Anda di halaman 1dari 39

Literatur Review: Penerapan Terapi Dzikir Terhadap Perilaku

Kekerasan Pada Gangguan Jiwa

LAPORAN LITERATUR REVIEW


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir State Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :
Kelompok 3
Ari Setia Budi Permana NIM. J.0105.20.067
Akbar NIM. J.0105.20.055
M. Rheynaldi Lutfi Zein NIM. J.0105.20.060
Maya Lasmayanti NIM. J.0105.20.061
Rohendi NIM. J.0105.20.062
Salman Firmansyah NIM. J.0105.20.068
Syafur Yusuf NIM. J.0105.20.068
Wawan Setiawan NIM. J.0105.20.078

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI
CIMAHI
2021
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Kelompok 3
NIM : SDA
Program Studi : Pendidikan Ners Tahap Profesi
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa tulisan dalam Laporan
Tugas Akhir Mata Ajar Keperawatan Jiwa dengan judul Literatur Review:
Penerapan Terapi Dzikir Terhadap Perilaku Kekerasan Pada Gangguan Jiwa
merupakan hasil pemikiran kelompok 3, bukan pengutipan tulisan dari hasil karya
orang lain yang kelompok 3 akui sebagai tulisan atau hasil pemikiran Kelompok 3
sendiri. Kelompok 3 tidak melakukan plagiatisme atau pengutipan dengan cara-
cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam tradisi keilmuan.
Apabila dikemudian hari terbukti bahwa Laporan Tugas Akhir ini adalah
hasil kutipan pemikiran orang lain, Kelompok 3 bersedia menerima sanksi atas
tindakan tersebut.

Cimahi, 03 April 2021

Materai

Penulis

ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Ilahi Robbi atas rahmat dan hidayah-Nya,
serta sholawat dan salam semoga terlimpah kepada utusan Illahi Robbi nabi
Muhammad SAW. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas
Akhir yang berjudul “Literatur Review: Penerapan Terapi Dzikir Terhadap
Perilaku Kekerasan Pada Gangguan Jiwa” Literatur ini diajukan untuk memenuhi
salah satu syarat dalam menyelesaikan program pendidikan ners tahap profesi
keperawatan.
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan-kekurangan dan keterbatasan didalam peyusunan maka penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak
guna perbaikan dalam penulisan di masa yang akan datang.
Demikian penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-
besarnya, mudah-mudahan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.

Cimahi, 03 April 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ........................................ii


KATA PENGANTAR ......................................................................................iii
DAFTAR ISI .....................................................................................................iv
DAFTAR TABEL ..............................................................................................v
BAB 1 : PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Penelitian ............................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................4
C. Tujuan Penelitian .........................................................................4
D. Manfaat Penelitian .......................................................................4
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................6
A. Konsep Therapi Dzikir .................................................................6
B. Konsep Perilaku Kekerasan........................................................11
BAB III : METODE PENELITIAN .................................................................19
A. Desain dan Jenis Penelitian ........................................................19
B. Metode Pengumpulan Data ........................................................19
BAB IV : RINGKASAN PUSTAKA DAN HASIL PEMBAHASAN ............22
A. Ringkasan Pustaka .....................................................................22
B. Hasil dan Pembahasan ...............................................................31
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................33
A. Kesimpulan ................................................................................33
B. Saran ..........................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................34

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kriteria Inklusi dan Ekslusi ..............................................................18


Table 3.2 karakteristik umum ringkasan pustaka .............................................19
Tabel 4.1 Ringkasan Pustaka, hasil dan pembahasan .......................................22

v
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kesehatan jiwa
merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan
jiwa, dan memilik sikap positif untuk menggambarkan tentang kedewasaan
serta kepribadiannya. Angka penderita gangguan jiwa mengkhawatirkan
secara global, sekitar 450 juta orang yang menderita gangguan mental. Orang
yang mengalami gangguan jiwa sepertiganya tinggal dinegara berkembang,
sebanyak dari 8 dari 10 penderita gangguan mental itu tidak mendapatkan
perawatan. (Kemenkes RI, 2012).
Penderita gangguan jiwa belum bisa disembuhkan 100% tetapi para
penderita gangguan jiwa memiliki hak untuk sembuh dan diperlakukan secara
manusiawi. UU RI 18 Tahun 2014 Bab I Pasal 3 Tentang Kesehatan Jiwa
telah dijelaskan bahwa upaya kesehatan jiwa bertujuan menjamin setiap orang
dapat mencapai kualitas hidup yang baik, menikmati kehidupan kejiwaan yang
sehat, bebas dari ketakutan, tekanan, dan gangguan lain yang dapat
menganggu kesehatan jiwa (Kemenkes, 2014).
Salah satu pemicu terjadinya berbagai masalah dalam kesehatan jiwa
adalah dampak modernisasi dimana tidak semua orang siap untuk menghadapi
cepatnya perubahan dan kemajuan teknologi baru (Sitorus, 2006). Gangguan
jiwa tidak menyebabkan kematian secara langsung namun akan menyebabkan
penderitanya menjadi tidak produktif dan menimbulkan beban bagi keluarga
penderita dan lingkungan masyarakat sekitarnya (Djatmiko, 2009).
Skizofrenia adalah tantangan bagi dunia kedokteran karena
menimbulkan gangguan-gangguan kognitif, afektif, perilaku dan motivasi
sehingga menyebabkan gangguan adaptasi pasien terhadap lingkungan
(Chandra, 2004). Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa kronis yang
dicirikan oleh suatu siklus kekambuhan dan remisi. Kekambuhan merupakan
gambaran yang umum dari perjalanan yang siklik dari skizofrenia dan akan

1
2

terjadi pada banyak pasien (Taylor et al, 2005). Skizofrenia termasuk jenis
psikosis yang menempati urutan atas dari seluruh gangguan jiwa yang ada,
selain karena angka insidennya di dunia cukup tinggi (1 per 1000), hampir
80% penderita skizofrenia juga mengalami kekambuhan secara berulang
(Kusumowardhani, 2006).
Gejala skizofrenia memiliki insiden yang relatif rendah tetapi
prevelensi tinggi dengan kemungkinan kambuh. Skizofrenia setelah satu
tahun, sampai dengan 77% kambuh, sementara itu jumlah penderita gangguan
Jiwa di Indonesia saat ini, Menurut kementrian Kesehatan tahun 2013,
penderits gangguan jiwa berkisar 1 juta orang, sedangkan golongan sedan
sampai mencapai 19 juta orang (Kompas.com).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013, dilaporkan Prevelansi
gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia 1,7 per 1000 jiwa, sedangkan
dikaltim 1,4 per 1000 jiwa, pemicu peningkatan penentu gangguan jiwa di
Samarinda dikarenakan musibah banjir, kebakaran, dan putus cinta. Sebagai
gambaran, setidaknya tercata 10.597 pasien yang mengalami gangguan jiwa
pada tahun 2012. Angka lalu meningkat pada tahun 2013 sekitar 13,46 persen
atau mencapai 13,893 pasien (Kemenkes RI, 2013).
Dari data diatas sebagian besar banyak yang mengalami gangguan jiwa
salah satunya yaitu gangguan jiwa berupa perilaku kekerasan. Perilaku
kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang
lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tidak terkontrol
(Kusumawati & Hartono, 2015). Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan
dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik
baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan (Stuart & Laraia,
2008). Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis
(Harnawati, 2017).
Adapun dampak yang ditimbulkan oleh pasien yang mengalami
perilaku kekerasan adalah kehilangan kontrol dirinya. Dimana pasien
3

mengalami dan perilakunya dikendalikan oleh marahnya. Dalam situasi ini


pasien dapat melakukan bunuh diri (suicide), membunuh orang lain
(homicide), dan merusak lingkungan.
Bila tidak ditangani dengan baik, perilaku kekerasan dapat
mengakibatkan kehilangan kontrol, resiko kekerasan terhadap orang lain dan
diri sendiri, tidak mampu berespon terhadap lingkungan. Adapun upaya-upaya
penanganan perilaku kekerasan yaitu mengatasi stress termasuk upaya
penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan
untuk melindung diri, bersama klien mengidentifikasi situasi yang dapat
menimbulkan perilaku kekerasan dan terapi medik.
Terapi modalitas adalah terapi kombinasi dalam keperawatan jiwa,
dimana perawat jiwa memberikan praktek lanjutan untuk menatalaksanaan
terapi yang digunakan oleh pasien gangguan jiwa (Videbeck, 2008). Ada
beberapa jenis terapi modalitas, antara lain: terapi individual, terapi
lingkungan (milliu therapi), terapi biologis atau terapi somatik, terapi kognitif,
terapi keluarga, terapi perilaku, terapi bermain, terapi spiritual (Yosep, 2017).
Terapi spiritual atau terapi religius yang antara lain dzikir, apabila
dilafalkan secara baik dan benar dapat membuat hati menjadi tenang dan
rileks. Terapi dzikir juga dapat diterapkan pada pasien resiko perilaku
kekerasan, karena ketika pasien melakukan terapi dzikir dengan tekun dan
memusatkan perhatian yang sempurna (khusu’) dapat memberikan dampak
saat tanda gejala muncul pasien bisa menghilangkan rasa marah atau jengkel
dan lebih dapat menyibukkan diri dengan melakukan terapi dzikir (Endah,
2017).
Penelitian Fananda (2018) tentang penerapan perawat dalam terapi
psikoreligius untuk menurunkan tingkat stress pada pasien halusinasi
pendengaran di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang, dengan hasil pada
tingkat stres pasien halusinasi didapatkan bahwa setelah ketiga pasien diajak
dzikir berjamaah dengan pasien lain, mereka mampu mengikuti dzikir dengan
baik dan benar serta khusyuk dan setelah sholat mereka dapat mengemukakan
tentang perasaannya yang lebih tenang, emosi lebih terkendali serta tidak
4

gelisah lagi sehingga mereka bisa bersosialisasi dengan pasien lain dan mulai
bisa mengikuti aktifitas sehari-hari.
Menurut Subandi (2017) bacaan dzikir mampu menenangkan,
membangkitkan percaya diri, kekuatan, perasaan aman, tentram, dan
memberikan perasaan bahagia. Secara medis juga diketahui bahwa orang yang
terbiasa berdzikir mengingat Allah secara otomatis otak akan berespon
terhadap pengeluaran endorphine yang mampu menimbulkan perasaan
bahagia dan nyaman (Suryani, 2018).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka kelompok tertarik untuk
melakukan penulusuran jurnal terkait kajian literatur mengenai Penerapan
Terapi Dzikir Terhadap Perilaku Kekerasan Pada Gangguan Jiwa.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan “
Bagaimana penerapan terapi dzikir terhadap perilaku kekerasan pada
gangguan jiwa?”

C. TUJUAN PENELITIAN
1. TUJUAN UMUM
Untuk mengetahui penerapan terapi dzikir terhadap perilaku
kekerasan pada gangguan jiwa.
2. TUJUAN KHUSUS
a. Mengidentifikasi pengaruh therapi dzikir terhadap pengontrolan
tingkah laku perilaku kekerasan pada gangguan jiwa
b. Mengidentifikasi efektifitas therapi dzikir terhadap perubahan perilaku
pada perilaku kekerasan gangguan jiwa sebelum dan sesudah diberikan
terapi dzikir

D. MANFAAT PENELITIAN
1. MANFAAT TEORITIS
5

Hasil penelitan ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan


manfaat bagi perkembangan ilmu keperawatan jiwa terkait dengan
perilaku kekerasan, khususnya dalam meningkatkan asuhan keperawatan
pada gangguan jiwa perilaku kekerasan.
2. MANFAAT PRAKTIS
a. Bagi Institusi Pendidikan STIKes Budi Luhur Cimahi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan yang
berguna bagi perkembangan ilmu pendidikan khususnya pendidikan
keperawatan jiwa.
b. Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil penelitian ini bermanfaat dalam memberikan alternatife
terapi untuk menjadi salah satu intervensi pada kasus perilaku
kekerasan dan memberikan pengentahuan bahwa terapi bermain dzikir
perlu dilaksanakan untuk membantu proses rehabilitasi.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai data dasar untuk
meneliti selanjutnya sebagai bahan referensi dalam meneliti lebih
lanjut terkait penerapan terapi dzikir terhadap perilaku kekerasan.
d. Bagi Rumah Sakit/ Manajemen Rumah Sakit
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai saran untuk
pihak rumah sakit agar memfasilitasi therapi psikoreligius : dzikir guna
untuk menjadi alternatif intervensi bagi kasus perilaku kekerasan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP THERAPI DZIKIR


1. DEFINISI
Terapi adalah upaya pengobatan yang ditunjukan untuk
penyembuhan kondisi psikologis. Terapi juga dapat berarti upaya
sistematis dan terencana dalam menanggulangi masalah-masalah yang
dihadapi mursyadbih (klien) dengan tujuan mengembalikan, memelihara,
menjaga, dan mengembangkan kondisi klien agar akal dan hatinya berada
dalam kondisi dan posisi yang proposional.
Dzikir secara etimologi berasal dari bahasa arab dzakara, artinya
mengingat, memperhatikan, mengenang, mengambil pelajaran, mengenal
atau mengerti. Menurut Chodjim dzikir berasal dari kata dzakara yang
berarti mengingat, mengisi atau menuangi, artinya, bagi orang yang
berdzikir berarti mencoba mengisi dan menuangi pikiran dan hatinya
dengan kata-kata suci. Biasanya perilaku dzikir diperlihatkan orang dalam
bentuk renungan sambil duduk sambil membaca bacaan-bacaab tertentu.
Dalam kamus tasawuf yang ditulis oleh Solihin dan Rosihin Anwar
menjelaskan dzikir merupakan kata yang digunakan untuk menunjuk
setiap bentuk pemusatan pikiran kepada Tuhan, dzikirpun merupakan
prinsip awal untuk seseorang yang berjalan menuju Tuhan (suluk).
Sedangkan dalam pengertian terminologi dzikir merupakan suatu
amal ucapan atau amal qauliyah melalui bacaan-bacaan tertentu untuk
mengingat Allah. Berdzikir kepada Allah suatu rangka dari rangkaian
iman dan islam yang mendapat perhatian khusus dan istimewa dari Al-
Quran dan sunnah.

6
7

2. JENIS THERAPI DZIKIR


Dzikir kepada Allah secara umum dapat diklasifikasikan menjadi
empat bentuk atau jenis, hal ini di dasarkan pada aktivitas apa yang di
gunakan untuk mengingat Allah :
a. Dzikir pikir (Tafakkur).
b. Dzikir dengan lisan atau ucapan.
c. Dzikir dengan qalbu.
d. Dzikir dengan amal perbuatan.
Usman membagi model dzikir berdasarkan pusat aktivitas
dzikirnya menjadi 2 macam, yaitu sebagai berikut:
a. Dzikir dalam arti ingat yang sebelumnya lupa atau lalai.
Artinya manusia kembali berdzikir setelah lalai mengingat
Allah. Dalam jangka waktu tertenttu, kemudian dia bertabaat untuk
senantiasa mengingat-Nya.
b. Dzikir dalam artian kekal ingatnya.
Artinya setelah manusia tersebut bertaubat yang sebenar-
benarnya kemudian dia akkan selalu ingat akan Allah swt.
Lebih lanjut, dalam kehidupan sufi dikenal dengan dua jenis
praktik dzikir, yaitu dzikir lisan (jahar) dan dzikir qalbi (khofi) :
a. Dzikir Lisan
Dzikir lisan merupakan dzikir dengan mengucapkan lafal- lafal
dzikir tertentu yang berasal dari ayat-ayat Al-Qur’an baik keseluruhan
mauppun sebagian, baik dengan suara keras mau perlahan. Dalam
melakukan dzikir ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Pertama
diniatkan untuk mendekatkan diri dan beribadah kepada Allah dengan
tujuan mencari ridha, cinta, dan ma’rifat- Nya. Kedua dilakukan dalam
keadaan memiliki wudlu. Pertimbangnnya karena wudlu menyiratkan
penyucian diri dari hadas. Ketiga dilakukan pada trmpat dan suasan
yang menunjang kekhusyukan. Keempat berusaha memahami makna
yang terkandung didalmnya. Kelima mengkosongkan hati dan ingatan
8

dari segala sesuatu selain Allah. Keenam mewujudkan pesan-pesan


yang terkandung dalam ucapan dzikir itu dalam sikap hidup.
b. Dzikir Qalbu
Dzikir Qalbu yaitu zikir yang tersembunyi di dalam hati tanpa
suara dan kata-kata. Zikir ini hanya memenuhi qalbu dengan kesadaran
yang sangat dekat dengan Allah seirama dengan detak jantung serta
mengikuti keluar masuknya nafas disertai kesadaran akan kehadiran
Allah. Dalam literatur sufisme barat, dzikir qalbu sering dilukiskan
sebagai Living Prosenc (hidup dengan merasakan kehadiran Tuhan).

3. JENIS LAFAL DZIKIR


Ada beberapa lafal dzikir yang bersumber dari Al-Qur’an maupun
Hadist Nabi, diantaranya sebagai berikut :
a. Tahmid, yaitu mengucapkan al-hamdulillah (Segala puji bagi Allah).
b. Tasbih, yaitu mengucapkan Subhanallah (Maha suci Allah).
c. Takbir, yaitu mengucapkan Allahu akbar (Allah Maha besar).
d. Tahlil, yaitu mengucapkan Laa ilaha illa Allah (Tiada tuhan selain
Allah).
e. Basmalah yaitu mengucapkan Bismillahirrahmani ar-rahim (Dengan
nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang). M. Sholihin,
Terapi Sufistik, (Bandung : Pustaka Setia, 2004), hlm 89. 11 Ibid, hlm
90.
f. Istighfar yaitu mengucapkan astghfirullah (Aku memohon ampun
kepada Allah).
g. Hawqalah, yaitu mengucapkan La hawla wala quwwata illa billah
(Tiada daya dan tiada kekuatan, kecuali daya dan kekuatan dari Allah).
Adapun bacaan-bacaan yang dianjurkan dalam dzikir lisan menurut
Hawari adalah sebagai berikut:
a. Membaca tasbih (Subhanallah) yang mempunyai arti Maha Suci Allah.
b. Membaca tahmid (Alhamdulillah) yang bermakna segala puji bagi
Allah.
9

c. Membaca tahlil (La illaha illallah) yang bermakna tiada Tuhan selain
Allah.
d. Membaca takbir (Allahu akbar) yang berarti Allah Maha Besar.
e. Membaca Hauqalah (La haula wala quwwata illa billah) yang
bermakna tiada daya upaya dan kekuatan kecuali Allah.13

4. MANFAAT DZIKIR
Menurut Anshori dzikir bermanfaat mengontrol perilaku. Pengaruh
yang ditimbulkan secara konstan, akan mampu mengontrol prilaku
seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang melupakan dzikir
atau lupa kepada Tuhan, terkadang tanpa sadar dapat berbuat maksiat,
namun mana kala ingat kepada Tuhan kesadaran akan dirinya sebagai
hamba Tuhan akan muncul kembali.
Dzikir mempunyai manfaat yang besar terutama dalam dunia
modern seperti sekarang, manfaat dzikir dalam kehidupan menurut Amin
Syukur antara lain:
a. Dzikir memantapkan iman
Jiwa manusia akan terawasi oleh apa dan siapa yang selalu
melihatnya. Ingat kepada Allah berarti lupa kepada yang lain, ingat
yang lain berarti lupa kepada-Nya. Melupakan-Nya akan mempunyai
dampak yang luas dalam kehidupan manusia.
b. Dzikir dapat menghindarkan dari bahaya
Dalam kehidupan ini, seseorang tak bisa lepas dari
kemungkinan datangnya bahaya. Hal ini dapat diambil pelajaran dari
peristiwa Nabi Yunus As yang tertelan ikan. Pada saat seperti itu
Yunus As berdoa: la ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minadh
dhalimin (tiada Tuhan selain engkau, maha suci engkau, sesungguhnya
aku adalah termasuk orang-orang yang dhalim) (Al- Anbiya’:27).
Dengan doa dan dzikir itu Yunus As dapat keluar dari perut ikan.
c. Dzikir sebagai terapi jiwa
10

Islam sebagai agama rahmatan lil alamin menawarkan suatu


konsep dikembangkannya nilai-nilai ilahiah dalam batin Mengingat
seseorang. Shalat misalnya yang didalamnya terdapat penuh doa dan
dzikir, dapat di pandang sebagai malja’ (tempat berlindung) ditengah
badai kehidupan modern’ disinilah misi Islam untuk menyejukkan hati
manusia. Dzikir fungsional, akan mendatangkan manfaat, antara lain
mendatangkan kebahagiaan, menentramkan jiwa, obat penyakit hati
dan sebagainya.
d. Dzikir menumbuhkan energi akhlak
Kehidupan modern yang ditandai juga dengan dekadensi moral,
akibat dari berbagai rangsangan dari luar, khususnya melalui mass
media. Pada saat seperti ini dzikir yang dapat menumbuhkan iman
dapat menjadi sumber akhlak. Dzikir tidak hanya dzikir substansial,
namun dzikir fungsional. Dengan demikian, betapa penting
mengetahui, mengerti (ma’rifat) dan mengingat (dzikir) Allah, baik
terhadap nama-nama maupun sifatsifat- Nya , kemudian maknanya
ditumbuhkan dalam diri secara aktif, karena sesungguhnya iman
adalah keyakinan dalam hati, diucapkan dalam lisan dan direalisasikan
dalam amal perbuatan.

5. CARA BERDZIKIR
Rifai dan Sukamto membagi berdasarkan dapat dilakukannya
dzikir menjadi 2 macam, yaitu sebagai berikut:16
a. Secara Kuantitatif, artinya menyebut nama Allah SWT. Dengan jumlah
bilangan tertentu misalnya mengucap tahmid sebanyak 200 kali.
b. Secara Kualitatif, artinya berdzikir melalui penghayatan yang terdiri
atas 3 tingkatan, sebagai berikut :
1) Dzikir Kontemplatif (perenungan mendalam), artinya ketika kita
membaca tasbih, tahmid, tahlil, istighfar, disertai dengan
penghayatan bahwa kita sangat kecil dibandingkan Allah SWT.,
kita dipenuhi oleh lumpur dosa, kita mengakui dan meyakini
11

kebesaran-Nya yang menciptakan alam semesta yang Maha luas


karena Allah adalah sang Maha kaya dari segalanya.
2) Dzikir Antisipatif, artinya kita menanggapi segala hal yang terjadi
di seluruh alam raya sebagai aktivitas dan kehendak Allah SWT.
dengan smempersepsikannya melalui pikiran, perasaan dan
tindakan.
3) Dzikir Aplikatif, artinya kita senantiasa mengingat Allah SWT.
ketika melakukan segala sesuatu dan dihubungkan dengan salah
satu sifat-sifat Allah yang Maha Mulia. Misalnya kita
mengucapkan istighfar dan menyebut Ar- rahman-Ar-rahim ketika
sedang emosi, marah maupun kecewa.

6. TATA CARA BERDZIKIR


Tata cara berdzikir yang dianjurkan dalam mengerjakannya sebagai
berikut:
a. Berniat semata-mata hanya mencari ridha Allah SWT., tanpa maksud
atau tujuan yang lainnya
b. Melakukannya dengan penuh konsentrasi dan penghayatan mendalam
terhadap maknanya.
c. Melakukannya dengan sikap tadlarru’ dengan suara yang pelan, sengan
sikap rendah diri dan rendah hati.
d. Menggunaan lafal-lafal dzikir sesuai dengan tang dituntunkan oleh
syara’ dan menyesuaikan yang dibaca dengan waktu, tempat serta
situasinya sendiri-sendiri, tanpa mengada-adakan dengan yang lainnya.

B. KONSEP PERILAKU KEKERASAN


1. DEFINISI
Perilaku kekerasan adalah perilaku kekerasan adalah suatu keadaan
dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara
fisik,baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Sering juga disebut
12

gaduh gelisa atau amuk dimana seseorang marah berespon terhadap suatu
stersor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol (Yosep,2010 ).
Perilaku kerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan
untuk melukai seseorang,baik secara fisik maupun psikologis. Perilaku
kekerasan dapat dilakukan secara verbal ,diarahkan pada diri sendiri,orang
lain dan lingkungan (Keliat,2012).
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan
untuk melukai seseorang, baik secara fisik maupun psikologis. Perilaku
kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang
lain, dan lingkungan. ( Dr. Budi Anna Keliat , 2012 ).
Perilaku kekerasan merupakan setatus rentang emosi dan ungkapan
perasaan yang dimanifestasikan dalam bentuk fisik. Orang lain yang
mengalami kemarahan sebenarnya ingin menyampaikan pesan bahwa “ ia”
tidak setuju, tersinggung, merasa tidak dianggap, merasa tidak dituruti atau
diremehkan” (Damaiyanti, 2012 )
Resiko perilaku kekerasan adalah perilaku yang menyertai marah
dan merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk deskruktif dan
masih terkontrol (Yosep,2007)
Beberapa pengertian diatas, penulis dapat menarik kesimpulan
bahwa perilaku kekersan adalah ungkapan emosi yang bercampur perasaan
frutasi dan benci atau marah yang di dasari keadaan emosi sebagai respon
terhadap kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang
mengakibatkan hilangnya kontrol kesadaran diri dimana individu bisa
berperilaku menyerang atau melakukan suatu tindakan yang dapat
membahayakan diri sendiri,orang lain dan lingkungan.

2. RENTANG RESPONS
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan


13

Dari rentang marah dapat berbentuk adaptif dan maladaptif yang meliputi:
a. Asertif
Klien mampu mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain
dan memberikan kelegaan.
b. Frutasi
Klien gagal mencapai tujuan kepuasaan saat marah dan tidak
menemukan alternatifnya.
c. Pasif
Klien merasa tidak dapat mengungkapkan perasaanya tidak berdaya
dan menyerah.
d. Agresif
Klien mengekspresikan secara fisik, tapi masih terkontrol, mendorong
orang lain dengan ancaman.
e. Kekerasan
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat dan hilang control disertai
amuk,merusak lingkungan.

3. ETIOLOGI
Menurut Stuart dan Laria ( 2001 ), dalam bukunya Damaiyanti
2012 faktor penyebab terjadinya perilaku kekerasan yaitu :
a. Faktor predisposisi
1) Aspek biologis
Responsi fisiologis timbul karena kegiatan system saraf
otonom bereksi terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah
meningkat, takikardi, muka merah, pupul melebar, pengeluaran
urin meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti
meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperto radang
terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan refleks cepat. Hal ini
disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah bertambah.
2) Aspek emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak
berdaya, jengkel, frutasi, dendam, ingin memukul orang lain,
mengamuk, bermusuhan, dan sakit hati, menyalahkan dan
menuntut.
3) Aspek intelektual
14

Sebagaimana besar pengalaman individu didapatkan


melalui proses intelktual, peran pasca indra sangat penting untuk
beradaptasi dengan lingkungan yang selanjutnya diolah dalam
proses intektual sebagai salah satu pengalaman. Perawat perlu
mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi penyebab kemarahan,
bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan diintegrasikan.
4) Aspek Sosial
Meliputi interkasi sosial, budaya, konsep rasa percaya ,
ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan orang
lain. Klien sering kali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik
tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan
mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras.
Proses tersebut dapat mengasingkan individu sendiri, menjauhkan
diri dari orang laim, monal mengikuti aturan.
5) Aspek spiritual
Kepercayaan , nilai dan moral mempengaruhi hubungan
individu dengan lingkunganya. Hal yang bertentangan dengan
norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang
dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa.
b. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang mencentuskan perilaku kekerasan:
1) Ekspresi diri, ingin menunjukan ekstensi diri atau solidaritas
seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah,
perkenalan massal dan sebagainya.
2) Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhsn daar dan kondisi sosial
ekonomi
3) Kesulitan dalam mengkosumsi sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung
melakukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik
15

4) Adanya riwayat perilakuanti sosial meliputi penyalah gunaan obat


dan alkohol dan tidak mampu mengontrol emosinya saat
menghadapi rasa frutasi
5) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan keluarga.
c. Penelian terhadap stresor
Penelian stresor melibatkan makna dan pemahaman dampak
dari situasi stres individu, itu mengcangkup kognitif, afektif, fisiologis,
perilaku dan respon sosial. Penelian adalah evaluasi tentang
pentingnya sebuah peristiwa dalam kaitanya dengan kesejahteraan
seseorang. Stresor mengansumsikan makna, intensitas, dan pentingnya
sebagi konsekuensi dari interpretasi yang unik dan makna yang
diberikan kepada orang yang beresiko.
d. Sumber koping
Sumber koping dapat berupa aset ekonomi, kemampuan dan
ketrampilan, teknik defensif, dukungan soasil, dan motivasi. Hubungan
antara indinidu, keluarga, kelompok dan masyarakat sangat berperan
penting pada saat ini. Sumber koping lainya termasuk kesehatan dan
energy, dukungan spiritual, keyakinan positif, ketrampilan
menyelesaikan masalah dan sosial, sumber daya sosial dan material,
dan kesejahteraan fisik.
e. Mekanisme koping
Menurut Stuart dan Laria ( 2001), yang diikuti dari damaiyanti
2012, mekanisme koping yang dipaka pada klien marah untuk
melindungi diri antara lain :
1) Sublimasi, yaitu menerima suatu sasaran pengganti yang mulai
artinya di mata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami
hambatan penyaluranya secara normal. Misalnya seseorang yang
sedang marah melampiaskan kemarahanya pada objek lain seperti
meremas adonan kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuanya
adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
16

2) Proyeksi, menyalahkan orang lain mengenai kesukaranya atau


keinginan yang tidak baik. Misalnya seorang wanita muda yang
menyangkalnya bahwa ia mempunyai perasaan sesksual terhadap
rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temanya terseburt
mencoba merayu, mencumbunya.
3) Represi, yaitu mencegah pikiran yang menyakitkan atau
membahayakan masuk ke dalam alam sadar. Misalnya seseorang
ank yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak disukainya.
Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak
kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik
dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekanya
dan akhirnya ia dapat melupakanya.
4) Reaksi Formasi , yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila
diekspresikan dengan melebih- lebihkan sikap dan perilaku yang
berlawanan dan menggunakanya sebagai rintangan. Misalnya
seseorang yang tertarik pada teman suaminya, akan
memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
5) Displacment, yaitu melepaskan perasaan yang tertekan biasanya
bermusuhan, pada objek yang begitu berbahaya seperti yang pada
mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya anak berusia 4
tahun marah karea ia baru saja mendapatkan hukuman dari ibunya
karena menggambat di dinding kamarnya. Dia mulai bermmain
perang- perangan dengan temanya.

4. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Nita Fitria (2009), tanda dan gejala perilaku kekerasan
diantaranya adalah :
a. Fisik : Mata melotot atau pandangan tajam, tangan mengepal,
rahang menutup, wajah memerah dan tegang serta postur tubuh kaku.
b. Verbal : Mengecap, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara
dengan nada keras, kasar dan ketus.
17

c. Perilaku : Menyerang orang lain, melukai diri sendiri atau merusak


lingkungan amuk atau agresif.
d. Emosi : Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa
terganggu, dendam, jengkel, tidak berdaya, bermusuhan mengamuk,
ingin berkelahi, menyalahkan, menuntut.
e. Intelektual : Mendominasi , cerewet, kasar, berdebat, meremehkan dan
tidak jarang mengeluarkan kata - kata bernada sarkasme.
f. piritual : Merasa diri berkuasa, merasa diri paling benar, keragu-
raguan, tidak bermoral dan kreatifitas terhambat.
g. Sosial : Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan.
h. Perhatian : Bolos, melarikan diri dan melakukan penyimpangan
seksual.

5. PERAN PERAWAT DALAM PERILAKU KEKERASAN


Menurut (Farida Kusumawati dan Hartono 2010) perawat dapat
mengimplementasikan berbagai intervensi untuk mencegah dan
memanejemenkan perilaki agresif, intervensi tersebut dapat melalui
rentang intervensi keperawatan.
Setrategi Preventif Setrategi Antisipasif Setrategi Pengurung

Kesadaran diri Komunikasi Manajemen


Pendidikan klien Perubahan lingkungan Seclusion

Latihan asertif Tindakan psikofarmakolog Retrain Keterangan gambar :


a. Kesadaran diri : Perawat harus meningkatkan kesadaran dirinya dan
melakukan supervisi dengan memisahkan masalah pribadi dan masalah
klien.
b. Pendidikan Klien : Pendidikan yang diberikan pada klien mengenai
cara komunikasi dan cara mengekspresikan marah yang tepat, serta
respons adaptif dan malaadaptif
18

c. Latiahn asertif : Kemampuan dasar perawat yang harus dimiliki adalah


berkomunikasi langsung dengan setiap orang, mengatakan tidak untuk
sesuatu yang tidak beralasan, sangup melakukan komplain, dan
mengekspresikan penghargaan yang tepat.
d. Komunikasi : Strategi komunikasi terapeutik merupakan suatu proses
untukmembina hubungan terapeutik perawat dengan pasien dan
kualitas peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien. Karena komunikasi terapeutik memperhatikan pasien secara
holistik, meliputi aspek keselamatan, mengenai penyebab dan mencari
jalan terbaik atas permasalahan pasien. Juga mengajarkan cara-cara
yang dapat dipakai untuk mengepresikan kemarahan yang dapat
diterima semua pihak tanpa harus merusak.
e. Perubahan lingkungan: Perawat mampu menyediakan berbagai
aktifitas untuk menimalkan / mengurangi perilaku klien yang tidak
sesuai.
f. Tindakan perilaku : Kontrak dengan klien untuk membicarakan
mengenai perilaku yang dapat diterima dan yang tidak.
g. Psikofarmakologi : Pemberian obat sesuai kalaborasi dan mampu
menjelaskan manfaat obat pada pasien dan keluarga.
h. Manajemen krisis: Bila pada waktu intervensi tidak berhasil, maka
perlu intervensi yang lebih aktif\
i. Seclusion: Pengekangan fisik merupakan tindakan keperawatan yang
terakhir. Ada dua macam, pengekangan fisik secara mekanik
( menggunakan menset,sprei pengekangan ) atau isolasi (menempatkan
klien dalam suatu ruangan dimana klien tidak dapat keluar atas
kemaunya sendiri ).
BAB III
METODE PENELITIAN

A. DESAIN DAN JENIS PENELITIAN


Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan metode studi
kepustakaan atau literatur review. Literatur review merupakan ikhtisar
komprehensif tentang penelitian yang sudah dilakukan mengenai topik yang
spesifik untuk menunjukkan kepada pembaca apa yang sudah diketahui tentang
topik tersebut dan apa yang belum diketahui, untuk mencari rasional dari
penelitian yang sudah dilakukan atau untuk ide penelitian selanjutnya. Studi
literatur bisa didapat dari berbagai sumber baik jurnal, buku, dokumentasi,
internet dan pustaka. Metode studi literatur adalah serangkaian kegiatan yang
berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat,
serta mengelolah bahan penulisan [CITATION Nur142 \l 1057 ]8. Jenis penulisan
yang digunakan adalah studi literatur review yang berfokus pada hasil
penulisan yang berkaitan dengan topik atau variabel penulisan. Penggunaan
metode ini terkait situasi pandemi Covid-19 yang membatasi peneliti dalam
pengambilan data.
Penulis melakukan studi literatur ini setelah menentukan topik
penulisan dan ditetapkannya rumusan masalah, sebelum terjun ke lapangan
untuk mengumpulkan data yang diperlukan. [ CITATION Nur142 \l 1057 ]8

B. METODE PENGUMPULAN DATA


1. LOKASI PENELITIAN
Lokasi yang digunakan untuk melakukan literature review bertempat
di RSUD Cimacan. Konsul dengan dosen pembimbing dengan
menggunakan media sosial / google meet, melakukan konsultasi untuk
pemilihan jurnal yang akan dipakai untuk tema yang diambil. Adapun waktu
yang digunakan kurang lebih satu minggu, dimulai dari tanggal 27 Maret
2021 sampai 05 April 2020.

19
20

2. ETIKA LITELATUR REVIEW


Dalam melakukan penulisan ini, struktur penulisan yang harus
diperhatikan meliputi: formulasi permasalahan, literature screening, evaluasi
data, analisis data dan interpretasi.
3. LITERATUR SCREENING
Data base yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari hasil-
hasil penelitian yang sudah dilakukan dan diterbitkan dalam jurnal online
nasional dan internasional. Dimana data yang didapatkan tidak langsung
terjun pengawasan. Dalam melakukan penelitian ini peneliti melakukan
pencarian jurnal penelitian yang dipublikasikan di internet menggunakan
Google Cendekia dengan kata kunci: psikoreligius, terapi spiritual, dzikir,
perilaku kekerasan. Proses ini berawal dari pengumpulan jurnal yang
berjumlah 30 jurnal, yang terdiri dari 4 jurnal internasional dan 26 jurnal
Indonesia dan dibuatkan metrik jurnal. Setelah itu jurnal di klasifikasikan
sesuai dengan topik kelompok ambil yaitu Psikoreligius terapi dzikir
terhadap perilaku kekerasan.
Screenning dilakukan untuk memudahkan proses codding yang
bertujuan untuk mengevaluasi data yang muncul sebagai kelolaan topik.
Pencarian terbatas dalam kurun waktu tertentu yaitu selama kurun waktu 5
tahunan dan disesuaikan dengan kriteria inklusi dan ekslusi topik kelolaan.
4. KRITERIA INKLUSI DAN EKSLUSI
Tabel 4.1 Kriteria Inklusi dan Ekslusi
Kriteria inklusi Jurnal menggunakan metode Pre-Experimental One
Group Pretest-Posttest Design
Artikel / Tulisan Study Pustaka dengan bahasan sesuai
topik terapi dzikir terhadap perilaku kekerasan
Jurnal mengenai Terapi spiritual terhadap perilaku
kekerasan
Jurnal mengenai Terapi psikoreligius terhadap Perilaku
kekerasan
Publikasi terbitan Jurnal dari tahun 2015-2020
Jurnal menggunakan metode Quasy Experimental One
Group Pretest-Posttest With Control Grup
21

Kriteria eksklusi Jurnal penelitian selain dari terapi psikoreligius : dzikir


Jurnal penelitian selain dari terapi spritual : dzikir
Jurnal penelitian selain gangguan jiwa
Jurnal Bahasa selain Indonesia dan Inggris
Publikasi terbitan lebih dari 5 tahun

Literature review disintesiskan dengan memakai metode naratif yang


menggelompokkan data hasil ekstraksi yang serupa dan selaras dengan hasil
yang akan diukur guna menemukan jawaban dari tujuan. Jurnal – jurnal
yang selaras dengan kriteria inklusi selanjutnya dikelompokkan dan
dibentuk menjadi suatu ringkasan meliputi Judul dan author, sumber
penerbit, tempat penelitian, cara penelitian, metode penelitian, dan hasil
penelitian.
BAB IV
RINGKASAN PUSTAKA, HASIL DAN PEMBAHASAN
A. RINGKASAN PUSTAKA
Tabel 4.1 Ringkasan Pustaka, hasil dan pembahasan
Sumber Jurnal Tempat Cara Kelompok Metode Outcome
Studi / Penulis Penelitian Penelitian Pre Post Penelitian/Alat
Ukur
Pengaruh Terakreditasi Ruang Kenari memberikan Kemampuan Kemampuan Design Hasil penelitian
Pelaksanaan Nasional Rumah Sakit terapi mengontrol mengontrol Penelitian Pre menunjukkan
Terapi Peringkat 3 No. Khusus Daerah spiritual perilaku perilaku Experimental bahwa ada
Spiritual 36/E/KPT/2019 : Dadi dengan zikir kekerasan kekerasan One Group pengaruh yang
Terhadap Window of Provinsi dan membaca sebelum setelah Pretest- signifikan
Kemampuan Health : Jurnal Sulawesi Al-Quran dua dilakukan dilakukan Posttest antara
Pasien Kesehatan, Vol. 3 Selatan. kali dalam terapi terapi Design pelaksanaan
Mengontrol No. 1 (Januari, seminggu spiritual spiritual Instrumen terapi spiritual
Perilaku 2020) : 049-056 selama satu adalah 7 adalah 16 penelitian terhadap
Kekerasan. E-ISSN 2614- bulan yang orang orang menggunakan kemampuan
(Ernawati, 5375 dipandu oleh terkontrol , terkontrol , lembar pasien
Samsualam, terapis agama 13 orang 4 orang observasi mengontrol
Ksuhermi) atau perawat tidak tidak tanda dan perilaku
di rumah terkontrol terkontrol gejala yang kekerasan
sakit. Setelah muncul pada dimana dari
itu dilakukan pasien sebelum hasil uji
pengkajian dan sesudah Wilcoxon
dan observasi diberikan diperoleh
kepada pasien terapi spiritual (p=0.003) α <

22
23

Sumber Jurnal Tempat Cara Kelompok Metode Outcome


Studi / Penulis Penelitian Penelitian Pre Post Penelitian/Alat
seberapa Ukur
Penentuan 0.05.
besar pasien sampel Kesimpulan
mampu dilakukan penelitian ini
mengontrol dengan adalah ada
perilaku menggunakan pengaruh
kekerasannya teknik antara
. purposive pelaksanaan
sampling terapi spiritual
dengan besar terhadap
sampel kemampuan
sebanyak 20 pasien
pasien. Uji mengontrol
pengaruh perilaku
dilakukan kekerasan di
dengan Ruang Kenari
menggunakan Rumah Sakit
uji statistik Khusus Daerah
Wilcoxon Dadi
dengan nilai p Provinsi
< 0.05. Sulawesi
Selatan.
Diharapkan
bagi tenaga
perawat untuk
lebih
meningkatkan
24

Sumber Jurnal Tempat Cara Kelompok Metode Outcome


Studi / Penulis Penelitian Penelitian Pre Post Penelitian/Alat
Ukur lagi pemberian
terapi
spiritual
terhadap
kemampuan
pasien
mengontrol
perilaku
kekerasan.
Pengaruh Fakultas Ilmu Di Rumah sampel ini Quasi Terdapat
Terapi Dzikir Keperawatan Sakit Jiwa dibagi eksperimen pengaruh terapi
Terhadap Universitas Islam Daerah Dr. menjadi dua dengan dzikir terhadap
Kemampuan Sultan Agung Amino kelompok, rancangan kemampun
Mengontrol Semarang : 2019 Gondohutomo kelompok penelitian pre- mengontrol
Perilaku Provinsi Jawa yang diberi post tes with perilaku
Kekerasan Tengah. perlakuan control grup kekerasan pada
Pada (intervensi) gangguan jiwa
Gangguan Jiwa dan di Rumah Sakit
Di Rumah kelompok Jiwa Daerah
Sakit Jiwa pembanding Dr. Amino
Daerah Dr. yaitu Gondo Hutomo
Amino (control). Semarang Jawa
Gondohutomo Kedua Tengah,
Provinsi Jawa kelompok dengan nilai
Tengah. dipilih secara sign.(2-tailed)
(Imrucha Yulia acak atau p-value
25

Sumber Jurnal Tempat Cara Kelompok Metode Outcome


Studi / Penulis Penelitian Penelitian Pre Post Penelitian/Alat
Setia Pratiwi) kemudian Ukur sebesar 0,000 <
diberikan pre- 0,05 dan
test untuk penurunan rata-
mencari rata perilaku
perbandingan kekerasan
dengan sebanyak 40
kelompok responden
kontrol dengan rata-
terhadap rata penurunan;
eksperimen 20,5.
yang akan
digunakan.
Pengaruh STIKes Instalasi IPCU Menganalisa Gejala Gejala Pra Terapi Dzikir
Terapi Dzikir Majapahit RSJ DR terapi dzikir Perilaku Perilaku eksperimen efektif
Terhadap Mojokerto : 2017 Radjiman yang Kekerasan Kekerasan dengan menurunkan
Penurunan Wediodiningra diterapkan saat pre test pada rancangan pre Gejala Perilaku
Gejala Perilaku t Lawang. secara pada kelompok test dan post Kekerasan
Kekerasan kotinyu pada kelompok eksperimen test dalam satu pada pasien
Pada Pasien pasien eksperimen sebagian kelompok skizofrenia di
Skizofrenia Di perilaku sebagian besar (One Group Instalasi
Instalasi IPCU kekerasan besar dalam mengalami Pre-post test Intensive
RSJ DR dengan pre kategori penurunan Design). Psychiatry
Radjiman dan post test tinggi yaitu yaitu Analisis data Care Unit
Wediodiningra dengan sebanyak 7 sebanyak 11 menggunakan (IPCU)RSJ.
t Lawang. dilakukan orang orang uji Wilcoxon Dr. Radjiman
(Slamet intervensi dan (46,7%), (73,3%) dan dan Uji Mann Wediodiningrat
26

Sumber Jurnal Tempat Cara Kelompok Metode Outcome


Studi / Penulis Penelitian Penelitian Pre Post Penelitian/Alat
Wahyudi) kontrol sedangkan berdasarkan Ukur
Whitney Lawang.
pada hasil Uji dengan 30
kelompok Wilcoxon responden
kontrol diperoleh
sebagian nilai Z =
besar dalam -2.804
kategori dengan
tinggi yaitu signifikansi
sebanyak 7 sebesar
orang 0,005
(46,7%). (p<0,05),
Terapi Holistik Jurnal Rumah Sakit Mengetahui nilai rata- rata-rata Quasi Ada pengaruh
psikoreligi Kesehatan, Jiwa Daerah pengaruh rata skor Skor Eksperiment terapi
terhadap Volume 13, No.4, Provinsi terapi perilaku perilaku dengan group psikoreligi
penurunan Desember 2019: Lampung psikoreligi kekerasan kekerasan pretest postest terhadap
perilaku 373-380 terhadap Sebelum sesudah sebanyak 30 penurunan
kekerasan pada penurunan Terapi Terapi pasien. perilaku
pasien perilaku psikoreligi psikoreligi Instrumen kekerasan pada
Skizofrenia di kekerasan adalah 16,87 adalah 13.0 penelitian ini pasien
ruang rawat pada pasien dengan dengan menggunakan skizopfrenia di
inap Rumah skizopfrenia standar standar lembar Ruang Rawat
Sakit Jiwa menggunakan deviasi 1,46, deviasi 1,0. observasi. Inap Rumah
Daerah lembar Analisastatisti Sakit Jiwa
Provinsi observasi k yang Daerah
Lampung. sebelum dan digunakan Provinsi
(Teguh sesudah yaitu uji t Lampung
27

Sumber Jurnal Tempat Cara Kelompok Metode Outcome


Studi / Penulis Penelitian Penelitian Pre Post Penelitian/Alat
Pribadi, dilakukan Ukur
Dependen. Tahun 2019 (p
Djunizar intervensi value 0,000).
Djamaludin)
Terapi Dinamika Rumah Sakit Teknik Dari 5 orang Dari 5 orang Instrumen Terapi
Psikoreligius Kesehatan Jurnal Jiwa Grhasia Analisa dengan dengan penelitian psikoreligius
Dzikir Kebidanan dan Daerah menggunakan gangguan gangguan menggunakan dzikir
Menggunakan Keperawatan Vol Istimewa transkrip jiwa yang jiwa yang Pedoman menggunakan
Jari Tangan 10 No. 1 Juli Yogyakarta wawancara. dilakukan dilakukan Wawancara, jari tangan
Kanan Pada 2019 ( ISSN: Peneliti terapi terapi Buku dan alat kanan sangat
Orang Dengan 2086-3454 memberikan semuanya semuanya tulis. efektif dalam
Gangguan Jiwa EISSN: 2549- tindakan tidak tidak meningkatkan
Di Rumah 4058) Dzikir ketika ditemukan ditemukan kemampuan
Sakit Jiwa DOI : pasien ketika gangguan gangguan kognitif pasien
Grhasia Daerah https://doi.org/10. pasien selesai kognitif, kognitif, dengan
Istimewa 33859/dksm.v10i melaksanakan dimana dimana skizofrenia
Yogyakarta. 1 sholat wajib. sebelum sebelum dengan
(Arif diberikan diberikan masalah
Munandar, terapi terapi keperawatan
Kellyana diukur diukur resiko perilaku
Irawati,Yonni kemampuan kemampuan kekerasan.
Prianto) kognitif kognitif
dengan dengan
instrumen instrumen
ScoRS ScoRS
(Schizophre (Schizophre
niacognition niacognition
28

Sumber Jurnal Tempat Cara Kelompok Metode Outcome


Studi / Penulis Penelitian Penelitian Pre Post Penelitian/Alat
rating rating Ukur
scale), scale),
didapatkan didapatkan
4 pasien semuanya 5
tidak ada pasien tidak
gangguan ada
kognitif dan gangguan
1 pasien kognitif
dengan
gangguan
kognitif
ringan.
Penerapan Ners Muda, Vol 1 Rumah Sakit dilakukan nilai sesudah metode Hasil
Terapi Musik, No 2, Agustus Jiwa Daerah terapi ambang terapi deskriptif menunjukan
Dzikir dan 2020 dr. Amino aktifitas marah ambang dengan adanya
Rational e-ISSN: 2723- Gondohutomo kelompok sebelum marah turun pendekatan penurunan nilai
Emotive 8067 Semarang relaksasi terapi menjadi 2 proses asuhan ambang marah
Cognitive DOI: musik alam, adalah 8 pada kasus I keperawatan sebelum dan
Behavior 10.26714/nm.v1i dzikir dan untuk kasus dan 3 pada sesudah terapi
Therapy pada 2.5751 rational I dan 10 kasus II. Semakin
Pasien dengan emotive untuk kasus rendah ambang
Resiko cognitive II, marah maka
Perilaku behaviour semakin bagus
Kekerasan. therapy pasien dalam
(Nur Cahyo (RECBT). mengontrol
Sasongko, Eni Evaluasi marah. Terapi
29

Sumber Jurnal Tempat Cara Kelompok Metode Outcome


Studi / Penulis Penelitian Penelitian Pre Post Penelitian/Alat
Hidayati) dilakukan Ukur musik, dzikir
menggunakan dan rational
kuesioner emotive
cognitive
behaviour
terbukti
menurunkan
ambang marah,
memberikan
ketenangan dan
meningkatkan
berfikir positif
klien.
Terapi Religi Journal of Islamic Instalasi Proses Metode terapi menggunakan hasil terapi
Melalui Dzikir Guidance and Rehabilitasi pengumpulan terapi langsung jenis religi melalui
Pada Penderita Counseling Mental Rumah data dalam kelompok dilakukan pendekatan dzikir pada
Gangguan | ISSN (Print) sakit Jiwa penelitian ini adalah dengan cara kualitatif, yang penderita
Jiwa. 2088-4842 | ISSN Daerah menggunakan metode membimbin mendiskripsika gangguan jiwa
(Massuhartono, (Online) 2442- Provinsi Jambi tiga cara yang yang g secara n data di rumah sakit
Mulyanti) 8795 dilakukan dilaksanaka perorangan di lapangan jiwa daerah
secara n oleh yang apa adanya. provinsi Jambi
berulang- beberapa dilakukan cukup
ulang agar rehabilitan oleh terapis maksimal
keabsahan dengan satu yang karena sudah
datanya dapat terapis dibantu oleh menampakkan
dipertanggun para seluruh keberhasilan
30

Sumber Jurnal Tempat Cara Kelompok Metode Outcome


Studi / Penulis Penelitian Penelitian Pre Post Penelitian/Alat
g jawabkan komponen Ukur nyata
metode antara rumah sakit berdasarkan
lain: rehabilitan
Observasi, yang mampu
wawancara, kembali hidup
dan normal di
dokumentasi. masyarakat.
31

B. HASIL DAN PEMBAHASAN


Penetapan kriteria yang ketat pada jenis terapi dan metode sangat
mempengaruhi jumlah artikel yang didapat. Penentuan artikel yang diambil
hanya terbatas pada artikel yang menggunakan terapi dzikir / spiritual dan
metode eksperimental. Setelah dilihat bahwa jumlah artikel yang didapatkan
terbatas, kriteria pengambilan artikel selanjutnya diturunkan. Artikel dengan
metode penelitian deskriptif dan kualitatif akhirnya tetap dimasukkan selama
terkait dengan terapi dzikir terhadap mengontrol perilaku kekerasan. Setelah
menurunkan kriteria berupa metode penelitian, akhirnya artikel yang
didapatkan berjumlah 7 artikel. Hasil yang ditunjukkan pada hasil penelitian di
artikel, hasil penelitian secara umum menyebutkan bahwa terapi dzikir
memang terbukti signifikan mampu membantu menurunkan emosi /
mengontrol perilaku kekerasan pada pasien gangguan jiwa.
Sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa terapi spiritual apabila
dilafalkan secara baik dan benar dapat membuat hati menjadi tenang dan
rileks. Terapi spiritual (dzikir) juga dapat diterapkan pada pasien perilaku
kekerasan, karena ketika pasien melakukan terapi spiritual dengan tekun dan
memusatkan perhatian yang sempurna (khusu’) dapat memberikan dampak
saat perilaku kekerasan yang juga memiliki masalah keperawatan halusinasi
pendengaran yang dapat membuat pasien melakukan kekerasan itu dapat
menghilangkan suara-suara yang tidak nyata dan lebih dapat menyibukkan diri
dengan melakukan terapi spiritual: dzikir.
Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon terhadap stresor yang
dihadapi oleh seseorang, yang ditunjukkan dengan perilaku aktual melakukan
kekerasan, baik pada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan, secara verbal
maupun non-verbal. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa
perilaku kekerasan atau agresifitas dapat didefinisikan, yaitu suatu perilaku
mencederai atau melukai diri sendiri, orang lain/sekelompok orang dan
lingkungan, baik secara verbal, fisik, dan psikologis yang akan mengakibatkan
beberapa kerugian seperti trauma fisik, psikologis, dan bahkan kematian.
Untuk mengatasi maupun meminimalkan dampak tersebut, maka perawat
32

perlu mengetahui karakteristik perilaku yang ditunjukkan oleh individu


melakukan perilaku kekerasan mulai dari kondisi memperlihatkan permusuhan
sampai pada tingkat yang serius seperti memukul atau melukai dan reaksi
perilaku kekerasan yang ditunjukkan setiap individu berbeda-beda dan
berfluktuasi.
Kemampuan pasien mengontrol perilaku kekerasan merupakan salah
satu proses dalam pemulihan terhadap penyakitnya. Pasien bukan hanya untuk
sekadar pulih dari penyakit, tapi untuk membuat kehidupannya menjadi lebih
berarti. Selama menjalani proses pemulihan, individu membutuhkan dukungan
dari lingkungan. Mereka membutuhkan supportive environment dari keluarga,
tetangga, masyarakat, pemerintah, dan swasta.
Ada pengaruh antara pelaksanaan terapi spiritual terhadap kemampuan
pasien mengontrol perilaku kekerasan Diharapkan pihak rumah sakit dapat
lebih memperhatikan lagi pasiennya dengan memberikan terapi spiritual yang
teratur agar hati pasien menjadi lebih tenang dan merasa lebih dekat dengan
Allah SWT, terutama pasien dengan perilaku kekerasan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil literature yang didapatkan dapat ditarik kesimpulan
bahwa terapi dzikir dapat mengontrol pada pasien perilaku kekerasan dengan
gangguan jiwa ditandai dengan pasien dapat lebih tenang dan kooperatif
dalam menjalani perawatan selama di Rumah Sakit sehingga berpeluang
derajat kesehatan pasien meningkat menuju sembuh.

B. SARAN
1. Bagi Institusi Pendidikan STIKes Budi Luhur Cimahi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan yang
berguna bagi perkembangan ilmu pendidikan khususnya pendidikan
keperawatan jiwa.
2. Bagi Rumah Sakit
Bagi instansi Rumah Sakit, dapat mempertimbangkan program
penatalaksanaan tentang terapi psikoreligius / spritual : dzikir.
3. Bagi Profesi Keperawatan
Diharapkan perawat dapat mengintegrasikan hasil penelitian ini
sebagai salah satu acuan intervensi dalam asuhan keperawatan pada pasien
yang mengalami perilaku kekerasan.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti menyarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang
berkaitan dengan terapi psikoreligius terhadap perilaku kekerasan karena
apa yang dibahas oleh penulit masih dalam konteks yang terbatas.

33
34

DAFTAR PUSTAKA

Dermawan, D. & Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa: Konsep Dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing.
Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa (Teori dan Aplikasi). Yogyakarta:
Andi.
Ernawati, Samsualam, Ksuhermi . (2020). Pengaruh Pelaksanaan Terapi Spiritual
Terhadap Kemampuan Pasien Mengontrol Perilaku Kekerasan.
Terakreditasi Nasional Peringkat 3 No. 36/E/KPT/2019 : Window of
Health : Jurnal Kesehatan, Vol. 3 No. 1 (Januari, 2020) : 049-056 E-ISSN
2614-5375
Imrucha Yulia Setia Pratiwi. (2019). Pengaruh Terapi Dzikir Terhadap
Kemampuan Mengontrol Perilaku Kekerasan Pada Gangguan Jiwa Di
Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
Tengah. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung :
Semarang
Slamet Wahyudi . (2017). Pengaruh Terapi Dzikir Terhadap Penurunan Gejala
Perilaku Kekerasan Pada Pasien Skizofrenia Di Instalasi IPCU RSJ DR
Radjiman Wediodiningrat Lawang. : STIKes Majapahit : Mojokerto
Teguh Pribadi, Djunizar Djamaludin. (2019). Terapi psikoreligi terhadap
penurunan perilaku kekerasan pada pasien Skizofrenia di ruang rawat inap
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung : Holistik Jurnal Kesehatan,
Volume 13, No.4, Desember 2019: 373-380
Arif Munandar, Kellyana Irawati,Yonni Prianto. (2019). Terapi Psikoreligius
Dzikir Menggunakan Jari Tangan Kanan Pada Orang Dengan Gangguan
Jiwa Di Rumah Sakit Jiwa Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta :
Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Vol 10 No. 1 Juli
2019 ( ISSN: 2086-3454 EISSN: 2549-4058) : DOI :
https://doi.org/10.33859/dksm.v10i1
Nur Cahyo Sasongko, Eni Hidayati . (2020). Penerapan Terapi Musik, Dzikir dan
Rational Emotive Cognitive Behavior Therapy pada Pasien dengan Resiko
Perilaku Kekerasan : Ners Muda, Vol 1 No 2, Agustus 2020 e-ISSN:
2723-8067 : DOI: 10.26714/nm.v1i2.5751
Massuhartono,Mulyanti . (2017). Terapi Religi Melalui Dzikir Pada Penderita
Gangguan Jiwa : Journal of Islamic Guidance and Counseling : ISSN
(Print) 2088-4842 | ISSN (Online) 2442-8795

Anda mungkin juga menyukai