NIM : C011181027
Kelas :A
Skenario :
Seorang anak perempuan berumur 8 tahun diantar ibunya ke puskesmas dengan keluhan lesu.
Gejala ini juga disertai dengan penurunan nafsu makan dan tidak mempunyai keinginan belajar
dan bermain. Keadaan ini dialami oleh anak tersebut sejak 8 bulan yang lalu sejak pulang dari
berlibur di kampungnya di Kabupaten Mamuju selama 1 bulan.
3) Pemeriksaan Widal
Pemeriksaan Widal mengukur kadar antibodi terhadap antigen O dan H dari S.
Typhi dan sudah digunakan lebih dari 100 tahun. Pemeriksaan Widal
memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang rendah, sehingga penggunaannya
sebagai satu-satunya pemeriksaan penunjang di daerah endemis dapat
mengakibatkan overdiagnosis. Pada umumnya antibodi O meningkat di hari
ke-6-8 dan antibodi H hari ke 10-12 sejak awal penyakit. Interpretasi
pemeriksaan Widal harus dilakukan secara hati-hati karena dipengaruhi
beberapa faktor yaitu stadium penyakit, pemberian antibiotik, teknik
laboratorium, endemisitas dan riwayat imunisasi demam tifoid. Sensitifitas
dan spesifisitas Widal rendah tergantung, kualitas antigen yang digunakan,
bahkan dapat memberikan hasil negatif hingga 30% dari sampel biakan positif
demam tifoid. Pemeriksaan Widal memiliki sensitivitas 69%, spesifisitas
83%. Hasil pemeriksaan Widal positif palsu dapat terjadi oleh karena reaksi
silang dengan non-typhoidal Salmonella, infeksi bakteri enterobacteriaceae
lain, infeksi dengue dan malaria, riwayat imunisasi tifoid atau standardisasi
reagen yang kurang baik. Hasil negatif palsu dapat terjadi karena teknik
pemeriksaan tidak benar, penggunaan antibiotik sebelumnya, atau produksi
antibodi tidak adekuat. Pemeriksaan Widal pada serum akut satu kali saja
tidak mempunyai arti penting dan sebaiknya dihindari. Diagnosis demam
tifoid baru dapat ditegakkan jika pada ulangan pemeriksaan Widal selang 1-2
minggu terdapat kenaikan titer agglutinin O sebesar 4 kali. Uji Widal
memiliki beberapa keterbatasan sehingga tidak dapat dipercaya sebagai uji
diagnostik tunggal.
c. Ascariasis
Untuk melihat telur cacing atau cacing yang terdapat di feses Pada Ascariasis
selama fase pulmonal akan ditemukan eosinophilia. Diagnosis ditegakkan dengan
menemukan cacing atau telur cacing pada tinja atau karena cacing dewasa keluar
tubuh dan ditemukan dalam tinja. Menurut WHO infeksi berat bila ditemukan
>50.000 telur/gram feses, eosinophil meningkat adalah tanda adanya suatu
penyakit yang disebabkan oleh parasit, juga disebabkan oleh adanya reaksi
sensitifitas.
➢ Pemeriksaan makroskopis : Tinja dan muntahan untuk menemukan bentuk
cacing dewasa.
➢ Pemeriksaan mikroskopis : Tinja dan cairan empedu untuk menemukan betuk
telur dari cacing ascariasis lumbricoides.
➢ Pemeriksaan laboratorium : Apusan darah tepi akan mendapatkan eosinophil
yangmelebihi batas normal dan scrath tes (+).
➢ Pemeriksaan radiologi : Barium (ektopik)
d. Infeksi Cacing Tambang
Pemeriksaan penunjang saat awal infeksi (fase migrasi larva) mendapatkan: a)
eosinofilia (1.000-4.000 sel/ml), b) feses normal, c) infiltrat patchy pada foto
toraks dan d) peningkatan kadar IgE. Pemeriksaan feses basah dengan fiksasi
formalin 10% dilakukan secara langsung dengan mikroskop cahaya. Pemeriksaan
ini tidak dapat membedakan N. Americanus dan A. duodenale. Pemeriksaan yang
dapat membedakan kedua spesies ini ialah dengan faecal smear pada filter paper
strip Harada-Mori. Kadang-kadang perlu dibedakan secara mikroskopis antara
infeksi larva rhabditiform (L2) cacing tambang dengan larva cacing strongyloides
stercoralis. Diagnosis pasti penyakit ini adalah dengan ditemukannya telur cacing
tambang di dalam tinja pasien. Selain tinja, larva juga bisa ditemukan dalam
sputum. Kadang-kadang terdapat darah dalam tinja.
1) Mebendazol Albendazol
Dosis : 2 kali 100 mg selama 3 Dosis : dosis tunggal 400
hari mg
2) Pirantel pamoat
Dosis :
- A.duodenale: dosis tunggal 10
mg/kgBB
- N.americanus : sda, selama 3 hari
9. Membuat table asosiasi untuk kata kunci (row) dan penyakit (kolom): tanda positif
bila yakin berasosiasi, tanda negative bila yakin tidak berasosiasi dan tanda positive
negative jika asosiasi mungkin ada mungkin tidak
Keluhan lesu + + + +
Parry CM, Hien TT, Dougan G, et al. Typhoid fever. N Engl J Med. 2002 Nov 28. 347(22):1770-
82. [Medline].
Ramsden AE, Mota LJ, Münter S, Shorte SL, Holden DW. The SPI-2 type III secretion system
restricts motility of Salmonella-containing vacuoles. Cell Microbiol. 2007 Oct. 9(10):2517-29.
[Medline].
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Pemeriksaan Penunjang Diagnostik Demam Tifoid.2016
Rahmasari, Vani dan Lestari, Keri. REVIEW: Manajemen Terapi Demam Tifoid: Kajian Terapi
Farmakologis dan Non Farmakologis.2018
Darmowandowo W. Demam Tifoid : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak : Infeksi & Penyakit
Tropis, edisi 1. Jakarta : BP FKUI. 2006
Kaur, P. et al. (2017) ‘Malaria: A Cause of Anemia and Its Effect on Pregnancy’, World Journal
of Anemia, 1(2), pp. 51–62. doi: 10.5005/jp-journals-10065-0012.
Kemetenterian Kesehatan Republik Indonesia (2017) ‘Buku Saku Pelanatalaksanaan Kasus
Malaria’, Jurnal Ekologi Kesehatan, 13(3 Sep), pp. 201-209–209. Available at:
https://persi.or.id/wp-content/uploads/2020/11/bukusaku_malaria.pdf.
Staf pengajar Departemen parasitologi, FKUI, jakarta. Buku ajar Parasitologi kedokteran, FK-
UI . 2008. Balai Penerbit FKUI : Jakarta
Departemen Farmakologi dan terapeutik, FKUI.Farmakologi dan Terapi, ed. 5 (cetak ulang dan
perbaikan). 2009. Balai Penerbit FKUI : Jakarta
Widoyono. Penyakit Tropis. 2006. Penerbit Erlangga: Jakarta
Rasmaliah. Askariasis sebagai penyakit cacing yang perlu diingat kembali. Epidemiologi FKM-
USU. repository.usu.ac.id. Diakses tanggal 23 Agustus 2021
Prof. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P (K),MARS ( Direktur jendral pengendalian penyakit dan
penyehatan lingkungan (P2PL) kementrian kesehatan). Penyakit kecacingan Masih dianggap
sepele. www. depkes.go.id . Diakses tanggal 23 Agustus 2021
USU repository open Acces: Hubungan Antara Hygiene dan Sanitasi Lingkungan Dengan
Kejadian Askariasis Pada Anak SD Negeri 068426 Belawan.
Charles D garuh Infeksi Cacing Usus yang Ditularkan Melalui Pengaruh Infeksi Cacing Usus
yang Ditularkan Melalui Tanah pada Pertumbuhan Fisik Anak Usia Sekolah Dasar. Sari
Pediatric. vol 8, (11) 2006 112-117.
Yuni Rahmawati, Syifa Mustika, Harijono Ahmad Case Report: Loeffler's Syndrome and
Duodenal Necatoriasis. Jurnal Brawijaya. vol.28 no 1, februari 2014