinya ketika kita
membaca tasbih, tahmid, tahlil, istighfar, disertai dengan
penghayatan bahwa kita sangat kecil dibandingkan Allah SWT.,
kita dipenuhi oleh lumpur dosa, kita mengakui dan meyakini
11
gaduh gelisa atau amuk dimana seseorang marah berespon terhadap suatu
stersor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol (Yosep,2010 ).
Perilaku kerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan
untuk melukai seseorang,baik secara fisik maupun psikologis. Perilaku
kekerasan dapat dilakukan secara verbal ,diarahkan pada diri sendiri,orang
lain dan lingkungan (Keliat,2012).
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan
untuk melukai seseorang, baik secara fisik maupun psikologis. Perilaku
kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang
lain, dan lingkungan. ( Dr. Budi Anna Keliat , 2012 ).
Perilaku kekerasan merupakan setatus rentang emosi dan ungkapan
perasaan yang dimanifestasikan dalam bentuk fisik. Orang lain yang
mengalami kemarahan sebenarnya ingin menyampaikan pesan bahwa “ ia”
tidak setuju, tersinggung, merasa tidak dianggap, merasa tidak dituruti atau
diremehkan” (Damaiyanti, 2012 )
Resiko perilaku kekerasan adalah perilaku yang menyertai marah
dan merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk deskruktif dan
masih terkontrol (Yosep,2007)
Beberapa pengertian diatas, penulis dapat menarik kesimpulan
bahwa perilaku kekersan adalah ungkapan emosi yang bercampur perasaan
frutasi dan benci atau marah yang di dasari keadaan emosi sebagai respon
terhadap kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang
mengakibatkan hilangnya kontrol kesadaran diri dimana individu bisa
berperilaku menyerang atau melakukan suatu tindakan yang dapat
membahayakan diri sendiri,orang lain dan lingkungan.
2. RENTANG RESPONS
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Dari rentang marah dapat berbentuk adaptif dan maladaptif yang meliputi:
a. Asertif
Klien mampu mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain
dan memberikan kelegaan.
b. Frutasi
Klien gagal mencapai tujuan kepuasaan saat marah dan tidak
menemukan alternatifnya.
c. Pasif
Klien merasa tidak dapat mengungkapkan perasaanya tidak berdaya
dan menyerah.
d. Agresif
Klien mengekspresikan secara fisik, tapi masih terkontrol, mendorong
orang lain dengan ancaman.
e. Kekerasan
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat dan hilang control disertai
amuk,merusak lingkungan.
3. ETIOLOGI
Menurut Stuart dan Laria ( 2001 ), dalam bukunya Damaiyanti
2012 faktor penyebab terjadinya perilaku kekerasan yaitu :
a. Faktor predisposisi
1) Aspek biologis
Responsi fisiologis timbul karena kegiatan system saraf
otonom bereksi terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah
meningkat, takikardi, muka merah, pupul melebar, pengeluaran
urin meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti
meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperto radang
terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan refleks cepat. Hal ini
disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah bertambah.
2) Aspek emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak
berdaya, jengkel, frutasi, dendam, ingin memukul orang lain,
mengamuk, bermusuhan, dan sakit hati, menyalahkan dan
menuntut.
3) Aspek intelektual
14
4. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Nita Fitria (2009), tanda dan gejala perilaku kekerasan
diantaranya adalah :
a. Fisik : Mata melotot atau pandangan tajam, tangan mengepal,
rahang menutup, wajah memerah dan tegang serta postur tubuh kaku.
b. Verbal : Mengecap, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara
dengan nada keras, kasar dan ketus.
17
19
20
22
23
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil literature yang didapatkan dapat ditarik kesimpulan
bahwa terapi dzikir dapat mengontrol pada pasien perilaku kekerasan dengan
gangguan jiwa ditandai dengan pasien dapat lebih tenang dan kooperatif
dalam menjalani perawatan selama di Rumah Sakit sehingga berpeluang
derajat kesehatan pasien meningkat menuju sembuh.
B. SARAN
1. Bagi Institusi Pendidikan STIKes Budi Luhur Cimahi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan yang
berguna bagi perkembangan ilmu pendidikan khususnya pendidikan
keperawatan jiwa.
2. Bagi Rumah Sakit
Bagi instansi Rumah Sakit, dapat mempertimbangkan program
penatalaksanaan tentang terapi psikoreligius / spritual : dzikir.
3. Bagi Profesi Keperawatan
Diharapkan perawat dapat mengintegrasikan hasil penelitian ini
sebagai salah satu acuan intervensi dalam asuhan keperawatan pada pasien
yang mengalami perilaku kekerasan.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti menyarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang
berkaitan dengan terapi psikoreligius terhadap perilaku kekerasan karena
apa yang dibahas oleh penulit masih dalam konteks yang terbatas.
33
34
DAFTAR PUSTAKA
Dermawan, D. & Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa: Konsep Dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing.
Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa (Teori dan Aplikasi). Yogyakarta:
Andi.
Ernawati, Samsualam, Ksuhermi . (2020). Pengaruh Pelaksanaan Terapi Spiritual
Terhadap Kemampuan Pasien Mengontrol Perilaku Kekerasan.
Terakreditasi Nasional Peringkat 3 No. 36/E/KPT/2019 : Window of
Health : Jurnal Kesehatan, Vol. 3 No. 1 (Januari, 2020) : 049-056 E-ISSN
2614-5375
Imrucha Yulia Setia Pratiwi. (2019). Pengaruh Terapi Dzikir Terhadap
Kemampuan Mengontrol Perilaku Kekerasan Pada Gangguan Jiwa Di
Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
Tengah. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung :
Semarang
Slamet Wahyudi . (2017). Pengaruh Terapi Dzikir Terhadap Penurunan Gejala
Perilaku Kekerasan Pada Pasien Skizofrenia Di Instalasi IPCU RSJ DR
Radjiman Wediodiningrat Lawang. : STIKes Majapahit : Mojokerto
Teguh Pribadi, Djunizar Djamaludin. (2019). Terapi psikoreligi terhadap
penurunan perilaku kekerasan pada pasien Skizofrenia di ruang rawat inap
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung : Holistik Jurnal Kesehatan,
Volume 13, No.4, Desember 2019: 373-380
Arif Munandar, Kellyana Irawati,Yonni Prianto. (2019). Terapi Psikoreligius
Dzikir Menggunakan Jari Tangan Kanan Pada Orang Dengan Gangguan
Jiwa Di Rumah Sakit Jiwa Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta :
Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Vol 10 No. 1 Juli
2019 ( ISSN: 2086-3454 EISSN: 2549-4058) : DOI :
https://doi.org/10.33859/dksm.v10i1
Nur Cahyo Sasongko, Eni Hidayati . (2020). Penerapan Terapi Musik, Dzikir dan
Rational Emotive Cognitive Behavior Therapy pada Pasien dengan Resiko
Perilaku Kekerasan : Ners Muda, Vol 1 No 2, Agustus 2020 e-ISSN:
2723-8067 : DOI: 10.26714/nm.v1i2.5751
Massuhartono,Mulyanti . (2017). Terapi Religi Melalui Dzikir Pada Penderita
Gangguan Jiwa : Journal of Islamic Guidance and Counseling : ISSN
(Print) 2088-4842 | ISSN (Online) 2442-8795